Share

Bab 6

Penulis: Christina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-01-02 02:39:51

"Menikah? Aku menikah dengan Om Andy dan aku memiliki seorang putri? Apakah aku sedang bermimpi? Apa aku sedang berada dalam halusinasi? Sejauh ini aku merasa tak pernah menikah, apalagi dengan om Andy. Aku jelas tahu dia kekasih kak Raya. Mana mungkin aku menikah dengannya."

"Om Andy tadi bilang apa? Alya putriku? Bahkan Sedikit pun aku tak mengingat gadis kecil itu. Memang ia cantik, lucu dan menggemaskan. Dia memanggilku mama ... apakah ini hanya rekayasa atau memang benar aku yang telah melupakan mereka? Apa benar aku mengalami amnesia? Entah kenapa aku tak bisa percaya. Aku sama sekali tak bisa mempercayai itu semua."

"Dio ... dia Lelaki yang aku cintai. Bahkan, setahuku dia begitu mencintaiku. Lalu kenapa sejauh ini dia tidak ada kabar? Kenapa dia tidak menghubungiku? Kenapa dia tidak menemuiku? Bahkan, dalam kondisi aku yang sedang sakit seperti ini. Tidakkah ada sedikit niatnya untuk menjengukku atau menemaniku? Sebenarnya dia ke mana? Kenapa harus om Andy yang siaga?"

Nindya larut dalam pikirannya sendiri. Ia bertanya-tanya tentang dirinya dengan beberapa hal yang menyangkut tentang Andy dan Alya. Nindya belum bisa percaya dengan kenyataan yang sebenarnya sudah terjadi dan ia jalani. Hati kecilnya masih yakin jika semua itu bukanlah yang sebenarnya.

"Selamat siang," ucap seseorang dari luar sana setelah mengetuk pintu. Seorang gadis masuk lalu mendekat ke arah Nindya. Gadis cantik dan manis yang menjadi penyelamatnya kala peristiwa na'as itu terjadi.

Setelah beberapa hari Luna datang kembali, menepati janjinya kepada Alya untuk sering-sering datang menengok mamanya. Luna merasa begitu prihatin dengan kondisi Nindya yang baginya cukup menyedihkan.

"Maaf ... kamu siapa? Sepertinya saya tidak mengenalmu," tanya Nindya kepada Luna setelah gadis cantik itu duduk tepat di sisinya.

"Halo, Kak Nindya. Perkenalkan aku Luna. Maaf baru sempat datang, soalnya aku sibuk di kampus, Oh ya, mungkin Kakak lupa dan nggak tahu siapa aku. Waktu Kakak kecelakaan pas banget aku ada di lokasi kejadian dan waktu itu aku berusaha bantu Alya, putri kakak untuk ke luar dari dalam mobil."

"Putriku? Jadi aku benar-benar sudah mempunyai anak?"

"Ah ... iya, maaf, Kak. Aku lupa dengan kondisi Kakak. Mungkin Kakak melupakan sebagian peristiwa dalam hidup Kakak karena amnesia, percis seperti yang dokter katakan."

Terdengar pintu ruang rawat Nindya dibuka. Rendy, papa Nindya telah kembali dari konsultasi dengan dokter yang merawat Nindya. Perkembangan pemulihan yang dijalani Nindya memang sedikit lambat, meski pun mudah diimbangi dengan obat, tapi menurut dokter itu semua tidak masalah. Ingatan Nindya pasti akan segera pulih.

"Ada Luna. Udah dari tadi, Nak Luna?"

"Baru saja, Om. Kebetulan hari ini aku tidak ada kuliah, jadi mampir. Oh ya, Alya mana?"

"Alya tadi diambil oleh kakek neneknya, orang tua suami Nindya. Dia mungkin lebih baik di sana dulu, agar dia bisa lebih sedikit tenang. Karena tadi dia pun bingung dengan kondisi mamanya yang seperti ini. Mudah-mudahan Nindya segera membaik."

