FLASH BACK ON “Siapa si Bee itu?” Zidan bertanya kepada Akbi sementara Raka sibuk mengecek motor yang akan dipakai balapan oleh sahabatnya.Tatapan Akbi menerawang ke depan seperti sedang mengamati track tempatnya balapan tapi Zidan yang sudah cukup lama mengenal Akbi, mengetahui bila tatapan itu kosong.Akbi mengembuskan nafas kasar kemudian menjawab, “Anak dari sahabat bokap gue semasa kuliah dan besok gue mau dinikahin sama dia.” “Waw ... selamat, bro! Lo beruntung!” Zidan berseru bahagia sampai bertepuk tangan lalu mengulurkan tangan untuk Akbi jabat namun Akbi hanya melihat tangan Zidan yang menggantung dengan tatapan tajam sesaat kemudian mengalihkan tatapannya kembali ke arah jalan.“Kenapa? Kalau lo enggak suka buat gue aja!” cetus Zidan dengan ekspresi serius.“Gue mau ko gantiin lo nikahin dia, besok ‘kan?” tambah Zidan lagi namun aura kelam yang membayangi wajah Akbi malah semakin pekat.“Apaan, tadi gue mau salaman cuma ngajak kenalan aja malah dibentak sama dia!” gerutu
“Kenapa lo enggak nolak?” Akbi bertanya dengan suara tertahan dan ekspresi geram setelah Beni pergi.Tanpa perasaan, ia juga mencengkram lengan atas Bee hingga gadis itu mengaduh.“Sakit Bi, tolong lepasin dulu!” Bee memohon dengan suara rendah.“Aku enggak tega nolak permintaan Papa,” jawab Bee jujur.“Lo pikir gue mau pergi bulan madu sama lo apa?” bentaknya dengan ekspresi geram.“Kamu enggak usah pergi, biar aku sendiri yang pergi ... atau kamu mau pergi sama Anggit? Biar aku yang enggak pergi ... yang penting Papa taunya kita pergi,” balas Bee memberi penawaran sambil menatap netra pekat Akbi yang sedang menatapnya tajam.“Kamu akan menyesal bila nanti sudah kehilangan Papa dan teringat pernah enggak ngikutin keinginannya ... setelah Papa meninggal, jutaan rupiah bunga untuk di tabur di atas makam beliau tidak akan berarti apa-apa,” sambung Bee lagi dengan genangan di pelupuk mata.Kehilangan kedua orang tua membuatnya selalu mengalah terhadap setiap keinginan Beni yang sekarang
Cukup lama Aldo dan Akbi menunggu, karena Akbi hanya mencoba tuxedo yang ada dan dengan sedikit editan pada bagian celana, tuxedo itu nampak sempurna membalut tubuh Akbi.Lain halnya dengan Bee yang harus dirias juga.“Aku ‘kan udah bilang enggak perlu pesta, kenapa Om Beni masih buat pesta juga? Akbi pasti kesel banget nih,” gerutu Bee dalam hati ketika penata rias sedang membuat maha karya di wajahnya.“Pengantin kok cemberut, sih? Nanti pernikahan kalian sial loh, pengantin itu harus tersenyum ...,” kata pria bertubuh kekar dengan gaya yang lebih mirip perempuan.“Senyum kaya gini?” Setelah bertanya demikian, Bee tersenyum lebar menatap kaca yang terdapat banyak lampu disekelilingnya dan benar saja wajahnya lebih cantik bila tersenyum padahal riasan baru diaplikasikan setengah jadi. “Tuh ‘kan, baru setengah jadi aja udah cantik banget,” kata penata rias, memuji.“Semangat!!” sambungnya kemudian.Tidak ingin membuat sang penata rias kecewa, Bee berusaha tersenyum menatap kaca di
“Bang.” Tepukan di pundak membuat Akbi yang baru saja mengambil minum pun menoleh.Pesta tersebut dibuat senyaman mungkin, tamu undangan yang tidak begitu banyak membuat mempelai pengantin dan para tamu bisa bercengkrama sambil menikmati hidangan.Setelah sesi salam-salaman memberi selamat selesai, Akbi pergi mengambil minum untuk menghampiri Anggit yang sedari tadi sudah memberengut kesal.Susah payah Akbi memberi pengertian kepada sang Mama dan Anggit, bila dirinya harus melakukan sandiwara ini di depan Beni sampai akhirnya bisa berganti mobil bersama Bee.Tenggorokannya begitu serat tapi belum juga air itu melegakan tenggorokannya, seorang pria mengambil alih perhatian Akbi.“Masih inget gue, Bang?” tanya Verro sambil membetulkan kacamatanya.Kening Akbi mengernyit mengingat kapan ia bertemu dengan wajah familiar di depannya.“Gue yang di kampus beberapa hari lalu,” sambung Verro lagi membuat ekspresi wajah Akbi berubah.“Ahh ya, lo yang waktu itu kasih tau Bee di mana, ‘kan?” Akb
