Tidak selevel.
Iya, tentu saja.Pada kenyataannya Pelangi Senja hanyalah seorang gadis biasa lulusan SMA.Sehari-harinya aktifitas Senja hanya berjualan sandal di sebuah lapak kecil yang ada di pasar tradisional.Rasanya wajar jika kedua orang tua Yusuf Akhyar yang terkenal memiliki sikap angkuh, arogan dan tinggi hati itu tidak bisa begitu saja menerima sosok Senja, yang dimata mereka bukanlah siapa-siapa.Tapi lagi-lagi karena semua itu merupakan keinginan Yusuf sang anak semata wayang, maka kedua orang tua Yusuf pun tak kuasa berlama-lama menentang.Singkat cerita, mengingat keberadaan Senja sendiri yang merupakan anak yatim piatu, juga sebatang kara tanpa sanak saudara, maka sebuah lamaran resmi pun akhirnya dilakukan oleh keluarga besar Akhyar, untuk seorang Pelangi Senja yang kala itu hanya diwakili oleh keluarga Ustadz Ibrahim dan beberapa orang tetangga terdekat.Tanpa berlama-lama kemudian Senja pun berhasil dipersunting, oleh seorang Yusuf Akhyar.Saat itu Senja merasa sangat bahagia. Apalagi usai menikah, Yusuf juga tak keberatan untuk mengikuti Senja, tinggal dirumah sederhana peninggalan kedua orang tuanya.Yusuf memperlakukan Senja dengan sangat baik, dan Senja selalu diratukan oleh pria itu sekalipun kedua mertuanya masih saja terlihat agak kurang sreg dengan keberadaan Senja sebagai seorang menantu satu-satunya ditengah keluarga mereka.Senja sendiri tidak begitu mempermasalahkan semua itu, ia terus bersikap santun karena merasa bahwa semuanya masih dalam tahap yang wajar saja.Dia adalah orang baru dalam keluarga Akhyar, bisa jadi kedua mertuanya beserta keluarga besar suaminya belum terbiasa dengan kehadirannya.Yah, pada awalnya semuanya masih baik-baik saja, dan Senja juga tak mempermasalahkan meskipun ternyata dalam keseharian sifat asli Yusuf cukup manja dan pemalas, tipikal khas anak orang kaya pada umumnya, yang semuanya serba ingin dituruti dan dilayani.Senja tidak keberatan dengan semua itu, dia bahkan begitu menikmati perannya sebagai istri Yusuf.Namun yang membuat Senja sama sekali tak menyangka, bahwa semua perilaku baik Yusuf tak bertahan lama.Hanya dalam kurun waktu dua tahun tabiat suaminya berubah drastis!Diawali dengan mulai berkeluh kesah karena Senja tak kunjung hamil, kemudian mulai merembet ke masalah Senja yang dituduh tidak pintar mengambil hati keluarga besar Akhyar.Senja mengakui, bahwa selama ini dirinya begitu terkucil diantara keluarga besar suaminya yang terpandang.Tapi semua itu terjadi bukan karena Senja yang enggan berbaur, melainkan karena keluarga Akhyar yang selalu menampakkan kesalahan dan kekurangannya yang dicari-cari.Sementara untuk masalah buah cinta yang tak kunjung hadir, Senja juga tak mengerti mengapa dirinya tak kunjung hamil, padahal sudah begitu sering Senja bolak-balik ke dokter obygin guna memeriksakan diri.Dokter selalu mengatakan bahwa tak ada masalah dengan rahimnya. Semuanya baik-baik saja.Justru dokter menyarankan agar kedepannya Senja datang memeriksakan diri dengan didampingi suami, karena sering terjadi, justru pihak suami yang bermasalah."Kamu mau aku ke dokter? Kamu pikir aku mandul?"Itu jawaban Yusuf yang tersinggung berat, saat Senja menyampaikan saran dokter