Mereka berdua kemudian memulai rencananya dan banyak sekali target yang sudah di dapatkan. Saat ini, mereka sedang melakukan pekerjaannya sebagai peretas. Tidak lama kemudian, Philip menemukan sebuah akun bank seseorang yang tidak lain adalah Grace. Dia kemudian mulai melakukan aksinya itu begitu sudah mendapatkan informasi dari seseorang. Ternyata di balik akun tersebut banyak sekali keuntungan yang mereka dapatkan dan itu membuatnya merasa terlena untuk sesaat. Di sisi laih, Grace yang kemudian hendak melakukan pembayaran, dia melihat saldo di akun bank nya itu menjadi nol. Dan saat itu juga dia sangat panik. Kepanikannya itu membuat beberapa orang yang ada di bank tersebut membuatnya merasa risih dan melihat Grace yang putus asa. Setelah kejadian itu, Grace kemudian melaporkannya kepada pihak berwajib dan mereka mulai mendengarkan keluhan yang di alaminya itu hingga akhirnya penyelidikan pun di mulai. Di tengah penyeldiikan, polisi menghentikannya karena pelapor tiba-tiba saja ti
Philip kemudian pergi dari rumahnya untuk berlibur dan sekarang di sana hanya ada Noel yang masih terdiam. Ketika dia sudah kembali ke rumahnya, Noel kemudian membuka sebuah forum website gelap dan dia bergabung dengan mereka sebagai peretas. Di saat itu lah dia mulai kembali melakukan pekerjaannya itu dan sama sekali tidak mempedulikan apa pun di luar sana selain ke untungan baginya. Sementara itu, Philip juga melakukan hal yang sama dengan bergabung di website tersbeut dan menjadi peretas. Namun, kali ini dia melakukan tindakannya itu dengan hati-hati. Sebelumnya, dia bertemu dengan sepupu Grace dan mereka terlihat mengobrol dalam waktu yang lama. Negosiasi yang terjadi membuatnya merasa berpikir ulang dan akhirnya sambil merenungi perbuatannya itu.“Jangan khawatir. Aku sudah mengembalikan semuanya.”“Aku sudah tahu,” ucap sepupu Grace“Apa kau akan mengatakannya kita bertemu seperti ini?”“Tidak. Untuk apa? la
“Alice, ponselmu berbunyi tuh,” ucap Theresia“Oh, iya.”“Siapa? Orang penting?”“Ah, ini Adeline. Sepertinya dia sungguhan ingin bekerjasama denaganku.”“Jangan. Kau tidak seharusnya bekerjasama dengan orang itu,” ucap Theresia yang terus meyakinkannya.“Aku juga sebenarnya tidak tertarik. Hanya saja, melihatnya yang terus menghubungiku ini sedikit mencurigakan.”“Sudah kubilang kan sebelumnya. Jangan berurusan dengan anak itu. meski dia terlihat tidak berbahaya sama sekali.”“Oh iya, bukankah dia anak club penyiaran itu?” ucap Grace“Benar. di sana juga ada temamu kan siapa itu? Marsh...”“Marchell,” ucap Alice“Iya. Orang itu. eh, kenapa dia bergabung dengan club penyiaran?” ucap Theresia yang mendadak terkejut.“Bukankah dia dari dulu memang sudah tergabung?”
