Share

04. Bertemu lagi

Penulis: silent-arl
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 16:50:06

Ke pindahan yang membawa arah baru bagi Alia dan Ivan sedang di lakukan. Meski mereka harus berpisah dengan Mira, namun mereka berhasil pindah ke kota.

Ibu kembali ke rumah setelah Alia pindah, dengan tegas ibu meminta untuk tidak lagi kembali apa pun yang terjadi.

Meski mustahil, Alia tetap mencoba menurutinya. Sebab, sampai saat ini, Ivan masih dianggap sebagai orang lain yang menyebalkan.

Dari pada sama-sama emosi, Alia tidak akan memaksa sang ibu menerima anaknya. Yang tidak langsung adalah cucunya sendiri.

Bisa jadi Ivan adalah cucu satu-satunya untuk keluarga ini.

“Ivan, nanti Ivan tidur sama ibu ya.” Ucap Alia yang baru saja selesai membongkar koper terakirnya.

Ivan mengangguk sambil celingukan “Bu, kita udah nggak sama tante Mira?”

Alia menggeleng, mencondongkan tubuhnya agar sejajar dengan Ivan yang berdiri di sebelah meja makan “Ivan nggak apa-apa kan tinggal berdua sama ibu?”

Anak kecil itu diam sejenak, menatap ibunya dan seisi rumah yang kosong. Hanya ada satu kamar, kamar mandi dan ruang tamu yang menyambung dengan ruang tv.

“Ivan sayang ibu.” Anak itu memeluk ibunya yang terlihat sedih.

Alia membalas pelukan Ivan dan mengelus rambut lembut anaknya itu “Ibu lebih sayang sama Ivan. Ibu janji akan selalu buat Ivan bahagia.”

Ivan meringgis, dia suka saat Alia memeluknya.

Rencananya, Alia akan mulai bekerja di sebuah perusahaan penerbitan. Sementara Ivan akan masuk TK mumpung umurnya sudah cukup.

Alia sudah mempersiapkan semuanya sebelum pindah, dia bahkan mencari sekolah yang lebih dekat dengan kantornya meski biayanya lumayan mahal.

Untung saja Ivan puas dengan sekolahnya, dan tidak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya.

***  

“Ivan, ayo berangkat nak.” Alia meneriaki Ivan yang sedang mengambil tasnya di kamar.

Keduanya sudah siap, Alia tidak membeli kendaraan karena semua sangat dekat. Dia memilih jalan kaki.

Ivan akhirnya keluar memakai seragam putih, merah dari sekolahnya. Ivan terlihat sangat lucu, sampai tanpa sadar Alia meneteskan air mata bangga.

Dia tidak sadar kalau anaknya kini sudah besar.

Alia mengantar Ivan yang langsung di sambut oleh para gurunya. Setelah itu, dia berjalan ke kantornya dengan terburu-buru.

Sebagai pegawai baru, Alia tidak mau kalau sampai citranya hancur karena terlambat.

Dia sedang menunggu lift terbuka dengan kaki yang bergoyang karena panik.

Dari belakangnya, ada seorang pria yang tak sengaja menyenggol Alia.

Sontak Alia menoleh, pria itu menatap Alia dari atas sampai bawah. Sosoknya amat mirip dengan Ivan, atau malah sebaliknya. Ivan yang mirip dengan pria yang ada di belakangnya ini.

“Pak Dimas.” Panggil seseorang yang baru saja datang.

Dunia ini terlalu sempit bagi Alia, bahkan untuk menghindari mantan kekasihnya saja sangat sulit.

Alia membatu di tempatnya berdiri. Seharusnya Dimas ada di Jerman, tapi kenapa dia ada di hadapannya saat ini. Apakah ini Dimas yang lain, tapi kenapa sangat mirip dengan Dimasnya.

Tubuh tegap dengan wajah tampan yang membuat jantung Alia berdebar-debar tak karuan.

