Home / Rumah Tangga / Jangan Pilih Aku / 04. Bertemu lagi

Share

04. Bertemu lagi

Author: silent-arl
last update Last Updated: 2024-11-27 16:50:06

Ke pindahan yang membawa arah baru bagi Alia dan Ivan sedang di lakukan. Meski mereka harus berpisah dengan Mira, namun mereka berhasil pindah ke kota.

Ibu kembali ke rumah setelah Alia pindah, dengan tegas ibu meminta untuk tidak lagi kembali apa pun yang terjadi.

Meski mustahil, Alia tetap mencoba menurutinya. Sebab, sampai saat ini, Ivan masih dianggap sebagai orang lain yang menyebalkan.

Dari pada sama-sama emosi, Alia tidak akan memaksa sang ibu menerima anaknya. Yang tidak langsung adalah cucunya sendiri.

Bisa jadi Ivan adalah cucu satu-satunya untuk keluarga ini.

“Ivan, nanti Ivan tidur sama ibu ya.” Ucap Alia yang baru saja selesai membongkar koper terakirnya.

Ivan mengangguk sambil celingukan “Bu, kita udah nggak sama tante Mira?”

Alia menggeleng, mencondongkan tubuhnya agar sejajar dengan Ivan yang berdiri di sebelah meja makan “Ivan nggak apa-apa kan tinggal berdua sama ibu?”

Anak kecil itu diam sejenak, menatap ibunya dan seisi rumah yang kosong. Hanya ada satu kamar, kamar mandi dan ruang tamu yang menyambung dengan ruang tv.

“Ivan sayang ibu.” Anak itu memeluk ibunya yang terlihat sedih.

Alia membalas pelukan Ivan dan mengelus rambut lembut anaknya itu “Ibu lebih sayang sama Ivan. Ibu janji akan selalu buat Ivan bahagia.”

Ivan meringgis, dia suka saat Alia memeluknya.

Rencananya, Alia akan mulai bekerja di sebuah perusahaan penerbitan. Sementara Ivan akan masuk TK mumpung umurnya sudah cukup.

Alia sudah mempersiapkan semuanya sebelum pindah, dia bahkan mencari sekolah yang lebih dekat dengan kantornya meski biayanya lumayan mahal.

Untung saja Ivan puas dengan sekolahnya, dan tidak sabar untuk bertemu dengan teman-temannya.

***  

“Ivan, ayo berangkat nak.” Alia meneriaki Ivan yang sedang mengambil tasnya di kamar.

Keduanya sudah siap, Alia tidak membeli kendaraan karena semua sangat dekat. Dia memilih jalan kaki.

Ivan akhirnya keluar memakai seragam putih, merah dari sekolahnya. Ivan terlihat sangat lucu, sampai tanpa sadar Alia meneteskan air mata bangga.

Dia tidak sadar kalau anaknya kini sudah besar.

Alia mengantar Ivan yang langsung di sambut oleh para gurunya. Setelah itu, dia berjalan ke kantornya dengan terburu-buru.

Sebagai pegawai baru, Alia tidak mau kalau sampai citranya hancur karena terlambat.

Dia sedang menunggu lift terbuka dengan kaki yang bergoyang karena panik.

Dari belakangnya, ada seorang pria yang tak sengaja menyenggol Alia.

Sontak Alia menoleh, pria itu menatap Alia dari atas sampai bawah. Sosoknya amat mirip dengan Ivan, atau malah sebaliknya. Ivan yang mirip dengan pria yang ada di belakangnya ini.

“Pak Dimas.” Panggil seseorang yang baru saja datang.

Dunia ini terlalu sempit bagi Alia, bahkan untuk menghindari mantan kekasihnya saja sangat sulit.

Alia membatu di tempatnya berdiri. Seharusnya Dimas ada di Jerman, tapi kenapa dia ada di hadapannya saat ini. Apakah ini Dimas yang lain, tapi kenapa sangat mirip dengan Dimasnya.

