Share

PART 9

Penulis: Lujengg_
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-22 12:46:16

JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR

#JBST

PART 9

Hari ini tepat tujuh hari meninggalnya Samudra. Delisa pun masih nyenyak dengan tidur panjangnya. Entah sampai kapan ia akan tertidur.

Setiap hari selepas maghrib diadakan acara tahlil di rumah. Saputra dan Ayahnya tak pernah absen untuk mengikuti acara tahlilan.

Untuk semua biaya tahlilan ini ditanggung oleh Saputra. Dan lagi-lagi Ayah mengiyakan mengiyakan tanpa mendebat panjang seperti kejadian lalu ketika Saputra meminta agar ia saja yang menanggung biaya rumah sakit Delisa.

Aku, Saputra dan Diandra bergantian menjaga Delisa. Jika pagi hari Saputra akan menjaga Delisa sendirian. Sedang di siang hari aku dan Diandra yang menjaga.

Beberapa hari ini sebelum maghrib aku dan Diandra pulang ke rumah untuk menyiapkan acara tahlilan. Tak banyak yang kami siapkan, hanya membersihkan rumah sebelum digelar karpet. Semua makanan juga kue sudah di handle semua oleh Saputra.

Selepas tahlilan aku dan Diandra biasanya akan kembali ke rumah sakit. Diandra selalu bersikeras ingin tidur bersama kakaknya. Seperti saat ini.

"Ibu Diandra mau ikut ke rumah sakit. Diandra mau tidur deket Kak Isa." Rengeknya

"Besok malam saja Dii. Besok pagi kan kamu Hari Jumat, Hari Sabtunya kamu libur. Lagipula besok pagi kamu harus berangkat pagi kan? Pelajaran olahraga dimulainya kan jam 6." Ingatku padanya. Dalam hati aku berharap agar Diandra mau tinggal di rumah hari ini.

"Kan bisa berangkat dari rumah sakit." Sahutnya cemberut.

"Kamu nanti muter berangkatnya Dii. Udah malam ini kamu tidur di rumah nemenin Ayah. Besok bisa tidur deket Kak Isa lagi." Bujukku padanya

Aku mengerti kekhawatirannya. Diandra tak ingin berjauhan dengan saudara satu-satunya. Jika saja dia kuizinkan bolos sekolah sudah pasti ia akan menemani Delisa 24 jam.

"Dii bisa berangkat lebih pagi Ibuu... Pliiisss... Dii mau ikut ke Kak Isa yaaa?" Pintanya memelas

"Halaah kayak kamu abis sholat subuh biasanya gak tidur lagi Diii. Udah hari ini aja tidur di rumah besok pulang sekolah langsung ke rumah sakit deh. Nanti Ibu bawain baju ganti. Makan siangnya bisa minta dibeliin Kak Putra." Ucapku padanya

"Beneran yaa? Tapi besok makan siangmya aku mau minta seblak ceker yang pedes ke Kak Putra." Sahutnya antusias

"Iyaa. Boleh, beli lima porsi juga boleh." Kelakarku

Tak apalah kali ini ku bolehkan makan seblak asal hari ini aku harus mencari titik terang tentang Delisa dan Saputra.

***

"Ayah tau sesuatu yang belum Ayah ceritakan pada Ibu?" Tanyaku pada Mas Idris

Saat ini kami sedang berada di mobil. Berkendara menuju rumah sakit tempat dimana Delisa tidur dengan dibantu banyak alat untuk menyokong kehidupannya.

"Maksud Ibu?" Tanyanya bingung

"Ibu lihat akhir-akhir ini sikap Ayah berbeda pada Saputra. Ayah juga terlihat mengkhawatirkannya. Setau Ibu, Ayah bukan seseorang yang mudah berubah pikiran apalagi pada orang yang telah menyakiti keluarga." Terangku padanya. Belum ada jawaban, hanya helaan nafas yang keluar dari mulutnya.

"Ayah tau sesuatu?" Tanyaku lagi

"Iya." Jawabnya singkat

"Bisa Ayah jelaskan?"

Lagi-lagi bukan sebuah jawaban yang kudapat. Melainkan helaan nafas yang terdengar semakin berat.

"Ayah gak sanggup kalau harus menjelaskan semuanya Buu, sebaiknya kita ke rumah Pak Rahmat." Jawab Mas Idris

Aku bungkam. Apa seberat itu sampai Mas Idris tak bisa menjelaskan sendiri padaku?

