Kean segera memiringkan tubuhnya. Menatap Kenaya dengan lekat. Dia begitu terkejut ketika mendengar apa yang diucapkan Kenaya. Selama ini dia sudah menjaga Kenaya dan tidak menyentuhnya, tetapi dengan entengnya gadis itu meminta hal itu padanya. “Apa kamu sadar apa yang kamu katakan?” Kean masih tidak pikir apa yang dikatakan Kenaya. “Aku sadar.” Suara Kenaya bergetar. Tangisnya yang nyaris keluar, berusaha ditahannya. “Aku tidak bisa bayangkan bagaimana bisa aku melakukan dengan orang lain dan orang itu tidak aku cintai.” Sayangnya, semakin dia berusaha keras menahan tangis, tetap saja. Kean jelas tidak rela jika Kenaya melakukannya dengan orang lain. Membayangkan saja Kean tidak sanggup. Namun, menjadi orang pertama yang menyentuh Kenaya adalah hal berat untuknya. Janjinya pada sang mommy untuk tidak melakukan di luar norma selalu diingatnya. Jika dia melakukan itu pada Kenaya, artinya dia melanggar janjinya pada sang mommy. “Sepertinya kamu memang sudah rela aku dimiliki orang
Enam bulan lalu,“Aku telat datang bulan.” Kenaya melihat kalender yang berada di kamarnya. Niatnya untuk melihat tanggal pernikahan besok, justru membuatnya melihat jadwal datang bulannya yang ditandai dengan spidol merah. Mendapati terlambat datang bulan, Kenaya segera pergi ke apotek. Dia harus melihat apakah dia hamil atau tidak. Setelah mendapatkan alat tes kehamilan Kenaya segera pulang. Besok pagi, dia akan mencoba alat tes kehamilan tersebut. Pagi harinya, sebelum pergi ke kota di mana calon suaminya tinggal, dia mengecek dengan alat tes kehamilan. Memastikan lebih dulu jika dia benar-benar hamil atau tidak.Kenaya menggunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan. Setelah itu dia menunggu alat tes kehamilan. Sesaat kemudian dengan penuh keberanian, Kenaya melihat hasilnya. Alangkah terkejutnya Kenaya ketika melihat jika ternyata alat tes kehamilan menunjukan dua garis merah. Hancur sudah dia mengetahui jika dirinya hamil. “Aku harus apa?” Kenaya benar-benar bingung. Besok ad
“Orang tua Jerick melarangnya untuk menyentuhku. Agar darah Jerick tidak bercampur dengan darahmu yang ada pada anakmu. Sayangnya, saat Jerick ingin menuntaskan hasratnya dia memaksa aku melakukannya dengan ….” Kenaya menggantung ucapannya malu mengatakannya. “Dengan apa?” Kean begitu ingin tahu apa yang dilakukan Kenaya untuk menuntaskan hasrat Jerick. “Tangan dan mulut.” Kenaya menjawab lirih. Tangisnya kembali terisak mengingat hal itu. “Aku tidak suka melakukan itu, karena itu terkadang Jerick kesal dan memukul aku. Kadang dia memberikan rokok yang masih menyala ke tanganku. Meluapkan kekesalannya.” Dia mencoba menjelaskan pada Kean. Akhirnya terjawab juga bagaimana bekas luka rokok bisa di tangan Kenaya. Kean memeluk Kenaya. “Terima kasih sudah berjuang.” Kean tahu pasti tidak mudah untuk Kenaya. Pukulan-pukulan itu pasti sangat menyakitkan. “Aku janji akan menjagamu.” Kean tidak akan pernah melepaskan dan membiarkan Kenaya sendiri lagi. Apalagi setelah perjuangan Kenaya. Ken
