Kenaya menimbang apakah dia harus mengatakan jika anak yan dikandungnya adalah anak Kean. Dia takut jika Kean tidak percaya dengan apa yang akan dikatakannya. Namun, jika tidak dikatakan, Kean tidak akan tahu. “Ke—” Baru saja Kenaya ingin mengatakannya, tiba-tiba suara bel terdengar. Membuat Kenaya menghentikan ucapannya. “Itu pasti makanan yang aku pesan.” Kean memberitahu. Dia segera berdiri. “Cepatlah pakai pakaianmu, dan ayo kita makan.” Kean segera berlalu keluar untuk mengambil makanan yang dipesannya. Kenaya hanya bisa terpaku melihat Kean yang pergi. Dia merasa waktunya belum tepat untuk mengatakan ini semua. Kenaya merasa dia akan mencari waktu untuk mengatakannya. Sesuai dengan perintah Kean, Kenaya segera memakai baju yang diberikan oleh Kean. Beruntung baju yang diberikan cukup besar. Jadi dia bisa memakainya dengan nyaman. Di luar, Kean menerima makanan yang dipesan. Kemudian membawa makanan tersebut ke meja makan. Dengan semangat Kean memindahkan makanan ke piring sa
Jerick sampai di rumah orang tuanya. Karena pemilik taksi tidak mau mengatakan padanya ke mana penumpang dibawa oleh sopir, akhirnya dia memilih untuk meminta bantuan papanya. “Ada apa kamu ke sini?” Hendrik menatap anaknya. “Kenaya kabur, Pa. Jadi aku mau meminta papa untuk menyuruh pemilik taksi membuka data penumpang.” Jerick menjelaskan. “Kabur?” Winda langsung menyambar ucapan sang anak. “Kabur ke mana maksud kamu?” Dia segera menghampiri sang anak untuk menanyakan hal itu.“Aku tidak tahu, Ma. Semalam, aku menginap di hotel setelah pesta, dan saat pagi dia pergi.” Jerick mencoba menjelaskan hal itu. “Apa kamu memukulnya lagi?” Hendrik sudah tahu kebiasaan anaknya. Beberapa kali dia melihat menantunya dengan wajah lebam, dan saat ditanya ternyata anaknya yang memukul. Jerick tidak bisa berkata apa-apa ketika papanya langsung menembak dengan pertanyaan itu. Saat mendapati anaknya diam saja, Hendrik menjelaskan jika pasti anaknya itu memukul istrinya. “Papa heran denganmu. Kam
Kean ke mal yang tak jauh dari tower apartemennya. Tepatnya di samping apartemennya. Apartemen milik Maxton itu memang dibangun dengan fasilitas lengkap. Ada mal, kolam renang, tempat fitnes, dan banyak lagi. Keluarga Adion memang memiliki beberapa unit apartemen. Namun, tidak ada yang ditempati, mereka semua memilik tinggal di rumah. Di mal, Kean harus mencari baju untuk Kenaya. Karena itu dia mencari toko yang menjual pakaian ibu hamil. Dia merasa akan mudah menemukan baju yang pas di sana untuk Kenaya. Beruntung di mal tersebut terdapat toko yang menjual pakaian ibu hamil. Jadi dia bisa memilih baju untuk Kenaya. “Selamat datang.” Seorang pramuniaga menyambut Kean. Kean mengulas senyumnya.“Ada yang bisa saya bantu, Pak? Mau cari pakaian atau mencari kebutuhan untuk ibu hamil?” “Saya ingin mencari pakaian untuk ibu hamil.” Kean menjelaskan apa yang membuatnya datang ke toko ini. “Silakan.” Pramuniaga mengantarkan Kean ke bagian gaun ibu hamil. Kean mengikuti pramuniaga yang a
