Share

Bab 7

Penulis: Christina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-10 17:22:59

Langit biru mulai tampak. Matahari bersinar dengan cerahnya. Entah sudah berapa lama sejak peristiwa naas itu terjadi, keluarga Nindya menjadi sangat kacau dan berantakan. Banyak kejadian yang membuat keluarga harus berjuang lebih keras lagi demi kesembuhan Nindya.

Semua sudah duduk rapi di meja makan. Hari ini Kiara memasak spesial makanan favorit Nindya. Tak lupa, kemarin keluarga itu sempat menjemput Alya di rumah orang tua Andy. Mengajaknya bergabung sekaligus untuk mencoba lagi memulihkan ingatan Nindya. Gadis kecil yang cantik dan manis itu sudah duduk di antara nenek dan kakeknya.

Andy juga ada di sana. Lelaki tampan itu duduk dengan jarak satu kursi dari Raya, ia sengaja mengosongkan di tengah agar Nindya duduk di sana.

"Nindya kok belum ke luar dari kamar ya? Biasanya dia selalu bangun lebih awal."

"Kurang tahu, Ma. Papa belum sempat nengok dia."

"Biar aku saja ke kamar Nindya, Ma, Pa, membangunkannya. Mungkin dia masih terlelap," ucap Andy yang kemudian berdiri setelah berhasil menggeser kursi tempat duduknya.

Suami Nindya itu melangkah menuju ke arah kamar Nindya. Beberapa kali ia mengetuk pintu. Namun, tak ada jawaban dari wanita yang sudah beberapa tahun menjadi istrinya itu. Andy mencoba memutarkan knock pintu yang ternyata tak dikunci Nindya.

"Nindya ... Sayang ... apakah kamu sudah bangun?" ucap Andy perlahan. Ia masuk ke dalam kamar.

Lampu kamar tak menyala. Tampak begitu redup oleh cahaya matahari yang masuk dari celah jendela yang tertutup. Andy meraba dinding kamar, meraih saklar lalu menyalakan lampu kamar.

Tempat tidur Nindya kosong. Selimut sudah terlipat rapi. Tiba-tiba dada Andy berdesir hebat. Kepanikan mulai melandanya. Andy menerobos pintu kamar mandi yang tertutup, tapi, pada kenyataannya Nindya tak ditemukannya di sana.

"Nindya hilang ... Nindya hilang ...." beberapa kali Andy berucap seraya melangkahkan kakinya kembali kemeja makan.

"Nindya hilang! Nindya tidak ada di kamarnya!" ucap Andy dengan wajah panik di hadapan semua keluarga.

"Kamu bilang apa, An?" tanya Kiara.

"Nindya tidak ada di kamarnya, Ma."

"Kamu sudah lihat di kamar mandi?" tanya Rendy.

"Sudah, Pa. Dia tidak ada di kamar mandi."

Dibalik kepanikan semua keluarga Raya tersenyum penuh kemenangan. "Akhirnya kamu pergi juga dari rumah ini. Kalau perlu jangan pernah kembali lagi! Pergilah sejauh mungkin. Lupakan semua yang ada di sini. Biarkan aku kembali kepada Andy. Dia adalah hak'ku. Jadi, wajar kalau dia kembali kepadaku," gumam Raya dalam hati.

"Papa rasa ini belum 24 jam. Sebaiknya kita tenang dulu. Siapa tahu dia hanya pergi ke luar sebentar. Ayo kita lanjutkan sarapannya. Setelah itu, kita berpencar untuk mencari keberadaan Nindya. Sekali rasa memang sudah terlalu lama menunggu.

Andy tak bisa fokus menikmati sarapan. Pikirannya jatuh kepada Nindya, sang istri. Ia merasa ini bukanlah hal yang bslisa diktakan baik-baik saja, ia yakin ada sesuatu yang terjadi kepada istrinya.

"Kalau harus kerja, pergi saja, Andy, tidak apa-apa. Nanti papa kabari kalau seandainya Nindya sudah pulang. Kalau pun dia tidak pulang, papa pun akan tetap memberimu kabar dan kita akan menemukannya bersama-sama."

"Baru juga hilang beberapa menit sudah dicariin. Memang ya, anak emas sama anak perak itu perlakuannya beda jauh."

