"Semua ini gara-gara orang brengsek itu. Kenapa sulit sekali untuk mengetahui siapa sebenarnya yang melecehkan kamu May? Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan tinggal diam dan menyerah begitu saja. Aku akan tetap mencari tahu sampai aku benar-benar menemukan siapa si brengsek itu!" umpat Arman yang sangat marah dengan tangan terkepal menahan amarah."Kemana aku harus menemuimu Mayang? Apa aku harus ke rumah kamu untuk bertemu dengan kamu, Mayang? Dan untung saja, aku sudah meminta alamat tempat tinggal kamu. Nanti saat pulang kerja, aku akan mencoba datang ke rumah kamu. Tunggu aku Mayang!" ucap Arman tersenyum.***Pukul 03.00 Wib. Arman sudah keluar dari kantor perusahaan. Dengan mengendarai mobil, Arman menuju ke alamat rumah Mayang yang dimintanya tadi di bagian HRD. Karena sudah tidak sabar, karena perasaan sudah tidak nyaman dan fokus untuk dibawa bekerja. Akhirnya Arman memutuskan pulang lebih dulu. Dan menuju ke rumah Mayang. Di perjalanan, Arman merasa was-was. Karena ini me
"Apa jangan-jangan, itu orang suruhan cowok Arogan itu, yang memata-matai kita, kak? Kok aku jadi takut dan deg-deg'an gini ya kak," tanya Dinda yang sedikit ngeri kalau memang itu benar. "Kalau memang itu adalah suruhan Arman, kakak juga merasa takut, Dek! Kakak tidak menyangka kalau Arman adalah orang yang penuh ambisi seperti ini. Kakak juga ikutan ngeri jadinya," celetuk Mayang dengan menggigit bibirnya sendiri.Mendengar ucapan kakaknya yang ketakutan, Dinda berkata..."Baguslah, kalau kakak bisa terlepas sekarang dari orang seperti itu. Kalau tidak, entah apa yang terjadi dengan kakak nantinya. Memikirkannya saja, aku jadi ngeri, ih," celetuk Dinda dengan bergidik ngeri."Hehe iya, Dek," ucap Mayang tersenyum kaku."Assalamu'alaikum," ucap orang itu lagi, tapi sekarang dibarengi dengan ketukan pintu."Tuh, dia ucapin salam lagi, Dek. Bagaimana ini, apa kita samperin? Atau kita tetap di sini dan tetap diam saja di sini?" tanya Mayang dengan ragu."Biar aku saja yang menemui tamu
Hari ini, Mayang sangat berbahagia. Karena Mayang melihat Dinda sang adik sudah resmi menjadi mahasiswi disalah satu kampus favorit di daerah tempat tinggal mereka yang baru. Sudah hampir 5 bulan lamanya, Dinda menyandang status mahasiswi. Membuat Mayang benar-benar bahagia, mengingat cita-cita dan keinginan keluarganya akan tercapai, yaitu melihat anak mereka menjadi seorang sarjana. Meskipun, Mayang sampai kapanpun, dia tidak akan pernah merasakan itu pada dirinya sendiri. Tetapi melihat sang adik yang berbahagia sekarang, Mayang menjadi sangat bangga.Dan semenjak mereka pindah beberapa bulan yang lalu, dan Mayang juga mendapatkan pekerjaan yang baru. Berkat dari teman sahabatnya itu, Nurma. Akhirnya, cita-cita Mayang untuk pendidikan Dinda yang lebih tinggi lagi, akhirnya tercapai juga.Dinda memilih jurusan Manajemen Bisnis, agar kelak dia menjadi pembisnis yang handal dan sukses. Sedangkan Mayang sendiri, sekarang bekerja disalah satu pabrik makanan yang berada di kota besar ters
"Assalamu'alaikum, kak. Kak Mayang," ucap Dinda dengan mengetuk pintu kontrakan dari luar."Waalaikumsalam. Baru pulang, Din?" tanya Mayang saat membuka pintu. "Itu mobil dosen kamu bukan? Kok ada di depan? Apa Pak Devandi datang ke sini?" tanya Mayang dengan sedikit risih. Tetapi ia juga merasa senang, karena laki-laki itu datang lagi. Risih karena Mayang masih mengingat atas ucapan ibunya, yang tidak mengizinkan laki-laki datang ke rumah. Kecuali calon suami sendiri, dan senang karena pria itu tiba-tiba saja datang ke rumah. Karena, entah mengapa perasaan Mayang menjadi tenang dan nyaman bersama dosen adiknya itu. Ya, Devandi pernah datang beberapa kali ke rumah mereka, dikarenakan rasa bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa kakak dari mahasiswinya itu.Rasa yang awalnya biasa saja, sekarang malah berubah menjadi rasa yang membuat jantung mereka berdua berdegup kencang."Iya, kak. Tadi tidak sengaja bertemu di gerbang. Dan dia menawarkan untuk mengantar aku," terang Dinda