Dalam perjalanannya ketika pulang, dia melihat beberapa selebaran yang terpasang di dinding pinggir jalan. Dia melihat banyak sekali dan sepertinya dia membaca apa yang tertulis di sana. Sebuah pertunjukan yang akan di adakan beberapa minggu lagi. Dengan perlahan, Adeline terus melihatnya dan kemudian merasa ada yang dapat dia lakukan dari acara tersebut. Setelah dia mulai memutuskannya lagi, rupanya di pikirannya sudah terlintas sebuah ide yang membuatnya merasa senang dalam sekejap. Dia berjalan menuju ke sebuah cafe dan ternyata itu adalah tempat kerjanya Grace. Adeline memasuki tempat tersebut dan kemudian dia mengeluarkan laptopnya untuk mengerjakan sesuatu. Grace yang saat itu sedang libur dan tidak ada di sana membuatnya tidak dapat melihat kegembiraan yang terukir di wajah Adeline. Ketika dia sedang mengerjakan proyeknya itu, tiba-tiba saja Rona datang ke tempat tersebut dan kemudian mereka berdua saling bertemu dan menyapa. “Adeline?” ucap Rona “Oh, Rona. Ap
“Lalu, apa untungnya kau memberitahuku hal ini? Apa yang kau inginkan Rona?” ucap Adeline dengan tatapan serius. Dan kemudian Rona juga sudah memperlihatkan dirinya yang seakan sudah bisa menebak bahwa reaksinya akan seperti ini.“Yang ku inginkan hanya, kau mengetahui berita ini,” ucap Rona sambil tersenyum.“Apa kau sengaja?”“Ya?”“Kau sengaja mengatakannya di hadapanku? Bukankah seharusnya kau diam dan menunggu diriku mengetahuinya sendiri. Dibandingkan dengan memberitahuku seperti ini?”“Ah, aku tidak suka itu. mengetahui sendiri rumor tidak jelas begitu hanya akan membuat terluka saja.”“Apa?”“Kau tidak sadar dengan apa yang barusan ku katakan?”“Apa maksud perkataanmu?”“Sederhananya, mungkin di luar sana mereka sudah menelannya dan mempercayai akan hal itu. memangnya kau tidak berpikir sampai sejauh
“Halo. Ada apa kau menghubungiku?” tanya seseorang melalui panggilan telepon.“Entah kenapa tiba-tiba wanita itu datang kemari. Aku tidak habis pikir apa yang di lakukannya. Bisakah kau menghentikannya?”“Apa? kenapa harus aku?”“Dia salah satu orang yang bisa kau hentikan. Hanya kau.”“Apa dia melakukan sesuatu?”“Tidak. Dia hanya membahas mengenai perusahaan dan bahkan sahamnya. Aku tidak tahu harus berkata apa. karena itu lah aku hanya mendengarkannya saja.”“Baguslah. Jangan sampai kau membocorkannya.”“Tentu saja.”“Oh iya, apa kau sudah betemu dengan anak itu?”“Tidak. Dia tidak bisa di hubungi untuk beberapa lama.”“Kalau begitu temui kakak sulungnya saja.”“Apa?”“Tidak ada cara lain. dengan menggunakannya kita akan aman.”“Bu
“Halo Marchelll, tuan pengecut apa kau sudah tidur?” ucap Billy“Berisik. Ada apa malam-malam begini?”“Kau sudah baik-baik saja? Kemarin kau terlihat seperti menyedihkan dan bagaimana keadaanmu sekarang?”“Baik-baik saja. Apa yang kau inginkan?”“Ada beberapa tips dariku. Kau mau mendengarnya? Ini sangat ampuh loh?”“Tips apanya?”“Bukankah besok kau akan pergi berkencan? Karena itu aku akan memberitahumu.”“Apa?”“Jangan terkejut begitu. Sebagai teman memang sepantasnya aku memberitahu trik ini padamu. Tuan pengecut.”“Berhenti memanggilku tuan pengecut, playboy gila.”“Wah. Wah jangan membawa nama partai itu sama sekali tidak keren.”“Kau ingin bilang tips apa?”“Ternyata kau penasaran juga.”“Sial.”“Oke. Aku ak