Didalam mobil suzuki keluaran tahun 2000 ini kami saling diam. Berkelana dengan pemikiran masing-masing.

Mobil ini memang keluaran lama dan aku pun tak berniat membeli mobil keluaran terbaru. Karena bagiku tidak perlu yang terbaru asal dikendarai dan masih layak. Jadi tak perlu menuruti gengsi untuk terlihat ngetrend.

Meskipun sudah berkali-kali Mas Idris menawarkan agar ganti mobil, tetapi aku selalu menolak. Mobil ini terlalu banyak kenangan.

Mobil yang dibeli ketika Diandra baru lahir. Dibeli dari uang yang kami kumpulkan semenjak Delisa berusia enam tahun. Aku masih ingat akan permintaan Delisa kala itu.

"Semoga Ayah punya uang lebih yaa Bu. Biar Ayah bisa beli mobil." Ucapnya

"Naik motor kan lebih asyik. Delisa bisa duduk didepan." Sahutku

"Delisa suka naik motor kok. Tapi Delisa berdoa supaya Ayah bisa beli mobil. Kalau nanti Delisa punya adek, biar adek enggak kepanasan atau kehujanan. Delisa aja kalau habis hujan-hujanan demam. Delisa gak mau kalau nanti adeknya Delisa demam karena abis kena hujan." Mataku berembum. Sungguh Delisa adalah orang paling penyayang di rumah.

Tapi mengapa Allah menakdirkan ini untuknya?

***

"Maaf atas kedatangan kami malam-malam begini ke rumah Pak Rahmat." Ucap suamiku tak enak hati, karena sudah mengganggu waktu istirahat Pak Rahmat dan keluarga.

"Tidak masalah Mas Idris. Saya juga baru sampai rumah, tadi sepulang dari rumah njenengan mampir beli martabak keju titipan anak-anak." Jawabnya tak keberatan.

Sedang aku hanya terdiam, menelisik setiap sudut rumah. Rumah ini cukup sederhana untuk pengacara kondang seperti Pak Rahmat. Sepertinya beliau pecinta barang-barang klasik. Karena semua benda di rumah ini seperti pintu, jendela, meja dan kursinya di desain dengan penuh ukiran. Bukan hanya itu, lemari pajangan dan rak-rak buku pun juga banyak ukirannya.

Dalam sekali lihat aku bisa menaksir berapa harga setiap barang di rumah Pak Rahmat. Dengan profesi suamiku sebagai pengusaha meubel membuatku tau berapa kisaran harga setiap barang. Ada yang murah tapi ada pula yang harganya fantastis, tergantung bagaimana pesanan barangnya.

Rupanya Pak Rahmat pecinta keindahan dan kerumitan. Beliau juga suka mengabadikan momen-momen dalam bentuk foto, terbukti dengan banyaknya foto yang terpajang di sepanjang dinding ruang tamu ini.

Foto yang paling besar adalah foto keluarga Pak Rahmat. Rupanya Pak Rahmat memiliki tiga orang putra.

Di foto terlihat jika putra sulungnya berprofesi sebagai tentara. Sedang anak kedua dan ketiga mereka yang kembar baru lulus SMA. Mungkin sekarang masih kuliah, pikirku.

Disana juga ada foto Saputra bersama anak-anak Pak Rahmat. Mereka begitu akrab, meskipun dalam foto Saputra tidak tersenyum tapi mereka terlihat saling menyayangi.

Saputra memang dingin, tak banyak tersenyum. Tapi meski begitu, dia punya cara tersendiri untuk menyayangi orang-orang disekitarnya.

Tapi bukan berarti dengan menyiksa Delisa. Aku tak bisa membenarkan akan itu. Aku jadi teringat akan tujuanku kemari. Bagaimanapun aku harus mendapatkan penjelasan mengenai Saputra dan keadaan Delisa yang mempunyai bekas luka.

Delisa?

Mengapa ada foto Delisa disini? Tapi, di foto itu Delisa tidak berdua dengan Saputra melainkan dengan Pak Rahmat.

Apa-apaan ini?!!!

Tapi tunggu! Di foto itu Pak Rahmat terlihat masih muda, sedang sekarang rambut di kepalanya sudah ada uban meskipun tidak banyak. Itu pasti bukan Delisa.