"Kamu bicara apa, Raya? Kapan sih kamu berubah? Mama tidak suka ya sama sikap kamu itu. Ada saja yang dibenci dari Nindya. Kalau kamu tidak suka di sini, kamu bisa pergi! Mama bisa siapkan kamu rumah daripada kamu di sini. Selalu saja bikin kekacauan."

"Jadi Mama ngusir Raya? Sama sekali nggak punya perasaan! Padahal aku anak kandung Mama, tapi, terlihat banget Mama lebih memperhatikan anak tiri Mama daripada aku."

"Ya Tuhan ... Raya! Sampai kapan mulutmu rusak seperti itu? Ini salah Mama yang terlalu memanjain kamu! Ternyata ini hasilnya! Kamu jadi anak yang banyak tingkah dan tidak tahu etika, sopan santun!"

"Terserah Mama mau bilang apa. Ok, karena mama sudah ngusir aku dari sini, maka aku akan pergi! Ga usah kasih aku rumah, aku bisa menemukan rumah aku sendiri. Sekali pun aku harus tinggal di jalanan, aku akan jalani!"

"Sudah! Sudah! Ini bukan waktunya untuk bertengkar. Kita sedang dalam masalah besar. Nindya hilang! Nindya sedang tidak baik-baik saja. Dia sedang sakit, wajar kalau Papa dan Mama kawatir. Tolong kamu paham, Raya."

"Belain saja terus, Pa. Dia kan anak kandung Papa, jadi wajar sih! Yang ga wajar itu Mama. Mama yang adalah ibu kandungku, tapi, Mama yang malah paling membenciku dan lebih menyayangi Nindya. Tidak masuk akal!"

Perdebatan berhenti setelah Raya memutuskan pergi. Gadis itu benar-benar meninggalkan rumah. Ia membawa tas besar yang kemungkinan berisi beberapa pakaian. Ia tak peduli lagi dengan orang tuanya, apalagi dengan Nindya, ia tak mau tahu. Di Hatinya hanya tersimpan aramah dan dendam yang membara.

"Aku berani sumpah. Aku akan merebut kembali apa yang menjadi hak'ku. Aku akan merebut kembali Andy dari sisimu, Nindya. Aku juga akan merebut kembali kasih sayang mamaku yang sudah kamu rebut!" ucap Raya bermonolog. Raya berlalu pergi meninggalkan rumah besar milik Rendy.

Andy juga mertuanya berusaha menghubungi nomor Nindya secara bergantian, tapi sayang, sepertinya nomor sengaja tidak diaktifkan, panggilan dialihkan. Andy semakin khawatir, ia takut terjadi sesuatu kepada istrinya.

"Apa jangan-jangan ini ulah Raya ya, Pa?" Kiara mulai menaruh curiga.

"Kenapa Mama bisa berpikir seperti itu?"

"Mama tahu bagaimana sikap Raya. Ia egois dan berwatak keras, ia bisa saja melakukan apa pun untuk menyingkirkan Nindya."

"Coba berpikir positif, Ma. Semoga semua juga baik-baik saja. Kita tunggu 24 jam. Kalau memang tidak ada yang menemukan Nindya, kita lapor polisi."

"Kalau begitu , aku ke sekolah ya, Ma, Pa, sekalian cari Nindya. Mudah-mudahan aku menemukannya."

***

Di tempat yang berbeda. Tampak sepasang pria dan wanita dengan duduk berdampingan. Keduanya memegang minuman dingin yang sepertinya baru saja dipesan di cafe tempat mereka duduk.

"Sudah terlalu lama aku menunggumu, Sayang," ucap sang pria.

"Aku pun sama. Sebenarnya aku bingung. Aku masih belum bisa menebak apa yang sebenarnya sudah terjadi."

"Jangan terlalu dipikirkan. Bukankah pertemuan kita ini sudah menjadi hal yang baik?"

"Betul katamu, Sayang. Aku setuju!"

"Tapi ... aku masih bingung. Aku harus pergi ke mana setelah ini? Kalau aku pulang, aku yakin aku tidak akan diizinkan keluar lagi."

"Tentu saja kamu akan tinggal di rumahku. Kenapa kamu harus bingung, Sayang? Ada aku yang akan selalu melindungi dan menjagamu."

"Kamu memang terbaik, Dio."

"Dio, nama itu yang selalu ia sebutkan. Bahkan, ia tidak bisa membedakan antara Dio dan Gio. Sebenarnya, itu sungguh menyakitkan, tapi, sudahlah ... yang penting dia akan menjadi milikku sekarang dan selamanya. Aku akan menjadi Dio demi memilikimu, Nindya."

