Tidak lama setelahnya, Adeline langsung pulang dari tempat tersebut dan dalam perjalanannya dia meminum obat cair tersebut dan perlahan kepalanya sudah tidak terasa sakit lagi dan juga tidak ingin muntah. Orang itu memberikannya sebuah nasihat yang sangat di perlukan olehnya. Adeline kemudian berjalan menyusuri trotoar dan akan pulang ke rumahnya yang tidak jauh dari tempat tersebut. Sementara itu, di bar tersebut bartender itu kemudian merasa lega dengan senyuman yang terpancar di wajahnya.
“Michael.”
“Oh, kau. Mau pesan apa?”
“Seperti biasanya ya kau selalu mendengarkan ucapan tidak berguna orang mabuk.”
“Tidak juga. Itu bisa di bilang justru berguna. Kau memang seperti ini ya Jay. Sudah lama sekali tidak bertemu.”
“Ah, itu karena aku baru saja kembali ke kota ini.”
“Apa kau pindah?”
“Ya. Jujur saja aku merasa kecewa tapi mau bagaimana lagi. ini adal
“Baiklah kalau begitu.”“Memangnya kenapa? Kau akan ikut bersama dengan teman-temanku?”“Apa itu boleh?”“Aku bisa membicarakannya dengan mereka. Kau juga sebaiknya ajak saja temanmu.”“Kalau soal itu, aku juga akan mengajaknya.”Mereka berdua terlihat sedang mengobrol begitu selesai mengerjakan tugasnya. Sementara itu, di luar tempat tersebut ada Rona yang akan memasuki tempat tersebut bersama dengan temannya namun dia memutuskan untuk pergi saja begitu melihat di dalamnya ada Marchell yang sedang bersama dengan seseorang. Rona mulai membalikan badannya dan dia hendak pergi namun temannya itu mengatakan sesuatu kepadanya dan membuatnya terdiam untuk sesaat.“Kau akan kemana? Bukankah kita sudah janji akan kemari?” tanya temannya kepada Rona“Sebaiknya kita cari tempat lain. di sini tidak nyaman,” ucap Rona sambil pergi dari sana dan meninggalkan teman
Kali ini di internet cafe. Di sana, Marchell datang menemui Billy yang sedang asik bermain game online dan itu membuatnya ikut bermain juga. Selama permainannya mereka terlihat serius dan terus melakukan pertempuran battle royale. Tidak lama kemudian, Billy kalah dan sekarang dia harus mengulanginya lagi dari awal pertempuran. Mereka berdua terus bermain dan meraskan kebahagiaan yang terlihat di wajahnya. Ketika pertempuran itu berakhir dan mulai melakukan misi, Billy tiba-tiba menanyakan sesuatu kepada Marchell yang ada di sampingnya itu. “Bagaimana?” tanya Billy dengan penasaran “Apanya?” “Hey, kau ini kenapa mendadak amnesia. Maksudku kencanmu.” “Oh, kau barusan bertanya soal itu.” “Wah, wah, siapa yang berkencan?” ucap seseorang yang baru saja datang dan orang itu tidak lain adalah Jay. Dia langsung duduk di samping Billy dan mulai bermain game. “Bocah itu. dia berkencan,” ucap Billy sambil menunjuk ke arah Marchell dan kemudian Ja
Sesampainya di sebuah rumah sakit, mereka langsung membawanya ke ruang darurat dan mulai mengobatinya. Beberapa jam kemudian, dokter memberitahukan kondisinya kepadanya dan ternyata Theresia masih hidup. Begitu mendengar kabar baik itu, Michael menghela nafasnya dan kemudian mengobrol dengan dokter mengenai kondisinya itu. setelah dua jam berlalu, Theresia kemudian sadar dan dia langsung bangun begitu mengetahui bahwa sekarang dia sedang berada di rumah sakit dan menjalani perawatan. Sebelumnya dia mengingat apa yang di lakukannya dan itu membuatnya merasa semakin frustrasi. Dengan cepat dia kemudian pergi dari sana setelah melepaskan infusan yang terpasang kepadanya. Michael yang sedang mengobrol dengan dokter itu pun kemudian dia mencoba untuk pergi ke ruangan tempat di mana Theresia di rawat saat itu dan dia langsung berpamitan dengan dokter tersebut. Begitu sampai di dalam ruangannya, rupanya Theresia tidak ada di sana dan seketika membuatnya panik. Beberapa tim medis juga ikut