Kean tersenyum. Tampak saudara kembarnya duduk di ruang keluarga bersama daddy-nya. Dari arah dapur, mommy-nya keluar dengan membawa makanan. Tampak juga Ailee-iparnya juga ikut keluar juga dari dapur. Hal pertama yang dilakukannya adalah menghampiri sang mommy. “Apa kabar, Mom?” Kean menautkan pipi di pipi sang mommy. “Mommy kurang baik karena anak mommy tidak pulang-pulang.” Mommy Freya menyindir anaknya itu. Kean tersenyum. Dia merasa mommy-nya sedang kesal dengannya.“Aku sudah bilang bukan jika Kean sibuk.” Daddy El membela sang anak. “Iya, aku sibuk.” Kean menghampiri daddy dan saudara kembarnya yang duduk di sofa. Lean langsung membantu saudaranya itu duduk. Kean yang masih menggunakan tongkat memang ke mana-mana masih berjalan dengan tongkat. “Tetap saja kamu harus ke sini. Menengok mommy.” Mommy Freya mendengkus kesal. “Iya, nanti aku akan ke sini.” Kean memilih mengalah. Dari pada bertengkar dengan mommy-nya. Lean, Ailee, dan Daddy El hanya tersenyum ketika Kean memi
“Jika senyum-senyum seperti itu, pasti dia berkirim pesan dengan wanita.” Ailee menggoda. Kean menelan salivanya ketika sang ipar menggodanya seperti itu. Dia seketika takut. Takut sang mommy curiga dengannya.“Kamu berkirim pesan dengan Aurora?” Mommy Freya langsung menebak. “Iya, aku berkirim pesan dengan Aurora.” Akhirnya Kean pun mengiyakan ucapan sang mommy. Membuat sang mommy tidak curiga padanya. “Memang kalian membicarakan apa?” Mommy Freya bersemangat sekali. Ingin tahu apa yang membuat anaknya tersenyum-senyum. Sudah lama sekali dia tidak melihat senyum sang anak. Jadi dia ingin sekali tahu. “Itu urusan anak muda. Bagaimana bisa kamu ingin tahu.” Daddy El menegur sang istri. “Benar kata daddy.” Kean merasa beruntung sang daddy mengatakan hal itu. Mommy Freya hanya bisa menekukkan bibirnya. Namun, sesaat kemudian dia sudah baik-baik saja. Merasa jika tidak masalah tidak tahu apa yang dibicarakan Kean dan Aurora. Yang penting adalah kini anaknya sudah bisa move on. Maka
Saat mendengar suara Kean, Kenaya tersadar jika itu adalah suara Kean. Alhasil dia berusaha untuk tenang. Ketakutannya pada Jerick memang sudah masuk ke dalam alam bawah sadarnya. “Tenanglah, ini aku.” Kean berusaha menenangkan Kenaya. Kenaya mengembuskan napasnya. “Aku benar-benar takut, Ke.” Kenaya menangis. Dia benar-benar ketakutan sekali. Kean segera membawa Kenaya ke dalam pelukannya. “Tenanglah, ada aku di sini.” Dia membelai lembut rambut Kenaya. Berusaha untuk menenangkan Kenaya. Kenaya berusaha untuk tetap tenang. Dia berpikir Jerick tidak akan pernah datang. Ada Kean yang akan selalu menjaganya. Kenaya menarik napas dan berusaha mengembuskannya perlahan. Berharap semua akan baik-baik saja. “Aku akan ambilkan minum.” Kean melepaskan pelukannya. “Jangan tinggalkan aku.” Kenaya memegangi lengan Kean. Dia takut sekali Kean pergi. Kean merasa ketakutan Kenaya memang benar-benar besar. Mengingat apa yang dilakukan Jerick cukup parah, jadi wajar semua itu terjadi. “Baiklah
Kenaya yang mendengar ada yang menekan kode, langsung senang. Dia yakin itu adalah Kean. Benar saja. Saat pintu dibuka, tampak Kean masuk. “Hai.” Kean dikejutkan dengan Kenaya yang sudah menunggunya di depan pintu. Saat membuka pintu, dia langsung melihat wajah Kenaya yang menyambutnya. Serasa sedang disambut oleh istri saat pulang kerja. “Hai.” Kenaya tersenyum.“Kamu menunggu aku?” tanya Kean senang. “Aku menunggu makanan, karena aku sudah lapar.” Kenaya tersenyum polos. Kean terkesiap. Ternyata yang ditunggu bukanlah dirinya, melainkan makanan yang dibawa. Mungkin karena di rumah tidak ada makanan, Kenaya lapar. “Ini aku bawa makanan.” Kean menunjukan pada Kenaya. Dengan segera Kenaya langsung menghampiri Kean. Mengambil makanan yang dibawa Kean. Dia membawa ke meja makan. Kenaya segera memindahkan makanan ke dalam piring saji. Kean hanya tersenyum melihat aksi Kenaya. Ada beberapa menu yang dipesan Kean untuk Kenaya. Semua dipindahkan ke piring saja. Tampak aroma makanan be
