Tiga hari lamanya, Mayang sakit. Semenjak pertengkaran dia dengan Arman. Dan, disebabkan karena kehujananlah, Mayang menjadi demam dan tidak bisa bekerja selama tiga hari itu. Dan, Mayang pun meminta izin, untuk tidak masuk kerja.Sementara itu, Arman yang tidak bertemu selama 3 hari dengan, Mayang. Membuat laki-laki itu panik dan tidak bisa fokus dalam setiap pekerjaannya. Ingin menemui Mayang di rumahnya, tetapi tidak tahu, di mana alamat gadis itu berada. Dan, sudah puluhan kali, Arman menghubungi nomor gadis pujaannya itu. Tetapi, tetap saja mati dan tidak bisa dihubungi. Membuat Arman, benar-benar menyesal dan merasa bersalah.Ya, selama berhubungan dengan Mayang, Arman belum pernah sekalipun dibawa ke rumah oleh Mayang. Bagi Mayang laki-laki yang akan dia bawa pulang dan dikenalkan ke keluarganya adalah calon suaminya nanti. Karena Mayang masih mengingat serta menerapkan perkataan orang tuanya semasa hidup,"Nak, suatu hari nanti, kalau kamu sudah dewasa dan memiliki pasanga
"Kamu kan, yang mengantarkan Mayang pulang kemarin?!" Tanya Arman dingin."Iya, Pak. Maaf, karena membuat bapak jadi salah paham. Sebenarnya kema--," saat Toni, ingin menjelaskan kembali kejadian 3 hari yang lalu, tiba-tiba saja, Arman memotong ucapan bawahannya itu."Saya tidak meminta penjelasan dari kamu. Saya cuma mau tanya!"sentak Arman dengan cepat, karena dia tidak mau mendengar penjelasan dari Toni."Ouh, maaf. Saya kira, bapak menemui saya karena ingin meminta penjelasan kemarin." ucap Toni. "Lalu, bapak mau tanya apa pada saya?"tanya Toni yang tetap sopan, menanggapi Arman."Saya menemui kamu, karena ingin tanya alamat rumah Mayang. Kamu pasti tahu di mana rumahnya. Karena kemarin kamu yang mengantarkan Mayang pulang." Ucap Arman to the poin.Mendengar ucapan Arman, Toni malah meminta maaf, "Maaf Pak Arman. Saya juga tidak tahu di mana rumah Mayang," jawab Toni.Mendengar ucapan Toni, membuat Arman menjadi marah."Brengsek! Jangan bohong, kamu! Bukankah kamu, yang mengantar
Besoknya, Saat Mayang melewati kantor, bersama beberapa teman kerjanya. Dimana, rencananya mereka mau ke gudang untuk mengambil beberapa barang yang akan dibawanya ke lahan. Tiba-tiba saja ada seseorang yang memanggil dan memeluk Mayang dengan sangat erat."Mayang! Bagaimana kabar kamu? Apa kamu sehat-sehat, saja? tanya orang itu, sambil memeluk Mayang. "Kangen tahu, sudah lama kita tidak bertemu," sorak Nurma, yang merupakan sahabat Mayang. Nurma adalah orang yang mengajak Mayang untuk bekerja di Perusahaan sawit tersebut.Awalnya Mayang terkejut, karena tiba-tiba saja ada seseorang yang memeluk dirinya. Tetapi, setelah tahu siapa yang memeluk tubuhnya, Mayang malah tersenyum lebar dan makin mempererat pelukannya itu."Nurma?! Alhamdulilah sehat sahabatku. Kamu gimana kabar? Sudah lama ya, tidak bertemu? Dan kamu makin cantik saja," ucap Mayang tersenyum senang, dan makin membalas pelukan sahabatnya itu."Alhamdulilah, aku juga sehat. Kamu kali May, tetap cantik meski bekerja di baw