Tubuh tegap dengan wajah tampan yang membuat jantung Alia berdebar-debar tak karuan.

Suara lift terbuka menyelamatkan Alia dari kecanggungan ini. Dia membiarkan Dimas dan rekannya masuk terlebih dahulu. Lebih baik dia menunggu lift selanjutnya.

“Nggak masuk?” tanya pria di sebelah Dimas.

Alia menggeleng “Duluan saja, saya bisa tunggu lift lagi.”

“Masuk saja.” Perintah Dimas yang kini menyibukan diri dengan ponselnya.

Mau tak mau Alia masuk, dia berdiri tepat di depan tombol angka yang berjejer vertikal. Dia menghindari kontak mata dengan dua pria yang berdiri di belakangnya.

Dimas menekan angka 8, sementara Alia menekan angka 10. Aman sudah, mereka berbeda lantai.

“Kamu nanti pindahin sekolah anakmu, Dim?” tanya pria sebelah Dimas.

Dimas mengangguk “Kasihan istriku kalau antar kejauhan.”

“Punya tiga anak itu susah bro.” Pria itu meninju lengan Dimas pelan “Jadi gimana soal proyek baru kita?”

Dimas menghela napas panjang dan melotot pada temannya “Bisa di bicarain nanti. Jangan di sini.”

Ketengan Alia tidak selesai sampai situ, di lantai 4 tiba-tiba segerombolan pekerja masuk dan membuat lift penuh sesak. Tubuh Alia terdorong sampai berada di sebelah Dimas.

Napas Alia semakin berat ketika kepalanya tak sengaja mengenai lengan Dimas. Dia terus tertunduk, marah, kecewa dan bingung bercampur menjadi satu.

Mengetahui kalau Dimas sudah memiliki keluarga dengan tiga anak. Rasanya tidak masuk akal kalau Alia mengungkit soal Ivan.

Toh dia sendiri yang ingin melahirkan Ivan saat semua orang menentangnya.

Ini sesuatu yang salah, dia tidak seharusnya merasakan getaran saat bersentuhan dengan Dimas.

Lagi, lagi lift menyelamatkan Alia. Lantai Dimas sudah tiba, pria dengan jas hitam itu keluar terlebih dahulu tanpa mennenggok kebelakang.

Seharusnya memang begitu. Alia lega sekaligus sedih, dia terus berharap kalau itu adalah pertemuan terakhir mereka.

***

“Perkenalkan, saya Alia, penerjemah sekaligus editor baru.” Alia tersenyum saat memperkenalkan dirinya. Sudah lama dia tidak berhadapan dengan orang sebanyak ini.

Manager Alia bangkit dari kursinya dan menjabat tangan Alia singkat “Selamat datang, Alia. Semoga kita bisa jadi tim yang semakin solid ya.”

Alia mengangguk “Baik bu. Saya mohon bimbingannya.”

Akhirnya Alia duduk di sebelah seorang wanita yang sedang fokus pada kerjaanya. Saking terlihat fokusnya, sampai Alia takut untuk menegurnya.

Baru juga hari pertama, Alia sudah mendapat pekerjaan yang setinggi harapan orang tua. Dia melewatkan makan siang agar bisa pulang tepat waktu dan menjemput Ivan.

“Alia, kamu bisa ikut saya rapat?” tanya bu Manager pada Alia.

Wajah Alia terkejut, bibirnya berkedut karena ini adalah hari pertamanya. Dia tidak tahu apa yang harus di bicarkan nanti di rapat itu.

“Santai, ini cuma rapat internal. Kebetulan tim pemasaran ada manager baru.” Lanjut wanita berkacamata itu.

Akhirnya Alia bisa memberikan senyuman “Baik,bu.”

Keduanya duduk di ruang rapat yang masih sepi. Alia sudah siap dengan buku catatan kecil di tangannya.

“Selamat siang semuanya.” Suara yang familiar baru saja masuk ke dalam ruangan rapat.