Suara lift terbuka menyelamatkan Alia dari kecanggungan ini. Dia membiarkan Dimas dan rekannya masuk terlebih dahulu. Lebih baik dia menunggu lift selanjutnya.

“Nggak masuk?” tanya pria di sebelah Dimas.

Alia menggeleng “Duluan saja, saya bisa tunggu lift lagi.”

“Masuk saja.” Perintah Dimas yang kini menyibukan diri dengan ponselnya.

Mau tak mau Alia masuk, dia berdiri tepat di depan tombol angka yang berjejer vertikal. Dia menghindari kontak mata dengan dua pria yang berdiri di belakangnya.

Dimas menekan angka 8, sementara Alia menekan angka 10. Aman sudah, mereka berbeda lantai.

“Kamu nanti pindahin sekolah anakmu, Dim?” tanya pria sebelah Dimas.

Dimas mengangguk “Kasihan istriku kalau antar kejauhan.”

“Punya tiga anak itu susah bro.” Pria itu meninju lengan Dimas pelan “Jadi gimana soal proyek baru kita?”

Dimas menghela napas panjang dan melotot pada temannya “Bisa di bicarain nanti. Jangan di sini.”

Ketengan Alia tidak selesai sampai situ, di lantai 4 tiba-tiba segerombolan pekerja masuk dan membuat lift penuh sesak. Tubuh Alia terdorong sampai berada di sebelah Dimas.

Napas Alia semakin berat ketika kepalanya tak sengaja mengenai lengan Dimas. Dia terus tertunduk, marah, kecewa dan bingung bercampur menjadi satu.

Mengetahui kalau Dimas sudah memiliki keluarga dengan tiga anak. Rasanya tidak masuk akal kalau Alia mengungkit soal Ivan.

Toh dia sendiri yang ingin melahirkan Ivan saat semua orang menentangnya.

Ini sesuatu yang salah, dia tidak seharusnya merasakan getaran saat bersentuhan dengan Dimas.

Lagi, lagi lift menyelamatkan Alia. Lantai Dimas sudah tiba, pria dengan jas hitam itu keluar terlebih dahulu tanpa mennenggok kebelakang.

Seharusnya memang begitu. Alia lega sekaligus sedih, dia terus berharap kalau itu adalah pertemuan terakhir mereka.

***

“Perkenalkan, saya Alia, penerjemah sekaligus editor baru.” Alia tersenyum saat memperkenalkan dirinya. Sudah lama dia tidak berhadapan dengan orang sebanyak ini.

Manager Alia bangkit dari kursinya dan menjabat tangan Alia singkat “Selamat datang, Alia. Semoga kita bisa jadi tim yang semakin solid ya.”

Alia mengangguk “Baik bu. Saya mohon bimbingannya.”

Akhirnya Alia duduk di sebelah seorang wanita yang sedang fokus pada kerjaanya. Saking terlihat fokusnya, sampai Alia takut untuk menegurnya.

Baru juga hari pertama, Alia sudah mendapat pekerjaan yang setinggi harapan orang tua. Dia melewatkan makan siang agar bisa pulang tepat waktu dan menjemput Ivan.

“Alia, kamu bisa ikut saya rapat?” tanya bu Manager pada Alia.

Wajah Alia terkejut, bibirnya berkedut karena ini adalah hari pertamanya. Dia tidak tahu apa yang harus di bicarkan nanti di rapat itu.

“Santai, ini cuma rapat internal. Kebetulan tim pemasaran ada manager baru.” Lanjut wanita berkacamata itu.

Akhirnya Alia bisa memberikan senyuman “Baik,bu.”

Keduanya duduk di ruang rapat yang masih sepi. Alia sudah siap dengan buku catatan kecil di tangannya.

“Selamat siang semuanya.” Suara yang familiar baru saja masuk ke dalam ruangan rapat.

Sebelum bisa menjawab, Alia mendesah pelan ketika melihat Dimas yang masuk.

