Share

PART 3

Penulis: Lujengg_
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-20 11:18:26

JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR

#JBST

 

PART 3

 

Apa yang dikatakan Diandra membuatku dan Mas Haris termenung. Hanya ada keheningan diantara kami bertiga. Kami berkelana dengan fikiran masing-masing.

 

 

Aku jelas masih ingat. Dulu sewaktu Delisa pertama masuk kuliah aku rutin mengunjunginya sebulan sekali Bersama Diandra. Apalagi jika Mas Idris ada kirim meubel ke Surabaya patsi aku selalu ikut.

 

 

Setiap hari kami bertukar pesan via W******p. Jika ku ingat-ingat sekarang bulan Juli bearti seaktu libur UTS bulan Maret kemarin Delisa sudah hamil tiga bulan. Kenapa aku sampai tak menyadarinya?

 

 

Saat libur UTS Delisa memang pulang. Dia berada di rumah selama satu minggu. Tak ada yang aneh dari sikapnya. Semuanya berjalan seperti biasa. Sampai Delisa kembali ke Surabaya pun aku masih tak menyadari bahwa dia hamil.

 

 

Pada waktu itu aku masih ingat jika aku melihat luka lebam dibetis dan pergelangan tangannya.tapi aku lupa menanyakannya pada Delisa. Aku terlanjur terbuai dengan menghilangkan rasa rindu pada anakku.

 

 

Ya Allah… Kenapa aku bisa selalai ini?

 

 

Apa selama ini Delisa mengalami tindak kekerasan?

 

 

Apa ia diperk*sa?

 

 

Hatiku nyeri membayangkan spekulasi-spekulasi yang berterbangan dibenakku. Sejujurnya sebagai seorang ibu aku tak akan sanggup jika sampai bayanganku itu benar-benar terjadi.

 

 

Sebenarnya aku pun tak percaya jika Delisa mempunyai pacar. Aku mengenal semua teman terdekatnya mulai dari TK sampai kuliah. Sedari sudah baligh Delisa selalu menghindari dari yang Namanya lelaki.

 

 

Ya Allah jika saja Diandra tak menyadarkanku. Pasti ada yang disembunyikan Delisa. Jika saja aku menyadari kejanggalan ini dari awal. Jika saja aku tetap menjenguknya rutin selepas libur UTS kemarin tanpa memperdulikan alasannya yang selalu sibuk dengan acara kampus.

 

 

Seandainya …

 

 

Ya Allah cobaan apa yang kau berikan pada kami ini???

 

 

“Keluarga pasien.”

 

 

Ucapan DOkter yang berdiri diluar pintu ruang UGD itu menyentakku dari lamunan. Kami bertiga serentak berdiri dan menghampirinya.

 

 

“Saya ibunya Dok.”

 

 

Dokter itu tersenyum ke arahku.

 

 

“Mari kita bicarakan di ruangan saya.” Dokter bername tag Hadi Wijaya itu mengajakku dengan sopan.

 

 

“Boleh suami saya ikut?”

 

 

“Silahkan.”

 

 

Aku pamit kepada Diandra melalui isyarat mata yang dijawab dengan anggukan darinya.

 

 

Aku dan Mas Idris mengikuti Dokter Hadi dengan perasaan campur aduk. Perasaanku mengatakan pasti terjadi sesuatu dengan anakku.

 

 

“Silahkan duduk Pak, Bu.”

 

 

“Ada apa dengan anak saya Dok? Anak saya baik-baik saja kan? Cucu saya juga baik-baik saja kan Dok?” cecarku tak sabar.

 

 

Mas Idris menggenggam tanganku. Dengan isyarat matai a mengatakan bahwa aku harus tenang. Tapi sungguh aku sangat gelisah.

 

 

“Sebelumnya saya mohon maaf jika yang saya katakana akan menyinggung Bapak atau Ibu. Setelah saya periksa tadi, saya menemukan seperti bekas luka cambukan dipunggung pasien, namun luka itu sudah mengering. Selain itu, kondisi pasien yang sepertinya selama masa kehamilan ini mengalami stress berat dan banyak tekanan membuat keadaannya sekarang sangat mengkhawatirkan. Ketuban pasien sangat keruh disamping itu, pasien mengalami kontraksi dini, tekanan darahnya pun tinggi dan diperparah dengan kondisi jantung bayinya yang melemah. Saran saya sebaiknya segera dilakukan Tindakan operasi cesar untuk menyelamatkan ibu dan bayinya.”