Sebelum bisa menjawab, Alia mendesah pelan ketika melihat Dimas yang masuk.

“Loh, kok pak Dimas yang datang duluan?” ujar manager Alia panik.

Dimas mengerutkan kening singkat “Bayu masih di bawah.”

Alia terkejut ketika Dimas duduk di kursi yang diperuntukan untuk direktur pemasaran.

Alia semakin menahan diri untuk tidak emosional, meskipun dadanya panas karena pria itu benar-benar baik-baik saja.

“Pak Dimas, kenalkan ini Alia. Dia staff baru di tim saya.”

Dimas hanya mengangguk singkat, membuka laptopnya “Saya sudah lihat tadi.”

Manager Alia meringis menahan malu, melirik Alia yang mengigit bibirnya kesal.

“Al, kamu ambilkan minum pak Dimas dulu.” Bisik manager pelan.

Ketika hendak bangkit, Dimas mengangkat jari telunjuknya “Tidak perlu, saya cuma sebentar.”

Dari sudut matanya, Dimas melirik Alia yang terus bermain dengan pulpennya.

Entah kenapa Dimas merasa ada yang berubah dari Alia.

Related chapters

  • Jangan Pilih Aku   05. Ketahuan

    Rapat akhirnya selesai, Alia pamit ke kamar kecil untuk merenungkan semua yang sedang terjadi. Kakinya lemas sampai terduduk di toilet dengan mata tertutup.“Kenapa aku harus ketemu Dimas? Aku pengen hidup tenang.” Batin Alia nelangsa.Alia keluar setelah 10 menit menenangkan diri. Belum sempat kembali ke ruangannya, Alia sudah di panggil oleh direktur pemasaran yaitu Dimas.Kepala Alia pening, sebenarnya apa lagi yang Dimas inginkan.Gadis itu menggetuk ruangan Dimas.“Masuk.” Teriak Dimas dari dalam ruangan.Aila menunduk seakan tidak ingin bicara dengan Dimas.Dimas menggerutkan keningnya sembari menatap Alia tajam “Apa kabar, Al?”“Baik, pak.”“Aku Dimas, bukan direktur pemasaran.”Kini Alia yang mendengus kesal, matanya berubah dari takut menjadi berapi-api “Maaf pak Dimas, saya tidak paham. Setahu saya, Pak Dimas dan saya tidak saling kenal.” Desis Alia sebal.Bibir Dimas berkedut, dia tidak tahu kenapa Alia bisa sekesal itu “Setelah aku pindah, ibuku bilang kalau kamu datang ke

    Last Updated : 2024-11-28
  • Jangan Pilih Aku   06. Sekertaris mendadak

    Kalua ada yang bisa di salahkan, Alia tentu tetap akan menyalahkan dirinya sendiri karena telah memberi Dimas kesempatan berbuat salah dengannya.Bahkan ketika melihat Ivan yang tertidur pulas di sebelahnya dengan bibir yang sedikit terbuka. Anak itu seolah tidak memiliki beban. Ada sebersit perasaan lega di dalam hati Alia karena Ivan bisa tumbuh dengan baik.Alia tidak pernah menyangka hari di mana kebenaran akan terungkap terjadi secepat ini.Tanpa sadar Alia meneteskan sebutir air mata, apakah dia bisa bertahan dengan keadaan ini?Entahlah, yang jelas dia akan terus menjalaninya.Mustahil dia bisa keluar dari pekerjaan yang sekarang ini padahal baru sehari ia menjadi pegawai. Meski dia masih memiliki penghasilan dari luar, tetap saja, mempunyai pendapatan tetap akan lebih membuat dirinya tenang.*** Pagi itu, di kediaman Dimas yang terasa ramai karena teriakan anak-anaknya yang berhasil membangunkan pria yang baru tidur beberapa jam saja. Semalaman, Dimas tidak bisa memejamkan m