Seorang wanita melangkah mendekat ke arah Nindya dan Gio berada. Gadis cantik dan manis yang berpakaian casual itu sedikit bingung lalu berkata, "Kak Nindya? Kenapa Kakak ada di sini? Siapa pria ini? Kenapa kalian terlihat begitu romantis? Suami kakak mana?"

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Christina
makasih kak, uda setia menunggu walau up nya lama... author lg mau ada hr raya...
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
raya jahat sekali dri dulu gk pernah berubah gimana mama mu mau suka ama sikap mu kayak gini terus skarang gio lagi mau ambil nindya dri andy gk pikir apa ya kalo nindya itu udh punya anak kira2 sapa ya yg nemuin nindya ama gio moga aja dia bisa kabarin ke andy keberadaan nindya lanjut terus ya thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 8

    Luna baru saja pulang dari kuliah. Gadis itu belum sempat makan siang. Ia memutuskan untuk pergi ke cafe dan menikmati hidangan ala kadarnya. Namun, baru saja memasuki cafe, ia dikejutkan oleh keberadaan Nindya di sana yang tengah duduk bersama dengan seorang pria, tapi bukan suaminya, Andy.Ada yang aneh di pandangan Luna. Gadis itu melihat seperti ada yang tidak wajar dengan Nindya juga pria yang duduk di sisi kanannya. Luna berniat menegur dan mencoba bertanya, "Kak Nindya? Kenapa Kakak ada di sini? Siapa pria ini? Kenapa kalian terlihat begitu romantis? Suami kakak mana?""Kamu? Kamu gadis yang sempat datang ke rumah sakit saat aku sakit itu kan?""Iya, Kak! Aku Luna, aku yang sempat datang untuk menjenguk Kakak. Aku juga yang sempat menolong Kakak dari kecelakaan itu, juga putri Kakak." Luna sengaja menjelaskan panjang lebar siapa dirinya, berharap Nindya sadar."Setiap kita bertemu kamu selalu mengulang perkataan itu. Maksud kamu apa?""Tidak ada maksud buruk, Kak. Aku hanya ingi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 9

    Nindya terpaku membaca catatan kecil pengingat tentang hari pernikahannya. Ia masih sulit untuk percaya jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Andy. Beberapa kali ia memukul kepalanya sendiri, berharap ada ingatan yang bisa muncul walau pun sedikit. Akan tetapi pada kenyataannya yang timbul hanyalah rasa sakit.Nindya membuka galeri pada ponselnya. Ia membuka album foto yang berjudul pernikahan. Begitu lengkap di sana. Ada gambar dirinya bersama dengan Andy, dari saat pre-wedding sampai ke acara resepsi.Selanjutnya Nindya membuka galeri berikutnya yang diberi judul keluarga kecilku. Di sana ada foto-foto Alya saat gadis itu baru lahir, sampai dengan foto-foto keluarga.Sebenarnya itu sudah cukup jelas memperlihatkan jika Nindya benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri."Lalu, kenapa aku sama sekali tak bisa mengingatnya meski pun sedikit?""Apa aku benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri? Hah ... pertanyaan ini selalu saja menghantui pikiranku.""Baikl

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 10

    Di tempat yang berbeda. Gio baru saja membuka mata. Seulas senyuman tersirat di bibirnya. "Ah ... akhirnya sebentar lagi aku akan memiliki Nindya," gumamnya.Gio beranjak, ia kemudian mengambil handuk lalu bergegas menuju kamar mand, membersihkan dirinya perlahan, sesekali ia bersiul. Sudah sejak lama hatinya tak sebahagia ini, bahkan saat bersama Raya dulu, tak sekali pun ia bisa melemparkan senyuman semanis ini.Pria tampan itu bergegas menuju kamar di mana Nindya tidur. "Inilah saatnya aku benar-benar memilikimu," ucapnya lirih setelah sampai di depan pintu.Gio menghela napas pelan. Ia lalu mengetuk pintu, tapi sayang, tak ada seorang pun yang merespon dari dalam sana. Gio mulai curiga, lalu segera membuka pintu, ia panik saat menyadari Nindya sudah tak ada lagi di sana.Gio berbekas meraih ponselnya lalu mencoba menghubungi nomor Nindya, tapi yang memberikan jawaban hanyalah operator telepon."Sial! Kenapa aku bisa kecolongan!" umpatnya penuh emosi.Gio bergegas menghubungi Raya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 11