“Loh, kok pak Dimas yang datang duluan?” ujar manager Alia panik.

Dimas mengerutkan kening singkat “Bayu masih di bawah.”

Alia terkejut ketika Dimas duduk di kursi yang diperuntukan untuk direktur pemasaran.

Alia semakin menahan diri untuk tidak emosional, meskipun dadanya panas karena pria itu benar-benar baik-baik saja.

“Pak Dimas, kenalkan ini Alia. Dia staff baru di tim saya.”

Dimas hanya mengangguk singkat, membuka laptopnya “Saya sudah lihat tadi.”

Manager Alia meringis menahan malu, melirik Alia yang mengigit bibirnya kesal.

“Al, kamu ambilkan minum pak Dimas dulu.” Bisik manager pelan.

Ketika hendak bangkit, Dimas mengangkat jari telunjuknya “Tidak perlu, saya cuma sebentar.”

Dari sudut matanya, Dimas melirik Alia yang terus bermain dengan pulpennya.

Entah kenapa Dimas merasa ada yang berubah dari Alia.

Bab terkait

  • Jangan Pilih Aku   05. Ketahuan

    Rapat akhirnya selesai, Alia pamit ke kamar kecil untuk merenungkan semua yang sedang terjadi. Kakinya lemas sampai terduduk di toilet dengan mata tertutup.“Kenapa aku harus ketemu Dimas? Aku pengen hidup tenang.” Batin Alia nelangsa.Alia keluar setelah 10 menit menenangkan diri. Belum sempat kembali ke ruangannya, Alia sudah di panggil oleh direktur pemasaran yaitu Dimas.Kepala Alia pening, sebenarnya apa lagi yang Dimas inginkan.Gadis itu menggetuk ruangan Dimas.“Masuk.” Teriak Dimas dari dalam ruangan.Aila menunduk seakan tidak ingin bicara dengan Dimas.Dimas menggerutkan keningnya sembari menatap Alia tajam “Apa kabar, Al?”“Baik, pak.”“Aku Dimas, bukan direktur pemasaran.”Kini Alia yang mendengus kesal, matanya berubah dari takut menjadi berapi-api “Maaf pak Dimas, saya tidak paham. Setahu saya, Pak Dimas dan saya tidak saling kenal.” Desis Alia sebal.Bibir Dimas berkedut, dia tidak tahu kenapa Alia bisa sekesal itu “Setelah aku pindah, ibuku bilang kalau kamu datang ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Jangan Pilih Aku   06. Sekertaris mendadak

    Kalua ada yang bisa di salahkan, Alia tentu tetap akan menyalahkan dirinya sendiri karena telah memberi Dimas kesempatan berbuat salah dengannya.Bahkan ketika melihat Ivan yang tertidur pulas di sebelahnya dengan bibir yang sedikit terbuka. Anak itu seolah tidak memiliki beban. Ada sebersit perasaan lega di dalam hati Alia karena Ivan bisa tumbuh dengan baik.Alia tidak pernah menyangka hari di mana kebenaran akan terungkap terjadi secepat ini.Tanpa sadar Alia meneteskan sebutir air mata, apakah dia bisa bertahan dengan keadaan ini?Entahlah, yang jelas dia akan terus menjalaninya.Mustahil dia bisa keluar dari pekerjaan yang sekarang ini padahal baru sehari ia menjadi pegawai. Meski dia masih memiliki penghasilan dari luar, tetap saja, mempunyai pendapatan tetap akan lebih membuat dirinya tenang.*** Pagi itu, di kediaman Dimas yang terasa ramai karena teriakan anak-anaknya yang berhasil membangunkan pria yang baru tidur beberapa jam saja. Semalaman, Dimas tidak bisa memejamkan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Jangan Pilih Aku   07. Saka