Beberapa menit kemudian seseorang mengirimkan pesan teks dan ternyata itu dari Alice dan dia tidak membalasnya karena suatu alasan yang membuatnya ingin menikmati waktu sendirian saja untuk hari ini. Semua yang terjadi kepadanya seakan menghilang begitu saja setelah semua yang di laluinya mulai kembali dan membuatnya merasa tenang. Malam yang di penuhi kehampaan membuatnya merasakan keheningan yang membuatnya jatuh ke dalam mimpi yang sangat dalam.Ke esokan harinya, dia pergi ke suatu tempat yang tidak lain adalah taman dan di sana sedang berbincang dengan Alice menceritakan semua yang terjadi kepadanya dan bahkan keluarganya. masa lalu yang sebelumnya menjadikan ingatan yang tidak seharusnya di ingat, justru dirinya malah mengatakan semua itu kepada Alice. Reaksi yang terlihat di wajah Alice sangat berbeda dengan apa yang ada di pikirannya dan sebelumnya dia sudah siap bahwa dirinya akan kehilangan salah satu temannya dan ternyata itu semua salah. Alice justru melihat
Setelah Michael mengobrol dengan Jay di telepon, tidak lama setelahnya dia langsung melihat beberapa website yang merupakan tempat anak itu bersenang-senang. Semua yang tercantum di dalam websitenya itu tidak lain adalah transaksi jual beli obat-obatan yang mereka lakukan. Michael yang melihatnya sama sekali tidak merasa terkejut karena anak itu memang salalh satu broker dunia gelap dengan menggunakan nama samaran. Waktu berjalan begitu cepat. sekarang hari sudah pagi. Michael yang kemudian terbangun dan dirinya sedang bersiap untuk pergi ke kampus. beberapa jam yang lalu, di kediaman Theresia. Hari ini dia memutuskan untuk tidak masuk kelas dulu karena ada beberapa hal yang harus di selesaikan olehnya. Karena itu dia memutuskan untuk menitip absen kepada temannya. Theresia yang sekarang ini mendatangi seseorang yang tidak lain adalah kenalannya yang tinggal di daerah pelabuhan pinggiran kota. Di sana dia sudah sampai dan sedang berjalan menuju ke kediamannya itu. sesampainya di seb
“Aku merasakan sesuatu yang buruk. belakangan ini, dia tidak seperti biasanya dan hanya mementingkan dirinya dan temannya selain itu, aku mendengar beberapa hal aneh tentangnya walau aku tidak mempercayainya. Tapi, itu terasa meyakinkan.” “Astaga. Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan.” “Sudahlah. Aku akan melakukan apa yang menurutku benar.” “Baguslah. Lakukan saja aku mendukungmu.” Setelah dia berbincang dengan Grace tidak lama setelahnya ketika Theresia hendak menemuinya, rupanya ponselnya tidak aktif dan justru itu membuatnya sangat kesal seketika dan terus menghubunginya. Ketika dia mulai frustrasi di buatnya bahwa sebelumnya dia mengatakan akan menemuinya di cafe itu dan malah berjam-jam lamanya dia sama sekali tidak datang. selain itu, di hari berikutnya dia mengatakan akan menemuinya di suatu tempat lagi dan semua itu hanya omong kosong. Bukan hanya satu sampai dua kali saja seperti itu dan ternyata selama beberapa hari ke depan masih sama