    Gio dan Raya kembali bertemu, mereka mulai memikirkan cara untuk memisahkan Andy dan Nindya. Keduanya masih tak mau mengalah, keduanya masih tak mau menerima keadaan dan takdir yang sudah seharusnya. Rasa cinta yang terlalu dalam membuat Gio dan Raya bersikeras untuk mencari segala cara agar bisa meraih keinginan mereka.Tiba-tiba Gio memiliki ide yang brilliant. Ia merasa ide cemerlangnya akan berhasil dan membuatnya bisa bersatu dengan Nindya. Gio membisikkan ide yang datang tiba-tiba itu pada Raya. Tentu saja Raya sangat menyetujui itu. Raya merasa itulah cara terbaik dan yakin akan berhasil."Kita mulai dari mana?""Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?""Astaga! Gio! Aku serius, kenapa malah ngajak bercanda sih?""Hahahha ... enggak. Aku hanya ngerasa lega akhirnya menemukan ide yang luar biasa ini.""Jadi keputusannya gimana?""Kita harus menemui seseorang. Tidak mungkin kan, tanpa bukti kamu tiba-tiba ngomong ke orang tuamu? Mereka tidak akan percaya.""Jadi?""Ikut aku!"Gio dan Ra

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 12

    Nindya sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa lama berada di rumah sakit. Tak ada masalah yang berarti pada kesehatannya. Dokter hanya menyarankan agar Nindya tidak terlalu berusaha keras mengingat semua hal yang ia lupakan. Dengan dukungan beberapa obat, diharapkan ingatan Nindya bisa kembali pulih.Andy mengantarkan Nindya masuk ke dalam kamar, berharap wanita yang begitu sangat ia cintai bisa bertahan istirahat lebih banyak lagi. "Tidurlah, Sayang. Nanti kalau butuh apa-apa panggil aku ya?""Iya, Sayang. Oh ya, boleh nggak aku minta supaya Alya tinggal di sini saja? Tidak usah khawatir tentang aku, aku juga ingin agar lebih cepat mengingat semua tentang kita juga Alya. Mungkin dengan seringnya aku berinteraksi dengan Alya, aku akan mengingat banyak hal yang sudah terlupakan lebih cepat.""Kalau memang itu keinginan kamu, tidak masalah. Aku akan menjemput Alya besok. Kamu beristirahatlah, ini sudah malam.""Terima kasih, Sayang. Kamu mau ke mana? Kamu tidak lelah? istirahat saj

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 13

    "Mama sehat? Mama sadar dengan apa yang barusan mama katakan?""Please, Nin. Tolong lah.""Ma ... jangan mentang-mentang aku anak tiri Mama, Mama malah seenaknya mengajukan permintaan yang menurutku tidak masuk akal. Mama lupa? Aku sedang sakit juga. Aku sedang butuh perhatian dan dukungan untuk memulihkan kembali ingatanku. Mama lupa?""Raya lebih butuh Andy daripada kamu. Raya bisa dipanggil Tuhan kapan aja. Salahkah mama mengabulkan permintaannya? Sementara kamu, kamu punya waktu untuk sembuh dan kamu akan memiliki Andy sepenuhnya. Nin, mama tidak meminta Andy menikahi Raya, tidak sama sekali! Tapi, berikan kesempatan dia bahagia dengan lebih dekat dengan Andy. Please ...."Nindya terdiam. Meski ia melupakan perasaannya pada Andy, tapi itu tak membuat dia bisa melepas Andy begitu saja. Ini benar-benar tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin ia harus merelakan Andy membagi kasih sayang dengan Raya. Tiba-tiba Kiara berlutut, ia memohon pada Nindya seraya memegang kedua kaki Nindy