    Malam ini Alia memutuskan untuk mengajak Ivan makan malam di luar. Kasihan anaknya tidak pernah bermain bersamanya lagi setelah Alia sibuk kerja.Meski Ivan tidak pernah mengeluh, tapi Alia sadar diri kalau peran ibu tunggal bukan hanya mencari nafkah. Banyak tugas yang harus ia jalani, salah satunya memberikan waktu di sela kesibukannya.Ivan melompat kegirangan saat Alia menjanjikan akan mengajak jalan-jalan setelah makan malam.“Ivan mau makan apa?” tanya Alia ketika mereka sampai di restoran Jepang.Ivan suka masakan Jepang, seperti ramen dan karage. Padahal masakan Jepang tidak terlalu masuk di lidah Alia.Ivan melirik ibunya malu-malu “Ivan mau es krim, bu.”Kepala Alia miring agar bisa menatap mata Ivan “Gimana kalau Ivan makan dulu, habis itu kita beli es krim di luar.” Dia harus bernegosiasi agar anaknya tidak kebanyakan gula.Ivan anak yang paham dan mudah diatur, dia mengangguk dan tersenyum pada Alia.*** Keributan di toko es krim membuat Alia berhimpit-himpitan dengan p

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Jangan Pilih Aku   08. Makan malam bersama

    Rupanya, pekerjaan sebagai sekertaris Dimas tidak begitu mulus. Alia melihat beberapa orang yang mencoba mendekati Dimas hanya karena jabatan pria itu. Setiap obrolan, tersisip maksud tersembunyi yang Alia pahami.Di mata Alia, Dimas sangat cakap dalam menjalankan pekerjaannya. Dia tegas tapi juga fleksibel dalam berkomunikasi. Dia mengakui kehebatan pria itu, wajar saja karir Dimas terhitung cepat naik jabatan.Alia masuk ke ruangan Dimas setelah mengetuk pintu. Pakaian kantornya selalu biasa saja, dengan celana panjang, kemeja dan blazer.“Selamat siang pak, Pak Albert mau datang 30 menit lagi.” Ujar Alia saat memberikan daftar pekerjaan Dimas siang ini.Dimas mengangguk, matanya masih fokus ke laptopnya. Hari ini banyak kerjaan yang harus segera ia selesaikan“Kamu makan siang di sini sama aku aja. Nggak ada waktu kalau makan di luar.” Ungkap Dimas, nadanya selalu lembut ketika bicara dengan Alia.Ingin sekali Alia mencubit Dimas, dia gemas dengan pria yang sok-sokan mengaturnya it

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-07
  • Jangan Pilih Aku   09. Ternyata kamu..

    Ponsel Alia tidak berhentikan bergetar, dia tidak menggubris. Seharusnya dia mematikan ponselnya daripada malah terjadi hal seperti ini. Lagian, siapa yang menghubungi malam-malam begini. “Bu, dari tadi HP ibu getar.” Ivan bicara karena dia merasakan juga getarannya.Alia gelagapan, dia tidak ingin Saka menjadi tidak nyaman.“Itu pasti urusan kerjaan.”Saka menaruh sendoknya, kini ia ingin fokus bicara dengan Alia “Kamu kerja di mana Alia?”“Di perusahaan penerbitan. Aku baru saja pindah dari editor ke sekertaris. Jadi masih masa peralihan, maaf ya.” Mendengar Alia mencoba menjelaskan bahkan tanpa diminta, Saka merasa senang. Walau ada yang menganggu di hatinya.Sebenarnya, siapakah ayah dari Ivan.Tapi sepertinya tidak sopan kalau menanyakan itu secara terang-terangan.“Alia, apa kamu hanya tinggal berdua dengan Ivan?”Alia mengangguk, dia sama sekali tidak malu dengan statusnya yang sebagai ibu tunggal.Saka menyelidik, dia berdehem mengamati Alia yang mengusap bibir Ivan “Lalu, k

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Jangan Pilih Aku   10. Masa laluku

