"Apaan sih Pak, kok malah saya yang di tuduh begitu?!" gerutu Cindy dengan sewot. "Saya sendiri, juga mendapatkan kabar itu dari seseorang. Yang katanya, melihat kalian di gudang itu sedang bertengkar dan mengatakan kalau Bapak yang telah mencoba memperkosa Mayang. Makanya saya bertanya sama Bapak. Karena saya tidak percaya dan yakin, kalau Bapak bukanlah orang seperti itu," tutur Cindy yang ingin mengambil simpati dari lelaki pujaannya itu. Dan juga mencoba untuk menyakini Arman.Mendengar penuturan dari gadis di depannya itu, membuat Arman sedikit melunak. Karena percaya kepada dirinya. Kalau dia bukanlah laki-laki bejat yang mau melakukan hal bodoh seperti itu."Kamu benar. Karena memang bukan saya yang melakukannya. Saya cuma dijebak, agar Mayang membenci saya. Dan saya akan mencari orang itu, dan membuat perhitungan dengannya. Karena telah sangat berani menyentuh wanita saya!" geram Arman yang mengepalkan jari tangannya.Mendapatkan angin segar dari Arman, membuat Cindy terseny
"Semua ini gara-gara orang brengsek itu. Kenapa sulit sekali untuk mengetahui siapa sebenarnya yang melecehkan kamu May? Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan tinggal diam dan menyerah begitu saja. Aku akan tetap mencari tahu sampai aku benar-benar menemukan siapa si brengsek itu!" umpat Arman yang sangat marah dengan tangan terkepal menahan amarah."Kemana aku harus menemuimu Mayang? Apa aku harus ke rumah kamu untuk bertemu dengan kamu, Mayang? Dan untung saja, aku sudah meminta alamat tempat tinggal kamu. Nanti saat pulang kerja, aku akan mencoba datang ke rumah kamu. Tunggu aku Mayang!" ucap Arman tersenyum.***Pukul 03.00 Wib. Arman sudah keluar dari kantor perusahaan. Dengan mengendarai mobil, Arman menuju ke alamat rumah Mayang yang dimintanya tadi di bagian HRD. Karena sudah tidak sabar, karena perasaan sudah tidak nyaman dan fokus untuk dibawa bekerja. Akhirnya Arman memutuskan pulang lebih dulu. Dan menuju ke rumah Mayang. Di perjalanan, Arman merasa was-was. Karena ini me
"Apa jangan-jangan, itu orang suruhan cowok Arogan itu, yang memata-matai kita, kak? Kok aku jadi takut dan deg-deg'an gini ya kak," tanya Dinda yang sedikit ngeri kalau memang itu benar. "Kalau memang itu adalah suruhan Arman, kakak juga merasa takut, Dek! Kakak tidak menyangka kalau Arman adalah orang yang penuh ambisi seperti ini. Kakak juga ikutan ngeri jadinya," celetuk Mayang dengan menggigit bibirnya sendiri.Mendengar ucapan kakaknya yang ketakutan, Dinda berkata..."Baguslah, kalau kakak bisa terlepas sekarang dari orang seperti itu. Kalau tidak, entah apa yang terjadi dengan kakak nantinya. Memikirkannya saja, aku jadi ngeri, ih," celetuk Dinda dengan bergidik ngeri."Hehe iya, Dek," ucap Mayang tersenyum kaku."Assalamu'alaikum," ucap orang itu lagi, tapi sekarang dibarengi dengan ketukan pintu."Tuh, dia ucapin salam lagi, Dek. Bagaimana ini, apa kita samperin? Atau kita tetap di sini dan tetap diam saja di sini?" tanya Mayang dengan ragu."Biar aku saja yang menemui tamu
Hari ini, Mayang sangat berbahagia. Karena Mayang melihat Dinda sang adik sudah resmi menjadi mahasiswi disalah satu kampus favorit di daerah tempat tinggal mereka yang baru. Sudah hampir 5 bulan lamanya, Dinda menyandang status mahasiswi. Membuat Mayang benar-benar bahagia, mengingat cita-cita dan keinginan keluarganya akan tercapai, yaitu melihat anak mereka menjadi seorang sarjana. Meskipun, Mayang sampai kapanpun, dia tidak akan pernah merasakan itu pada dirinya sendiri. Tetapi melihat sang adik yang berbahagia sekarang, Mayang menjadi sangat bangga.Dan semenjak mereka pindah beberapa bulan yang lalu, dan Mayang juga mendapatkan pekerjaan yang baru. Berkat dari teman sahabatnya itu, Nurma. Akhirnya, cita-cita Mayang untuk pendidikan Dinda yang lebih tinggi lagi, akhirnya tercapai juga.Dinda memilih jurusan Manajemen Bisnis, agar kelak dia menjadi pembisnis yang handal dan sukses. Sedangkan Mayang sendiri, sekarang bekerja disalah satu pabrik makanan yang berada di kota besar ters