"Maaf. Apapun keadaan saya sekarang, dan semiskin apapun saya. Saya sangat bersyukur dan bangga atas apa yang saya capai dengan kekuatan saya sendiri. Saya tidak malu atas kemiskinan dan kerendahan status sosial, saya. Meskipun pendidikan saya rendah, tapi harga diri saya masih ada dan tidak hilang. Dan, untuk apa gunanya berpendidikan tinggi dan terlihat kaya oleh orang lain, kalau harga diri sendiri sudah tidak ada dan murah dimata orang lain!" sentak Mayang. Yang membuat hati Irma tersentil atas ucapan Mayang tersebut."Apa maksud ucapan loe tadi? Apa loe nyindir gue?!" tanya Irma yang meradang.Mendengar pertanyaan Irma, membuat Mayang tersenyum tipis."Saya tidak pernah menyindir siapapun. Saya berbicara karena fakta. Banyak orang berkata, kalau mereka itu berpendidikan tinggi. Tetapi, dengan sengaja menjual ataupun memurahkan harga dirinya sendiri. Hanya karena ingin dianggap dan terlihat kaya oleh orang lain. Buat apa berilmu tapi tidak beradap! Buat apa kaya, tapi tidak bisa
"Eh, Irma! Loe kenapa sih bengong begitu? Dari tadi gue panggil-panggil, kok loe diam saja." tanya Cindy yang mencubit lengan Irma, sahabatnya itu."Apaan sih Cin, sakit tahu!" sentak Irma sewot sambil mengusap-usap lengannya."Habis, loe diam saja sih, dipanggilin dari tadi gak dengar-dengar. Melamun saja dari tadi, gue lihat. Emang ada apa? Apa loe ada masalah?" Tanya Cindy kepada Irma."Gak ada apa-apa, kok, gue," jawab Irma yang mencoba menutupi kegundahannya itu."Jangan bohong deh, loe. Gue itu tahu siapa loe! Kayak baru kenal kemarin aja loe buat, gue. Sudah dari orok kali, gue sama loe. Masa gak tahu sifat elu. Mending loe cerita ke gue deh sekarang. Dari pada loe kayak gitu, mangap-mangap kayak ikan cupang, hhmm," seloroh Cindy yang menyindir Irma, sahabatnya itu."Hhmm, gimana, ya, Cin. Sebenarnya, gue sedikit takut, tentang apa yang terjadi di gudang kemarin itu tersebar," ungkap Irma dengan perasaan resah, tentang kejadian yang dia lakukan di gudang beberapa hari yang lalu
"Di mataku, tidak ada perempuan yang sebaik dan sempurna seperti dirimu, Mayang!" ungkap Arman atas perasaannya ke Mayang.Sejenak, Mayang terpaku mendengar penuturan dari kejujuran lelaki di depannya itu. Tetapi secepat kilat Mayang membalas ucapan dari laki-laki yang pernah ada dalam hatinya itu, membuat Arman terdiam."Jangan memuji saya seperti itu Pak Arman! Karena saya, tidak sebaik dan sesempurna seperti yang bapak bayangkan!"sanggah Mayang atas semua pujian yang diberikan oleh atasannya."Saya hanya wanita biasa yang juga banyak kekurangan. Dan sebelum Bapak menyesal nanti, lebih baik kita akhiri saja," tutur Mayang, yang membuat Arman, benar-benar terkejut dan tidak menyangka akan sefatal ini jadinya."Kenapa Mayang? Kenapa kamu sangat ingin mengakhiri hubungan dengan aku? Apa aku terlalu buruk untuk dirimu, sehingga aku tidak pantas untuk memilikimu?" tanya Arman yang sedikit emosi mendengar penolakan-penolakan dari Mayang.Arman merasa kecewa atas keputusan yang diucapkan
"Diam cantik. Jangan berteriak! Kita bersenang-senang sebentar!" celetuk laki-laki itu yang tersenyum menj1jikkan di mata Mayang.Dan, mendengar ucapan lelaki itu, mata Mayang makin melotot. Sehingga tubuhnya menggigil ketakutan."Kenapa berk3ringat begitu sayang, apa kamu gerah? Baiklah, ayo kita mulai sekarang," Ucap lelaki itu makin meny3ringai. Mendengar itu, Mayang makin meneteskan air mata.Tanpa berkata-kata lagi, dengan cepat lelaki tersebut, menarik dan meny3ret tubuh Mayang dengan cepat menuju arah sudut rak yang ada di dalam gudang itu. Dengan tangan yang masih memb3kap mulut Mayang. Sehingga Mayang tidak bisa berteriak meminta tolong. Di sana, di sudut gudang, ada meja berukuran besar yang biasanya digunakan para pekerja lahan untuk meletakkan beberapa peralatan untuk pemupukan. Dan, dengan cepat orang itu mendorong dan mengh3mpaskan tubuh Mayang ke atas meja besar itu. Sehingga Mayang meringgis dan mengaduh berbarengan, karena punggungnya merasakan sakit saat beradu de