“Enggak bisa, Git! Harusnya kamu tolak job mendadak itu, aku enggak mungkin enggak pergi!” seru Akbi pada sang kekasih pada sambungan telepon.“Apa uang yang aku kasih belum cukup, yank? Ikut sama aku, kita liburan selama tiga hari ... kita belum pernah liburan di kapal pesiar, kan? Kamu bisa pamer tuh di instagram kamu,” tambah Akbi lagi dengan nada kesal karena di detik-detik terakhir keberangkatan, sang kekasih malah membatalkan janjinya.Bila hanya membatalkan janji saja mungkin tidak masalah bagi Akbi tapi kekasihnya juga melarang keras Akbi pergi bersama Bee.Sudah Akbi jelaskan bila saat ini mustahil baginya untuk menentang Beni tapi tidak ada satu pun yang mengerti baik itu sang Mama ataupun Anggit.Hanya menolak job saja apa sulitnya?Sementara kartu kredit milik Akbi telah berpindah kepemilikan ke tangan Anggit.Semestinya Anggit bisa menghargai keinginan Akbi namun sayang ketamakan mengalahkan cintanya pada Akbi.Demi popularitas semata, Anggit memilih tidak pergi dan mala
Di VIP lounge bandara Soekarno Hatta, Akbi nampak gelisah.Berkali-kali mengecek ponselnya lalu melirik jam pada pergelangan tangan setelah itu mendongak ke arah pintu berharap Anggit akan muncul.Namun sayang yang ditunggu tidak pernah datang.Jakarta yang seharian ini diguyur hujan membuat udara terasa dingin ditambah pendingin ruangan yang bekerja maksimal.Bee menaikan kakinya, masuk ke dalam selimut yang dipinjamkan pihak lounge bandara.Menarik selimut hingga menutupi hidung, matanya memperhatikan apa yang sedang Akbi lakukan.Berkali-kali Akbi mengusap wajah, menyugar rambut kebelakang dan berdiri kemudian duduk kembali.Hembusan nafas kasar pun sering kali lelaki itu keluarkan.Sebesar itu lah cinta dan harapan Akbi pada Anggit hingga bisa membuatnya frustasi.“Bi,” panggil Bee lembut.Akbi menoleh, menatap istrinya sebentar kemudian melangkah mendekat lalu menjatuhkan tubuh duduk di samping Bee.“Kalau ini bikin kamu berantem sama Anggit, kamu enggak perlu ikut ... biar aku s
Dari bandara, keduanya menggunakan mobil yang telah dipersiapkan untuk mengantar mereka ke Marina Bay Cruise Centre Singapore.Mereka langsung dipandu oleh pihak agen perjalanan menaiki tangga untuk memasuki cruise premium pertama di Asia yang akan membawa keduanya selama tiga hari dua malam dari Singapore – Port Klang – Singapore.Mata Bee melebar penuh takjub melihat betapa megahnya kapal yang dilengkapi seribu enam ratus tujuh puluh empat kabin dengan delapan belas lantai dan dapat menampung empat ribu penumpang bahkan lebih.Kapal pesiar itu memiliki beragam tipe kamar dan tiga puluh lima restoran juga bar.Restoran tersebut memiliki banyak menu mulai dari Jepang, Western, Cina hingga menu melayu yang memanjakan lidah dan telah bersertifikat halal.Kapal ini sangat layak disebut hotel sekelas bintang lima di atas laut.Ketika keduanya sudah sampai di kamar, bukan hanya mata Bee yang melebar kini mulutnya ikut terbuka lebar melihat kamar yang akan dihuninya selama dua malam.Terima
Cold-shoulder dress yang dikenakan Bee membuatnya nampak segar dan cantik sesuai umur.Warna playful juga modelnya yang menumpuk di bagian dada dan panjangnya yang hanya sampai lutut dipadankan dengan sendal bertali model gladiator berwarna putih memberikan kesan clean di kaki Bee.“Bi, sarapan pagi bareng ya?” ajak Bee dari balkon saat Akbi keluar dari kamar mandi.Lelaki itu tidak menjawab tapi Bee sudah terbiasa, tidak berapa lama suara Akbi terdengar memanggil Bee.“Bee,” “Ya?” “Katanya mau sarapan bareng, cepetan!” Lelaki itu berseru sambil mengendikan kepala ke arah pintu.Secepat kilat Bee berlari ke arah pintu yang telah dilewati Akbi tidak ingin lelaki itu marah karena kesal menunggunya.Ternyata meski Akbi tidak menjawab tapi masih mau mendengar apa yang diucapkannya.Akbi berjalan terlebih dahulu menuju restoran diikuti Bee berjalan di belakangnya.Hari masih pagi tapi restoran telah penuh, sedikit sulit mencari meja kosong.“Kamu cari tempat duduk, aku bawa makanan ...,”