Menjelang pukul sembilan malam, Tara berniat membeli camilan dan kebutuhan pribadinya di mini market depan perumahan. Baru saja membuka pintu, tau-tau saja dia mendapati sosok tengil Noah yang menunggu di depan pagarnya sembari membawa sesuatu yang cepat-cepat disembunyikan di belakang tubuh saat menyadari keberadaan si pemilik rumah."Noah?" herannya. Begitu Tara membuka pagar, pemuda itu menyerahkan sebuket mawar putih yang tentunya mengundang segurat kebingungan pada wajah manis wanita muda itu. "Apa ini bunga dari penggemarmu? Kamu nggak suka bunga, jadi kamu kasihkan ke aku? Boleh juga! Tapi, kalau penggemarmu ada yang tau, bukannya mereka bakalan kecewa?"Noah memberengut. "Bukan dari penggemarku, Tara. Tapi dari aku sendiri! Ck! Kenapa sih, kamu mikirnya nggak pernah pas sama isi hatiku?""Kan aku bukan peramal, ya jelas nggak bisa pas dong! Eh, tapi ini beneran buat aku, Noah? Kalau begitu, aku taruh di dalam dulu ya? Makasih!""Eh, memangnya kamu mau pergi, Tara?" tanya Noah.
Noah berdecak kesal. Seharian ini fokusnya oleng ke sana-kemari. Tentu saja, penyebab utamanya ialah kejadian semalam yang sudah membuat Tara kabur lagi. Sungguh pikirannya tidak menuju ke urusan ranjang barang sedikit pun. Namun aset berharganya malah menampakkan diri di waktu yang tidak tepat.Suasana yang menyelubungi Noah dan Tara semalam sangatlah berbeda. Noah seperti mendapati lampu hijau dari wanita muda itu, tetapi dialah lampu merah sebenarnya yang harus diwaspadai. Baru kali itu pula, Noah menyadari bahwa kegilaannya terhadap hubungan seksual sangat merugikan. Dia ingin berdekatan dengan Tara tanpa diselingi bumbu pedas yang membuat janda itu tidak nyaman. Noah hanya menginginkan kebersamaan yang padat dan berkualitas dengan Tara. Bukan yang biasa dia lakukan bersama para wanita panggilannya."Ck! Kenapa juga harus berdiri di saat yang nggak tepat?" gerutu Noah, mengundang tatapan dari Radu."Kali ini, apa yang bikin kamu kesal, Noah?" tanyanya."Sekarang aku tau kenapa Tar
Sejujurnya Tara tidak mau datang. Membayangkan bahwa dia akan berhadapan dengan orang-orang yang memberikan luka begitu besar pada masa lalu, bisa saja emosinya terpancing dengan taburan garam terpendam yang sedang mereka genggam. Entah apa tujuan utama dari makan malam kali ini, Tara harus bersiap untuk menghadapi keluarga tengik itu.Restoran yang menjadi tujuannya malam ini merupakan salah satu cabang restoran milik suami dari sahabatnya. Tara menggigit bibir bawahnya. Maju-mundur, sebab bisa saja suami dari sahabatnya itu memergokinya dan memberitahu Reina jika dia baru saja bertemu dengan keluarga mantan suaminya.Namun dia sudah berada di perjalanan, dan tidak mungkin mundur bagaikan pengecut di depan sebuah keluarga yang telah menjatuhkannya di masa lalu itu. Tiba di tempat tujuan, bertepatan dengan kedatangan Seno dan dua wanita yang tak mampu mengalihkan pandangan dari mobilnya barang sedetik.Tara keluar dari mobil dengan anggun, mengabaikan tatapan Seno yang membuatnya berg
Perkenalan yang dilayangkan Noah mengundang keterkejutan bukan dari pihak Seno saja, tetapi pada diri Tara pula. Wanita muda itu kepayahan berkata-kata, sehingga dia hanya mampu terdiam dan membiarkan Noah berkata semaunya. Sebab bila dipikir kembali, bisa saja Seno dan keluarganya menjauh setelah mengetahui bahwa dia telah memiliki calon suami."Apa?! Calon suami?!" Juwita berdecih, tampak tak percaya bahwa wanita muda yang tidak disukainya itu memiliki calon suami setampan Noah. Bahkan kalau boleh jujur, Seno tidak ada apa-apanya dibanding Noah. Kenapa dia baru menyadari hal itu sekarang ya?"Ca-calon?" Seno terpsrangah. "Kamu sudah punya calon suami, Tara? Ke-kenapa kamu setega itu, Tara? Kamu sudah melupakanku?"Tara menganga. Jadi, mantan suami bajingannya itu berharap bahwa dia harus berada dalam kubangan lumpur yang sama sampai seterusnya? Tara tidak habis pikir. Mengapa dulu dia bisa mencintai pria seperti Seno? Jangan-jangan ada saraf yang terputus pada otaknya saat itu?"Lha