Saat b1b1r lelaki itu hampir mendekati b1b1r Mayang, tiba-tiba terdengar suara seseorang yang berbicara dari arah luar."Siapa di situ? Apa ada orang di dalam?" Tanya orang yang ada di luar.Mendengar suara seseorang dari arah luar, membuat laki-laki itu terkejut. Dan langsung membekap mulut Mayang."Diam! Jangan bersuara!" geramnya kepada Mayang.Tetapi bagi Mayang, ini adalah kesempatan dan pertolongan yang dikirim Allah untuk menolong dirinya. Dengan sangat cepat, Mayang menggigit jari lelaki tersebut dengan sangat kuat. Sehingga terlepas dari mulutnya. Dan Mayang segera menendang lagi, bagian bawah laki-laki tersebut. Hingga laki-laki itu berteriak kesakitan. Dengan melihat kesempatan, Mayang mendorong tubuh laki-laki tersebut, hingga terjatuh. Dan dengan cepat Mayang berteriak kembali meminta tolong."Tolong! Tolong saya! Saya di dalam. Ada orang yang ingin memperk0s4 saya!" teriak Mayang dengan sangat keras.Melihat Mayang yang berteriak minta tolong, serta mendengar suara hen
Suasana di meja makan tiba-tiba saja terasa panas malam ini, tubuh Dinda memanas saat Arman menyebut nama Mayang di hadapan dirinya. Meski AC sudah dari tadi hidup, tetapi tidak bisa mendinginkan hati Dinda yang mulai terbakar amarah. Sehingga membuat selera makan Dinda hilang seketika dan sendok makan yang ada di tangan wanita tersebut, diletakkan begitu saja di atas piring. Meski makanan tersebut masih tertinggal separuh.Dengan menyeruput habis air putih yang ada di dalam gelas minumnya, Dinda terlihat menahan kekesalan. Saat sang suami menyebut nama wanita lain disaat mereka makan berdua. Meskipun, itu adalah kakaknya sendiri. Apalagi, Arman juga menyarankan kepada Dinda untuk menjemput Mayang kembali untuk tinggal bersama mereka.Dinda sendiri tidak bisa memungkiri kalau dirinya merasa cemburu, saat Arman menyebut nama Mayang di bibirnya. Apalagi status mereka sekarang adalah suami istri, yang mana, Arman hanya boleh memikirkan dirinya sendiri bukan yang lain. Bohong kalau dia
Anton yang begitu mempunyai hasr4t yang begitu dalam kepada Mayang, tiba-tiba saja matanya fokus menatap ke arah bibir merah alami yang dimiliki oleh perempuan berhidung mancung tersebut. Dengan dibantu dorongan yang begitu kuat dari dalam dirinya sendiri, Anton tanpa sadar berbicara ke arah Mayang. Seakan-akan dirinya memang sedang berbicara berdua dengan perempuan yang tak sadarkan diri tersebut.Dengan makin mendekat ke arah Mayang, Anton lalu berucap di depan Mayang, yang hanya berjarak 3 langkah saja,"Bolehkah saya mencium bibir ranum kamu itu, duhai perempuan cantik? Karena bibirmu itu sangatlah menggoda saya!" Sentak Anton dengan jakunnya yang sudah naik turun.Setelah berkata seperti itu, Anton mulai mendekat ke arah Mayang. Sehingga laki-laki tersebut, berjongkok di depan Mayang sambil tetap menatap wajah wanita tersebut. Dengan cepat Anton mulai memajukan wajahnya ke arah bibir Mayang, sehingga memutus jarak di antara mereka berdua. Saat bibir Anton mulai menyentuh bibir Ma