    Last Updated : 2024-12-05
  • Jangan Pilih Aku   07. Saka

    Malam ini Alia memutuskan untuk mengajak Ivan makan malam di luar. Kasihan anaknya tidak pernah bermain bersamanya lagi setelah Alia sibuk kerja.Meski Ivan tidak pernah mengeluh, tapi Alia sadar diri kalau peran ibu tunggal bukan hanya mencari nafkah. Banyak tugas yang harus ia jalani, salah satunya memberikan waktu di sela kesibukannya.Ivan melompat kegirangan saat Alia menjanjikan akan mengajak jalan-jalan setelah makan malam.“Ivan mau makan apa?” tanya Alia ketika mereka sampai di restoran Jepang.Ivan suka masakan Jepang, seperti ramen dan karage. Padahal masakan Jepang tidak terlalu masuk di lidah Alia.Ivan melirik ibunya malu-malu “Ivan mau es krim, bu.”Kepala Alia miring agar bisa menatap mata Ivan “Gimana kalau Ivan makan dulu, habis itu kita beli es krim di luar.” Dia harus bernegosiasi agar anaknya tidak kebanyakan gula.Ivan anak yang paham dan mudah diatur, dia mengangguk dan tersenyum pada Alia.*** Keributan di toko es krim membuat Alia berhimpit-himpitan dengan p

    Last Updated : 2024-12-06
  • Jangan Pilih Aku   08. Makan malam bersama

    Rupanya, pekerjaan sebagai sekertaris Dimas tidak begitu mulus. Alia melihat beberapa orang yang mencoba mendekati Dimas hanya karena jabatan pria itu. Setiap obrolan, tersisip maksud tersembunyi yang Alia pahami.Di mata Alia, Dimas sangat cakap dalam menjalankan pekerjaannya. Dia tegas tapi juga fleksibel dalam berkomunikasi. Dia mengakui kehebatan pria itu, wajar saja karir Dimas terhitung cepat naik jabatan.Alia masuk ke ruangan Dimas setelah mengetuk pintu. Pakaian kantornya selalu biasa saja, dengan celana panjang, kemeja dan blazer.“Selamat siang pak, Pak Albert mau datang 30 menit lagi.” Ujar Alia saat memberikan daftar pekerjaan Dimas siang ini.Dimas mengangguk, matanya masih fokus ke laptopnya. Hari ini banyak kerjaan yang harus segera ia selesaikan“Kamu makan siang di sini sama aku aja. Nggak ada waktu kalau makan di luar.” Ungkap Dimas, nadanya selalu lembut ketika bicara dengan Alia.Ingin sekali Alia mencubit Dimas, dia gemas dengan pria yang sok-sokan mengaturnya it

    Last Updated : 2024-12-07
  • Jangan Pilih Aku   09. Ternyata kamu..

    Ponsel Alia tidak berhentikan bergetar, dia tidak menggubris. Seharusnya dia mematikan ponselnya daripada malah terjadi hal seperti ini. Lagian, siapa yang menghubungi malam-malam begini. “Bu, dari tadi HP ibu getar.” Ivan bicara karena dia merasakan juga getarannya.Alia gelagapan, dia tidak ingin Saka menjadi tidak nyaman.“Itu pasti urusan kerjaan.”Saka menaruh sendoknya, kini ia ingin fokus bicara dengan Alia “Kamu kerja di mana Alia?”“Di perusahaan penerbitan. Aku baru saja pindah dari editor ke sekertaris. Jadi masih masa peralihan, maaf ya.” Mendengar Alia mencoba menjelaskan bahkan tanpa diminta, Saka merasa senang. Walau ada yang menganggu di hatinya.Sebenarnya, siapakah ayah dari Ivan.Tapi sepertinya tidak sopan kalau menanyakan itu secara terang-terangan.“Alia, apa kamu hanya tinggal berdua dengan Ivan?”Alia mengangguk, dia sama sekali tidak malu dengan statusnya yang sebagai ibu tunggal.Saka menyelidik, dia berdehem mengamati Alia yang mengusap bibir Ivan “Lalu, k