“Aku sedang akan bertemu klien. Kebetulan dia mengajak janjian di sini.” Aurora menjelaskan. “Kamu akan pergi ke ulang tahun temanmu?” tanya Aurora memastikan kembali. “Iya, aku akan segera pergi. Jadi maaf, aku tidak bisa lama-lama mengobrol.” Kean harus segera kembali. Jadi dia memilih menghindar. “Baiklah, lain kali kita bisa bertemu kembali.” Aurora tidak masalah ketika Kean tidak bisa mengobrol dengannya sekarang. Lagi pula dia juga harus bertemu klien lebih dulu. Setelah berpamitan dengan Aurora, Kean segera kembali ke apartemennya. Dia ingin memberikan baju dan ponsel pada Kenaya. Perasaannya begitu berbunga-bunga ketika kini Kenaya berada dekat dengannya. Saat masuk ke apartemen, Kean dikejutkan dengan pintu balkon yang terbuka. Bantal sofa tertata rapi. Udara pun tampak segar. Tak ada bau asap rokok. Mungkin karena pintu balkon dibuka. “Kamu sudah pulang?” Kenaya menghampiri Kean yang baru saja sampai.Kean melihat Kenaya memakai apron di dadanya. Tampaknya, Kenaya baru
Saat layar diperbesar, muka pria di dalam mobil tidak terlihat. Apalagi pria itu memakai topi dengan kacamata hitam. Jerick yang melihat hal itu tidak dapat mengenali siapa pria di dalam mobil itu.“Wajahnya sepertinya tidak terlihat, Pak.” Staf menatap Jerick. “Iya, wajahnya tidak terlihat.” Jerick tidak bisa mengenali siapa yang ada di dalam video. “Apa tidak ada sisi lain untuk melihat plat mobilnya?” Jerick berpikir cara lain. Mengingat dari plat nomor, mereka bisa mencari tahu siapa pemilik mobil tersebut. “Maaf, Pak. CCTV hanya mengarah dari arah ini saja. Tidak dari belakang mobil.” Staf menjelaskan akan hal itu. Jerick mendengus kesal. Dia tidak tahu harus bagaimana lagi. Dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk mendapatkan Kenaya. “Mungkin Pak Jerick bisa hubungi beberapa toko di sana. Siapa tahu CCTV mereka mengarah ke arah mobil.” Staf menyarankan hal itu pada Jerick. Jerick merasa hanya cara itu yang bisa digunakan. Namun, jika meminta toko membuka
Pertanyaan itu melintas di pikiran Kenaya. Merasa anaknya memang dapat merasakan kehadiran papanya. Hal itu membuat Kenaya berpikir untuk segera memberitahu Kean. “Ke,” panggil Kenaya. Kean segera menegakkan tubuhnya ketika Kenaya memanggilnya. “Ada apa?” Dia menatap Kenaya. “Aku ingin memberitahu.” Kenaya memberanikan diri untuk mengatakan semua pada Kean. Dia tidak mau terus menunda mengatakan pada Kean. “Tentang apa?” Kean menatap Kenaya lekat. “Tentang—” Baru saja Kenaya hendak bicara, tiba-tiba harus terhenti karena suara ponsel Kean berbunyi. “Sebentar.” Kean merogoh ponselnya di dalam saku celannya. Mengecek siapa yang menghubunginya. Terpaksa Kenaya mengurungkan niatnya untuk mengatakan kenyataan jika anak yang berada di dalam kandungan adalah anak Kean. Saat melihat layar ponselnya, Kean mendapati jika yang dilihatnya adalah sang mommy. Dengan segera dia mengangkat sambungan telepon tersebut. “Halo, Mom.” Kean menyapa sang mommy di seberang sana. “Ke, kamu sudah pul
Enam bulan lalu,“Aku akan tinggal di sini denganmu.” Kenaya mengangguk ketika Kean memintanya untuk tetap tinggal. Dia ingin mengabulkan permintaan Kean untuk terakhir kalinya, sebelum dia akan menikah dengan pria pilihan papanya. Kean memang mengajak Kenaya untuk jalan-jalan ke pantai sejak pagi. Setelah matahari terbenam, mereka berniat untuk kembali. Namun, setelah Kenaya menjelaskan jika akan menikah dengan pria lain, Kean ingin menghabiskan waktu bersama Kenaya. Mereka berdua duduk di pinggir pantai seraya memandangi langit malam. Kean dan Kenaya saling menggandeng tangan sambil deburan ombak berlarian mencapai tepian. “Berjanjilah kamu tidak akan datang ke pesta pernikahanku. Aku tidak akan sanggup melihatmu jika kamu ada di pesta pernikahanku.” Kenaya takut jika dia akan goyah ketika Kean datang ke pesta. Tangisnya pasti akan pecah ketika bersanding dengan pria lain. Kean menghembuskan napasnya. Dia sendiri tidak yakin untuk datang. Bagaimana bisa dia melihat wanita yang d