"Aku kangen sama Alya. Aku pikir dia ada di sini, Om."

"Kamu gadis yang sangat baik. Nanti kalau Alya datang ke sini, om kabari kamu."

"Baik, Om, terima kasih. Ya sudah, kalau gitu aku pamit dulu ya. Mudah-mudahan keadaan Kak Nindya cepat pulih."

***

Hari berlalu, Nindya diperbolehkan pulang. Kondisinya sudah membaik, hanya saja ingatannya yang belum pulih. Namun, ia mencoba untuk bersahabat dengan keadaan. Menerima kenyataan jika dirinya telah menikah dengan Andy dan memiliki putri kecil.

"Aku mau tinggal di rumah papa mama saja."

"Itu lebih baik, kamu masih perlu pengawasan agar segera pulih, Sayang."

"Tolong jangan panggil aku sayang. Rasanya tidak nyaman."

"Baiklah."

Andy mengantar Nindya ke rumah orang tuanya. Ia di sambut hangat oleh Rendy dan Kiara. Namun, tidak dengan Raya. Ia merasa kehadiran Nindya di rumah itu akan membuat kebenciannya bertambah. Dendam masih membara. Niatnya untuk merebut Andy sama sekali belum berubah.

Nindya masuk ke dalam kamar. Ia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur miliknya. Pikirannya menerawang jauh. Mencoba mengingat hal-hal yang sekiranya ia lupakan. Namun, sia-sia. Ia masih belum bisa mengingat kebenaran.

Nindya mengambil ponselnya. Ia mencoba mencari nomor Dio. "Kenapa tidak ada?" lirihnya.

Nindya terduduk di sisi tempat tidur, meremas rambut dengan kedua tangannya. Dipandangi seisi ruang yang tak berubah sedikit pun. Hanya saja, ia tiba-tiba terfokus pada foto di atas meja sisi kiri tempat tidurnya. Foto dirinya bersama Andy jug Alya. Foto yang sangat manis. Nindya perlahan mengambil foto itu. Membelainya.

"Apa benar aku sudah menikah? Apa benar semua ini?" gumamnya.

Seseorang mengetuk pintu. Raya masuk setelan Nindya memberinya ijin untuk masuk.

"Nin, aku bawakan teh manis dan bolu karamel kesukaanmu."

"Makasih, Kak."

Raya terlihat begitu manis di hadapan Nindya. Diletakkannya hidangan yang ia bawa di atas meja seraya tersenyum menatap adiknya.

"Kalau kamu tidak bisa mengingat Andy dan Alya, jangan dipaksa, Nind."

"Memangnya aku benar-benar sudah menikah dengan Om Andy?"

"Sudah, kamu sudah menikah dan memiliki Alya."

"Lalu, kenapa kakak kemarin bilang tidak?"

"Aku hanya ingin menghiburmu. Tapi, memang benar kok, Dio masih mencintai kamu."

"Gimana ceritanya aku malah menikah dengan Om Andy? Astaga, gimana dengan Dio? Dia pasti sangat terluka. Satu lagi, Kak. Kenapa nomor Dio tidak ada di kontak ponselku?"

"Ah ... sebentar aku kasih."

Dengan cepat Raya meraih ponsel Nindya tanpa ijin pemiliknya. Ia mencatat nomor Dio yang sebenarnya adalah Gio. Tiba-tiba Raya memiliki ide nakal untuk menghancurkan hubungan pernikahan adiknya.

Setelah selesai Raya bergegas ke luar dan kembali ke kamarnya. Raya mencoba menghubungi Gio, mantan suaminya.

"Ada apa? Kenapa kamu menghubungi aku?"

"Kamu masih ingin memiliki Nindya?"

"Maksud kamu apa?"

"Kamu masih terobsesi dengan dia?"