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 14

    "Apa yang sebenarnya terjadi, An? Ada apa ini?""Tadi siang, Raya mengancam bunuh diri. Ia hampir sja menoreh lengannya dengan pisau kecil. Aku replek, terpaksa mengatakan bersedia mendampinginya.""Astaga! Kenapa kamu seceroboh itu? Sekarang bagaimana? Nindya juga sangat membutuhkan kamu! Apalagi Alya, coba pikirkan, apa yang ada dibenaknya melihat ulah papanya?""Pa ... Kenapa yang ada di pikiran Papa hanya Nindya? Aku tahu dia putrimu. Salahkah aku jik aku pun ingin membahagiakan putriku? Putriku yang entah hidupnya berapa lama lagi. Tolong berilah waktu untuknya mengecap kebahagiaan walau tak selamanya. Ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya sebentar saja." Kiara mulai membela putrinya."Tidak seperti ini juga caranya, Ma. Papa tidak setuju. Ini cara yang salah. Sebaiknya Raya kita bawa ke rumah sakit terlebih dahulu.""Apakah Papa menuduh Raya berbohong? Bukankan sudah jelas surat keterangan dari dokter yang tempo hari ditunjukkan Raya pada kita?""Apa salahnya kita memeriksak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 15

    Rendy, Kiara, Andy dan juga Nindya sepakat untuk mengajak Raya ke rumah sakit memeriksakan kondisinya. Semua sudah dibicarakan semalam tanpa sepengetahuan gadis itu. Ada rasa sakit di hati Kiara, sebagai sang ibu yang sudah membesarkannya ia merasa terluka. Ia merasa perlakuan Rendy terhadap putrinya sungguh tidak adil. Meski sikap dan sifat Raya yang selama ini sedikit meresahkan, Kiara tetap menyayanginya."Raya, bersiaplah, Nak. Mandi dan segera bergabung ke meja makan." Kiara menghampiri putrinya yang masih berbaring di balik selimut. Padahal, hari sudah sangat pagi. Jam di dinding kamar pun sudah menunjuk angka 08.45 pagi. Tak bisa dipungkiri, gadis itu memang jauh berbeda dengan Nindya.“Hmmm … ini masih pagi, Ma. Memangnya kita mau ke mana?” tanya Raya setelah membuka mata. Beberapa kali gadis itu menggeliat lalu menguap.Kiara menggenggam tangan putri kesayangannya. Ada perasaan menyesal yang terbesit tiba-tiba. Kiara menyesal pernah menyakiti hati putrinya itu. “Kita mau jala

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-06

Bab terbaru

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 15

    Rendy, Kiara, Andy dan juga Nindya sepakat untuk mengajak Raya ke rumah sakit memeriksakan kondisinya. Semua sudah dibicarakan semalam tanpa sepengetahuan gadis itu. Ada rasa sakit di hati Kiara, sebagai sang ibu yang sudah membesarkannya ia merasa terluka. Ia merasa perlakuan Rendy terhadap putrinya sungguh tidak adil. Meski sikap dan sifat Raya yang selama ini sedikit meresahkan, Kiara tetap menyayanginya."Raya, bersiaplah, Nak. Mandi dan segera bergabung ke meja makan." Kiara menghampiri putrinya yang masih berbaring di balik selimut. Padahal, hari sudah sangat pagi. Jam di dinding kamar pun sudah menunjuk angka 08.45 pagi. Tak bisa dipungkiri, gadis itu memang jauh berbeda dengan Nindya.“Hmmm … ini masih pagi, Ma. Memangnya kita mau ke mana?” tanya Raya setelah membuka mata. Beberapa kali gadis itu menggeliat lalu menguap.Kiara menggenggam tangan putri kesayangannya. Ada perasaan menyesal yang terbesit tiba-tiba. Kiara menyesal pernah menyakiti hati putrinya itu. “Kita mau jala

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 14

    "Apa yang sebenarnya terjadi, An? Ada apa ini?""Tadi siang, Raya mengancam bunuh diri. Ia hampir sja menoreh lengannya dengan pisau kecil. Aku replek, terpaksa mengatakan bersedia mendampinginya.""Astaga! Kenapa kamu seceroboh itu? Sekarang bagaimana? Nindya juga sangat membutuhkan kamu! Apalagi Alya, coba pikirkan, apa yang ada dibenaknya melihat ulah papanya?""Pa ... Kenapa yang ada di pikiran Papa hanya Nindya? Aku tahu dia putrimu. Salahkah aku jik aku pun ingin membahagiakan putriku? Putriku yang entah hidupnya berapa lama lagi. Tolong berilah waktu untuknya mengecap kebahagiaan walau tak selamanya. Ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya sebentar saja." Kiara mulai membela putrinya."Tidak seperti ini juga caranya, Ma. Papa tidak setuju. Ini cara yang salah. Sebaiknya Raya kita bawa ke rumah sakit terlebih dahulu.""Apakah Papa menuduh Raya berbohong? Bukankan sudah jelas surat keterangan dari dokter yang tempo hari ditunjukkan Raya pada kita?""Apa salahnya kita memeriksak