“Ah, sudahlah. Itu sama sekali tidak penting.”“Apa?”“Kau cukup tidak memberitahukan apa pun kepadanya oke?”“Yasudah jika itu maumu.”‘Bocah ini. Memangnya apa yang dia lakukan?’ batin RukaDi tempat kerjanya Michael yang tidak lain adalah bar di pusat kota. Seseorang datang menghampirinya dan dia adalah rekannya. Orang itu kemudian mengatakan sesuatu kepadanya dan membuatnya harus mengatakan yang tidak perlu.“Apa dia kerabatmu?” tanya Rekannya kepada Michael“Ya.”“Wah, kau sedang dalam masalah ya.”“Apa maksudmu?”“Aku hanya asal bicara saja. Jangan terlalu memepermasalahkan itu. kembali bekerja.”Di malam ini. Semua kemarahan yang ada di dalam diri Theresia itu kemudian di keluarkan olehnya. Grace yang sekarang sudah sampai di dalam rumahnya itu kemudian membuatnya merasa lega untuk
Saat ini, Alice dan Theresia yang sedang berada di rumahnya itu membuatnya merasa terdiam mendengar cerita yang di katakan oleh Theresia. Dia sudah jujur mengatakan semuanya dan sekarang terlihat begitu bahagia akan dirinya yang sekarang ini. Alice yang masih tidak bisa mempercayai hal itu dan kemudian dia sekali lagi bertanya kepada temannya itu mengenai hubungannya dengan orang itu yang membuatnya menjadi sedikit lebih feminis di bandingkan sebelumnya. Theresia dengan santai menjelaskannya lagi dan itu seketika membuat Alice merasa senang akan perubahannya selama ini. Theresia yang mendedikasikan hidupnya untuk kebahagiaan, kini dia bisa merasakan bahagianya hidup seorang diri dan tidak ada yang membuatnya merasa depresi. Alice kemudian menutup laptopnya dan sekarang dia melihat jam yang sudah semakin malam. Theresia yang melihat Alice sepertinya akan pulang membuatnya seketika merasa cemas dan sekarang dia hanya tinggal seorang diri di dalam rumahnya yang besar.“Kau
Alice yang melihat pemandangan itu semakin membuatnya teringat dengan masa-masa itu. namun dia mencoba untuk melupakannya dan sekarang ini adalah kehidupannya yang baru. Selama beberapa bulan lamanya dia tinggal di sini. Alice juga pindah sekolah dan sekarang dia berada di sekolah paling terkenal di kota ini. Dan yang paling parahnya lagi dia satu kelas dengan Benedict. Meski dia sangat baik, namun beberapa temannya terlihat memandang Alice dengan pandangan yang berbeda. Mereka seakan mendiskriminasi dirinya. Untungnya, salah satu orang yang merupakan ketua kelasnya itu berada di pihak Alice karena mereka sama-sama anak yang rajin dan pintar. Awal masuk memang terlihat mengerikan dan itulah yang di alaminya. Namun, seiring berjalannya waktu ternyata tidak seburuk yang di bayangkannya itu. Setelah dirinya melewati hari-hari baru dalam hidupnya sampailah di mana dia berada di titik mengerikan yang sebelumnya sempat di takutinya. Hari di mana dia mendengarkan secara tidak sengaja menge
“Dengar Alice, mungkin perkataanku ini memang keterlaluan. Tapi, bagaimana pun juga aku mengatakannya sesuatu dengan apa yang sudah ku jalani. Jika boleh jujur, aku juga memiliki masalah yang sama denganmu. Kedua orang tuaku bercerai bahkan mereka berpisaha sejak aku masih di taman kanak-kanak. Meski begitu aku yang tinggal bersama dengan nenek rasanya memang menyedihkan dan ingin sekali pergi dari dunia ini. Namun, nenekku menasihatiku agar tetap menerima takdir. Soal jalan hidup apakah akan bahagia atau tidak itu tergantung kepada diri sendiri.”“Marry.”“Iya?”“Maaf, aku tidak tahu soal itu. kupikir kau...”“Sudahlah, tidak perlu meminta maaf. Lagi pula aku memang tidak punya teman untuk bercerita. Karena itulah ku katakan semua ini kepadamu.”“Terimakasih karena sudah menyadarkanku. Aku sungguh berterimakasih.”“Sama-sama, terimakasih juga karena mau mendengark