"Kalau berbicara jangan berbelit-belit, aku paling malas!"

Raya pun menceritakan apa yang sudah terjadi kepada Nindya, termasuk ingatannya yang terus-terusan mengingat Dio. Ia pun mengutarakan rencana yang sudah ada dalam pikirannya. Gio yang memang sedari dulu terobsesi memiliki Nindya menyetujui usu yang disampaikan Raya tanpa berpikir panjang.

Gio belum menikah. Semasa pernikahannya dulu dengan Raya, ia memang senang bermain-main dengan wanita, karena tak sedikit pun ada cinta di hatinya untuk wanita selain Nindya. Gio sangat bersemangat setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Raya. Pria itu bernisiatif untuk menjalankan rencana yang disusun Raya dan percaya akan mampu meluluhkan hati Nindya.

[Nindya, Sayang ... ini Dio.] sebuah pesan diterima Nindua.

[Akhirnya, kamu menghubungiku. Ke mana saja selama ini? Aku menunggu.] balas Nindya cepat.

[Maaf ya, aku sibuk. Bahkan aku tidak tahu jika kamu sakit.]

[Kapan kita bisa bertemu? Aku merasa ada yang aneh, Dio. Aku tidak percaya semua ini.]

[Ayo bertemu, aku Rindu.]

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
sama2 thor :) dtunggu kelanjutan nya
goodnovel comment avatar
Christina
makasih banyak kak atas dukungannya...
goodnovel comment avatar
Indah Hayati
parah deh sekarang gio lagi mau hancurin hubungan nindya ama andy moga pelan2 nindya bisa ingat kembali pernikahan nya dengan andy sekalian aja minta bantuan ama temen2 nya nindya cerita tentang dio biar nindya percaya klo dio udh gk ada lanjut terus thor makin penasaran ni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 7

    Langit biru mulai tampak. Matahari bersinar dengan cerahnya. Entah sudah berapa lama sejak peristiwa naas itu terjadi, keluarga Nindya menjadi sangat kacau dan berantakan. Banyak kejadian yang membuat keluarga harus berjuang lebih keras lagi demi kesembuhan Nindya.Semua sudah duduk rapi di meja makan. Hari ini Kiara memasak spesial makanan favorit Nindya. Tak lupa, kemarin keluarga itu sempat menjemput Alya di rumah orang tua Andy. Mengajaknya bergabung sekaligus untuk mencoba lagi memulihkan ingatan Nindya. Gadis kecil yang cantik dan manis itu sudah duduk di antara nenek dan kakeknya.Andy juga ada di sana. Lelaki tampan itu duduk dengan jarak satu kursi dari Raya, ia sengaja mengosongkan di tengah agar Nindya duduk di sana."Nindya kok belum ke luar dari kamar ya? Biasanya dia selalu bangun lebih awal.""Kurang tahu, Ma. Papa belum sempat nengok dia.""Biar aku saja ke kamar Nindya, Ma, Pa, membangunkannya. Mungkin dia masih terlelap," ucap Andy yang kemudian berdiri setelah berh

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-10
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 8

    Luna baru saja pulang dari kuliah. Gadis itu belum sempat makan siang. Ia memutuskan untuk pergi ke cafe dan menikmati hidangan ala kadarnya. Namun, baru saja memasuki cafe, ia dikejutkan oleh keberadaan Nindya di sana yang tengah duduk bersama dengan seorang pria, tapi bukan suaminya, Andy.Ada yang aneh di pandangan Luna. Gadis itu melihat seperti ada yang tidak wajar dengan Nindya juga pria yang duduk di sisi kanannya. Luna berniat menegur dan mencoba bertanya, "Kak Nindya? Kenapa Kakak ada di sini? Siapa pria ini? Kenapa kalian terlihat begitu romantis? Suami kakak mana?""Kamu? Kamu gadis yang sempat datang ke rumah sakit saat aku sakit itu kan?""Iya, Kak! Aku Luna, aku yang sempat datang untuk menjenguk Kakak. Aku juga yang sempat menolong Kakak dari kecelakaan itu, juga putri Kakak." Luna sengaja menjelaskan panjang lebar siapa dirinya, berharap Nindya sadar."Setiap kita bertemu kamu selalu mengulang perkataan itu. Maksud kamu apa?""Tidak ada maksud buruk, Kak. Aku hanya ingi