Tapi siapa? Kenapa bisa semirip itu dengan Delisa?

"Silahkan diminum Mbak Ayu, Mas Idris." Ucap Mbak Nisa, istri Pak Rahmat.

"Maaf Mbak Nisa, itu yang foto berdua sama Pak Rahmat siapa yaa? Kok wajahnya mirip anak saya?" Tanyaku padanya

"Foto yang mana mbak?" Tanyanya menoleh ke arah foto yang kutunjuk

"Ohh itu... Itu foto Mas Rahmat sama mendiang kakaknya mbak, ibunya Saputra. Namanya Sasmita Maharani."

Sasmita Maharani?

.

.

.

❤❤❤

Bab terkait

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 10

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 10Hatiku berdesir pilu, pagi ini kondisi Delisa tiba-tiba memburuk. Bahkan kata dokter jantung Delisa kembali berhenti beberapa detik.Rasanya air mata ini tak bisa mengering. Setiap detik selalu menetes tanpa henti.Aku yakin di dunia ini tak ada satu pun seorang Ibu yang bisa kuat melihay buah hatinya berada di ambang kematian. Melihat anaknya terluka saja seorang ibu bisa merasa lebih kesakitan. Jangankan terluka, ayahnya membentak pun seorang ibu akan merasa sakit hati. Meskipun harus bersikap tegas dan membuat anaknya menangis tersedu tapi jauh dilubuk hatinya seorang ibu merasa lebih sakit melihat buah hatinya menangis.Terkadang seorang anak membuat kesalahan, tak dapat membuat seorang ibu menghukumnya terlalu lama. Karena menghukum anak sama saja membuat luka dihati ibu. Bersikap tegas itu memang perlu, meski melihat buah hatinya menangis tersedu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-23
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 11

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 10Hatiku berdesir pilu, pagi ini kondisi Delisa tiba-tiba memburuk. Bahkan kata dokter jantung Delisa kembali berhenti beberapa detik.Rasanya air mata ini tak bisa mengering. Setiap detik selalu menetes tanpa henti.Aku yakin di dunia ini tak ada satu pun seorang Ibu yang bisa kuat melihay buah hatinya berada di ambang kematian. Melihat anaknya terluka saja seorang ibu bisa merasa lebih kesakitan. Jangankan terluka, ayahnya membentak pun seorang ibu akan merasa sakit hati. Meskipun harus bersikap tegas dan membuat anaknya menangis tersedu tapi jauh dilubuk hatinya seorang ibu merasa lebih sakit melihat buah hatinya menangis.Terkadang seorang anak membuat kesalahan, tak dapat membuat seorang ibu menghukumnya terlalu lama. Karena menghukum anak sama saja membuat luka dihati ibu. Bersikap tegas itu memang perlu, meski melihat buah hatinya menangis tersedu

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 12

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 11Aku jatuh cinta pada pandangan dengan gadis berparas mirip Mama. Bukan hanya mirip, tapi bak pinang dibelah dua. Namanya Delisa Rahmawati, mahasiswi baru jurusan seni rupa di kampusku.Imageku yang selama ini terkenal sebagai orang kaku, tak pandai berkawan dan tak banyak bicara membuatku kesulitan mendekatinya. Aku hanya bisa mengaguminya dari jauh, menjaganya dari kejauhan agar taka da seorang pun yang bisa menyakitinya.Benar-benar duplikat Mama. Dengan wajah yang seperti kembar sikapnya yang lemah lembut, baik dan tak pandang bulu dalam memilih teman membuatku semakin jatuh cinta pada kepribadiannya. Bukan hanya itu, dia dermawan, setiap Hari Jumat Delisa tak ada mata kuliah jadi Delisa berkunjung ke panti asuhan yang berada di perbatasan kota. Dengan memba

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-25
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 13

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 13Hari ini sengaja aku datang lebih pagi ke rumah sakit. Dengan membawa rantang berisi makan siang, aku berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Melewati taman buatan yang dibuat ditengah rumah sakit ini, tidak terlalu besar namun cukup asri jika dilihat mata, tak hanya taman ada beberapa kolam ikan yang berisi ikan-ikan hias, kolamnya pun terawat tak ada lumut yang hinggap dipinggirannya. Tepat dilorong kamar dahlia aku berhenti didepan pintu lift, menunggu sejenak sampai pintu lift terhenti dan terbuka. Lift bergerak naik ke lantai 5, tempat dimana ruang Delisa dirawat.Di lantai kamar VVIP ini tergolong sepi, sebab semua pasien dan penunggunya berada di dalam kamar semua tak seperti di kamar biasa yang dihuni oleh empat pasien bahkan bisa lebih, itu belum termasuk sanak keluarga yang menunggu dan berkunjung. Kamar VVIP No 2, tempat dimana Delisa tertidur.Beruntungnya saat in