Kenaya juga bingung. Namun, tubuhnya sudah basah kuyup. “Tidak apa-apa.” Kenaya pun setuju. Kean segera beralih pada resepsionis. “Saya pesan.” Resepsionis segera melakukan transaksi. Kemudian memberikan accesscard kamar pada Kean. Kean segera mengajak Kenaya untuk masuk ke kamar hotel. Kebetulan kamar mereka ada di lantai dua. Jadi mereka harus naik lift lebih dulu. Tepat di depan kamar hotel, Kean menempelkan access card. Saat pintu terbuka, kamar terlihat gelap. Kean masuk lebih dulu dan segera menyalakan lampu dengan access card yang dibawanya. Kenaya mengekor di belakang Kean dengan tubuh yang mulai kedinginan. “Sebaiknya kamu mandi dulu pakai air hangat. Agar tidak kedinginan.” Kean tidak tega melihat Kenaya yang tampak kedinginan sekali. “Baiklah.” Kenaya segera berbelok ke kamar mandi. Membersihkan tubuhnya dan menghangatkan dengan air hangat. Di saat Kenaya ke kamar mandi, Kean memilih segera membuka bajunya. Bajunya basah jadi dia harus membukanya agar karpet di kamar
“Siapa dia? Kenapa bawa-bawa keluarga Adion?” Grandpa Bryan langsung mengomentari. “Hendrik Arkan-walikota.” Grandpa Felix membaca nama yang tertera di bagian bawah. “Apa dia adalah mertua Kenaya?” tanya Grandpa Bryan. “Sepertinya begitu.”“Apa dia sengaja mengadakan konferensi pers untuk membangun opini publik?” Grandpa Bryan benar-benar geram sekali. “Sepertinya dia sengaja menyebut nama Adion.” Grandpa Felix merasa jika yang dilakukan orang yang sedang melakukan konferensi pers sengaja sekali. Setelah selesai berita tersebut, pembawa acara mengomentari keluarga Adion. Dari mulai siapa keluarga Adion. Apa saja bisnisnya. Tentu saja itu membuat Grandpa Bryan benar-benar geram sekali. Mereka menceritakan kasus yang terjadi beberapa bulan lalu juga. Di mana Lean dan Kean menangkap penyelundupan perusahaan. Di rumah sebelah, Mommy Ghea mencari keberadaan daddy-nya. Memastikan jika sang daddy tidak akan menonton berita. Namun, saat mencari sang daddy, dia tidak menemukan sang daddy
“Lihat ada konferensi pers dari walikota.” Rigel baru saja membuka media sosialnya. Tanpa sengaja dia melihat konferensi pers yang dilakukan walikota. Daddy El segera meraih ponsel Rigel. Melihat konferensi pers yang dilakukan oleh walikota yang merupakan papa Jerick. Dia benar-benar terkejut sekali dengan yang dilakukan oleh Hendrik. Daddy El, Daddy Dean, Lean, Mommy Freya, dan Kenaya langsung ikut melihat berita itu di ponsel mereka. Mereka semua tak kalah terkejut dengan yang baru saja mereka lihat. Walikota seolah menegaskan jika anaknya melakukan itu karena adanya perselingkuhan. “Sepertinya dia sengaja melakukan konferensi pers ini untuk mengiring opini publik.” Daddy Dean memberikan pendapatannya. “Iya, sepertinya begitu.” Daddy El melihat jika yang dilakukan walikota memang sengaja untuk menguntungkannya. Kenaya melihat postingan dari walikota itu, tetapi dia justru dikejutkan dengan komentar-komentar di dalam video. Miss gosip: Jelas saja suaminya melakukan kekerasan da