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 13

    "Mama sehat? Mama sadar dengan apa yang barusan mama katakan?""Please, Nin. Tolong lah.""Ma ... jangan mentang-mentang aku anak tiri Mama, Mama malah seenaknya mengajukan permintaan yang menurutku tidak masuk akal. Mama lupa? Aku sedang sakit juga. Aku sedang butuh perhatian dan dukungan untuk memulihkan kembali ingatanku. Mama lupa?""Raya lebih butuh Andy daripada kamu. Raya bisa dipanggil Tuhan kapan aja. Salahkah mama mengabulkan permintaannya? Sementara kamu, kamu punya waktu untuk sembuh dan kamu akan memiliki Andy sepenuhnya. Nin, mama tidak meminta Andy menikahi Raya, tidak sama sekali! Tapi, berikan kesempatan dia bahagia dengan lebih dekat dengan Andy. Please ...."Nindya terdiam. Meski ia melupakan perasaannya pada Andy, tapi itu tak membuat dia bisa melepas Andy begitu saja. Ini benar-benar tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin ia harus merelakan Andy membagi kasih sayang dengan Raya. Tiba-tiba Kiara berlutut, ia memohon pada Nindya seraya memegang kedua kaki Nindy

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 12

    Nindya sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa lama berada di rumah sakit. Tak ada masalah yang berarti pada kesehatannya. Dokter hanya menyarankan agar Nindya tidak terlalu berusaha keras mengingat semua hal yang ia lupakan. Dengan dukungan beberapa obat, diharapkan ingatan Nindya bisa kembali pulih.Andy mengantarkan Nindya masuk ke dalam kamar, berharap wanita yang begitu sangat ia cintai bisa bertahan istirahat lebih banyak lagi. "Tidurlah, Sayang. Nanti kalau butuh apa-apa panggil aku ya?""Iya, Sayang. Oh ya, boleh nggak aku minta supaya Alya tinggal di sini saja? Tidak usah khawatir tentang aku, aku juga ingin agar lebih cepat mengingat semua tentang kita juga Alya. Mungkin dengan seringnya aku berinteraksi dengan Alya, aku akan mengingat banyak hal yang sudah terlupakan lebih cepat.""Kalau memang itu keinginan kamu, tidak masalah. Aku akan menjemput Alya besok. Kamu beristirahatlah, ini sudah malam.""Terima kasih, Sayang. Kamu mau ke mana? Kamu tidak lelah? istirahat saj

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 11

    Gio dan Raya kembali bertemu, mereka mulai memikirkan cara untuk memisahkan Andy dan Nindya. Keduanya masih tak mau mengalah, keduanya masih tak mau menerima keadaan dan takdir yang sudah seharusnya. Rasa cinta yang terlalu dalam membuat Gio dan Raya bersikeras untuk mencari segala cara agar bisa meraih keinginan mereka.Tiba-tiba Gio memiliki ide yang brilliant. Ia merasa ide cemerlangnya akan berhasil dan membuatnya bisa bersatu dengan Nindya. Gio membisikkan ide yang datang tiba-tiba itu pada Raya. Tentu saja Raya sangat menyetujui itu. Raya merasa itulah cara terbaik dan yakin akan berhasil."Kita mulai dari mana?""Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?""Astaga! Gio! Aku serius, kenapa malah ngajak bercanda sih?""Hahahha ... enggak. Aku hanya ngerasa lega akhirnya menemukan ide yang luar biasa ini.""Jadi keputusannya gimana?""Kita harus menemui seseorang. Tidak mungkin kan, tanpa bukti kamu tiba-tiba ngomong ke orang tuamu? Mereka tidak akan percaya.""Jadi?""Ikut aku!"Gio dan Ra