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-22
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 9

    Nindya terpaku membaca catatan kecil pengingat tentang hari pernikahannya. Ia masih sulit untuk percaya jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Andy. Beberapa kali ia memukul kepalanya sendiri, berharap ada ingatan yang bisa muncul walau pun sedikit. Akan tetapi pada kenyataannya yang timbul hanyalah rasa sakit.Nindya membuka galeri pada ponselnya. Ia membuka album foto yang berjudul pernikahan. Begitu lengkap di sana. Ada gambar dirinya bersama dengan Andy, dari saat pre-wedding sampai ke acara resepsi.Selanjutnya Nindya membuka galeri berikutnya yang diberi judul keluarga kecilku. Di sana ada foto-foto Alya saat gadis itu baru lahir, sampai dengan foto-foto keluarga.Sebenarnya itu sudah cukup jelas memperlihatkan jika Nindya benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri."Lalu, kenapa aku sama sekali tak bisa mengingatnya meski pun sedikit?""Apa aku benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri? Hah ... pertanyaan ini selalu saja menghantui pikiranku.""Baikl

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-27
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 10

    Di tempat yang berbeda. Gio baru saja membuka mata. Seulas senyuman tersirat di bibirnya. "Ah ... akhirnya sebentar lagi aku akan memiliki Nindya," gumamnya.Gio beranjak, ia kemudian mengambil handuk lalu bergegas menuju kamar mand, membersihkan dirinya perlahan, sesekali ia bersiul. Sudah sejak lama hatinya tak sebahagia ini, bahkan saat bersama Raya dulu, tak sekali pun ia bisa melemparkan senyuman semanis ini.Pria tampan itu bergegas menuju kamar di mana Nindya tidur. "Inilah saatnya aku benar-benar memilikimu," ucapnya lirih setelah sampai di depan pintu.Gio menghela napas pelan. Ia lalu mengetuk pintu, tapi sayang, tak ada seorang pun yang merespon dari dalam sana. Gio mulai curiga, lalu segera membuka pintu, ia panik saat menyadari Nindya sudah tak ada lagi di sana.Gio berbekas meraih ponselnya lalu mencoba menghubungi nomor Nindya, tapi yang memberikan jawaban hanyalah operator telepon."Sial! Kenapa aku bisa kecolongan!" umpatnya penuh emosi.Gio bergegas menghubungi Raya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-31
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 11

    Gio dan Raya kembali bertemu, mereka mulai memikirkan cara untuk memisahkan Andy dan Nindya. Keduanya masih tak mau mengalah, keduanya masih tak mau menerima keadaan dan takdir yang sudah seharusnya. Rasa cinta yang terlalu dalam membuat Gio dan Raya bersikeras untuk mencari segala cara agar bisa meraih keinginan mereka.Tiba-tiba Gio memiliki ide yang brilliant. Ia merasa ide cemerlangnya akan berhasil dan membuatnya bisa bersatu dengan Nindya. Gio membisikkan ide yang datang tiba-tiba itu pada Raya. Tentu saja Raya sangat menyetujui itu. Raya merasa itulah cara terbaik dan yakin akan berhasil."Kita mulai dari mana?""Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?""Astaga! Gio! Aku serius, kenapa malah ngajak bercanda sih?""Hahahha ... enggak. Aku hanya ngerasa lega akhirnya menemukan ide yang luar biasa ini.""Jadi keputusannya gimana?""Kita harus menemui seseorang. Tidak mungkin kan, tanpa bukti kamu tiba-tiba ngomong ke orang tuamu? Mereka tidak akan percaya.""Jadi?""Ikut aku!"Gio dan Ra