    Dimas menghampiri Alia ketika gadis itu baru saja keluar dari taksi onlinenya. Alia berlari menuju pintu, ingin sekali dia menghindari Dimas.“Alia.” Panggil Dimas, dia menghadang Alia dengan cepat.Gadis itu menghela napas, muak melihat Dimas yang tidak menyerah untuk mendekatinya.“Kamu ngapain ke sini, Dimas. Aku benar-benar sudah muak denganmu. Kamu tahu, kamu itu pria yang tidak tahu malu. Setelah kamu membuangku, sekarang kamu merasa bersalah. Jangan mimpi, Dimas.” kecam Alia yang mulai kehabisan kesabaran.Semua yang di lakukan Dimas adalah untuk mendapatkan pengakuan dari Alia. Karena selama ini dia selalu hidup di bawah perintah dari keluarga Emily. Dia marasa sangat superior saat bersama Alia.Sedangkan Alia, malah semakin terganggu dengan Dimas. Ia hanya berharap Dimas sadar posisi dan berhenti mengejarnya.Tidak mau terlalu lama menanggapi Dimas, Alia mendorong tubuh pria itu.“Tolong pergi dari sini, Dim.”Dimas baru pergi setelah Emily meneleponnya.*** Alia kembali ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Jangan Pilih Aku   Hamil

    “Hamil, dok?” tanya Alia memastikan, sembari ia memegang perutnya yang masih datar.Dokter wanita itu mengangguk sembari tersenyum. Ini seharusnya menjadi kabar baik untuk sebagian wanita di luar sana.Tapi, tidak bagi Alia Melati, dia masih 21 tahun. Bahkan dia belum lulus kuliah, yang lebih parahnya lagi, Alia kini kehilangan ayah si jabang bayi.“Usia kandungan saya berapa minggu, dok?” Alia yakin seharusnya masih dini, baru dua kali dia melakukan hubungan badan dengan sang kekasih yang sudah menghilang bagai di telan bumi.Alia sungguh tidak menyangka, kenikmatan sementara itu berujung petaka baginya.“Kalau dari hitungan usg, usia kandungan sekitar 6 minggu.” Jelas sang dokter santai.Gadis itu masih membeku di kursinya dengan tangan yang sibuk menutupi perutnya. Dia sungguh tidak menyangka.Dokter tersebut memberikan resep berupa vitamin dan beberapa obat anti mual.Niat awal ingin memeriksakan diri karena tidak mengalami menstruasi selama 2 bulan. Alia malah dikejutkan dengan j

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Jangan Pilih Aku   02. Berita buruk

    Kamar menjadi satu-satunya tempat Alia bersembunyi. Dunia luar terlalu menekannya, seolah hanya dia pendosa yang ada di dunia ini.Sang ibu sedang mengamuk di luar kamarnya. Terdengar beberapa barang yang jatuh ke lantai dengan keras.Alia hanya bisa menangis di balik pintu sembari menutupi mulutnya. Jangan sampai ada suara yang keluar dari mulutnya. Ini hukuman yang pantas ia dapat. Dan, Alia sadar akan hal itu.Setelah hampir dua jam, Alia tidak lagi mendengar suara ribut dari luar. Dia memberanikan diri untuk membuka pintu.Mungkin dia harus segera keluar dari rumah kalau tidak mau membuat masalah semakin panjang. Baru saja Alia hendak ke dapur ibu keluar dari kamar membawa gelas di tangannya.“Masih di sini kamu?” tanya ibu, nadanya sangat ketus sampai melukai Alia.Alia menoleh takut “Bu, Alia mau ambil..” belum juga dia selesai bicara, ibu sudah melemparkan gelas itu tepat di depan Alia. Gelas itu terpecah, hingga pecahannya mengenai kakinya hingga berdarah.Raut wajah Alia meri