 

 

Penjelasan DOkter Hadi membuat hatiku mencelos. Yang dikatakan Diandra benar. Delisa apa yang terjadi padamu selama ini nak???

 

 

Aku benar-benar tak percaya cucuku akan lahir premature. Dan disana anakku sedang sekarat.

 

 

Mas Idris menarikku ke dalam pelukannya. Aku menangis sesenggukan didadanya. Ya Allah putriku…

 

 

“Lakukan yang terbaik untuk putri dan cucu saya Dok.” Ucap Mas Idris lirih

 

 

“Saya dan tim medis akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan putri dan cucu bapak. Untuk itu dimohon agar Bapak dan Ibu segera mengurus administrasinya dan pengumpulan data lainnya.

 

 

“Baik Dok. Terimakasih. Kami permisi.” Pamit suamiku

 

 

Aku meninggalkan ruangan Dokter Hadi dengan sesekali mengusap sudut mataku. Air mat aini sungguh rasanya tak akan mengering.

 

 

“Ayah mau urus administrasinya dulu, Ibu disini dulu sama Diandra.”

 

 

Aku hanya mengangguk. Bibirku kelu. Tak tau aku harus berucap apa.

 

 

Diandra menggenggam tanganku. Berusaha menguatkanku. Ya Allah satu lagi putriku harus menjadi dewasa sebelum waktunya.

 

 

“Apa yang dikatakan Dokter tadi Bu?” tanyanya pelan.

 

 

“Kakakmu harus di operasi cesar.” Jawabku pelan.

 

 

Hening taka da sahutan dari Diandra.

 

 

“Sejak kapan Di tau kalau ada bekas luka dipunggung kakak?” tanyaku

 

 

“Tiga hari yang lalu.”

 

 

“Kalau denger kakak mengigau?”

 

 

“Sekitar satu mingguan. Sebenarnya Di mau ngasih tau Ibu tadi tapi malah keduluan kakak kayak gini.” Sesalnya.

 

 

“Ibu… Mungkin menurut Ibu Dii masih kecil. Tapi menurut logika Dii kalau Kak Isa melakukan ini dengan pacarnya kakak nggak mungkin punya bekas luka. Dii juga sering melihat kakak melamun dengan tatapan mata kosong. Apalagi akhir-akhir ini kakak sering mengigau dengan merintih kesakitan. Menurut Dii ada yang enggak beres Bu.”

 

 

Aku mengakui cara putriku menalar masalah ini lebih cepat dariku atau ayahnya. Apa aku benar-benar selalai itu?

 

 

Aku masih termenung tak menanggapi ucapan Dii. Semua yang terjadi membuat dadaku kian tambah sesak. Membuatku kesulitan menghirup udara dengan bebas.

 

 

“Ibu bagaimana keadaan Delisa?”

 

 

Tanpa salam, tanpa sapaan. Pria didepanku yang masih ngos-ngosan ini malah menanyakan keadaan putriku. Melihatnya membuatku membayangkan apa yang sedari tadi aku fikirkan.

 

 

Apa benar dia yang telah membuat bekas luka ditubuh putriku? Membayangkannya saja membuat kepalaku sangat pusing. Kian lama kian tambah sakit. Lalu semuanya gelap.

 

 

“Saputra…..” lirihku.

 

.

.

.

 

❤❤❤

 

Bersambung ...