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-09
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 12

    Nindya sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa lama berada di rumah sakit. Tak ada masalah yang berarti pada kesehatannya. Dokter hanya menyarankan agar Nindya tidak terlalu berusaha keras mengingat semua hal yang ia lupakan. Dengan dukungan beberapa obat, diharapkan ingatan Nindya bisa kembali pulih.Andy mengantarkan Nindya masuk ke dalam kamar, berharap wanita yang begitu sangat ia cintai bisa bertahan istirahat lebih banyak lagi. "Tidurlah, Sayang. Nanti kalau butuh apa-apa panggil aku ya?""Iya, Sayang. Oh ya, boleh nggak aku minta supaya Alya tinggal di sini saja? Tidak usah khawatir tentang aku, aku juga ingin agar lebih cepat mengingat semua tentang kita juga Alya. Mungkin dengan seringnya aku berinteraksi dengan Alya, aku akan mengingat banyak hal yang sudah terlupakan lebih cepat.""Kalau memang itu keinginan kamu, tidak masalah. Aku akan menjemput Alya besok. Kamu beristirahatlah, ini sudah malam.""Terima kasih, Sayang. Kamu mau ke mana? Kamu tidak lelah? istirahat saj

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-13
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 13

    "Mama sehat? Mama sadar dengan apa yang barusan mama katakan?""Please, Nin. Tolong lah.""Ma ... jangan mentang-mentang aku anak tiri Mama, Mama malah seenaknya mengajukan permintaan yang menurutku tidak masuk akal. Mama lupa? Aku sedang sakit juga. Aku sedang butuh perhatian dan dukungan untuk memulihkan kembali ingatanku. Mama lupa?""Raya lebih butuh Andy daripada kamu. Raya bisa dipanggil Tuhan kapan aja. Salahkah mama mengabulkan permintaannya? Sementara kamu, kamu punya waktu untuk sembuh dan kamu akan memiliki Andy sepenuhnya. Nin, mama tidak meminta Andy menikahi Raya, tidak sama sekali! Tapi, berikan kesempatan dia bahagia dengan lebih dekat dengan Andy. Please ...."Nindya terdiam. Meski ia melupakan perasaannya pada Andy, tapi itu tak membuat dia bisa melepas Andy begitu saja. Ini benar-benar tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin ia harus merelakan Andy membagi kasih sayang dengan Raya. Tiba-tiba Kiara berlutut, ia memohon pada Nindya seraya memegang kedua kaki Nindy

    Terakhir Diperbarui : 2023-02-22
  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 14

    "Apa yang sebenarnya terjadi, An? Ada apa ini?""Tadi siang, Raya mengancam bunuh diri. Ia hampir sja menoreh lengannya dengan pisau kecil. Aku replek, terpaksa mengatakan bersedia mendampinginya.""Astaga! Kenapa kamu seceroboh itu? Sekarang bagaimana? Nindya juga sangat membutuhkan kamu! Apalagi Alya, coba pikirkan, apa yang ada dibenaknya melihat ulah papanya?""Pa ... Kenapa yang ada di pikiran Papa hanya Nindya? Aku tahu dia putrimu. Salahkah aku jik aku pun ingin membahagiakan putriku? Putriku yang entah hidupnya berapa lama lagi. Tolong berilah waktu untuknya mengecap kebahagiaan walau tak selamanya. Ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya sebentar saja." Kiara mulai membela putrinya."Tidak seperti ini juga caranya, Ma. Papa tidak setuju. Ini cara yang salah. Sebaiknya Raya kita bawa ke rumah sakit terlebih dahulu.""Apakah Papa menuduh Raya berbohong? Bukankan sudah jelas surat keterangan dari dokter yang tempo hari ditunjukkan Raya pada kita?""Apa salahnya kita memeriksak