Tidak lama setelahnya, Adeline langsung pulang dari tempat tersebut dan dalam perjalanannya dia meminum obat cair tersebut dan perlahan kepalanya sudah tidak terasa sakit lagi dan juga tidak ingin muntah. Orang itu memberikannya sebuah nasihat yang sangat di perlukan olehnya. Adeline kemudian berjalan menyusuri trotoar dan akan pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari tempat tersebut. Sementara itu, di bar tersebut bartender itu kemudian merasa lega dengan senyuman yang terpancar di wajahnya.“Michael.”“Oh, kau. Mau pesan apa?”“Seperti biasanya ya kau selalu mendengarkan ucapan tidak berguna orang mabuk.”“Tidak juga. Itu bisa di bilang justru berguna. Kau memang seperti ini ya Jay. Sudah lama sekali tidak bertemu.”“Ah, itu karena aku baru saja kembali ke kota ini.”“Apa kau pindah?”“Ya. Jujur saja aku merasa kecewa tapi mau bagaimana lagi. ini adal
“Baiklah kalau begitu.”“Memangnya kenapa? Kau akan ikut bersama dengan teman-temanku?”“Apa itu boleh?”“Aku bisa membicarakannya dengan mereka. Kau juga sebaiknya ajak saja temanmu.”“Kalau soal itu, aku juga akan mengajaknya.”Mereka berdua terlihat sedang mengobrol begitu selesai mengerjakan tugasnya. Sementara itu, di luar tempat tersebut ada Rona yang akan memasuki tempat tersebut bersama dengan temannya namun dia memutuskan untuk pergi saja begitu melihat di dalamnya ada Marchell yang sedang bersama dengan seseorang. Rona mulai membalikan badannya dan dia hendak pergi namun temannya itu mengatakan sesuatu kepadanya dan membuatnya terdiam untuk sesaat.“Kau akan kemana? Bukankah kita sudah janji akan kemari?” tanya temannya kepada Rona“Sebaiknya kita cari tempat lain. di sini tidak nyaman,” ucap Rona sambil pergi dari sana dan meninggalkan teman
Alice yang melihat pemandangan itu semakin membuatnya teringat dengan masa-masa itu. namun dia mencoba untuk melupakannya dan sekarang ini adalah kehidupannya yang baru. Selama beberapa bulan lamanya dia tinggal di sini. Alice juga pindah sekolah dan sekarang dia berada di sekolah paling terkenal di kota ini. Dan yang paling parahnya lagi dia satu kelas dengan Benedict. Meski dia sangat baik, namun beberapa temannya terlihat memandang Alice dengan pandangan yang berbeda. Mereka seakan mendiskriminasi dirinya. Untungnya, salah satu orang yang merupakan ketua kelasnya itu berada di pihak Alice karena mereka sama-sama anak yang rajin dan pintar. Awal masuk memang terlihat mengerikan dan itulah yang di alaminya. Namun, seiring berjalannya waktu ternyata tidak seburuk yang di bayangkannya itu. Setelah dirinya melewati hari-hari baru dalam hidupnya sampailah di mana dia berada di titik mengerikan yang sebelumnya sempat di takutinya. Hari di mana dia mendengarkan secara tidak sengaja menge
“Dengar Alice, mungkin perkataanku ini memang keterlaluan. Tapi, bagaimana pun juga aku mengatakannya sesuatu dengan apa yang sudah ku jalani. Jika boleh jujur, aku juga memiliki masalah yang sama denganmu. Kedua orang tuaku bercerai bahkan mereka berpisaha sejak aku masih di taman kanak-kanak. Meski begitu aku yang tinggal bersama dengan nenek rasanya memang menyedihkan dan ingin sekali pergi dari dunia ini. Namun, nenekku menasihatiku agar tetap menerima takdir. Soal jalan hidup apakah akan bahagia atau tidak itu tergantung kepada diri sendiri.”“Marry.”“Iya?”“Maaf, aku tidak tahu soal itu. kupikir kau...”“Sudahlah, tidak perlu meminta maaf. Lagi pula aku memang tidak punya teman untuk bercerita. Karena itulah ku katakan semua ini kepadamu.”“Terimakasih karena sudah menyadarkanku. Aku sungguh berterimakasih.”“Sama-sama, terimakasih juga karena mau mendengark