obygin.Yusuf menolak memeriksakan diri, bersikeras bahwa tidak ada istilah mandul dalam garis keturunan Keluarga Akhyar.Sesungguhnya bagi Senja semua itu juga tidak masalah.Senja bisa menerima apapun takdir Tuhan sekalipun jika benar suaminya yang berkekurangan.Sayangnya, bagi Yusuf semuanya berkebalikan seratus delapan puluh derajat, sehingga masalah yang menyangkut anak selalu membuat Yusuf menjadi sensitif brutal.Pertengkaran pun mulai sering mewarnai hubungan mereka, ditambah lagi Yusuf yang selalu mengatasnamakan pekerjaan sehingga sering pulang larut malam.Tak jarang Yusuf malah tidak pulang sama sekali dengan alasan menginap dirumah kedua orang tuanya, tanpa merasa perlu mengajak Senja ikut serta.Begitulah, seiring berjalannya waktu pria yang selama ini begitu lemah lembut lambat laun berubah sikap menjadi acuh dan kasar.Sampai akhirnya Senja mulai mendengar kasak-kusuk tetangga yang menggosipkan bahwa Yusuf telah menduakan dirinya.Saat Senja berusaha bicara dengan Yusuf perihal gosip tersebut, pria itu malah menjadi berang, padahal kebenaran tentang isu perselingkuhan sedikit demi sedikit semakin terkuak lebar.Wanita penyondol itu ternyata anak seorang pejabat dilingkup pemerintah, tempat Yusuf bekerja.Aneh bukan?Kenapa wanita yang berasal dari keluarga terpandang mau menjadi pelakor dalam rumah tangga orang lain?Aib itu kini sudah menjadi rahasia umum, namun fak ada sedikitpun tindakan yang diambil keluarga besar akhyar dan keluarga besar pelakor itu untuk mencegahnya.Malah orang tua mereka terkesan setuju dan membiarkan.Bagaimana bisa sebuah perselingkuhan keji bisa begitu direstui ...?Belakangan, Yusuf bahkan tak lagi sembunyi-sembunyi memperlihatkan pengkhianatannya.Menghadapi semua kemelut rumah tangganya yang begitu pelik, Senja seolah kehilangan pegangan.Tak ada tempat untuknya mengadu dan berlindung, karena kedua mertuanya justru mendukung kelakuan sang anak kesayangan yang telah mengkhianati pernikahannya sendiri."Aku mau menikah lagi ..." begitulah kalimat congkak Yusuf di suatu malam, dilontarkan sambil berkacak pinggang dihadapan Senja yang kala itu sedang menyetrika setumpuk pakaian.Malam itu Yusuf baru saja pulang ke rumah, masih mengenakan celana coklat tua dari seragam keki miliknya dengan atasan kaos polo warna abu-abu muda, sedangkan kemeja keki beserta atribut berupa lencana korpri dan tanda pengenal lainnya sudah menghilang entah kemana.Gaya berdirinya yang terlihat agak oleng serta aroma memuakkan yang memenuhi udara membuat Senja meyakini dalam diam bahwa lagi-lagi Yusuf telah menenggak minuman haram."Heh, Senja, kamu dengar aku gak? Aku mau menikah lagi!""Kamu sudah tau jawabannya, Kak ..." jawab Senja tanpa mengangkat wajahnya, berpura-pura acuh seolah yang barusan ia dengar adalah kalimat biasa-biasa saja.Sejujurnya, hati wanita mana yang tidak merasa sakit.Kenyataannya sudah tak terhitung entah untuk kali ke sekian Yusuf melontarkan kalimat serupa, yang awalnya membuat Senja terjingkat dan nyaris pingsan, sebelum akhirnya mulai terasa kebal dan terbiasa meskipun tetap saja terasa sakit di kedalaman jiwa."Dasar perempuan kepala batu ..." desis Yusuf, terlihat geram."Terserah, yang jelas sampai mati pun