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12

Bab terbaru

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 15

    Rendy, Kiara, Andy dan juga Nindya sepakat untuk mengajak Raya ke rumah sakit memeriksakan kondisinya. Semua sudah dibicarakan semalam tanpa sepengetahuan gadis itu. Ada rasa sakit di hati Kiara, sebagai sang ibu yang sudah membesarkannya ia merasa terluka. Ia merasa perlakuan Rendy terhadap putrinya sungguh tidak adil. Meski sikap dan sifat Raya yang selama ini sedikit meresahkan, Kiara tetap menyayanginya."Raya, bersiaplah, Nak. Mandi dan segera bergabung ke meja makan." Kiara menghampiri putrinya yang masih berbaring di balik selimut. Padahal, hari sudah sangat pagi. Jam di dinding kamar pun sudah menunjuk angka 08.45 pagi. Tak bisa dipungkiri, gadis itu memang jauh berbeda dengan Nindya.“Hmmm … ini masih pagi, Ma. Memangnya kita mau ke mana?” tanya Raya setelah membuka mata. Beberapa kali gadis itu menggeliat lalu menguap.Kiara menggenggam tangan putri kesayangannya. Ada perasaan menyesal yang terbesit tiba-tiba. Kiara menyesal pernah menyakiti hati putrinya itu. “Kita mau jala

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 14

    "Apa yang sebenarnya terjadi, An? Ada apa ini?""Tadi siang, Raya mengancam bunuh diri. Ia hampir sja menoreh lengannya dengan pisau kecil. Aku replek, terpaksa mengatakan bersedia mendampinginya.""Astaga! Kenapa kamu seceroboh itu? Sekarang bagaimana? Nindya juga sangat membutuhkan kamu! Apalagi Alya, coba pikirkan, apa yang ada dibenaknya melihat ulah papanya?""Pa ... Kenapa yang ada di pikiran Papa hanya Nindya? Aku tahu dia putrimu. Salahkah aku jik aku pun ingin membahagiakan putriku? Putriku yang entah hidupnya berapa lama lagi. Tolong berilah waktu untuknya mengecap kebahagiaan walau tak selamanya. Ia hanya ingin menghabiskan sisa waktunya sebentar saja." Kiara mulai membela putrinya."Tidak seperti ini juga caranya, Ma. Papa tidak setuju. Ini cara yang salah. Sebaiknya Raya kita bawa ke rumah sakit terlebih dahulu.""Apakah Papa menuduh Raya berbohong? Bukankan sudah jelas surat keterangan dari dokter yang tempo hari ditunjukkan Raya pada kita?""Apa salahnya kita memeriksak

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 13

    "Mama sehat? Mama sadar dengan apa yang barusan mama katakan?""Please, Nin. Tolong lah.""Ma ... jangan mentang-mentang aku anak tiri Mama, Mama malah seenaknya mengajukan permintaan yang menurutku tidak masuk akal. Mama lupa? Aku sedang sakit juga. Aku sedang butuh perhatian dan dukungan untuk memulihkan kembali ingatanku. Mama lupa?""Raya lebih butuh Andy daripada kamu. Raya bisa dipanggil Tuhan kapan aja. Salahkah mama mengabulkan permintaannya? Sementara kamu, kamu punya waktu untuk sembuh dan kamu akan memiliki Andy sepenuhnya. Nin, mama tidak meminta Andy menikahi Raya, tidak sama sekali! Tapi, berikan kesempatan dia bahagia dengan lebih dekat dengan Andy. Please ...."Nindya terdiam. Meski ia melupakan perasaannya pada Andy, tapi itu tak membuat dia bisa melepas Andy begitu saja. Ini benar-benar tidak masuk akal baginya. Bagaimana mungkin ia harus merelakan Andy membagi kasih sayang dengan Raya. Tiba-tiba Kiara berlutut, ia memohon pada Nindya seraya memegang kedua kaki Nindy