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26

Bab terbaru

  • Jangan Pilih Aku   10. Masa laluku

    Dimas menghampiri Alia ketika gadis itu baru saja keluar dari taksi onlinenya. Alia berlari menuju pintu, ingin sekali dia menghindari Dimas.“Alia.” Panggil Dimas, dia menghadang Alia dengan cepat.Gadis itu menghela napas, muak melihat Dimas yang tidak menyerah untuk mendekatinya.“Kamu ngapain ke sini, Dimas. Aku benar-benar sudah muak denganmu. Kamu tahu, kamu itu pria yang tidak tahu malu. Setelah kamu membuangku, sekarang kamu merasa bersalah. Jangan mimpi, Dimas.” kecam Alia yang mulai kehabisan kesabaran.Semua yang di lakukan Dimas adalah untuk mendapatkan pengakuan dari Alia. Karena selama ini dia selalu hidup di bawah perintah dari keluarga Emily. Dia marasa sangat superior saat bersama Alia.Sedangkan Alia, malah semakin terganggu dengan Dimas. Ia hanya berharap Dimas sadar posisi dan berhenti mengejarnya.Tidak mau terlalu lama menanggapi Dimas, Alia mendorong tubuh pria itu.“Tolong pergi dari sini, Dim.”Dimas baru pergi setelah Emily meneleponnya.*** Alia kembali ke

  • Jangan Pilih Aku   09. Ternyata kamu..

    Ponsel Alia tidak berhentikan bergetar, dia tidak menggubris. Seharusnya dia mematikan ponselnya daripada malah terjadi hal seperti ini. Lagian, siapa yang menghubungi malam-malam begini. “Bu, dari tadi HP ibu getar.” Ivan bicara karena dia merasakan juga getarannya.Alia gelagapan, dia tidak ingin Saka menjadi tidak nyaman.“Itu pasti urusan kerjaan.”Saka menaruh sendoknya, kini ia ingin fokus bicara dengan Alia “Kamu kerja di mana Alia?”“Di perusahaan penerbitan. Aku baru saja pindah dari editor ke sekertaris. Jadi masih masa peralihan, maaf ya.” Mendengar Alia mencoba menjelaskan bahkan tanpa diminta, Saka merasa senang. Walau ada yang menganggu di hatinya.Sebenarnya, siapakah ayah dari Ivan.Tapi sepertinya tidak sopan kalau menanyakan itu secara terang-terangan.“Alia, apa kamu hanya tinggal berdua dengan Ivan?”Alia mengangguk, dia sama sekali tidak malu dengan statusnya yang sebagai ibu tunggal.Saka menyelidik, dia berdehem mengamati Alia yang mengusap bibir Ivan “Lalu, k

  • Jangan Pilih Aku   08. Makan malam bersama

    Rupanya, pekerjaan sebagai sekertaris Dimas tidak begitu mulus. Alia melihat beberapa orang yang mencoba mendekati Dimas hanya karena jabatan pria itu. Setiap obrolan, tersisip maksud tersembunyi yang Alia pahami.Di mata Alia, Dimas sangat cakap dalam menjalankan pekerjaannya. Dia tegas tapi juga fleksibel dalam berkomunikasi. Dia mengakui kehebatan pria itu, wajar saja karir Dimas terhitung cepat naik jabatan.Alia masuk ke ruangan Dimas setelah mengetuk pintu. Pakaian kantornya selalu biasa saja, dengan celana panjang, kemeja dan blazer.“Selamat siang pak, Pak Albert mau datang 30 menit lagi.” Ujar Alia saat memberikan daftar pekerjaan Dimas siang ini.Dimas mengangguk, matanya masih fokus ke laptopnya. Hari ini banyak kerjaan yang harus segera ia selesaikan“Kamu makan siang di sini sama aku aja. Nggak ada waktu kalau makan di luar.” Ungkap Dimas, nadanya selalu lembut ketika bicara dengan Alia.Ingin sekali Alia mencubit Dimas, dia gemas dengan pria yang sok-sokan mengaturnya it