Bab terkait

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 4

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 4Hidungku menghirup aroma minyak kayu putih yang sangat menyengat. Perlahan ku kerjapkan mataku agar menyesuaikan dengan keadaan sekitar.Aku mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Pertama aku dan Mas Idris sedang di kamar mendiskusikan tentang acara akad-an akhir bulan, lalu Delisa pingsan, kami berempat ke rumah sakit, Delisa harus di operasi dan Saputra!!!Aku langsung terduduk dan mengedarkan pandanganku. Aku hanya berdua dengan Diandra di ruangan ini. Dimana Mas Idris dan Saputra?"Mana Ayah dan Saputra Di?" Tanyaku"Ayah dan Kak Putra nunggu didepan Ruang Operasi Kak Isa Buu.""Sebaiknya Ibu minum dulu yaa? Kalau Ibu sudah nggak pusing kita nyusulin kesana." Ucapnya seraya mengulurkan sebotol air mineral padaku.Aku hanya meneguk beberapa tegukan saja. Jika seperti ini rasanya perutku tak b

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 5

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 5Usia kandungan yang normal sebenarnya sangat dibutuhkan dalam perkembangan janin selama di dalam kandungan. Kondisi kehamilan yang normal dapat membantu proses pembentukan organ tubuh secara optimal, pembentukan darah hingga sistem kekebalan tubuh.Jika bayi lahir kurang dari usia yang semestinya usia untuk dilahirkan, maka organ-organ dalam tubuh masih kurang matang berkembang dengan baik.Bayi yang terlahir prematur beresiko untuk mengalami berbagaibmacam komplikasi kesehatan. Seperti yang terjadi pada cucu lelakiku, ia terlahir di usia 27 minggu dalam kandungan. Saat ini aku dan Mas Idris hanya bisa melihatnya dari balik kaca ruang NICU.Malang sekali nasibmu sayang ...Ada binar bahagia di mata Mas Idris saat mengetahui bahwa cucu kami laki-laki. Cucuku terlahir dengan berat badan 2000 gram. Kata Dokter itu termasuk dalam kategori berat lahir r

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 6

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 6"Apa yang Ibu lakukan?" Tanya Putra, selepas aku melipat mukena"Ibu sholat tahajud.""Sholat tahajud?" Tanyanya memastikan"Iya. Sholat tahajud. Sholat yang dilakukan disepertiga malam. Dengan syarat harus tidur terlebih dahulu meskipun hanya sebentar. Banyak sekali keutamaan sholat tahajud ini salah satunya dilapangkan segala permasalahan hidupnya. Ibu berdoa agar Delisa segera sadar." Paparku dengan mata berkaca-kaca."Kamu tidak sholat?" Tanyaku padanyaSaputra bungkam. Matanya tak berkedip memandang putriku yang terbaring lemah disana. Kamu harus kuat yaa sayang?"Nak.""Ah.. iyaa Buu?""Kamu tidak sholat?" Tanyaku lembut"Sholat?" Tanyanya kembali"Iyaa. Kenapa kamu mengulang-ulang terus perkataan Ibu?" Gerutuku"Ah. Bagaiman

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 7

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 7Bendera kuning yang berkibar di tiang teras rumahku menandakan bahwa kami telah kehilangan anggota keluarga. Pandanganku kosong, putriku saja belum bangun dari tidur panjangnya dan sekarang cucuku telah pergi meninggalkan kami semua.Apa yang harus ku katakan pada Delisa?Bagaimana caraku menjelaskan padanya?Anakmu sudah meninggal.Anakmu sudah berada di surga.Atau anakmu sudah tidak bersama kita.Ah... Kurasa tak ada bedanya. Yang ku fikirkan bagaimana jika Delisa tak bisa menerima kenyataan?Semasa kehamilan dia sudah tertekan, bagaimana jika setelah gau kenyataan ini ia akan terkena Baby Blues atau lebih paraghnya Delisa akan depresi?Bagaimana? Sebagai Ibunya apa yang harus ku lakukan agar menguatkannya? Jika aku sendiri pun sudah rapuh. Bagaimana aku akan kuat menghada

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-20
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 8