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 14

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 14“Seindah itukah alam tidurmu Nak? Mengapa kamu lama sekali tidurnya, Ibu sudah rindu dengan kemanjaan Isa, rindu masakan Isa, Ibu rindu.” Isakku didepan Delisa yang masih tertidur dengan lelapEntah mengapa hari ini aku begitu cengeng, biasanya aku terlihat tegar. Aku takut, jika aku tak terlihat tegar didepan orang-orang yang bertumpu padaku, mereka akan semakin down dengan keadaan ini.“Saputra sekarang sudah bisa mengaji, sudah bisa sholat. Tidakkah kamu ingin segera bangun dan mendengarkan sendiri bagaimana kekasihmu mengaji?” isakku lagi“Ibu sudah tau---”“Ibu sudah tau penyakit yang di derita Saputra.”“Sexsual Sadism. Kelainan seksual dimana penderitanya mendapat kepuasan dengan menyakiti atau melukai serta mempermalukan seseorang.”“M

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 15

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 15“Boleh saya masuk?” Padahal anak-anak sekolah belum berangkat sekolah, tetapi aku dibuat tercengang melihat lelaki paruh baya ini kembali berdiri dihadapanku. Kali ini bukan di rumah sakit, melainkan didepan rumahku.“I-ya, silahkan.”Lelaki paruh baya itu masuk lalu duduk di sofa ruang tamu tanpa ku persilahkan terlebih dahulu. Sungguh tak beretika“Ayah, ada tamu.” Teriakku pada Mas Idris yang ada di dalam kamar.Mas Idris menatapku bingung sebab ia tak mengenali tamu yang ku maksud. Tentu saja bingung, Mas Idris tak bersamaku kemarin saat lelaki paruh baya ini berkunjung ke rumah sakit.“Dia, ayahnya Saputra Yah.” JelaskuDengan sopan Mas Idris bersalaman dengan lelaki paruh baya itu, yang tak lain adalah Pak Dimas. Ayah kandung Saputra.&ld

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 16

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 16Semalam hujan turun dengan deras, membuat suasana pagi ini menjadi lebih sejuk, sisa-sisa air hujan pun masih menempel di dedaunan maupun rumput yang ada di halaman rumah.Biasanya jika hari minggu pagi, kami sekeluarga akan jalan kaki bersama-sama ke pasar tradisional. Tidak terlalu jauh, jaraknya dari rumah kurang lebih 2 kilometer. Jika bukan hari minggu kami tak akan bisa jalan-jalan bersama, Diandra masih harus sekolah, Ayah bekerja, juga Delisa yang masih diluar kota.Minggu pagi ini aku menyempatkan membersihkan halaman depan. Ada pohon mangga besar, jika waktu musim berbuah pohon mangga ini berbuah lebat, rasa buahnya pun manis. Selain itu, banyak bunga juga yang tumbuh subur, Delisa sangat suka bunga, apalagi bunga anggrek putih. Dulu, setiap sore ia y

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 17

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 17Uang memang bisa membeli kemewahan, tetapi juga mampu menyamarkan kebaikan. Anggapan tersebut bisa jadi benar.Nyatanya, makin berkuasa dan banyak uang, maka orang makin rentan berperilaku tidak sopan dan melanggar aturan.Salah satunya wanita angkuh didepanku ini. Apa ia pikir segalanya dapat dibeli dengan uang? Termasuk harga diri, meski diriku bukan orang kaya, aku tidak silau dengan uang yang ditawarkan olehnya.Dengan susah payah, aku berusaha merubah sikap Saputra yang semula dingin, yang kini menjadi hangat. Bagaimana bisa aku mempertaruhkan hidupnya hanya demi segepok kertas merah?"Apa tidak sebaiknya kita berkenalan dulu? Rasanya tidak etis,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-29