  • Jangan Pilih Aku   07. Saka

    Malam ini Alia memutuskan untuk mengajak Ivan makan malam di luar. Kasihan anaknya tidak pernah bermain bersamanya lagi setelah Alia sibuk kerja.Meski Ivan tidak pernah mengeluh, tapi Alia sadar diri kalau peran ibu tunggal bukan hanya mencari nafkah. Banyak tugas yang harus ia jalani, salah satunya memberikan waktu di sela kesibukannya.Ivan melompat kegirangan saat Alia menjanjikan akan mengajak jalan-jalan setelah makan malam.“Ivan mau makan apa?” tanya Alia ketika mereka sampai di restoran Jepang.Ivan suka masakan Jepang, seperti ramen dan karage. Padahal masakan Jepang tidak terlalu masuk di lidah Alia.Ivan melirik ibunya malu-malu “Ivan mau es krim, bu.”Kepala Alia miring agar bisa menatap mata Ivan “Gimana kalau Ivan makan dulu, habis itu kita beli es krim di luar.” Dia harus bernegosiasi agar anaknya tidak kebanyakan gula.Ivan anak yang paham dan mudah diatur, dia mengangguk dan tersenyum pada Alia.*** Keributan di toko es krim membuat Alia berhimpit-himpitan dengan p

  • Jangan Pilih Aku   06. Sekertaris mendadak

    Kalua ada yang bisa di salahkan, Alia tentu tetap akan menyalahkan dirinya sendiri karena telah memberi Dimas kesempatan berbuat salah dengannya.Bahkan ketika melihat Ivan yang tertidur pulas di sebelahnya dengan bibir yang sedikit terbuka. Anak itu seolah tidak memiliki beban. Ada sebersit perasaan lega di dalam hati Alia karena Ivan bisa tumbuh dengan baik.Alia tidak pernah menyangka hari di mana kebenaran akan terungkap terjadi secepat ini.Tanpa sadar Alia meneteskan sebutir air mata, apakah dia bisa bertahan dengan keadaan ini?Entahlah, yang jelas dia akan terus menjalaninya.Mustahil dia bisa keluar dari pekerjaan yang sekarang ini padahal baru sehari ia menjadi pegawai. Meski dia masih memiliki penghasilan dari luar, tetap saja, mempunyai pendapatan tetap akan lebih membuat dirinya tenang.*** Pagi itu, di kediaman Dimas yang terasa ramai karena teriakan anak-anaknya yang berhasil membangunkan pria yang baru tidur beberapa jam saja. Semalaman, Dimas tidak bisa memejamkan m

  • Jangan Pilih Aku   05. Ketahuan

    Rapat akhirnya selesai, Alia pamit ke kamar kecil untuk merenungkan semua yang sedang terjadi. Kakinya lemas sampai terduduk di toilet dengan mata tertutup.“Kenapa aku harus ketemu Dimas? Aku pengen hidup tenang.” Batin Alia nelangsa.Alia keluar setelah 10 menit menenangkan diri. Belum sempat kembali ke ruangannya, Alia sudah di panggil oleh direktur pemasaran yaitu Dimas.Kepala Alia pening, sebenarnya apa lagi yang Dimas inginkan.Gadis itu menggetuk ruangan Dimas.“Masuk.” Teriak Dimas dari dalam ruangan.Aila menunduk seakan tidak ingin bicara dengan Dimas.Dimas menggerutkan keningnya sembari menatap Alia tajam “Apa kabar, Al?”“Baik, pak.”“Aku Dimas, bukan direktur pemasaran.”Kini Alia yang mendengus kesal, matanya berubah dari takut menjadi berapi-api “Maaf pak Dimas, saya tidak paham. Setahu saya, Pak Dimas dan saya tidak saling kenal.” Desis Alia sebal.Bibir Dimas berkedut, dia tidak tahu kenapa Alia bisa sekesal itu “Setelah aku pindah, ibuku bilang kalau kamu datang ke