"Kok saya jadi penasaran ya, Laki-laki seperti bapak yang biasanya cuek, dingin dan juga sombong, tiba-tiba jadi sok akrab dan sok perhatian begitu sama kakak saya!" tanya Dinda yang tiba-tiba ketus dan tersenyum remeh kepada dosennya itu. Tetapi, tanpa mereka berdua sadari perubahan juga terlihat dari wajah Dinda yang tiba-tiba memerah serta tangan yang sudah menggenggam erat di bawah meja menahan emosi. Ada rasa cemburu dan marah, karena tidak menyukai Devandi yang tiba-tiba perhatian dengan kakaknya sendiri."Dinda! Kamu bicara apa sih dengan dosen kamu sendiri! Gak sopan tahu. Ayo minta maaf!" keluh Mayang yang tiba-tiba memukul bahu Dinda serta berbisik pelan."Bodo!" sentak Dinda cuek."Ternyata kamu lucu juga ya anak ayam, kalau lagi cemburu seperti begitu," ucap Devandi yang tetap tenang dengan tersenyum tipis ke arah Mayang."Hah! Cemburu?!" teriak kakak beradik itu serempak karena terkejut mendengar ucapan laki-laki di hadapan mereka."Si--siapa yang cemburu?! Saya tidak ce
"Assalamu'alaikum, Mayang. Apa kamu mau berangkat kerja sekarang?" tanya seseorang yang berada di belakang Mayang."Waalaikumsalam," ucap Mayang menjawab salam orang tersebut. Karena terkejut, Mayangpun membalikkan tubuhnya, dan ternyata orang itu adalah,"Kamu!""Eh, maaf. Bang Devandi, sedang apa pagi-pagi ke sini?" tanya Mayang bingung melihat dosen dari adiknya itu, sudah berdiri di depan rumah mereka."Tidak, ada. Sengaja datang ke sini, untuk mengantar kamu. Bukankah kemarin saya sudah mengatakan, kalau saya yang akan mengantar kamu masuk kerja hari ini. Apa kamu lupa?" tanya Devandi, yang tersenyum ke arah gadis tersebut."Ouh, maaf. Saya tidak lupa. Saya kira kemarin, bang Devandi hanya bercanda dan basa basi saja mengatakan itu kepada saya," terang Mayang dengan ramah."Tidak, May. Saya memang ada keinginan untuk mengantarkan kamu. Apa kamu sudah siap? Oh, ya, Dinda mana? Apa dia sudah berangkat ke kampus?" tanya Devandi yang melirik ke dalam rumah, mencari keberadaan muri
Tepat pukul 19.00 wib, seseorang datang bertamu ke rumah Mayang,"Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam," jawab Mayang dan Dinda dari dalam."Lihat, Dek, siapa yang datang. Kakak mau pake jilbab dulu," ucap Mayang kepada adiknya, Dinda."Ok!" Ucap Dinda bersemangat, dan segera beranjak pergi.Setelah kepergian Dinda, Mayangpun menghembuskan nafas dengan sedikit kasar, karena merasa deg-deg'an."Huhf! Sudah datang rupanya. Kenapa, aku jadi deg-deg'an gini, ya," ucap Mayang yang bercermin sekali lagi. Sementara itu, Dinda yang sedang membukakan pintu, tiba-tiba sangat terkejut melihat siapa tamu yang datang."Pak Devandi?! Kenapa malam-malam, anda datang kesini?!" tanya Dinda yang bengong melihat sang dosen, yang sudah berdiri dengan sangat manis, di hadapannya. Dan tanpa sengaja, dia terkesima, melihat penampilan laki-laki tersebut. Bagaimana tidak, malam ini, Devandi berpakaian sangat santai, tetapi, masih terlihat cool dan sangat elegant. Apalagi sebuah senyuman yang menghiasi bibir t
"Dinda Maharani! izinkan saya, untuk melamar kakak kamu, Mayang Permata Sari, untuk menjadi istri saya!" ucap Devandi dengan sangat tegas. "Hah!" reaksi Dinda yang makin terkejut mendengar lamaran dari mantan dosennya itu. Yang ternyata, bukan untuk dirinya. Melainkan, lamaran untuk sang kakaknya, Mayang. Hingga tanpa sadar, tangan Dinda reflek, menggenggam erat pahanya sendiri, agar tidak tumbang.Dan, dengan cepat, Dinda melihat ke arah sang kakak untuk meminta penjelasan."A-pa maksudnya ini, kak?" tanya Dinda dengan terbata-bata. Karena, merasa tak percaya atas pendengarannya kali ini. Dilihatnya sang kakak dan dosennya itu, secara bergantian. Dengan menahan sesak di dada, agar tangis dan air matanya tidak tumpah keluar. Dindapun, berucap kembali... "Ap-a-pa kalian sedang mengerjain, aku? Kalia-n hanya bercanda, kan?" tanya Dinda lagi, yang hanya ingin menyakinkan dirinya sendiri. Kalau ini hanyalah sebuah lelucon, yang dibuat oleh kakak dan mantan dosennya itu, untuk mengerja
Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia
Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma
Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi
"Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca
"Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt
Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu
"Ada apa, May? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arman kepada Mayang, yang saat ini mereka sama-sama duduk di teras belakang rumah, sambil melihat Fikry yang asik bermain kembali. Sementara Sari, sahabat dari Mayang itu, sengaja tak mau keluar untuk bergabung dengan mereka. Karena Sari sadar diri, untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara. Karena Sari sendiri, tidak mau ikut campur dengan hubungan mereka."Saya hanya penasaran saja, siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakakan saya dan Fikry? Selama ini, saya merasa tidak mempunyai musuh pada siapapun. Siapakah gerangan yang begitu membenci kami, sehingga menginginkan kematian saya dan Fikry?" Tanya Mayang dengan mata menerawang ke arah depan. Tiba-tiba saja, Mayang mengingat kejadian kemarin malam. Saat dirinya dan Fikry melintasi jalan raya, tiba-tiba saja datang mobil dengan kecepatan tinggi, ingin menabrak mereka. Beruntung, dengan sangat cepat, Arman menolongnya tepat waktu. Sehingga kejadian naas itu, tidak terjadi.Mende
"Hanya untuk ditinggali, bukan pemilik!" Tegas Mayang kepada Arman.Membuat Arman mendesah mendengarnya. "Terserah saja, apa namanya. Yang jelas, rumah ini sudah ada yang menempati," tutur Arman lagi, yang tak mau memperpanjang perdebatan dengan Mayang."Oh, ya Sari mana?" Tanya Arman kepada Mayang."Sari sedang berada di dapur, dia sedang membersihkan area dapur. Karena tadi kami sengaja membagi tugas untuk membersihkan rumah ini. Sari yang bertugas membersihkan area dapur, saya yang membersihkan area depan ini," tutur Mayang."Kalau begitu, saya ke dapur dulu, untuk memindahkan semua makanan ini, sekalian membuatkan minum untuk kamu," ucap Mayang yang hendak beranjak ke dalam."Buat yang seperti biasa, ya, May," terang Arman seketika."Teh hangat dengan sedikit gula, karena kamu tak suka manis," sentak Mayang seketika."Bukannya tak suka manis, May. Tapi, manisnya akan terasa saat meminumnya lihatin kamu, hhmm," goda Arman dengan menyunggingkan senyum manis ke arah Mayang.Membuat pi
Saat ini, Arman sudah berada di jalan. Lelaki tersebut hendak menemui Mayang dan Fikry di tempat tinggal barunya. 20 menit lagi, dia akan sampai. Tetapi, saat ingin membeli oleh-oleh untuk mereka, tanpa sengaja Arman melihat ke arah kaca spion. Tiba-tiba saja, Arman mengumpat dengan sangat kesal."Br3ngsek! Ternyata mereka masih membuntuti aku!" Sentak Arman dengan sangat emosi."Ternyata, dari tadi mereka mengikuti mobilku. Ku kira mereka sudah pergi, tapi ternyata...," ucap Arman dengan menggeletupkan giginya menahan amarah."Ternyata, kalian mau main-main denganku, rupanya! Baiklah, kalau begitu!" Sentak Arman dengan menyeringai.Dengan menambah kecepatan mobilnya, Arman melaju kencang membelah jalan beraspal tersebut. Membuat pengendara mobil hitam yang membuntutinya menjadi terkejut dan ikut menambah kecepatan mobilnya, agar tak kehilangan jejak.Arman yang mencoba nyelipkan mobilnya dengan kendaraan lain, membuat orang yang berada di mobil warna hitam tersebut kewalahan.Apalag