"Assalamu'alaikum, Mayang. Apa kamu mau berangkat kerja sekarang?" tanya seseorang yang berada di belakang Mayang."Waalaikumsalam," ucap Mayang menjawab salam orang tersebut. Karena terkejut, Mayangpun membalikkan tubuhnya, dan ternyata orang itu adalah,"Kamu!""Eh, maaf. Bang Devandi, sedang apa pagi-pagi ke sini?" tanya Mayang bingung melihat dosen dari adiknya itu, sudah berdiri di depan rumah mereka."Tidak, ada. Sengaja datang ke sini, untuk mengantar kamu. Bukankah kemarin saya sudah mengatakan, kalau saya yang akan mengantar kamu masuk kerja hari ini. Apa kamu lupa?" tanya Devandi, yang tersenyum ke arah gadis tersebut."Ouh, maaf. Saya tidak lupa. Saya kira kemarin, bang Devandi hanya bercanda dan basa basi saja mengatakan itu kepada saya," terang Mayang dengan ramah."Tidak, May. Saya memang ada keinginan untuk mengantarkan kamu. Apa kamu sudah siap? Oh, ya, Dinda mana? Apa dia sudah berangkat ke kampus?" tanya Devandi yang melirik ke dalam rumah, mencari keberadaan muri
Tepat pukul 19.00 wib, seseorang datang bertamu ke rumah Mayang,"Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam," jawab Mayang dan Dinda dari dalam."Lihat, Dek, siapa yang datang. Kakak mau pake jilbab dulu," ucap Mayang kepada adiknya, Dinda."Ok!" Ucap Dinda bersemangat, dan segera beranjak pergi.Setelah kepergian Dinda, Mayangpun menghembuskan nafas dengan sedikit kasar, karena merasa deg-deg'an."Huhf! Sudah datang rupanya. Kenapa, aku jadi deg-deg'an gini, ya," ucap Mayang yang bercermin sekali lagi. Sementara itu, Dinda yang sedang membukakan pintu, tiba-tiba sangat terkejut melihat siapa tamu yang datang."Pak Devandi?! Kenapa malam-malam, anda datang kesini?!" tanya Dinda yang bengong melihat sang dosen, yang sudah berdiri dengan sangat manis, di hadapannya. Dan tanpa sengaja, dia terkesima, melihat penampilan laki-laki tersebut. Bagaimana tidak, malam ini, Devandi berpakaian sangat santai, tetapi, masih terlihat cool dan sangat elegant. Apalagi sebuah senyuman yang menghiasi bibir t
"Dinda Maharani! izinkan saya, untuk melamar kakak kamu, Mayang Permata Sari, untuk menjadi istri saya!" ucap Devandi dengan sangat tegas. "Hah!" reaksi Dinda yang makin terkejut mendengar lamaran dari mantan dosennya itu. Yang ternyata, bukan untuk dirinya. Melainkan, lamaran untuk sang kakaknya, Mayang. Hingga tanpa sadar, tangan Dinda reflek, menggenggam erat pahanya sendiri, agar tidak tumbang.Dan, dengan cepat, Dinda melihat ke arah sang kakak untuk meminta penjelasan."A-pa maksudnya ini, kak?" tanya Dinda dengan terbata-bata. Karena, merasa tak percaya atas pendengarannya kali ini. Dilihatnya sang kakak dan dosennya itu, secara bergantian. Dengan menahan sesak di dada, agar tangis dan air matanya tidak tumpah keluar. Dindapun, berucap kembali... "Ap-a-pa kalian sedang mengerjain, aku? Kalia-n hanya bercanda, kan?" tanya Dinda lagi, yang hanya ingin menyakinkan dirinya sendiri. Kalau ini hanyalah sebuah lelucon, yang dibuat oleh kakak dan mantan dosennya itu, untuk mengerja
Hingga puncaknya, saat kehamilan Mayang, memasuki umur 9 bulan. Hal yang tidak pernah terpikirkan oleh Mayang, akhirnya terjadi. Yang menyebabkan kehidupan Mayang porak-poranda, dan hancur berantakan. Sehingga, hanya tinggal kesedihan dan air mata.💦Hari itu, saat Devandi meminta izin untuk keluar kota, karena ada pekerjaan yang harus dia kerjakan. Soalnya, semenjak menikah, selain menjadi seorang dosen, Devandi juga membuka usaha untuk menambah pemasukan mereka. Apalagi, sekarang, Mayang juga hamil. Dan telah, memasuki umur kandungan 9 bulan. "Yang, besok, abang harus berangkat pagi-pagi ke Medan. Karena di sana, abang akan bertemu dengan seseorang," ucap Devandi kepada Mayang, saat mereka lagi asik duduk-duduk di ruang tamu sehabis makan malam.Mendengar ucapan Devandi, yang meminta izin kepada dirinya, Mayang pun, langsung menoleh ke arah sang suami. "Abang mau bertemu siapa, di sana?" tanya Mayang sedikit manja, sambil merebahkan kepalanya ke bahu Devandi.Semenjak Mayang hami