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 12

    Nindya sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa lama berada di rumah sakit. Tak ada masalah yang berarti pada kesehatannya. Dokter hanya menyarankan agar Nindya tidak terlalu berusaha keras mengingat semua hal yang ia lupakan. Dengan dukungan beberapa obat, diharapkan ingatan Nindya bisa kembali pulih.Andy mengantarkan Nindya masuk ke dalam kamar, berharap wanita yang begitu sangat ia cintai bisa bertahan istirahat lebih banyak lagi. "Tidurlah, Sayang. Nanti kalau butuh apa-apa panggil aku ya?""Iya, Sayang. Oh ya, boleh nggak aku minta supaya Alya tinggal di sini saja? Tidak usah khawatir tentang aku, aku juga ingin agar lebih cepat mengingat semua tentang kita juga Alya. Mungkin dengan seringnya aku berinteraksi dengan Alya, aku akan mengingat banyak hal yang sudah terlupakan lebih cepat.""Kalau memang itu keinginan kamu, tidak masalah. Aku akan menjemput Alya besok. Kamu beristirahatlah, ini sudah malam.""Terima kasih, Sayang. Kamu mau ke mana? Kamu tidak lelah? istirahat saj

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 11

    Gio dan Raya kembali bertemu, mereka mulai memikirkan cara untuk memisahkan Andy dan Nindya. Keduanya masih tak mau mengalah, keduanya masih tak mau menerima keadaan dan takdir yang sudah seharusnya. Rasa cinta yang terlalu dalam membuat Gio dan Raya bersikeras untuk mencari segala cara agar bisa meraih keinginan mereka.Tiba-tiba Gio memiliki ide yang brilliant. Ia merasa ide cemerlangnya akan berhasil dan membuatnya bisa bersatu dengan Nindya. Gio membisikkan ide yang datang tiba-tiba itu pada Raya. Tentu saja Raya sangat menyetujui itu. Raya merasa itulah cara terbaik dan yakin akan berhasil."Kita mulai dari mana?""Kamu nanya? Kamu bertanya-tanya?""Astaga! Gio! Aku serius, kenapa malah ngajak bercanda sih?""Hahahha ... enggak. Aku hanya ngerasa lega akhirnya menemukan ide yang luar biasa ini.""Jadi keputusannya gimana?""Kita harus menemui seseorang. Tidak mungkin kan, tanpa bukti kamu tiba-tiba ngomong ke orang tuamu? Mereka tidak akan percaya.""Jadi?""Ikut aku!"Gio dan Ra

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 10

    Di tempat yang berbeda. Gio baru saja membuka mata. Seulas senyuman tersirat di bibirnya. "Ah ... akhirnya sebentar lagi aku akan memiliki Nindya," gumamnya.Gio beranjak, ia kemudian mengambil handuk lalu bergegas menuju kamar mand, membersihkan dirinya perlahan, sesekali ia bersiul. Sudah sejak lama hatinya tak sebahagia ini, bahkan saat bersama Raya dulu, tak sekali pun ia bisa melemparkan senyuman semanis ini.Pria tampan itu bergegas menuju kamar di mana Nindya tidur. "Inilah saatnya aku benar-benar memilikimu," ucapnya lirih setelah sampai di depan pintu.Gio menghela napas pelan. Ia lalu mengetuk pintu, tapi sayang, tak ada seorang pun yang merespon dari dalam sana. Gio mulai curiga, lalu segera membuka pintu, ia panik saat menyadari Nindya sudah tak ada lagi di sana.Gio berbekas meraih ponselnya lalu mencoba menghubungi nomor Nindya, tapi yang memberikan jawaban hanyalah operator telepon."Sial! Kenapa aku bisa kecolongan!" umpatnya penuh emosi.Gio bergegas menghubungi Raya.