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 8Aku dan Diandra tidak ikut ke pemakaman. Kami lebih memilih berada di rumah. Melepas kepergian Samudra yang digendong sang ayah menuju pusara.Jika ditanya aku berkabung atau tidak sudah pasti aku berkabung. Bagaimana pun juga Samudra adalah cucuku. Anak kandung Delisa.Ku peluk boneka doraemon kesayangan Delisa. Menghirup aroma Delisa yang menempel di boneka kesayangannya.Sungguh dadaku sesak jika mengingat sulungku sekarang. Sebagai seorang ibu pasti ia akan sangat terpukul tidak bisa melihat bahkan memeluk putranya.Bayangan bekas luka dipunggung Delisa tiba-tiba terlintas dipikiranku. Aku tidak lupa. Hanya saja aku masih bingung bagaimana caraku mengungkap siapa pelakunya.Mengingat Saputra begitu khawatir pada Delisa serta sikapnya tadi saat meminta agar bisa menggendong Samudra ke pusara membuatku ragu. Apa mungkin Sam

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-21
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 9

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 9Hari ini tepat tujuh hari meninggalnya Samudra. Delisa pun masih nyenyak dengan tidur panjangnya. Entah sampai kapan ia akan tertidur.Setiap hari selepas maghrib diadakan acara tahlil di rumah. Saputra dan Ayahnya tak pernah absen untuk mengikuti acara tahlilan.Untuk semua biaya tahlilan ini ditanggung oleh Saputra. Dan lagi-lagi Ayah mengiyakan mengiyakan tanpa mendebat panjang seperti kejadian lalu ketika Saputra meminta agar ia saja yang menanggung biaya rumah sakit Delisa.Aku, Saputra dan Diandra bergantian menjaga Delisa. Jika pagi hari Saputra akan menjaga Delisa sendirian. Sedang di siang hari aku dan Diandra yang menjaga.Beberapa hari ini sebelum maghrib aku dan Diandra pulang ke rumah untuk menyiapkan acara tahlilan. Tak banyak yang kami siapkan, hanya membersihkan rumah sebelum digelar karpet. Semua makanan juga kue sudah di handle se

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-22
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 10

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 10Hatiku berdesir pilu, pagi ini kondisi Delisa tiba-tiba memburuk. Bahkan kata dokter jantung Delisa kembali berhenti beberapa detik.Rasanya air mata ini tak bisa mengering. Setiap detik selalu menetes tanpa henti.Aku yakin di dunia ini tak ada satu pun seorang Ibu yang bisa kuat melihay buah hatinya berada di ambang kematian. Melihat anaknya terluka saja seorang ibu bisa merasa lebih kesakitan. Jangankan terluka, ayahnya membentak pun seorang ibu akan merasa sakit hati. Meskipun harus bersikap tegas dan membuat anaknya menangis tersedu tapi jauh dilubuk hatinya seorang ibu merasa lebih sakit melihat buah hatinya menangis.Terkadang seorang anak membuat kesalahan, tak dapat membuat seorang ibu menghukumnya terlalu lama. Karena menghukum anak sama saja membuat luka dihati ibu. Bersikap tegas itu memang perlu, meski melihat buah hatinya menangis tersedu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 11

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 10Hatiku berdesir pilu, pagi ini kondisi Delisa tiba-tiba memburuk. Bahkan kata dokter jantung Delisa kembali berhenti beberapa detik.Rasanya air mata ini tak bisa mengering. Setiap detik selalu menetes tanpa henti.Aku yakin di dunia ini tak ada satu pun seorang Ibu yang bisa kuat melihay buah hatinya berada di ambang kematian. Melihat anaknya terluka saja seorang ibu bisa merasa lebih kesakitan. Jangankan terluka, ayahnya membentak pun seorang ibu akan merasa sakit hati. Meskipun harus bersikap tegas dan membuat anaknya menangis tersedu tapi jauh dilubuk hatinya seorang ibu merasa lebih sakit melihat buah hatinya menangis.Terkadang seorang anak membuat kesalahan, tak dapat membuat seorang ibu menghukumnya terlalu lama. Karena menghukum anak sama saja membuat luka dihati ibu. Bersikap tegas itu memang perlu, meski melihat buah hatinya menangis tersedu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25