Bab terbaru

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 22

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 22“Bagaimana Nyonya Nafisa yang terhormat, apa anak buahmu sudah sampai dengan selamat?” tanyaku sarkas kemudian aku tertawa. “Kamu mencoba main-main denganku?” tanyaku lagi“Oh, jadi kamu sudah tau? Bagaimana keadaan bocah kecil itu? Ia baik-baik saja? Atau ada yang terluka?” tanyanya beruntun disertai tawa.“Tentu saja aku tau, bahkan aku sudah memberi pelajaran untuk anak buahmu. Tinggal dirimu, suamimu lalu anakmu.” Jawabku santai. “Oh tidak-tidak. Bagaimana kalau aku membuat perhitungan terlebih dahulu untuk anak perempuanmu? Hmm… Adik perempuanku mengalami lecet-lecet dibeberapa bagian tubuhnya, bagaimana kalau itu juga ku lakukan pada anakmu?” tanyaku seraya tertawa kecil, mendengar nafasnya yang mulai berat aku semakin semangat untuk membuatn

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 21

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 21“Tuan, saya mau melaporkan hal penting.” Suara Anton disebrang telfon terdengar sangat serius. Anton merupakan bodyguard yang ku suruh mengawasi Ayah dan Ibu jika aku tidak bisa ke rumah sakit. Tidak hanya itu, anak buah Anton juga ada yang mengawasi disekitar rumah dan mengawasi Diandra jika ke sekolah. Semua itu ku lakukan secara diam-diam, Ayah maupun Ibu tidak ada yang tau. Awalnya aku hanya ingin memantau keadaan disekitar rumah, namun, setelah kedatangan Papa. Aku jadi meningkatkan kewaspadaan. “Ada apa?”“Maaf tuan, saya lalai menjalankan tugas. Nona Diandra tertabrak mobil, sekarang sudah dibawa ke UGD oleh warga.” Jawabnya lugas, rahangku mengetat. Anton ceroboh, umpatku. “Saya sudah menfoto plat nomor mobil tadi tuan, firasat saya ini bukan kecelakaan biasa. Tapi sudah direncanakan.” I

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 20

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 20Dari yang aku pelajari dari situs web di internet, Ibu memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan anak laki-laki. Ini disebabkan hubungan pertama yang dimiliki anak laki-laki adalah ibunya. Jika anak laki-laki memiliki hubungan emosional yang baik dengan sang ibu, biasanya ia akan baik secara akademis, emosional, perilaku, dan menunjukkan resistensi terhadap tekanan teman sebaya.Kecerdasan emosional yang diajarkan seorang ibu kepada anak laki-laki, pada akhirnya memastikan anak tidak hanya dapat memahami perasaannya sendiri, tetapi juga memiliki wawasan yang luas, empatik, dan memiliki belas kasih sayang terhadap orang lain. Ini menjadi keunggulan besar bagi anak laki-laki untuk menuju kehidupan yang sukses.Selain itu, Ibu memiliki peran penting di mata anak laki-laki

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 19

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 16Semalam hujan turun dengan deras, membuat suasana pagi ini menjadi lebih sejuk, sisa-sisa air hujan pun masih menempel di dedaunan maupun rumput yang ada di halaman rumah.Biasanya jika hari minggu pagi, kami sekeluarga akan jalan kaki bersama-sama ke pasar tradisional. Tidak terlalu jauh, jaraknya dari rumah kurang lebih 2 kilometer. Jika bukan hari minggu kami tak akan bisa jalan-jalan bersama, Diandra masih harus sekolah, Ayah bekerja, juga Delisa yang masih diluar kota.Minggu pagi ini aku menyempatkan membersihkan halaman depan. Ada pohon mangga besar, jika waktu musim berbuah pohon mangga ini berbuah lebat, rasa buahnya pun manis. Selain itu, banyak bunga juga yang tumbuh subur, Delisa sangat suka bunga, apalagi bunga anggrek putih. Dulu, setiap sore ia y

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 18

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 18Seminggu ini, keadaan Delisa sudah membaik. Selang oksigen yang biasanya menempel dihidungnya pun sudah dilepas.Beberapa hari ini, Delisa sudah mulai terapi berjalan. Agak susah, sebab lebih dari sebulan Delisa tidak menggerakkan badan sama sekali. Aku, Mas Idris, Saputra juga Diandra bergantian menemani juga membantunya dalam melakukan terapi.Ternyata Delisa tak melupakan aku, ibunya, ia masih mengingatku dengan jelas. Bahkan kemarin ia menangis tersedu-sedu dipelukanku, apalagi melihat Mas Idris, ia semakin menangis tergugu. Mungkin Delisa ingat, terakhir sebelum ia koma, Delisa hampir dipukuli Mas Idris yang hampir kalap.Sebenarnya ada yang mengganjal dihatiku, keadaan Delisa yang terl