Karena mendapatkan sebuah kabar gembira, membuat Dinda yang sedang berbicara dengan seseorang di dalam telpon, tak menyadari kalau seseorang sudah mendengar semua pembicaraan mereka."Iya, Ma. Semuanya beres. Perempuan br3ngsek itu sudah tertangkap. Mama tenang saja, aku akan membalas semua sakit hati kita. Dia harus membayar semua, atas apa yang terjadi dalam kehidupan kita selama ini! Aku tidak akan melepaskannya begitu saja, karena dia harus menderita! Seperti apa yang sudah diperbuat oleh orang tuanya dulu." Dinda yang tersenyum senang berbicara dengan seseorang yang dipanggil dengan sebutan mama.Tanpa dirinya sadari, di balik dinding, seseorang mengepalkan tangan dengan rahang mengeras mendengar ucapannya."Kurang 4jar! Jadi kamu yang sudah menipu dan menculik Mayang, Dinda! Tak disangka, kamu benar-benar wanita ular berhati kejam. Apa kata kamu tadi, Mama? Orang tuanya? Apa maksud dari perkataan kamu itu? Sebenarnya rahasia apa yang terjadi dalam hubungan keluarga kalian?" Bisi
"Br3ngsek! Ternyata mereka menemukan keberadaan Mayang. Kenapa aku begitu bodoh dan teledor seperti ini! Gara-gara kebodohan aku, mereka akhirnya menemukan keberadaan mereka. Dan sekarang, mereka juga membawa Mayang pergi entah kemana.Harusnya tadi, aku tak melanjutkan ke sana untuk menemui Mayang dan Fikry. Sehingga kejadian ini tidak akan terjadi." Arman yang menyesali perbuatannya yang berujung dengan penculikan Mayang."Kenapa kamu percaya sekali dengan ucapan mereka, May. Aku harus mencari kemana kamu sekarang," lirih Arman dengan sedikit frustasi. "Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan menyerah untuk menemukan kamu sampai kapanpun. Aku akan mencari kamu sampai ketemu, Mayang. Tidak akan aku biarkan kamu disakiti oleh mereka. Awas saja, kalau sampai kamu terluka sedikitpun, aku tidak akan melepaskan orang-orang yang telah menyakiti kamu. Termasuk dengan adik kamu sendiri, Dinda!" Arman yang terlihat sangat marah dan emosi setelah dirinya menyuruh seluruh anak buahnya untuk menca
"Terus, apa sebenarnya yang kamu pikirkan, May?" Tanya Sari lagi, karena dirinya menjadi penasaran.Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Mayang mendesah pelan."Sebenarnya, aku memikirkan ucapan Arman tadi siang, ia mengatakan kepadaku kalau orang yang ingin mencelakai kami itu adalah Dinda." Mayang yang mencoba menjawab pertanyaan Sari. Mendengar jawaban Mayang, Sari tampak terkejut."Apa?! Benarkah, May? Kok bisa Pak Arman mengatakan, kalau Dinda, adik kamu sendiri yang ingin mencelakai kalian?" Balas Sari dengan terkejut."Aku juga tidak tahu, kenapa Arman malah menuduh Dinda pelakunya," tutur Mayang bingung."Kalau begitu, pasti ada alasan yang kuat, kenapa Pak Arman menuduh Dinda pelakunya. Mungkin juga Pak Arman mengetahui sesuatu tentang adik kamu itu, secara kan mereka suami istri. Siapa tahu, tanpa sengaja, Pak Arman pernah memergoki atau mendengar Dinda berbicara kepada seseorang untuk mencelakai kamu, mungkin. Makanya, Pak Arman sekarang, mewanti-wanti dan melarang kamu unt
Setelah kepergian Arman, Mayang duduk termenung di sofa ruang tamu. Dia mendesah pelan, mengingat ucapan yang dilontarkan oleh Arman tentang adiknya, Dinda. Dia sempat berpikir, apakah yang diucapkan Arman tadi, adalah kebenaran. Kalau orang yang ingin melenyapkan dirinya dan Fikry adalah adiknya sendiri, yaitu Dinda. Disaat hati dan pikiran Mayang mulai saling bertentang, dengan cepat Mayang menggelengkan kepalanya."Tidak, tidak! Tidak mungkin, Dinda tega melakukan hal itu. Dinda itu, adik aku. Dia sayang dengan aku, karena aku adalah kakaknya. Kami itu saudara, mana mungkin, Dinda mau melenyapkan kami. Aku tahu, kalau selama ini, Dinda sangat menyayangi aku dan Fikry. Meski, beberapa tahun terakhir, Dinda sedikit cuek dan kasar. Aku yakin, kalau di hatinya masih ada cinta dan sayang untuk aku dan Fikry. Karena, bagaimanapun, kami adalah saudara. Kami satu keluarga. Didalam kekeluargaan, wajar kalau ada pertengkaran dan perseteruan kecil. Justru, karena adanya konflik didalam sebu