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 9

    Nindya terpaku membaca catatan kecil pengingat tentang hari pernikahannya. Ia masih sulit untuk percaya jika dirinya benar-benar sudah menikah dengan Andy. Beberapa kali ia memukul kepalanya sendiri, berharap ada ingatan yang bisa muncul walau pun sedikit. Akan tetapi pada kenyataannya yang timbul hanyalah rasa sakit.Nindya membuka galeri pada ponselnya. Ia membuka album foto yang berjudul pernikahan. Begitu lengkap di sana. Ada gambar dirinya bersama dengan Andy, dari saat pre-wedding sampai ke acara resepsi.Selanjutnya Nindya membuka galeri berikutnya yang diberi judul keluarga kecilku. Di sana ada foto-foto Alya saat gadis itu baru lahir, sampai dengan foto-foto keluarga.Sebenarnya itu sudah cukup jelas memperlihatkan jika Nindya benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri."Lalu, kenapa aku sama sekali tak bisa mengingatnya meski pun sedikit?""Apa aku benar-benar sudah menikah dan memiliki seorang putri? Hah ... pertanyaan ini selalu saja menghantui pikiranku.""Baikl

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 8

    Luna baru saja pulang dari kuliah. Gadis itu belum sempat makan siang. Ia memutuskan untuk pergi ke cafe dan menikmati hidangan ala kadarnya. Namun, baru saja memasuki cafe, ia dikejutkan oleh keberadaan Nindya di sana yang tengah duduk bersama dengan seorang pria, tapi bukan suaminya, Andy.Ada yang aneh di pandangan Luna. Gadis itu melihat seperti ada yang tidak wajar dengan Nindya juga pria yang duduk di sisi kanannya. Luna berniat menegur dan mencoba bertanya, "Kak Nindya? Kenapa Kakak ada di sini? Siapa pria ini? Kenapa kalian terlihat begitu romantis? Suami kakak mana?""Kamu? Kamu gadis yang sempat datang ke rumah sakit saat aku sakit itu kan?""Iya, Kak! Aku Luna, aku yang sempat datang untuk menjenguk Kakak. Aku juga yang sempat menolong Kakak dari kecelakaan itu, juga putri Kakak." Luna sengaja menjelaskan panjang lebar siapa dirinya, berharap Nindya sadar."Setiap kita bertemu kamu selalu mengulang perkataan itu. Maksud kamu apa?""Tidak ada maksud buruk, Kak. Aku hanya ingi

  • Jangan Rebut Papaku, Tante! (Sequel Jadi Suamiku Ya, Om?)   Bab 7

    Langit biru mulai tampak. Matahari bersinar dengan cerahnya. Entah sudah berapa lama sejak peristiwa naas itu terjadi, keluarga Nindya menjadi sangat kacau dan berantakan. Banyak kejadian yang membuat keluarga harus berjuang lebih keras lagi demi kesembuhan Nindya.Semua sudah duduk rapi di meja makan. Hari ini Kiara memasak spesial makanan favorit Nindya. Tak lupa, kemarin keluarga itu sempat menjemput Alya di rumah orang tua Andy. Mengajaknya bergabung sekaligus untuk mencoba lagi memulihkan ingatan Nindya. Gadis kecil yang cantik dan manis itu sudah duduk di antara nenek dan kakeknya.Andy juga ada di sana. Lelaki tampan itu duduk dengan jarak satu kursi dari Raya, ia sengaja mengosongkan di tengah agar Nindya duduk di sana."Nindya kok belum ke luar dari kamar ya? Biasanya dia selalu bangun lebih awal.""Kurang tahu, Ma. Papa belum sempat nengok dia.""Biar aku saja ke kamar Nindya, Ma, Pa, membangunkannya. Mungkin dia masih terlelap," ucap Andy yang kemudian berdiri setelah berh

DMCA.com Protection Status