Alice langsung pergi dan kemudian dia menghubungi Marry untuk makan bersamanya. Dengan cepat dia langsung menuju ke sana dan saat ini dirinya yang masih merasa kesal karena sikap mereka semua yang memuakan. Alice akhirnya sampai di sebuah restoran khusu makanan pedas dan dia langsung memasuki tempat tersebut. Dirinya menunggu Marry di dalam dan tidak lama setelahnya dia langsung datang. Mereka berdua berada di dalam dan mulai memilih menu yang akan mereka pesan. Kali ini Alice merasakan kemarahan yang luar biasa karena ulah dari kerabatnya itu sehingga membuatnya merasa muak apalagi melihat wajahnya. Selama beberapa pertemuan, mereka selalu menganggapnya remeh dan mempermalukannya. Saat ini, tepatnya di suatu tempat yang berbeda yang tidak lain adalah ruang pertemuan yang tadi. Di sana, Antoni sedang mengecek ponselnya dan ternyata ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari ibunya. Dia sengaja tidak mengangkatnya karena masih merasakan amarah yang terjadi di saat itu. Saat-saat
“Sampai kapan kalian akan membicarakannya?” ucap Marry kepada beberapa anak yang ada di sana sedang berkumpul sambil membicarakan Alice.“Oh, kenapa kau yang marah? Memangnya apa masalahmu?”“Dasar gila, hentikan omong kosong kalian. Jangan seenaknya membicarakan orang lain seperti itu!”“Dengar Marry, ini adalah hak kami mau membicarakan siapa pun. Kenapa kau yang marah dan mengatakan kami gila? Jangan bertingkah. Kau sama sekali tidak ada hubungannya kan? Lalu, apa yang kau khawatirkan? Dia akan depresi?”“Keparat ini.”“Sudah Marry, biarkan saja.”“Alice?”“Apa?” ucap temannya itu dan ternyata dia sangat terkejut.‘Gawat,’ batin merekaAlice menatap mereka dengan tatapan dingin dan kemudian duduk di kursinya. Mereka langsung memalingkan wajahnya yang terlihat memerah. Sementara anak lain yang melihatnya, hanya t
Sementara itu, di suatu tempat yang berbeda. Ibunya sedang menelpon seseorang dan ternyata dia terlihat senang sebelum akhirnya beranjak dari sofa dan mematikan lampunya. Ke esokan paginya, cahaya matahari memasuki kamar Alice dan sekarang dia sedang bangun dari tempat tidurnya. Setelah alarm membangunkan dirinya. Alice kemudian pergi untuk mulai bersiap mengawali paginya di musim ini. Setelah beberapa menit berlalu, dia sudah siap dan kemudian berangkat ke sekolah. Dalam perjalanannya ke sekolah, dia mulai memikirkan apa yang akan terjadi di hari ini. Pandangannya yang terlihat seakan dirinya sudah berada di ambang batas keputusasaan. Tidak lama kemudian, bus mulai datang dan mereka semua memasukinya. Anak-anak lain terlihat ceria dan bersemangat mengawali paginya. Sementara dirinya hanya termenung di bawah kelabu. Begitu dirinya duduk di kursi tengah dan memandangi jendela, dia melihat pemandangan kota yang cerah dan bersinar. Dirinya kemudian menghela nafas panjang sebelum akhirn