Bab terbaru

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 22

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 22“Bagaimana Nyonya Nafisa yang terhormat, apa anak buahmu sudah sampai dengan selamat?” tanyaku sarkas kemudian aku tertawa. “Kamu mencoba main-main denganku?” tanyaku lagi“Oh, jadi kamu sudah tau? Bagaimana keadaan bocah kecil itu? Ia baik-baik saja? Atau ada yang terluka?” tanyanya beruntun disertai tawa.“Tentu saja aku tau, bahkan aku sudah memberi pelajaran untuk anak buahmu. Tinggal dirimu, suamimu lalu anakmu.” Jawabku santai. “Oh tidak-tidak. Bagaimana kalau aku membuat perhitungan terlebih dahulu untuk anak perempuanmu? Hmm… Adik perempuanku mengalami lecet-lecet dibeberapa bagian tubuhnya, bagaimana kalau itu juga ku lakukan pada anakmu?” tanyaku seraya tertawa kecil, mendengar nafasnya yang mulai berat aku semakin semangat untuk membuatn

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 21

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 21“Tuan, saya mau melaporkan hal penting.” Suara Anton disebrang telfon terdengar sangat serius. Anton merupakan bodyguard yang ku suruh mengawasi Ayah dan Ibu jika aku tidak bisa ke rumah sakit. Tidak hanya itu, anak buah Anton juga ada yang mengawasi disekitar rumah dan mengawasi Diandra jika ke sekolah. Semua itu ku lakukan secara diam-diam, Ayah maupun Ibu tidak ada yang tau. Awalnya aku hanya ingin memantau keadaan disekitar rumah, namun, setelah kedatangan Papa. Aku jadi meningkatkan kewaspadaan. “Ada apa?”“Maaf tuan, saya lalai menjalankan tugas. Nona Diandra tertabrak mobil, sekarang sudah dibawa ke UGD oleh warga.” Jawabnya lugas, rahangku mengetat. Anton ceroboh, umpatku. “Saya sudah menfoto plat nomor mobil tadi tuan, firasat saya ini bukan kecelakaan biasa. Tapi sudah direncanakan.” I

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 20

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 20Dari yang aku pelajari dari situs web di internet, Ibu memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak laki-laki. Ini disebabkan hubungan pertama yang dimiliki anak laki-laki adalah ibunya. Jika anak laki-laki memiliki hubungan emosional yang baik dengan sang ibu, biasanya ia akan baik secara akademis, emosional, perilaku, dan menunjukkan resistensi terhadap tekanan teman sebaya.Kecerdasan emosional yang diajarkan seorang ibu kepada anak laki-laki, pada akhirnya memastikan anak tidak hanya dapat memahami perasaannya sendiri, tetapi juga memiliki wawasan yang luas, empatik, dan memiliki belas kasih sayang terhadap orang lain. Ini menjadi keunggulan besar bagi anak laki-laki untuk menuju kehidupan yang sukses.Selain itu, Ibu memiliki peran penting di mata anak laki-laki

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 19

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 16Semalam hujan turun dengan deras, membuat suasana pagi ini menjadi lebih sejuk, sisa-sisa air hujan pun masih menempel di dedaunan maupun rumput yang ada di halaman rumah.Biasanya jika hari minggu pagi, kami sekeluarga akan jalan kaki bersama-sama ke pasar tradisional. Tidak terlalu jauh, jaraknya dari rumah kurang lebih 2 kilometer. Jika bukan hari minggu kami tak akan bisa jalan-jalan bersama, Diandra masih harus sekolah, Ayah bekerja, juga Delisa yang masih diluar kota.Minggu pagi ini aku menyempatkan membersihkan halaman depan. Ada pohon mangga besar, jika waktu musim berbuah pohon mangga ini berbuah lebat, rasa buahnya pun manis. Selain itu, banyak bunga juga yang tumbuh subur, Delisa sangat suka bunga, apalagi bunga anggrek putih. Dulu, setiap sore ia y

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 18

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 18Seminggu ini, keadaan Delisa sudah membaik. Selang oksigen yang biasanya menempel dihidungnya pun sudah dilepas.Beberapa hari ini, Delisa sudah mulai terapi berjalan. Agak susah, sebab lebih dari sebulan Delisa tidak menggerakkan badan sama sekali. Aku, Mas Idris, Saputra juga Diandra bergantian menemani juga membantunya dalam melakukan terapi.Ternyata Delisa tak melupakan aku, ibunya, ia masih mengingatku dengan jelas. Bahkan kemarin ia menangis tersedu-sedu dipelukanku, apalagi melihat Mas Idris, ia semakin menangis tergugu. Mungkin Delisa ingat, terakhir sebelum ia koma, Delisa hampir dipukuli Mas Idris yang hampir kalap.Sebenarnya ada yang mengganjal dihatiku, keadaan Delisa yang terl