"Ada apa, May? Apa yang kamu pikirkan?" Tanya Arman kepada Mayang, yang saat ini mereka sama-sama duduk di teras belakang rumah, sambil melihat Fikry yang asik bermain kembali. Sementara Sari, sahabat dari Mayang itu, sengaja tak mau keluar untuk bergabung dengan mereka. Karena Sari sadar diri, untuk membiarkan mereka lebih leluasa berbicara. Karena Sari sendiri, tidak mau ikut campur dengan hubungan mereka."Saya hanya penasaran saja, siapa sebenarnya orang yang ingin mencelakakan saya dan Fikry? Selama ini, saya merasa tidak mempunyai musuh pada siapapun. Siapakah gerangan yang begitu membenci kami, sehingga menginginkan kematian saya dan Fikry?" Tanya Mayang dengan mata menerawang ke arah depan. Tiba-tiba saja, Mayang mengingat kejadian kemarin malam. Saat dirinya dan Fikry melintasi jalan raya, tiba-tiba saja datang mobil dengan kecepatan tinggi, ingin menabrak mereka. Beruntung, dengan sangat cepat, Arman menolongnya tepat waktu. Sehingga kejadian naas itu, tidak terjadi.Mende
"Hanya untuk ditinggali, bukan pemilik!" Tegas Mayang kepada Arman.Membuat Arman mendesah mendengarnya. "Terserah saja, apa namanya. Yang jelas, rumah ini sudah ada yang menempati," tutur Arman lagi, yang tak mau memperpanjang perdebatan dengan Mayang."Oh, ya Sari mana?" Tanya Arman kepada Mayang."Sari sedang berada di dapur, dia sedang membersihkan area dapur. Karena tadi kami sengaja membagi tugas untuk membersihkan rumah ini. Sari yang bertugas membersihkan area dapur, saya yang membersihkan area depan ini," tutur Mayang."Kalau begitu, saya ke dapur dulu, untuk memindahkan semua makanan ini, sekalian membuatkan minum untuk kamu," ucap Mayang yang hendak beranjak ke dalam."Buat yang seperti biasa, ya, May," terang Arman seketika."Teh hangat dengan sedikit gula, karena kamu tak suka manis," sentak Mayang seketika."Bukannya tak suka manis, May. Tapi, manisnya akan terasa saat meminumnya lihatin kamu, hhmm," goda Arman dengan menyunggingkan senyum manis ke arah Mayang.Membuat pi
Saat ini, Arman sudah berada di jalan. Lelaki tersebut hendak menemui Mayang dan Fikry di tempat tinggal barunya. 20 menit lagi, dia akan sampai. Tetapi, saat ingin membeli oleh-oleh untuk mereka, tanpa sengaja Arman melihat ke arah kaca spion. Tiba-tiba saja, Arman mengumpat dengan sangat kesal."Br3ngsek! Ternyata mereka masih membuntuti aku!" Sentak Arman dengan sangat emosi."Ternyata, dari tadi mereka mengikuti mobilku. Ku kira mereka sudah pergi, tapi ternyata...," ucap Arman dengan menggeletupkan giginya menahan amarah."Ternyata, kalian mau main-main denganku, rupanya! Baiklah, kalau begitu!" Sentak Arman dengan menyeringai.Dengan menambah kecepatan mobilnya, Arman melaju kencang membelah jalan beraspal tersebut. Membuat pengendara mobil hitam yang membuntutinya menjadi terkejut dan ikut menambah kecepatan mobilnya, agar tak kehilangan jejak.Arman yang mencoba nyelipkan mobilnya dengan kendaraan lain, membuat orang yang berada di mobil warna hitam tersebut kewalahan.Apalag