Semakin lama semakin terasa menyakitkan. Apa yang terjadi di dalam rumahnya dan sekarang ini dia sedang berusaha untuk menyembuhkan dirinya. Perlahan-lahan, rasa sakit yang memenuhi dadanya itu semakin menumpuk hingga akhirnya dia tidak tahan lagi dan secara tidak sadar dia menangis di hadapan Marry. Dia yang melihat Alice seperti itu seketika mencoba untuk membuatnya tetap tenang. Beberapa orang mungkin melihat ke arah mereka, namun ini bukan saatnya untuk memperdulikan orang lain. Alice terus meneteskan air matanya dan Marry terus menepuk punggungnya. Rasanya semuanya mengalir bagitu saja dan tidak terasa sesak lagi.“Menangislah. keluarkan semuanya,” ucap Marry kepada dirinya“Maafkan aku, kau jadi melihatku seperti ini.”“Tidak, jangan minta maaf. Sudah sepantasnya aku mendengarkanmu. Bukankah kita teman?”“Iya.”“Sekarang kau hanya perlu menangis sekeras mungkin dan keluarkan isi hatimu. Ti
Sementara di kelasnya, mereka sedang heboh menanyakan apa yang terjadi kepada Alice dan mereka terlihat begitu penasaran. Marry yang membawanya ke ruang kesehatan itu, tiba-tiba menjadi kerumunan orang-orang yang ada di kelas dan bertanya kepadanya dengan wajah yang terlihat penasaran.“Marry, apa yang terjadi? Kenapa Alice bisa sampai seperti itu? kau tahu sesuatu kan? Ceritakan,” ucap salah satu teman sekelasnya.“Apa? aku taidak tahu hal seperti itu.”“Ayolah. Kami lihat kau tadi antusias membawanya. Apa lagi yang kau sembunyikan.”“Astaga kalian ini, bubar sana.”“Katakan dulu.”“Ah, sial. Pergi sana! Kalian pergilah menggangguku saja.”“Apa-apaan ini? Kenapa kalian mengerumuni mejaku?” ucap seseorang di pintu kelas dan ternyata dia Alice. Seketika mereka yang ada di sana langsung bubar dengan wajah yang tanpa dosa.“Alice,” ucap
Alice kemudian pergi dari sana dan keluar dari rumahnya. Mereka yang melihat itu kemudian merasa heran. Antoni berpura-pura untuk terlihat tenang dan rupanya dia juga sedang mengkhawatirkan sesuatu. Ketika perkumpulan mereka selesai, Antoni melihat ponselnya dan ternyata benar saja. Ibunya menghubunginya beberapa kali dan dia tidak mengangkatnya. Dia mulai kesal dan melemparkan ponselnya itu. Alice yang kini sedang berjalan-jalan sendirian itu kemudian dia teringat di hari itu dimana semuanya hancur termasuk dirinya. Saat itu, semuanya terlihat berbahagia dan di waktu yang sama ada seorang pria yang datang bersama dengan ibunya dan tiba-tiba saja memperkenalkan dirinya sebagai ayahnya. Alice yang sangat terkejut saat itu membuatnya menepis tangannya dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Entah kenapa kedua orang itu terasa akrab melebihi apa pun di dunia ini. Semakin lama dia semakin terluka, dan benar saja sesuatu dengan dugaannya. Ketika Alice pulang dari tempat bermainnya
Philip yang masih terdiam dan tidak mempercayai kabar tersebut, dia langsung murung dan seketika keluar dari ruangan tersebut dan menuju ke suatu tempat. Mereka berdua yang melihatnya seperti itu tentu semakin aneh dan tidak lama setelahnya hanya membiarkannya saja. Sekarang ini, Philip termenung sendirian dengan wajah yang terlihat sedih. Sebelumnya dia meretas akun banknya dan setelah ini dia meninggalkan dunia ini secepat itu. Di dalam dirinya masih ada rasa bersalah dan itu memnbuatnya semakin merasakan sakit. Tidak hanya itu saja, dia juga mengingatnya bahwa sebelumnya mereka sempat berteman lama dan juga banyak lagi hal yang semakin menjadikannya seakan orang jahat di dunia ini. Sementara itu, Alice yang saat ini tengah berada di makam Grace dan masih melihatnya dengan tatapan penuh kesedihan. Kerabatnya itu kemudian mengatakan sesuatu kepadanya.“Terimakasih kalian sudah menjadi temannya selama sisa hidupnya,” ucap kerabatnya Grace“Tidak. Jang