    Last Updated : 2024-12-08
  • Jangan Pilih Aku   10. Masa laluku

    Dimas menghampiri Alia ketika gadis itu baru saja keluar dari taksi onlinenya. Alia berlari menuju pintu, ingin sekali dia menghindari Dimas.“Alia.” Panggil Dimas, dia menghadang Alia dengan cepat.Gadis itu menghela napas, muak melihat Dimas yang tidak menyerah untuk mendekatinya.“Kamu ngapain ke sini, Dimas. Aku benar-benar sudah muak denganmu. Kamu tahu, kamu itu pria yang tidak tahu malu. Setelah kamu membuangku, sekarang kamu merasa bersalah. Jangan mimpi, Dimas.” kecam Alia yang mulai kehabisan kesabaran.Semua yang di lakukan Dimas adalah untuk mendapatkan pengakuan dari Alia. Karena selama ini dia selalu hidup di bawah perintah dari keluarga Emily. Dia marasa sangat superior saat bersama Alia.Sedangkan Alia, malah semakin terganggu dengan Dimas. Ia hanya berharap Dimas sadar posisi dan berhenti mengejarnya.Tidak mau terlalu lama menanggapi Dimas, Alia mendorong tubuh pria itu.“Tolong pergi dari sini, Dim.”Dimas baru pergi setelah Emily meneleponnya.*** Alia kembali ke

    Last Updated : 2024-12-10
  • Jangan Pilih Aku   11. Saka VS Dimas

    Tidak diberi ijin untuk cuti, karena baru beberapa minggu bergabung dengan perusahaan. Alia terpaksa meminta Saka untuk menjaga Ivan. Dia sudah menelepon Mira, dan menghubungi sekolah Ivan.Saka juga sedang libur, jadi dia tidak terlalu repot hari ini. Rasa terima kasih Alia kepada Saka kian meninggi. Alia terbiasa mandiri dan kini malah mendapatkan bala bantuan yang tak pernah ia bayangkan.Alia hanya berharap Saka tidak akan pernah meninggalkannya.Alia membuang rasa malu saat menerima tawaran Saka untuk menjaga Ivan. Dia tidak akan tenang kalau Ivan sendirian. Sebagai gantinya, dia berjanji akan pulang lebih awal.Sesampainya di kantor, Alia di kejutkan dengan rombongan yang memenuhi ruangan Dimas.“Oh jadi ini sekertaris baru kamu, Dimas?” celetuk Pak Darto yang duduk di kursi Dimas.Dimas menunduk dan mengangguk patuh. Melihat Dimas yang tidak berdaya, membuat Alia kehabisan kata-kata, dimana Dimas yang merasa semua isi dunia ini adalah miliknya.“Maaf, pak. Saya tidak tahu kalau

    Last Updated : 2024-12-12
  • Jangan Pilih Aku   12. Jangan pilih aku

    Saka kembali ke kamar Ivan dengan wajah tenang yang berbanding terbalik dengan Alia yang cemas.Jelas Alia cemas, di mata Alia, Dimas adalah pria yang serakah dan tak ingin melepaskannya meski sudah berbahagia dengan istri dan anaknya.Lebih dari hal itu, Alia tidak mau kalau sampai terjadi apa-apa dengan Saka.“Kamu nggak apa-apa, mas?” Alia mendekati Saka, menatap dari atas sampai bawah. Memastikan tidak ada lecet sedikit pun.Saka diam, mematung dengan mata yang tertuju pada bibir Alia yang sedari tadi mengap-mengap karena tak tahu harus berkata apa.Diamnya Saka membuat Alia semakin panik, dia meraih tangan Saka yang sedari tadi tersimpan di saku celananya “Mas?” tuntut Alia.“Dia sudah pergi, sepertinya dia cukup keras kepala.” Decak Saka, kini gantian dia yang meremas jemari Alia. Ingin sekali dia menerjang batasan untuk mencium gadis itu.Untung saja masih ada sisa kewarasan di otak Saka yang mencegah imajinasinya menjadi nyata. Ada Ivan yang menyaksikan keduanya bicara meski t