“Saya akan mengurusnya, Pak. Untuk sementara waktu, Pak Kean akan di sini. Mungkin jika kasus ini dilimpahkan pada kejaksaan negeri, persidangan akan dilaksanakan dua puluh hari lagi.” Pengacara mencoba menjelaskan. Berapa lama Kean akan berada di dalam penjara. “Baiklah, aku tidak masalah jika berada di sini dalam jangka waktu lama.” Mommy Freya langsung menangis. Dia memeluk sang suami. Tidak bisa dibayangkan sang anak akan mendekam di penjara dalam jangka waktu yang lama. Kean segera menghampiri sang mommy. Membawanya ke dalam pelukannya. “Mommy jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja di sini. Aku harus membuat orang yang sudah membuat anakku meninggal, masuk penjara. Dia tidak boleh bebas begitu saja.” Dia mencoba memberikan pengertian pada sang mommy. Mommy Freya tahu jika anaknya pasti akan bertarung mati-matian. “Baiklah, Mommy percaya padamu.”Kean menjauhkan tubuhnya untuk melihat wajah sang mommy. Kean menghapus air mata yang membasahi wajah sang mommy. “Kean titip Kena
“Ada apa Anda menghubungi saya?” Daddy El benar-benar geram sekali mendengar suara walikota. “Bisakah kita bertemu?” “Saya tidak bisa bertemu dengan Anda. Bicarakan saja di telepon.” Daddy El tidak mau mengambil risiko dengan bertemu dengan walikota. Apalagi ini adalah wilayahnya. Tentu saja itu akan sangat bahaya. Hendrik tertawa. “Begitu rupanya. Baiklah kalau begitu kita bicarakan saja di sini.” Dia pun mengalah. Tidak masalah jika memang harus dibicarakan ditelepon. “Anak Anda sekarang di penjara, begitu pula dengan anak saya. Media juga sudah mulai mencium kasus ini. Kasus ini akan menjadi lebar jika kita melanjutkanya. Anda dan saya tentunya adalah orang yang paling dirugikan. Jadi saya ingin mengajukan negosiasi untuk kasus ini. Silakan Anda minta menantu saya mencabut laporan kekerasan dalam rumah tangga, dan saya akan mencabut semua laporan yang anak Anda dapatkan.” Hendrik Arkan mencoba menjelaskan niatnya untuk berbicara. Daddy El terdiam mendengar itu. Dia tidak bisa m
Daddy El menunggu Kenaya dan sang istri di hotel. Sekaligus membicarakan kasus yang menimpa Kean. Pengacara menjelaskan jika Jerick ternyata tidak bisa lari dari jerat hukum karena bukti-bukti kekerasan dalam rumah tangga jelas. “Apa mereka sengaja memasukkan Kean ke penjara?” Daddy El bertanya pada pengacara. “Bisa jadi, Pak. Mereka mencari celah dengan tuduhan perselingkuhan. Berlindung dari kasus perselingkuhan itu, agar dapat memutar balik fakta. Dengan tuduhan perselingkuhan, mereka akan membuat tuduhan perselingkuhan itu adalah alasan kekerasan rumah tangga yang menimpa Bu Kenaya.” Pengacara mencoba menjelaskan. Daddy El merasa jika apa yang dikatakan pengacara ada benarnya. Mungkin mereka memang sengaja melakukan hal itu. “Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini?” “Kita hanya bisa mengandalkan kesaksian Bu Kenaya. Menceritakan semua. Dengan begitu Pak Kean akan bisa bebas dari tuduhan.” Daddy El hanya berharap jika Kenaya akan memberikan kesaksian untuk membebaskan Kean
“El, apa benar Kean ditangkap?” “Daddy tahu dari mana?” Daddy El di seberang sana begitu terkejut. Dia belum memberitahu siapa pun, tetapi daddy-nya sudah tahu. “Aku lihat di berita. Cucu Adion di penjara.” “Berita?” Daddy El begitu terkejut. Bagaimana bisa kasus ini suda tercium oleh media. Padahal pihaknya belum membocorkan sama sekali. “Iya, Dad, tetapi Daddy tenang saja. Aku sedang mengurusnya. Kean akan segera bebas.”“Baiklah, cepat urus, ini akan berdampak buruk untuk perusahaan juga jika berlarut-larut.” Grandpa Bryan mengingatkan anaknya. “Baiklah.” Daddy El segera mematikan sambungan telepon. Suara ketukan pintu terdengar. Daddy El pun segera membuka pintu untuk melihat siapa yang membuka pintu. Ternyata itu adalah Lean dan Rigel. “Dad, ada berita tentang Kean.” Lean langsung menunjukan ponselnya. Daddy El meraih ponsel Lean. Melihat berita yang ramai di media. Hal itu tentu membuat Daddy El cukup terkejut. Jika berita ini semakin digoreng, tentu saja akan berdampak