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 10

    Di tempat yang berbeda. Gio baru saja membuka mata. Seulas senyuman tersirat di bibirnya. "Ah ... akhirnya sebentar lagi aku akan memiliki Nindya," gumamnya.Gio beranjak, ia kemudian mengambil handuk lalu bergegas menuju kamar mand, membersihkan dirinya perlahan, sesekali ia bersiul. Sudah sejak lama hatinya tak sebahagia ini, bahkan saat bersama Raya dulu, tak sekali pun ia bisa melemparkan senyuman semanis ini.Pria tampan itu bergegas menuju kamar di mana Nindya tidur. "Inilah saatnya aku benar-benar memilikimu," ucapnya lirih setelah sampai di depan pintu.Gio menghela napas pelan. Ia lalu mengetuk pintu, tapi sayang, tak ada seorang pun yang merespon dari dalam sana. Gio mulai curiga, lalu segera membuka pintu, ia panik saat menyadari Nindya sudah tak ada lagi di sana.Gio berbekas meraih ponselnya lalu mencoba menghubungi nomor Nindya, tapi yang memberikan jawaban hanyalah operator telepon."Sial! Kenapa aku bisa kecolongan!" umpatnya penuh emosi.Gio bergegas menghubungi Raya.

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 9

    Nindya terpaku membaca catatan kecil pengingat tentang hari pernikahannya. Ia masih sulit untuk percaya jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Andy. Beberapa kali ia memukul kepalanya sendiri, berharap ada ingatan yang bisa muncul walau pun sedikit. Akan tetapi pada kenyataannya yang timbul hanyalah rasa sakit.Nindya membuka galeri pada ponselnya. Ia membuka album foto yang berjudul pernikahan. Begitu lengkap di sana. Ada gambar dirinya bersama dengan Andy, dari saat pre-wedding sampai ke acara resepsi.Selanjutnya Nindya membuka galeri berikutnya yang diberi judul keluarga kecilku. Di sana ada foto-foto Alya saat gadis itu baru lahir, sampai dengan foto-foto keluarga.Sebenarnya itu sudah cukup jelas memperlihatkan jika Nindya benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri."Lalu, kenapa aku sama sekali tak bisa mengingatnya meski pun sedikit?""Apa aku benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri? Hah ... pertanyaan ini selalu saja menghantui pikiranku.""Baikl

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 8

    Luna baru saja pulang dari kuliah. Gadis itu belum sempat makan siang. Ia memutuskan untuk pergi ke cafe dan menikmati hidangan ala kadarnya. Namun, baru saja memasuki cafe, ia dikejutkan oleh keberadaan Nindya di sana yang tengah duduk bersama dengan seorang pria, tapi bukan suaminya, Andy.Ada yang aneh di pandangan Luna. Gadis itu melihat seperti ada yang tidak wajar dengan Nindya juga pria yang duduk di sisi kanannya. Luna berniat menegur dan mencoba bertanya, "Kak Nindya? Kenapa Kakak ada di sini? Siapa pria ini? Kenapa kalian terlihat begitu romantis? Suami kakak mana?""Kamu? Kamu gadis yang sempat datang ke rumah sakit saat aku sakit itu kan?""Iya, Kak! Aku Luna, aku yang sempat datang untuk menjenguk Kakak. Aku juga yang sempat menolong Kakak dari kecelakaan itu, juga putri Kakak." Luna sengaja menjelaskan panjang lebar siapa dirinya, berharap Nindya sadar."Setiap kita bertemu kamu selalu mengulang perkataan itu. Maksud kamu apa?""Tidak ada maksud buruk, Kak. Aku hanya ingi

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 7

    Langit biru mulai tampak. Matahari bersinar dengan cerahnya. Entah sudah berapa lama sejak peristiwa naas itu terjadi, keluarga Nindya menjadi sangat kacau dan berantakan. Banyak kejadian yang membuat keluarga harus berjuang lebih keras lagi demi kesembuhan Nindya.Semua sudah duduk rapi di meja makan. Hari ini Kiara memasak spesial makanan favorit Nindya. Tak lupa, kemarin keluarga itu sempat menjemput Alya di rumah orang tua Andy. Mengajaknya bergabung sekaligus untuk mencoba lagi memulihkan ingatan Nindya. Gadis kecil yang cantik dan manis itu sudah duduk di antara nenek dan kakeknya.Andy juga ada di sana. Lelaki tampan itu duduk dengan jarak satu kursi dari Raya, ia sengaja mengosongkan di tengah agar Nindya duduk di sana."Nindya kok belum ke luar dari kamar ya? Biasanya dia selalu bangun lebih awal.""Kurang tahu, Ma. Papa belum sempat nengok dia.""Biar aku saja ke kamar Nindya, Ma, Pa, membangunkannya. Mungkin dia masih terlelap," ucap Andy yang kemudian berdiri setelah berh

DMCA.com Protection Status