"Ta-tapi Noah ....""Hm? Iya?"Keduanya masih berpelukan, tepat di belakang mobil Tara. Noah mengharapkan sebuah jawaban yang akan menyenangkan hatinya. Biarpun dia seorang pemain dan berandal, kini dia ingin berubah menjadi lebih baik. Tidak masalah kalau aset berharganya hanya berfungsi pada Tara, sebab hatinya pun tertambat pada janda cantik yang satu itu."A-aku ada kencan sama Julian.""Oh—hah?!"Tara menjauhkan dirinya, mencari ponselnya yang sedari tadi bergetar panjang. Saat ditilik, ternyata terdapat sebuah panggilan masuk dari Julian Wiratmaja. "Sebentar ya, aku jawab dulu."Noah menganga. Pada momentum yang tepat seperti ini, Julian malah menginterupsi dan Tara harus berkencan dengan aktor senior yang satu itu? Noah berbalik, menarik napas perlahan sebelum kembali berhadapan dengan Tara.Nada bicara Tara dimanis-maniskan saat menyahuti Julian. Namun diam-diam, dia mendengarkan percakapan keduanya dan mendapati bahwa tampaknya Julian tidak bisa menghadiri kencan yang telah d
Sesampainya di rumah, Noah langsung menyuruh Tara untuk masuk setelah memastikan semua pagar dan pintu terkunci rapat. Katanya, pemuda itu akan menunggu jemputan Radu di depan gapura perumahan. Tara menurut, sebab dia memang penasaran dengan isi dari tas kain yang diberikan oleh Noah tadi.Di kamar, wanita muda itu mulai membuka isi tas tersebut dan terkesiap dengan isinya. Sebuah gaun malam yang tampak cantik dan menawan. Berwarna ungu tua, yang bagian bawahnya tergradasi oleh kerlap-kerlip warna platina. "I-ini ... ngapain dia kasih ini?"Sebuah notes terjatuh. Tara memungutnya, lantas menemukan satu paragraf singkat dari si pengirim.'Langkah pertama untuk mencoba membalas perasaanku, adalah dengan kencan perdana yang akan kita lakukan besok malam. Pakai ini ya, Cantik!Pahlawan Kesianganmu,Sr. Alejandro.'Butuh beberapa detik bagi Tara agar dapat mencerna serentetan tulisan yang baru dibacanya itu. Dia mengerti dengan jelas, namun yang terjadi pada detik ini lebih mirip mimpi ko
Bukan hanya sekedar bertanya, Noah menyodorkan sebuah cincin bermatakan berlian kecil berwarna ungu. Tara nyaris meragukan penglihatannya sendiri, atau barangkali saja sepasang bola matanya sedang tidak dalam kondisi fit. Tetapi, sosok Noah yang berdiri menjulang di hadapannya dengan senyum merekah itu langsung menyadarkan Tara bahwa semua ini memang terjadi secara nyata.Noah baru saja melamarnya?Apakah hal itu sesuai dengan yang dilakukan oleh Noah padanya saat ini?"Noah ....""Tara, aku tau ini terlalu cepat, tapi aku benar-benar nggak mau kehilangan kamu. Aku juga nggak mau melewatkan kesempatan yang ada. Aku mulai menyadari perasaanku, tapi aku juga nggak mau membuatmu tenggelam dalam sesuatu yang bisa menyia-nyiakan waktumu." Kata Noah bersungguh-sungguh.Kalau terdapat kamera tersembunyi dan semacamnya, tolong keluarlah sekarang juga! Tara tidak tahan! Apakah dia sedang menjadi bahan lelucon bagi satu daerah? Bila iya, mengapa harus dengan cara seperti ini?"Aku nggak akan me
Semalaman, Noah mendapatkan omelan panjang kali lebar dari Radu. Tepat setelahnya, Radu menghubungi Heru dan Rosalie. Sebab apa yang Noah katakan benar-benar mengundang kekalutan yang bisa membuat gempar banyak orang jika tak kunjung diselesaikan dari akarnya—berhubung masih hangat-hangatnya pula.Maka keesokan paginya, Noah dan Tara dipanggil ke ruangan Heru. Dua jam sebelum syuting dimulai, Noah sudah datang lebih dulu ke Hacer. Sedangkan Tara datang setengah jam kemudian, tak mengetahui jika dirinya akan terseret dalam momen tersebut.Tara mengembuskan napas perlahan. Sembari tertunduk, wanita muda itu memainkan jemarinya. Dia seperti seorang remaja yang ketahuan berpacaran di sekolah dan mau diomeli oleh para guru. Entah bagaimana caranya Heru dan Rosalie bisa mendengar tentang lamaran Noah semalam, yang jelas Radu merupakan bukti konkret pertama."Jadi ... apa benar, semalam Noah melamar kamu, Tara?" tanya Rosalie, setelah satu ruangan berada dalam keheningan yang janggal. Wanita