Seharian bekerja membuat Kean cukup lelah. Namun, karena dia ingin segera bertemu dengan Kenaya, tentu saja dia bersemangat sekali untuk menyelesaikan semuanya. Suara ketukan pintu yang terdengar membuat Kean mengalihkan pandangan dari layar laptopnya yang baru saja dimatikan. Tampak sang daddy berada di balik pintu. “Apa kamu mau pulang?” tanya Daddy El. “Iya, Dad.” Kean mengangguk. Daddy El mengayunkan langkahnya. Menghampiri Kean. “Daddy hanya ingin bicara sebentar.”“Ayo, duduk kalau begitu, Dad.” Mendapatkan jawaban dari Kean membuat Daddy El segera menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya. Duduk di kursi yang berada tepat di depan meja kerja. “Ada apa, Dad?” Kean penasaran dengan apa yang ingin dikatakan sang daddy. “Apa kamu punya masalah?” Daddy El melemparkan pertanyaan itu pada Kean. Kean sedikit aneh kenapa tumben sekali sang daddy bertanya seperti itu. Tidak biasa-bisanya sang daddy seperti itu. “Masalah apa maksudnya, Dad?” “Sejak kemarin daddy hanya merasa ada yan
“Siapa dia? Kenapa bawa-bawa keluarga Adion?” Grandpa Bryan langsung mengomentari. “Hendrik Arkan-walikota.” Grandpa Felix membaca nama yang tertera di bagian bawah. “Apa dia adalah mertua Kenaya?” tanya Grandpa Bryan. “Sepertinya begitu.”“Apa dia sengaja mengadakan konferensi pers untuk membangun opini publik?” Grandpa Bryan benar-benar geram sekali. “Sepertinya dia sengaja menyebut nama Adion.” Grandpa Felix merasa jika yang dilakukan orang yang sedang melakukan konferensi pers sengaja sekali. Setelah selesai berita tersebut, pembawa acara mengomentari keluarga Adion. Dari mulai siapa keluarga Adion. Apa saja bisnisnya. Tentu saja itu membuat Grandpa Bryan benar-benar geram sekali. Mereka menceritakan kasus yang terjadi beberapa bulan lalu juga. Di mana Lean dan Kean menangkap penyelundupan perusahaan. Di rumah sebelah, Mommy Ghea mencari keberadaan daddy-nya. Memastikan jika sang daddy tidak akan menonton berita. Namun, saat mencari sang daddy, dia tidak menemukan sang daddy
“Lihat ada konferensi pers dari walikota.” Rigel baru saja membuka media sosialnya. Tanpa sengaja dia melihat konferensi pers yang dilakukan walikota. Daddy El segera meraih ponsel Rigel. Melihat konferensi pers yang dilakukan oleh walikota yang merupakan papa Jerick. Dia benar-benar terkejut sekali dengan yang dilakukan oleh Hendrik. Daddy El, Daddy Dean, Lean, Mommy Freya, dan Kenaya langsung ikut melihat berita itu di ponsel mereka. Mereka semua tak kalah terkejut dengan yang baru saja mereka lihat. Walikota seolah menegaskan jika anaknya melakukan itu karena adanya perselingkuhan. “Sepertinya dia sengaja melakukan konferensi pers ini untuk mengiring opini publik.” Daddy Dean memberikan pendapatannya. “Iya, sepertinya begitu.” Daddy El melihat jika yang dilakukan walikota memang sengaja untuk menguntungkannya. Kenaya melihat postingan dari walikota itu, tetapi dia justru dikejutkan dengan komentar-komentar di dalam video. Miss gosip: Jelas saja suaminya melakukan kekerasan da