    Last Updated : 2024-12-12

Latest chapter

  • Jangan Pilih Aku   S2. Ivan Story 2

    Ivan tetap diberi ijin kepada Opanya untuuk mengambil kesempatan magang yang Saka berikan. Bagi Opanya, lebih baik Ivan menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu.Toh beberapa bulan lagi dia sudah resmi lulus.Ivan duduk di kamarnya dengan perasaan gusar karena dia terus terusik oleh Diana. Tadi siang gadis itu menelepon Ivan dan mengajak ketemuan besok siang di dekat parkiran. Ada yang ingin dia bicarakan.Tentu saja Ivan tidak langsung menyetujui hal itu. Sambil menatap ponsel, Ivan menggetuk-ngetuk kakinya ke lantai.“Sebenarnya dia mau apa?” gumam pria itu kesal, dia mendongakan kepala menatap langit-langit kamarnya yang remang-remang.Ivan beranjak dari kursinya ketika Omanya mengetuk pintu.“Van, ada yang cariin kamu.” Teriak Oma dari balik pintu.“Ya, Ma.”***Seorang wanita berdiri tidak jauh dari pajangan foto yang menunjukan semua anggota keluarga dari rumah tersebut.Wanita itu menatap Alia dengan hati-hati. Dengan parasnya yang cantik, Diana terhenti ketika melihat Ivan yang

  • Jangan Pilih Aku   S2. Ivan Story

    Ivan tidak pernah keberatan menjadi anak dari ayah sambungnya meski kini dia tahu kalau dia bukanlah anak kandungnya.Ayahnya bukan orang sembarangan, Saka Salendra, adalah seorang CEO yang sukses setelah berhenti dari pekerjaan lamanya yang merupakan seorang dokter.Setelah itu, dia menikah dengan ibunya, Alia. Melahirkan tiga adik yang usianya tidak berjarak jauh dari Ivan.Ada Arka, Saika, dan Raida.2 anak laki-laki dan dua lagi perempuan.Sekarang Ivan berusia 20 tahun, dia masih berkuliah di sebuah universitas swasta di kota. Sebenarnya Ivan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Oma dan Opanya. Karena mereka mulai kurang sehat, Ivan dengan sukarela menawarkan diri untuk menjaga mereka.Tapi pada dasarnya, Ivan memang lebih akrab dengan mereka ketimbang dengan orang tuanya sendiri.Bukan karena dibedakan, tapi, dia hanya malas dengan kondisi yang ramai. Ivan lebih pendiam dari yang dibayangkan.Sosok Ivan yang suka bicara

  • Jangan Pilih Aku   End

    Saka sigap mengangkat sang istri, dia tetap tenang. Ini bukan pertama kalinya dia Saka ada di posisi yang menegangkan seperti ini.“Ma, jagain Ivan.” Ujarnya saat melewati pintu.Pengalamannya sebagai dokter membuatnya bisa berpikir jernih dalam keadaan seperti ini.“Jangan lupa bernapas.” Ucap Saka menurunkan Alia di kursi penumpang.Alia mengangguk dan mengikuti instruksi Saka. Alia jadi ikut tenang karena Saka terlihat baik-baik saja.Alia mencengkram pahanya ketika gelombang kontraksi perlahan datang mulai sering dari sebelumnya. Alia meringsis merasa kesakitan.Melihat istrinya yang berusaha susah payah menahan sakit. Saka lantas tancap gas. Ketenangan yang tadi ada, kini mulai sirna, dia ikut panik sekarang.Di dalam mobil, suasana hening sekali. Yang terdengar hanya suara rintihan Alia.Sampai akhirnya mereka tiba di rumah sakit.Saka keluar dan langsung membuka pintu samping. Mempersilahkan Alia turun, gadis itu tidak mau di bopong karena kotor. Padahal Saka tidak masalah sama