  • Jangan Pilih Aku   04. Bertemu lagi

    Ke pindahan yang membawa arah baru bagi Alia dan Ivan sedang di lakukan. Meski mereka harus berpisah dengan Mira, namun mereka berhasil pindah ke kota.Ibu kembali ke rumah setelah Alia pindah, dengan tegas ibu meminta untuk tidak lagi kembali apa pun yang terjadi.Meski mustahil, Alia tetap mencoba menurutinya. Sebab, sampai saat ini, Ivan masih dianggap sebagai orang lain yang menyebalkan.Dari pada sama-sama emosi, Alia tidak akan memaksa sang ibu menerima anaknya. Yang tidak langsung adalah cucunya sendiri.Bisa jadi Ivan adalah cucu satu-satunya untuk keluarga ini.“Ivan, nanti Ivan tidur sama ibu ya.” Ucap Alia yang baru saja selesai membongkar koper terakirnya.Ivan mengangguk sambil celingukan “Bu, kita udah nggak sama tante Mira?”Alia menggeleng, mencondongkan tubuhnya agar sejajar dengan Ivan yang berdiri di sebelah meja makan “Ivan nggak apa-apa kan tinggal berdua sama ibu?”Anak kecil itu diam sejenak, menatap ibunya dan seisi rumah yang kosong. Hanya ada satu kamar, kama

  • Jangan Pilih Aku   03. Kehidupan baru

    Lebih mudah mencari kambing hitam dibanding mencari solusi. Itu yang ingin Alia lakukan tapi dia tidak memiliki kuasa atas apa yang sedang terjadi.Kebodohan adalah masalahnya, Alia mengutuk kebodohannya sendiri karena sudah terbuai dengan janji manis Dimas waktu itu. Kalau bisa mengulang waktu, Alia akan berharap agar tidak mengenal Dimas.Saat perutnya terasa begah karena sudah amat besar. Alia menngelus perutnya pelan saat calon anaknya memberikan tendangan munggil “Bukan nak, ibu nggak salahin kamu.” Ucapnya pada diri sendiri, Alia sudah berdamai dengan kehamilannya.Dia bahkan hanya tinggal menghitung hari sampai waktunya melahirkan.Membayangkan itu membuat Alia tiba-tiba merasa mual sekaligus bersemangat.Tidak ada yang berubah, kecuali sang ibu yang menghilang setelah kandungan Alia tepat berusia 5 bulan.Tanpa pamit, ibu juga ikut menghilang bak pergi ke dimensi lain yang berbeda dengan Alia.Alia tidak mencoba mencarinya, dia lelah mencari. Kini dia hanya bisa menunggu, menu

  • Jangan Pilih Aku   02. Berita buruk

    Kamar menjadi satu-satunya tempat Alia bersembunyi. Dunia luar terlalu menekannya, seolah hanya dia pendosa yang ada di dunia ini.Sang ibu sedang mengamuk di luar kamarnya. Terdengar beberapa barang yang jatuh ke lantai dengan keras.Alia hanya bisa menangis di balik pintu sembari menutupi mulutnya. Jangan sampai ada suara yang keluar dari mulutnya. Ini hukuman yang pantas ia dapat. Dan, Alia sadar akan hal itu.Setelah hampir dua jam, Alia tidak lagi mendengar suara ribut dari luar. Dia memberanikan diri untuk membuka pintu.Mungkin dia harus segera keluar dari rumah kalau tidak mau membuat masalah semakin panjang. Baru saja Alia hendak ke dapur ibu keluar dari kamar membawa gelas di tangannya.“Masih di sini kamu?” tanya ibu, nadanya sangat ketus sampai melukai Alia.Alia menoleh takut “Bu, Alia mau ambil..” belum juga dia selesai bicara, ibu sudah melemparkan gelas itu tepat di depan Alia. Gelas itu terpecah, hingga pecahannya mengenai kakinya hingga berdarah.Raut wajah Alia meri

DMCA.com Protection Status