“Saya cek tadi ternyata Pak Hendrik-walikota yang merupakan papa Jerick Arkan yang melaporkan hal itu.” Daddy El mengeratkan rahangnya. Ternyata keluarga Jerick Arkan sudah mulai turun tangan. Tentu saja dia tidak akan membiarkan anaknya sendiri.Di dalam kantor polisi, Kean ditanya beberapa pertanyaan. Kean menjelaskan apa adanya. Dia memang tidak menculik Kenaya. Kenaya dengan kesadaran ikut dengannya karena lari dari kejaran suaminya yang memukulinya. Kenaya waktu itu memang benar menabrakkan mobilnya, itu karena melihat Kenaya jatuh dan setelah itu membawa Kenaya ke rumah sakit. Kean memiliki alibi kuat menyangkal tuduhan itu. Sayangnya, tuduhan perselingkuhan tidak bisa dia elakkan. Karena memang ada hubungan di antara mereka. Untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, Kean akhirnya dimasukan ke dalam penjara. Dia akan bermalam di penjara. Pengacara menegaskan akan menjamin Kean tidak akan pergi. Meminta Kean untuk dibebaskan. Namun, sayangnya polisi tidak menyetujui permohonan
Kean membaca surat penangkapan atas dirinya itu. Tentu saja itu membuatnya merasa heran. Bagaimana bisa dia dituduh menculik. Apalagi di dalam surat penangkapan tertulis jelas jika korban penculikan adalah Kenaya. “Tuduhan lucu apa ini? Penculikan?” Kean merasa aneh dengan segala tuduhan yang dilayangkan padanya. Jelas ini menggelitik sekali. “Silakan ikut kami. Jelaskan semua di kantor polisi.” “Korban penculikannya saja ada di sini aman dan terjaga. Bagaimana bisa dikatakan penculikan?” Kean masih mengelak. “Sebaiknya, Anda jelaskan saja di kantor polisi.” Polisi yang melihat Kean terus menjawab, akhirnya menangkap paksa Kean. “Lepaskan dia? Saya tidak merasa diculik.” Kenaya yang berada di belakang, menerobos ke depan. Mencegah apa yang dilakukan polisi. Dia menarik tangan Kean. “Silakan melakukan pembelaan di pengadilan.” Polisi tetap tidak peduli dengan apa yang dilakukan Kenaya. “Tenanglah, aku akan keluar. Kamu harus disini dan jangan ke mana-mana. Tetaplah bersama kelua
Saat sampai, Kenaya langsung disambut oleh Mommy Freya dan Daddy El. Mereka meminta Kenaya untuk beristirahat di kamar yang pernah ditempatinya.Kenaya pun memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Tubuhnya belum benar-benar sembuh. Bekas luka prosesi kuret masih terasa sakit sesekali.Di saat Kenaya beristirahat, Kean dan Daddy El mengobrol di ruang keluarga. Mereka membahas apa yang akan mereka lakukan jika proyek ini jadi sasaran walikota. “Mereka tidak akan mengusik sebenarnya karena kita punya surat tanah dan izin yang kuat. Lagi pula sebelum dibangun, kita sudah cek di tata kota. Jadi harusnya mereka tidak akan sejauh itu.” Daddy El memberikan pendapatnya tentang proyek yang sedang dikerjakan anaknya itu.Kean memahami apa yang dikatakan sangat daddy. Dia juga berpikir, jika walikota tidak mungkin bisa mengusik proyeknya. Apalagi dia sudah sangat berhati-hati dengan masalah legalitas. Saat sedang mengobrol, pengacara menghubungi Kean. Dengan segera Kean mengangkat sambungan telep