  • Jangan Pilih Aku   33. Bahagia

    Malam itu, keduanya menghabiskan waktu bersama yang sempat tertunda. Saka seolah tidak pernah menyentuh istrinya, dia terus mengamati tubuh Alia yang semakin berubah.Bangun-bangun Alia masih berada dalam dekapan Saka. Tubuh mereka tidak memiliki jarak sama sekali, dan Alia menyukai itu. Aroma Saka yang tak pernah berubah dengan senyuman yang menyambutnya di pagi ini.Rasanya rindu yang selama ini terpendam menjadi tidak bermakna karena sebenarnya Saka tidak pernah meninggalkan Alia.“Sudah bangun?” tanya Saka yang mengusap wajah Alia.Alia mengangguk “Hari ini kita harus ke rumah sakit, mas.” Ujar sang istri yang sudah bersemangat.“Kalau gitu, biar aku siap-siap dulu.”Saka bangkit dari ranjang dan berjalan santai ke kamar mandi. Melihat punggung suaminya yang menghilang di balik pintu membuat Alia merasa cemas.Namun dia harus tetap tenang. Jangan sampai Saka malah merasa terbebani karen prasangkanya.Alia duduk di pinggir ranjangnya, mengambil baju tidurnya yang terjatuh. Wanita i

  • Jangan Pilih Aku   32. Ingatanku

    Alia sudah benar-benar pulih. Sekarang dia merawat Saka yang masih tak bisa mengingat siapapun bahkan dirinya sendiri.Saka sudah melalui beberapa tes dan hasilnya selalu sama saja. Tidak ada perubahan. Pria itu masih dinyatakan amnesia sampai batas waktu yang belum diketahui.Sementara itu, Alia memandikan sang suami dan melihat betapa banyaknya bekas luka yang mulai kering di tubuh Saka.Maklum, sudah tiga hari dia dirawat di rumah sakit ini. Dan, baru hari ini dia diperbolehkan mandi.“Duduk sini, mas.” Alia mempersilahkan Saka duduk di sisi kamar mandi yang memang disediakan untuk pasien.Saka menurut, dia meraih tangan Alia sambil menatap wanita itu “Aku mau potong rambut.”Senyum Alia terangkat kian tinggi “Nanti aku potong, sekarang mas mandi dulu, ya.”Alia bersikap sesabar itu. Dia tidak akan mengeluh. Keingannya sudah terkabul, kehadiran Saka saja sudah cukup bagi Alia. Terlepas dari apapun kondisi pria itu, Alia akan membantu Saka agar dia bisa sembuh kembali.Alia membuka

  • Jangan Pilih Aku   31. Aku siapa?

    Menjelang malam tiba. Papa Saka sampai di sebuah rumah sakit pinggir kota. Jaraknya sekitar 4 jam dari kota.Papa Saka mencari nama anaknya di sebuah papan yang bertuliskan beberapa nama korban kecelakaan.Pria itu berhenti di depan ranjang rumah pasien yang tidak memiliki nama. Firasat pria itu mengatakan kalau yang ada dibalik tirai tersebut.Menelan ludahnya dengan susah payah. Pria itu membuka tirai dan benar saja. Saka berbaring ditemani seorang wanita yang tertidur pulas di sebelahnya.“Anda siapa?” tanya Papa Saka curiga.Wanita itu terkejut, dia menatap Saka dan Papanya bergantian “Sa-saya..”Sebelum wanita itu selesai bicara, Saka terbangun. Matanya menyipit menatap sang Papa yang berdiri tak jauh dari ranjangnya.“Kamu siapa?” nada bicara Papa Saka meninggi tak sabaran.Wanita itu mengigit bibir bawahnya “Saya warga setempat yang menemukan bapak ini.”Papa Saka menghela napas panjang “Astaga, maafkan saya. Saya papanya Saka. Terima kasih untuk bantuan anda.” Papa Saka menya

  • Jangan Pilih Aku   30. Ketemu?