"Assalamu'alaikum, kak. Kak Mayang," ucap Dinda dengan mengetuk pintu kontrakan dari luar."Waalaikumsalam. Baru pulang, Din?" tanya Mayang saat membuka pintu. "Itu mobil dosen kamu bukan? Kok ada di depan? Apa Pak Devandi datang ke sini?" tanya Mayang dengan sedikit risih. Tetapi ia juga merasa senang, karena laki-laki itu datang lagi. Risih karena Mayang masih mengingat atas ucapan ibunya, yang tidak mengizinkan laki-laki datang ke rumah. Kecuali calon suami sendiri, dan senang karena pria itu tiba-tiba saja datang ke rumah. Karena, entah mengapa perasaan Mayang menjadi tenang dan nyaman bersama dosen adiknya itu. Ya, Devandi pernah datang beberapa kali ke rumah mereka, dikarenakan rasa bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa kakak dari mahasiswinya itu.Rasa yang awalnya biasa saja, sekarang malah berubah menjadi rasa yang membuat jantung mereka berdua berdegup kencang."Iya, kak. Tadi tidak sengaja bertemu di gerbang. Dan dia menawarkan untuk mengantar aku," terang Dinda
"Kok saya jadi penasaran ya, Laki-laki seperti bapak yang biasanya cuek, dingin dan juga sombong, tiba-tiba jadi sok akrab dan sok perhatian begitu sama kakak saya!" tanya Dinda yang tiba-tiba ketus dan tersenyum remeh kepada dosennya itu. Tetapi, tanpa mereka berdua sadari perubahan juga terlihat dari wajah Dinda yang tiba-tiba memerah serta tangan yang sudah menggenggam erat di bawah meja menahan emosi. Ada rasa cemburu dan marah, karena tidak menyukai Devandi yang tiba-tiba perhatian dengan kakaknya sendiri."Dinda! Kamu bicara apa sih dengan dosen kamu sendiri! Gak sopan tahu. Ayo minta maaf!" keluh Mayang yang tiba-tiba memukul bahu Dinda serta berbisik pelan."Bodo!" sentak Dinda cuek."Ternyata kamu lucu juga ya anak ayam, kalau lagi cemburu seperti begitu," ucap Devandi yang tetap tenang dengan tersenyum tipis ke arah Mayang."Hah! Cemburu?!" teriak kakak beradik itu serempak karena terkejut mendengar ucapan laki-laki di hadapan mereka."Si--siapa yang cemburu?! Saya tidak ce
"Assalamu'alaikum, Mayang. Apa kamu mau berangkat kerja sekarang?" tanya seseorang yang berada di belakang Mayang."Waalaikumsalam," ucap Mayang menjawab salam orang tersebut. Karena terkejut, Mayangpun membalikkan tubuhnya, dan ternyata orang itu adalah,"Kamu!""Eh, maaf. Bang Devandi, sedang apa pagi-pagi ke sini?" tanya Mayang bingung melihat dosen dari adiknya itu, sudah berdiri di depan rumah mereka."Tidak, ada. Sengaja datang ke sini, untuk mengantar kamu. Bukankah kemarin saya sudah mengatakan, kalau saya yang akan mengantar kamu masuk kerja hari ini. Apa kamu lupa?" tanya Devandi, yang tersenyum ke arah gadis tersebut."Ouh, maaf. Saya tidak lupa. Saya kira kemarin, bang Devandi hanya bercanda dan basa basi saja mengatakan itu kepada saya," terang Mayang dengan ramah."Tidak, May. Saya memang ada keinginan untuk mengantarkan kamu. Apa kamu sudah siap? Oh, ya, Dinda mana? Apa dia sudah berangkat ke kampus?" tanya Devandi yang melirik ke dalam rumah, mencari keberadaan muri
Tepat pukul 19.00 wib, seseorang datang bertamu ke rumah Mayang,"Assalamu'alaikum.""Waalaikumsalam," jawab Mayang dan Dinda dari dalam."Lihat, Dek, siapa yang datang. Kakak mau pake jilbab dulu," ucap Mayang kepada adiknya, Dinda."Ok!" Ucap Dinda bersemangat, dan segera beranjak pergi.Setelah kepergian Dinda, Mayangpun menghembuskan nafas dengan sedikit kasar, karena merasa deg-deg'an."Huhf! Sudah datang rupanya. Kenapa, aku jadi deg-deg'an gini, ya," ucap Mayang yang bercermin sekali lagi. Sementara itu, Dinda yang sedang membukakan pintu, tiba-tiba sangat terkejut melihat siapa tamu yang datang."Pak Devandi?! Kenapa malam-malam, anda datang kesini?!" tanya Dinda yang bengong melihat sang dosen, yang sudah berdiri dengan sangat manis, di hadapannya. Dan tanpa sengaja, dia terkesima, melihat penampilan laki-laki tersebut. Bagaimana tidak, malam ini, Devandi berpakaian sangat santai, tetapi, masih terlihat cool dan sangat elegant. Apalagi sebuah senyuman yang menghiasi bibir t