Mendapatkan kabar berita itu, membuat Mayang terkejut dan sangat syok. "Apa! Itu tidak benar. Kalian bohong! Ya Allah, Bang Devandiiiiii! Tidakkkk!" ucap Mayang yang berteriak secara histeris memanggil suaminya tersebut,Dan, tanpa sengaja, HP yang ada di tangannya itu pun terjatuh ke lantai. Dengan berurai air mata, Mayang mendudukkan tubuhnya di lantai, meski harus tertatih, mengingat kandungannya yang sudah 9 bulan. Karena, dia harus menjaga anak yang ada di dalam perutnya itu, agar tidak terjadi apa-apa."Bang Devandi, huhuhu. Kenapa jadi begini, sih bang. Kenapa, abang tega meninggalkan kami, dengan cara seperti ini. Apa abang lupa janji abang, untuk pulang. Tapi, kenapa, abang malah pergi, dan tidak akan kembali. Kenapa abang tega! Hiks hiks," isak Mayang yang menangis sesegukan, dengan menutupi mukanya dengan kedua telapak tanganya. Setelah mendengar kabar kematian suaminya itu.Ya, Mayang menerima telepon dari pihak kepolisian tentang kecelakaan yang menimpa suaminya itu, den
Betapa terkejutnya Mayang, setelah melihat siapa lelaki yang berdiri di samping adiknya itu. Dengan tersenyum manis, lelaki itu merangkul tubuh Dinda, di depan Mayang."Kamu?!" tanya Mayang yang melotot karena terkejut, ke arah lelaki tersebut."Perkenalkan, kak. Dia bang Arman, suami aku!""Apa?! Apa maksud kamu Dinda? Kenapa kamu mengatakan kalau dia, adalah suami kamu?" tanya Mayang yang semakin terkejut mendengar penuturan dari adiknya itu.Dan, Mayang pun mencoba untuk duduk kembali. Karena keadaan tubuhnya yang masih belum stabil, ditambah lagi mendengar kabar yang disampaikan oleh adiknya itu. Membuat tubuh Mayang semakin lemas. Dia takut terjatuh dan akan berakibat fatal bagi kandungannya nanti."Apa kamu sedang mengerjain kakak, Dinda? Apa kamu tidak tahu, kalau kondisi kakak sekarang tidak sedang baik-baik saja," sentak Mayang lemah kepada Dinda.Mendengar ucapan kakaknya itu, Dinda mendekati Mayang. "Maaf kak, aku tidak sedang bercanda sekarang. Bang Arman sekarang adalah
Flashback OnDisaat, tamu Mayang sudah pulang. Dindapun mulai menyalahkan kakaknya, atas kedatangan Nurma, sahabat Mayang. Serta, melarang Mayang untuk tidak lagi, membawa orang ke rumahnya. Dan, Dinda juga menghina kakaknya itu dengan kata-kata yang sangat menyakiti hati dan perasaan Mayang. Kata-kata yang tidak pantas keluar dari mulut seorang adik, kepada kakaknya sendiri. Kakak yang selama ini, dengan suka rela, membesarkan dan memberikan kehidupan yang layak dan cerah, seorang diri untuk adiknya.Karena, merasa sedih dan begitu sakit, mendengar ucapan adiknya itu. Dan begitu kecewa, melihat sikap Dinda selama ini. Tanpa sadar, Mayangpun, mengeluarkan perasaan yang selama ini dia pendam dan rasakan kepada adiknya itu. Dan, Mayang pun mengingatkan Dinda, siapa dia sebenarnya di dalam kehidupan Dinda itu sendiri. Yang membuat, Dinda meradang mendengarnya. "Memang benar, tidak ada, sepersenpun uang kakak yang masuk, untuk merenovasi rumah ibu. Memang benar, kalau, kamulah yang mem
"Baiklah. Karena, kakak yang meminta, aku akan mengatakan yang sebenarnya. Jadi, dengarkan baik-baik."Aku menyukai Devandi, jauh sebelum kalian bertemu. Dia adalah cinta pertama aku. Karena, dia lah, hidupku jadi berwarna. Tapi, semenjak kakak hadir, di antara kami. Hidupku jadi berubah. Kakak merampas kebahagiaan aku selama ini, dengan cara menikahinya. Aku benci dengan kamu, kak. Aku sangat membencimu," ucap Dinda menggebu-gebu.Mendengar Dinda, yang begitu membenci dirinya, membuat hati Mayang hancur. Adik yang begitu, dia sayangi selama ini, begitu membencinya. Dan, Mayang tidak menyangka, pernikahan dirinya dengan Devandi, membuat kehancuran di hati adiknya sendiri."Maafkan kakak, Dinda. Kakak tidak tahu, kalau kamu mencintai Bang Devandi selama ini. Karena pernikahan kakak, kamu menderita. Kakak minta maaf, tanpa sengaja, kakak telah membuat, kamu kecewa," ucap Mayang dengan berurai air mata. Mayang tetap meminta maaf kepada, Dinda. Meskipun, tidak semua kesalahan itu, berasa
Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia
Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma
Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi
"Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca
"Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt
Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu
"Ada apa, May? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arman kepada Mayang, yang saat ini mereka sama-sama duduk di teras belakang rumah, sambil melihat Fikry yang asik bermain kembali. Sementara Sari, sahabat dari Mayang itu, sengaja tak mau keluar untuk bergabung dengan mereka. Karena Sari sadar diri, untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara. Karena Sari sendiri, tidak mau ikut campur dengan hubungan mereka."Saya hanya penasaran saja, siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakakan saya dan Fikry? Selama ini, saya merasa tidak mempunyai musuh pada siapapun. Siapakah gerangan yang begitu membenci kami, sehingga menginginkan kematian saya dan Fikry?" Tanya Mayang dengan mata menerawang ke arah depan. Tiba-tiba saja, Mayang mengingat kejadian kemarin malam. Saat dirinya dan Fikry melintasi jalan raya, tiba-tiba saja datang mobil dengan kecepatan tinggi, ingin menabrak mereka. Beruntung, dengan sangat cepat, Arman menolongnya tepat waktu. Sehingga kejadian naas itu, tidak terjadi.Mende
"Hanya untuk ditinggali, bukan pemilik!" Tegas Mayang kepada Arman.Membuat Arman mendesah mendengarnya. "Terserah saja, apa namanya. Yang jelas, rumah ini sudah ada yang menempati," tutur Arman lagi, yang tak mau memperpanjang perdebatan dengan Mayang."Oh, ya Sari mana?" Tanya Arman kepada Mayang."Sari sedang berada di dapur, dia sedang membersihkan area dapur. Karena tadi kami sengaja membagi tugas untuk membersihkan rumah ini. Sari yang bertugas membersihkan area dapur, saya yang membersihkan area depan ini," tutur Mayang."Kalau begitu, saya ke dapur dulu, untuk memindahkan semua makanan ini, sekalian membuatkan minum untuk kamu," ucap Mayang yang hendak beranjak ke dalam."Buat yang seperti biasa, ya, May," terang Arman seketika."Teh hangat dengan sedikit gula, karena kamu tak suka manis," sentak Mayang seketika."Bukannya tak suka manis, May. Tapi, manisnya akan terasa saat meminumnya lihatin kamu, hhmm," goda Arman dengan menyunggingkan senyum manis ke arah Mayang.Membuat pi
Saat ini, Arman sudah berada di jalan. Lelaki tersebut hendak menemui Mayang dan Fikry di tempat tinggal barunya. 20 menit lagi, dia akan sampai. Tetapi, saat ingin membeli oleh-oleh untuk mereka, tanpa sengaja Arman melihat ke arah kaca spion. Tiba-tiba saja, Arman mengumpat dengan sangat kesal."Br3ngsek! Ternyata mereka masih membuntuti aku!" Sentak Arman dengan sangat emosi."Ternyata, dari tadi mereka mengikuti mobilku. Ku kira mereka sudah pergi, tapi ternyata...," ucap Arman dengan menggeletupkan giginya menahan amarah."Ternyata, kalian mau main-main denganku, rupanya! Baiklah, kalau begitu!" Sentak Arman dengan menyeringai.Dengan menambah kecepatan mobilnya, Arman melaju kencang membelah jalan beraspal tersebut. Membuat pengendara mobil hitam yang membuntutinya menjadi terkejut dan ikut menambah kecepatan mobilnya, agar tak kehilangan jejak.Arman yang mencoba nyelipkan mobilnya dengan kendaraan lain, membuat orang yang berada di mobil warna hitam tersebut kewalahan.Apalag