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 17

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 17Uang memang bisa membeli kemewahan, tetapi juga mampu menyamarkan kebaikan. Anggapan tersebut bisa jadi benar.Nyatanya, makin berkuasa dan banyak uang, maka orang makin rentan berperilaku tidak sopan dan melanggar aturan.Salah satunya wanita angkuh didepanku ini. Apa ia pikir segalanya dapat dibeli dengan uang? Termasuk harga diri, meski diriku bukan orang kaya, aku tidak silau dengan uang yang ditawarkan olehnya.Dengan susah payah, aku berusaha merubah sikap Saputra yang semula dingin, yang kini menjadi hangat. Bagaimana bisa aku mempertaruhkan hidupnya hanya demi segepok kertas merah?"Apa tidak sebaiknya kita berkenalan dulu? Rasanya tidak etis,

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 16

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 16Semalam hujan turun dengan deras, membuat suasana pagi ini menjadi lebih sejuk, sisa-sisa air hujan pun masih menempel di dedaunan maupun rumput yang ada di halaman rumah.Biasanya jika hari minggu pagi, kami sekeluarga akan jalan kaki bersama-sama ke pasar tradisional. Tidak terlalu jauh, jaraknya dari rumah kurang lebih 2 kilometer. Jika bukan hari minggu kami tak akan bisa jalan-jalan bersama, Diandra masih harus sekolah, Ayah bekerja, juga Delisa yang masih diluar kota.Minggu pagi ini aku menyempatkan membersihkan halaman depan. Ada pohon mangga besar, jika waktu musim berbuah pohon mangga ini berbuah lebat, rasa buahnya pun manis. Selain itu, banyak bunga juga yang tumbuh subur, Delisa sangat suka bunga, apalagi bunga anggrek putih. Dulu, setiap sore ia y

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 15

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 15“Boleh saya masuk?” Padahal anak-anak sekolah belum berangkat sekolah, tetapi aku dibuat tercengang melihat lelaki paruh baya ini kembali berdiri dihadapanku. Kali ini bukan di rumah sakit, melainkan didepan rumahku.“I-ya, silahkan.”Lelaki paruh baya itu masuk lalu duduk di sofa ruang tamu tanpa ku persilahkan terlebih dahulu. Sungguh tak beretika“Ayah, ada tamu.” Teriakku pada Mas Idris yang ada di dalam kamar.Mas Idris menatapku bingung sebab ia tak mengenali tamu yang ku maksud. Tentu saja bingung, Mas Idris tak bersamaku kemarin saat lelaki paruh baya ini berkunjung ke rumah sakit.“Dia, ayahnya Saputra Yah.” JelaskuDengan sopan Mas Idris bersalaman dengan lelaki paruh baya itu, yang tak lain adalah Pak Dimas. Ayah kandung Saputra.&ld

  • Jangan Bangunkan Singa Tidur   PART 14

    JANGAN BANGUNKAN SINGA TIDUR#JBSTPART 14“Seindah itukah alam tidurmu Nak? Mengapa kamu lama sekali tidurnya, Ibu sudah rindu dengan kemanjaan Isa, rindu masakan Isa, Ibu rindu.” Isakku didepan Delisa yang masih tertidur dengan lelapEntah mengapa hari ini aku begitu cengeng, biasanya aku terlihat tegar. Aku takut, jika aku tak terlihat tegar didepan orang-orang yang bertumpu padaku, mereka akan semakin down dengan keadaan ini.“Saputra sekarang sudah bisa mengaji, sudah bisa sholat. Tidakkah kamu ingin segera bangun dan mendengarkan sendiri bagaimana kekasihmu mengaji?” isakku lagi“Ibu sudah tau---”“Ibu sudah tau penyakit yang di derita Saputra.”“Sexsual Sadism. Kelainan seksual dimana penderitanya mendapat kepuasan dengan menyakiti atau melukai serta mempermalukan seseorang.”“M

DMCA.com Protection Status