“Saya akan mengurusnya, Pak. Untuk sementara waktu, Pak Kean akan di sini. Mungkin jika kasus ini dilimpahkan pada kejaksaan negeri, persidangan akan dilaksanakan dua puluh hari lagi.” Pengacara mencoba menjelaskan. Berapa lama Kean akan berada di dalam penjara. “Baiklah, aku tidak masalah jika berada di sini dalam jangka waktu lama.” Mommy Freya langsung menangis. Dia memeluk sang suami. Tidak bisa dibayangkan sang anak akan mendekam di penjara dalam jangka waktu yang lama. Kean segera menghampiri sang mommy. Membawanya ke dalam pelukannya. “Mommy jangan khawatir. Aku akan baik-baik saja di sini. Aku harus membuat orang yang sudah membuat anakku meninggal, masuk penjara. Dia tidak boleh bebas begitu saja.” Dia mencoba memberikan pengertian pada sang mommy. Mommy Freya tahu jika anaknya pasti akan bertarung mati-matian. “Baiklah, Mommy percaya padamu.”Kean menjauhkan tubuhnya untuk melihat wajah sang mommy. Kean menghapus air mata yang membasahi wajah sang mommy. “Kean titip Kena
“Ada apa Anda menghubungi saya?” Daddy El benar-benar geram sekali mendengar suara walikota. “Bisakah kita bertemu?” “Saya tidak bisa bertemu dengan Anda. Bicarakan saja di telepon.” Daddy El tidak mau mengambil risiko dengan bertemu dengan walikota. Apalagi ini adalah wilayahnya. Tentu saja itu akan sangat bahaya. Hendrik tertawa. “Begitu rupanya. Baiklah kalau begitu kita bicarakan saja di sini.” Dia pun mengalah. Tidak masalah jika memang harus dibicarakan ditelepon. “Anak Anda sekarang di penjara, begitu pula dengan anak saya. Media juga sudah mulai mencium kasus ini. Kasus ini akan menjadi lebar jika kita melanjutkanya. Anda dan saya tentunya adalah orang yang paling dirugikan. Jadi saya ingin mengajukan negosiasi untuk kasus ini. Silakan Anda minta menantu saya mencabut laporan kekerasan dalam rumah tangga, dan saya akan mencabut semua laporan yang anak Anda dapatkan.” Hendrik Arkan mencoba menjelaskan niatnya untuk berbicara. Daddy El terdiam mendengar itu. Dia tidak bisa m
Daddy El menunggu Kenaya dan sang istri di hotel. Sekaligus membicarakan kasus yang menimpa Kean. Pengacara menjelaskan jika Jerick ternyata tidak bisa lari dari jerat hukum karena bukti-bukti kekerasan dalam rumah tangga jelas. “Apa mereka sengaja memasukkan Kean ke penjara?” Daddy El bertanya pada pengacara. “Bisa jadi, Pak. Mereka mencari celah dengan tuduhan perselingkuhan. Berlindung dari kasus perselingkuhan itu, agar dapat memutar balik fakta. Dengan tuduhan perselingkuhan, mereka akan membuat tuduhan perselingkuhan itu adalah alasan kekerasan rumah tangga yang menimpa Bu Kenaya.” Pengacara mencoba menjelaskan. Daddy El merasa jika apa yang dikatakan pengacara ada benarnya. Mungkin mereka memang sengaja melakukan hal itu. “Lalu apa yang harus kita lakukan saat ini?” “Kita hanya bisa mengandalkan kesaksian Bu Kenaya. Menceritakan semua. Dengan begitu Pak Kean akan bisa bebas dari tuduhan.” Daddy El hanya berharap jika Kenaya akan memberikan kesaksian untuk membebaskan Kean
“El, apa benar Kean ditangkap?” “Daddy tahu dari mana?” Daddy El di seberang sana begitu terkejut. Dia belum memberitahu siapa pun, tetapi daddy-nya sudah tahu. “Aku lihat di berita. Cucu Adion di penjara.” “Berita?” Daddy El begitu terkejut. Bagaimana bisa kasus ini suda tercium oleh media. Padahal pihaknya belum membocorkan sama sekali. “Iya, Dad, tetapi Daddy tenang saja. Aku sedang mengurusnya. Kean akan segera bebas.”“Baiklah, cepat urus, ini akan berdampak buruk untuk perusahaan juga jika berlarut-larut.” Grandpa Bryan mengingatkan anaknya. “Baiklah.” Daddy El segera mematikan sambungan telepon. Suara ketukan pintu terdengar. Daddy El pun segera membuka pintu untuk melihat siapa yang membuka pintu. Ternyata itu adalah Lean dan Rigel. “Dad, ada berita tentang Kean.” Lean langsung menunjukan ponselnya. Daddy El meraih ponsel Lean. Melihat berita yang ramai di media. Hal itu tentu membuat Daddy El cukup terkejut. Jika berita ini semakin digoreng, tentu saja akan berdampak