Alice langsung pergi dan kemudian dia menghubungi Marry untuk makan bersamanya. Dengan cepat dia langsung menuju ke sana dan saat ini dirinya yang masih merasa kesal karena sikap mereka semua yang memuakan. Alice akhirnya sampai di sebuah restoran khusu makanan pedas dan dia langsung memasuki tempat tersebut. Dirinya menunggu Marry di dalam dan tidak lama setelahnya dia langsung datang. Mereka berdua berada di dalam dan mulai memilih menu yang akan mereka pesan. Kali ini Alice merasakan kemarahan yang luar biasa karena ulah dari kerabatnya itu sehingga membuatnya merasa muak apalagi melihat wajahnya. Selama beberapa pertemuan, mereka selalu menganggapnya remeh dan mempermalukannya. Saat ini, tepatnya di suatu tempat yang berbeda yang tidak lain adalah ruang pertemuan yang tadi. Di sana, Antoni sedang mengecek ponselnya dan ternyata ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari ibunya. Dia sengaja tidak mengangkatnya karena masih merasakan amarah yang terjadi di saat itu. Saat-saat
“Sampai kapan kalian akan membicarakannya?” ucap Marry kepada beberapa anak yang ada di sana sedang berkumpul sambil membicarakan Alice.“Oh, kenapa kau yang marah? Memangnya apa masalahmu?”“Dasar gila, hentikan omong kosong kalian. Jangan seenaknya membicarakan orang lain seperti itu!”“Dengar Marry, ini adalah hak kami mau membicarakan siapa pun. Kenapa kau yang marah dan mengatakan kami gila? Jangan bertingkah. Kau sama sekali tidak ada hubungannya kan? Lalu, apa yang kau khawatirkan? Dia akan depresi?”“Keparat ini.”“Sudah Marry, biarkan saja.”“Alice?”“Apa?” ucap temannya itu dan ternyata dia sangat terkejut.‘Gawat,’ batin merekaAlice menatap mereka dengan tatapan dingin dan kemudian duduk di kursinya. Mereka langsung memalingkan wajahnya yang terlihat memerah. Sementara anak lain yang melihatnya, hanya t
Sementara itu, di suatu tempat yang berbeda. Ibunya sedang menelpon seseorang dan ternyata dia terlihat senang sebelum akhirnya beranjak dari sofa dan mematikan lampunya. Ke esokan paginya, cahaya matahari memasuki kamar Alice dan sekarang dia sedang bangun dari tempat tidurnya. Setelah alarm membangunkan dirinya. Alice kemudian pergi untuk mulai bersiap mengawali paginya di musim ini. Setelah beberapa menit berlalu, dia sudah siap dan kemudian berangkat ke sekolah. Dalam perjalanannya ke sekolah, dia mulai memikirkan apa yang akan terjadi di hari ini. Pandangannya yang terlihat seakan dirinya sudah berada di ambang batas keputusasaan. Tidak lama kemudian, bus mulai datang dan mereka semua memasukinya. Anak-anak lain terlihat ceria dan bersemangat mengawali paginya. Sementara dirinya hanya termenung di bawah kelabu. Begitu dirinya duduk di kursi tengah dan memandangi jendela, dia melihat pemandangan kota yang cerah dan bersinar. Dirinya kemudian menghela nafas panjang sebelum akhirn