    “Telah terjadi sebuah kecelakaan pesawat…..” suara dari pewarta berita itu membuat telinga Alia berdengung kencang. Tv yang tadi menampilkan berita kini terasa buram.Yang ada di dalam berita itu adalah pesawat yang tadi Saka tumpangi.Belum sempat Alia mencerna semua ucapan pembawa berita. Dia goyah dan berpegangan pada ujung sofa. Mama Saka yang juga mendengar kabar itu langsung menatap suaminya yang menunjukan ekspresi tegang.Papa Saka mengambil ponselnya dan meninggalkan kedua wanita yang kini saling berpegangan tangan.“Alia, tenangkan dirimu.” Ucap mama Saka dengan nada bergetar. Dia tidak mau terlihat lemah. Apalagi, menantunya yang mematung disebelahnya sedang butuh bantuan.Alia menoleh menatap sang ibu mertua yang juga berkaca-kaca “Ma, mas Saka, ma.”Tidak ada jawaban dari Mama Saka, wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu memeluk Alia yang gemetaran.Harapan kalau Saka baik-baik saja masih belum sirna. Mama Saka tidak bisa menahan air matanyanya ketika berita mem

  • Jangan Pilih Aku   29. Pamit

    Ide tersebut disambut baik oleh kedua orang tua Saka. Bagaimana tidak, akhirnya anaknya memiliki minat pada bisnis keluarga yang sudah lama mereka bangun.Setelah mereka bersusah payah menyiapkan masa depan yang cerah untuuk anak semata wayangnya. Saka malah merubah haluan menjadi dokter dan menutup semua komunikasi pada mereka.Maka, waktu dia meminta ijin menikah dengan Alia. Orang tuanya sudah senang karena akhirnya Saka menghubungi mereka terlebih dahulu.“Saka, mama sangat mendukung kalau kamu mau berhenti jadi dokter. Bukan berarti jadi dokter itu tidak baik. Hanya saja, kamu jadi sulit membagi waktu.” Oceh Mama mencoba meyakinkan anaknya. Beliau takut kalau ucapnnya terlalu terdengar agresif.Papa menatap istrinya penuh heran “Biarkan saja dia. Apa pun keputusan yang kamu ambil. Papa pasti mendukungmu.”Saka menatap kesebrang ruangan, dimana Alia sedang duduk bersama Ivan “Mereka sepadan, pa. Alia satu-satunya wanita yang bisa meyakinkanku dalam waktu sesingkat itu.”Papa menga

  • Jangan Pilih Aku   28. Berhenti

    Dimas meninggalkan Susan yang duduk termenung di kursi kamarnya. Meninggalkan perempuan yang sedang mengandung anaknya dengan perasaan sedih yang tak terbendung lagi.Masih dengan perasaan yang campur aduk. Dia tidak tahu kalau apa yang ia lakukan akan menjadi sekacau ini.Awalnya Susan yakin bisa meluluhkan Dimas, namun sampai akhir, Dimas selalu menjadikannya wanita pelampiasan agar mengantikan Alia.Perasaan benci kepada mantan anak buahnya muncul ke dalam hatinya. Seharusnya yang ada di dalam hati Dimas adalah dirinya, bukan Alia yang sudah bahagia dengan pilihannya sendiri.*** Di rumah sakit, Saka meminta ijin kepada seniornya untuk tidak ikut seminar. Pokoknya dia tidak akan meninggalkan istrinya apa pun alasannya.“Maaf, pak. Istri saya sedang hamil, jadi mungkin saya tidak bisa ikut dalam seminar itu.” Saka menatap atasannya dengan penuh ketegasan.Senior Saka yang duduk di kursi balik meja itu mendongak menatap dokter muda yang terlihat cemas “Hanya satu minggu, Saka. Apal

DMCA.com Protection Status