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 17

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 17Uang memang bisa membeli kemewahan, tetapi juga mampu menyamarkan kebaikan. Anggapan tersebut bisa jadi benar.Nyatanya, makin berkuasa dan banyak uang, maka orang makin rentan berperilaku tidak sopan dan melanggar aturan.Salah satunya wanita angkuh didepanku ini. Apa ia pikir segalanya dapat dibeli dengan uang? Termasuk harga diri, meski diriku bukan orang kaya, aku tidak silau dengan uang yang ditawarkan olehnya.Dengan susah payah, aku berusaha merubah sikap Saputra yang semula dingin, yang kini menjadi hangat. Bagaimana bisa aku mempertaruhkan hidupnya hanya demi segepok kertas merah?"Apa tidak sebaiknya kita berkenalan dulu? Rasanya tidak etis,

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 16

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 16Semalam hujan turun dengan deras, membuat suasana pagi ini menjadi lebih sejuk, sisa-sisa air hujan pun masih menempel di dedaunan maupun rumput yang ada di halaman rumah.Biasanya jika hari minggu pagi, kami sekeluarga akan jalan kaki bersama-sama ke pasar tradisional. Tidak terlalu jauh, jaraknya dari rumah kurang lebih 2 kilometer. Jika bukan hari minggu kami tak akan bisa jalan-jalan bersama, Diandra masih harus sekolah, Ayah bekerja, juga Delisa yang masih diluar kota.Minggu pagi ini aku menyempatkan membersihkan halaman depan. Ada pohon mangga besar, jika waktu musim berbuah pohon mangga ini berbuah lebat, rasa buahnya pun manis. Selain itu, banyak bunga juga yang tumbuh subur, Delisa sangat suka bunga, apalagi bunga anggrek putih. Dulu, setiap sore ia y

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 15

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 15“Boleh saya masuk?” Padahal anak-anak sekolah belum berangkat sekolah, tetapi aku dibuat tercengang melihat lelaki paruh baya ini kembali berdiri dihadapanku. Kali ini bukan di rumah sakit, melainkan didepan rumahku.“I-ya, silahkan.”Lelaki paruh baya itu masuk lalu duduk di sofa ruang tamu tanpa ku persilahkan terlebih dahulu. Sungguh tak beretika“Ayah, ada tamu.” Teriakku pada Mas Idris yang ada di dalam kamar.Mas Idris menatapku bingung sebab ia tak mengenali tamu yang ku maksud. Tentu saja bingung, Mas Idris tak bersamaku kemarin saat lelaki paruh baya ini berkunjung ke rumah sakit.“Dia, ayahnya Saputra Yah.” JelaskuDengan sopan Mas Idris bersalaman dengan lelaki paruh baya itu, yang tak lain adalah Pak Dimas. Ayah kandung Saputra.&ld

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 14

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 14“Seindah itukah alam tidurmu Nak? Mengapa kamu lama sekali tidurnya, Ibu sudah rindu dengan kemanjaan Isa, rindu masakan Isa, Ibu rindu.” Isakku didepan Delisa yang masih tertidur dengan lelapEntah mengapa hari ini aku begitu cengeng, biasanya aku terlihat tegar. Aku takut, jika aku tak terlihat tegar didepan orang-orang yang bertumpu padaku, mereka akan semakin down dengan keadaan ini.“Saputra sekarang sudah bisa mengaji, sudah bisa sholat. Tidakkah kamu ingin segera bangun dan mendengarkan sendiri bagaimana kekasihmu mengaji?” isakku lagi“Ibu sudah tau---”“Ibu sudah tau penyakit yang di derita Saputra.”“Sexsual Sadism. Kelainan seksual dimana penderitanya mendapat kepuasan dengan menyakiti atau melukai serta mempermalukan seseorang.”“M

DMCA.com Protection Status