“Saya cek tadi ternyata Pak Hendrik-walikota yang merupakan papa Jerick Arkan yang melaporkan hal itu.” Daddy El mengeratkan rahangnya. Ternyata keluarga Jerick Arkan sudah mulai turun tangan. Tentu saja dia tidak akan membiarkan anaknya sendiri.Di dalam kantor polisi, Kean ditanya beberapa pertanyaan. Kean menjelaskan apa adanya. Dia memang tidak menculik Kenaya. Kenaya dengan kesadaran ikut dengannya karena lari dari kejaran suaminya yang memukulinya. Kenaya waktu itu memang benar menabrakkan mobilnya, itu karena melihat Kenaya jatuh dan setelah itu membawa Kenaya ke rumah sakit. Kean memiliki alibi kuat menyangkal tuduhan itu. Sayangnya, tuduhan perselingkuhan tidak bisa dia elakkan. Karena memang ada hubungan di antara mereka. Untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, Kean akhirnya dimasukan ke dalam penjara. Dia akan bermalam di penjara. Pengacara menegaskan akan menjamin Kean tidak akan pergi. Meminta Kean untuk dibebaskan. Namun, sayangnya polisi tidak menyetujui permohonan
Kean membaca surat penangkapan atas dirinya itu. Tentu saja itu membuatnya merasa heran. Bagaimana bisa dia dituduh menculik. Apalagi di dalam surat penangkapan tertulis jelas jika korban penculikan adalah Kenaya. “Tuduhan lucu apa ini? Penculikan?” Kean merasa aneh dengan segala tuduhan yang dilayangkan padanya. Jelas ini menggelitik sekali. “Silakan ikut kami. Jelaskan semua di kantor polisi.” “Korban penculikannya saja ada di sini aman dan terjaga. Bagaimana bisa dikatakan penculikan?” Kean masih mengelak. “Sebaiknya, Anda jelaskan saja di kantor polisi.” Polisi yang melihat Kean terus menjawab, akhirnya menangkap paksa Kean. “Lepaskan dia? Saya tidak merasa diculik.” Kenaya yang berada di belakang, menerobos ke depan. Mencegah apa yang dilakukan polisi. Dia menarik tangan Kean. “Silakan melakukan pembelaan di pengadilan.” Polisi tetap tidak peduli dengan apa yang dilakukan Kenaya. “Tenanglah, aku akan keluar. Kamu harus disini dan jangan ke mana-mana. Tetaplah bersama kelua
Saat sampai, Kenaya langsung disambut oleh Mommy Freya dan Daddy El. Mereka meminta Kenaya untuk beristirahat di kamar yang pernah ditempatinya.Kenaya pun memanfaatkan waktu untuk beristirahat. Tubuhnya belum benar-benar sembuh. Bekas luka prosesi kuret masih terasa sakit sesekali.Di saat Kenaya beristirahat, Kean dan Daddy El mengobrol di ruang keluarga. Mereka membahas apa yang akan mereka lakukan jika proyek ini jadi sasaran walikota. “Mereka tidak akan mengusik sebenarnya karena kita punya surat tanah dan izin yang kuat. Lagi pula sebelum dibangun, kita sudah cek di tata kota. Jadi harusnya mereka tidak akan sejauh itu.” Daddy El memberikan pendapatnya tentang proyek yang sedang dikerjakan anaknya itu.Kean memahami apa yang dikatakan sangat daddy. Dia juga berpikir, jika walikota tidak mungkin bisa mengusik proyeknya. Apalagi dia sudah sangat berhati-hati dengan masalah legalitas. Saat sedang mengobrol, pengacara menghubungi Kean. Dengan segera Kean mengangkat sambungan telep