Semakin lama semakin terasa menyakitkan. Apa yang terjadi di dalam rumahnya dan sekarang ini dia sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya. Perlahan-lahan, rasa sakit yang memenuhi dadanya itu semakin menumpuk hingga akhirnya dia tidak tahan lagi dan secara tidak sadar dia menangis di hadapan Marry. Dia yang melihat Alice seperti itu seketika mencoba untuk membuatnya tetap tenang. Beberapa orang mungkin melihat ke arah mereka, namun ini bukan saatnya untuk memperdulikan orang lain. Alice terus meneteskan air matanya dan Marry terus menepuk punggungnya. Rasanya semuanya mengalir bagitu saja dan tidak terasa sesak lagi.“Menangislah. keluarkan semuanya,” ucap Marry kepada dirinya“Maafkan aku, kau jadi melihatku seperti ini.”“Tidak, jangan minta maaf. Sudah sepantasnya aku mendengarkanmu. Bukankah kita teman?”“Iya.”“Sekarang kau hanya perlu menangis sekeras mungkin dan keluarkan isi hatimu. Ti
Sementara di kelasnya, mereka sedang heboh menanyakan apa yang terjadi kepada Alice dan mereka terlihat begitu penasaran. Marry yang membawanya ke ruang kesehatan itu, tiba-tiba menjadi kerumunan orang-orang yang ada di kelas dan bertanya kepadanya dengan wajah yang terlihat penasaran.“Marry, apa yang terjadi? Kenapa Alice bisa sampai seperti itu? kau tahu sesuatu kan? Ceritakan,” ucap salah satu teman sekelasnya.“Apa? aku taidak tahu hal seperti itu.”“Ayolah. Kami lihat kau tadi antusias membawanya. Apa lagi yang kau sembunyikan.”“Astaga kalian ini, bubar sana.”“Katakan dulu.”“Ah, sial. Pergi sana! Kalian pergilah menggangguku saja.”“Apa-apaan ini? Kenapa kalian mengerumuni mejaku?” ucap seseorang di pintu kelas dan ternyata dia Alice. Seketika mereka yang ada di sana langsung bubar dengan wajah yang tanpa dosa.“Alice,” ucap
Alice kemudian pergi dari sana dan keluar dari rumahnya. Mereka yang melihat itu kemudian merasa heran. Antoni berpura-pura untuk terlihat tenang dan rupanya dia juga sedang mengkhawatirkan sesuatu. Ketika perkumpulan mereka selesai, Antoni melihat ponselnya dan ternyata benar saja. Ibunya menghubunginya beberapa kali dan dia tidak mengangkatnya. Dia mulai kesal dan melemparkan ponselnya itu. Alice yang kini sedang berjalan-jalan sendirian itu kemudian dia teringat di hari itu dimana semuanya hancur termasuk dirinya. Saat itu, semuanya terlihat berbahagia dan di waktu yang sama ada seorang pria yang datang bersama dengan ibunya dan tiba-tiba saja memperkenalkan dirinya sebagai ayahnya. Alice yang sangat terkejut saat itu membuatnya menepis tangannya dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Entah kenapa kedua orang itu terasa akrab melebihi apa pun di dunia ini. Semakin lama dia semakin terluka, dan benar saja sesuatu dengan dugaannya. Ketika Alice pulang dari tempat bermainnya
Philip yang masih terdiam dan tidak mempercayai kabar tersebut, dia langsung murung dan seketika keluar dari ruangan tersebut dan menuju ke suatu tempat. Mereka berdua yang melihatnya seperti itu tentu semakin aneh dan tidak lama setelahnya hanya membiarkannya saja. Sekarang ini, Philip termenung sendirian dengan wajah yang terlihat sedih. Sebelumnya dia meretas akun banknya dan setelah ini dia meninggalkan dunia ini secepat itu. Di dalam dirinya masih ada rasa bersalah dan itu memnbuatnya semakin merasakan sakit. Tidak hanya itu saja, dia juga mengingatnya bahwa sebelumnya mereka sempat berteman lama dan juga banyak lagi hal yang semakin menjadikannya seakan orang jahat di dunia ini. Sementara itu, Alice yang saat ini tengah berada di makam Grace dan masih melihatnya dengan tatapan penuh kesedihan. Kerabatnya itu kemudian mengatakan sesuatu kepadanya.“Terimakasih kalian sudah menjadi temannya selama sisa hidupnya,” ucap kerabatnya Grace“Tidak. Jang