aku gak akan ridho Kak Yusuf berpoligami. Ingat, Kak, aku begini demi kebaikan Kak Yusuf juga ...""Ck ck ck, pintar baget mulutmu itu berkilah ..." Yusuf terlihat menyeringai. "Heh, Senja, wanita soleha kayak kamu, seharusnya tau bahwa poligami itu indah ...""Indah bagi yang paham maknanya, Kak ...""Jadi kamu menganggapku bodoh sehingga gak paham makna?!"Senja menaruh setrika ditangannya, memilih menatap Yusuf dengan tatapan lurus."Bukan begitu, Kak Yusuf ...""Lalu apa?!""Apa Kak Yusuf lupa? Kak Yusuf itu seorang ASN, seorang Aparatur Sipil Negara, Kak. Kan sudah jelas bahwa aturan di negara ini melarang keras seorang aparat berselingkuh, apalagi beristri dua ...""Sok tau kamu!" tuding Yusuf sambil melengos, kesal karena yang diucapkan Senja merupakan sebuah kebenaran yang tak bisa terbantahkan. "Ya sudah, kalau begitu sudah benar kalau aku akan menggugat cerai aja."Kali ini entah kenapa, untuk yang pertama kalinya Senja merasa tak tahan lagi menghadapi sikap Yusuf yang selalu semena-mena."Sebenarnya apa salahku, Kak? Kenapa kak Yusuf tega memperlakukan aku seperti ini ..."To be Continued.Lirih pertanyaan Senja terdengar mencuat lemah, padahal selama ini mulutnya selalu terkunci rapat."Masih bertanya?" tantang Yusuf sembari tersenyum sinis, terlihat bahagia menyadari bahwa kali ini Senja mulai terpancing untuk menanggapi kegilaannya yang selalu."Katakan apa kekuranganku, Kak. Kalo memang aku yang salah, aku berjanji aku akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki ...""Banyaaaaak. Mana mampu kamu perbaiki semuanya?"Tatapan mengejek Yusuf jelas terlihat, saat menatap Senja dari atas sana dengan tatapan mata yang menyayat luka.Senja memilih untuk benar-benar mencabut soket listrik terlebih dahulu, yang semula menghubungkan aliran listrik dengan setrika yang tak lagi berminat ia sentuh, kemudian ia berdiri tegak sembari berusaha menentang kilau mata sang suami yang entah kenapa begitu cepat berubah seolah tak bisa ia kenali lagi."Banyak ...?" ulang Senja."Ya, banyak. Saking banyaknya aku malah kesulitan mencari di mana letak kelebihanmu sampai-sampai dulu aku bisa
Satriadi Narajendra, yang kerap disapa Tria, berasal dari keluarga terpandang, dan sejak kecil selalu menjadi anak yang berprestasi.Cita-cita Tria sejak dini adalah menjadi seorang Aparat Penegak Hukum, mengikuti jejak sang ayah yang saat ini mulai memasuki masa purna bakti.Sepertinya bagi Tria bukanlah hal yang sulit untuk mewujudkan cita-citanya menjadi seorang Perwira Polisi, karena selain pintar dan memiliki jasmani sehat yang membuat Tria menjadi salah satu lulusan terbaik di Akademi Kepolisian, latar belakang ayah Tria yang seorang Jenderal bintang dua tentu saja cukup berpengaruh pada jenjang pendidikannya.Dalam kehidupan percintaan, sudah pasti Tria juga digilai banyak wanita.Namun dibalik sejuta kelebihannya, ternyata Tria merupakan sosok laki-laki yang benar-benar setia.Sungguh pria idaman, bukan?Yah, tentu saja.Betapa beruntungnya seorang gadis yang bisa memenangkan hati pria seperti Tria, dan gadis beruntung itu adalah Calista, pujaan hati Tria yang cantik dan begit
"Nak, anggaplah semua ini merupakan bagian dari proses kehidupan yang harus kamu jalani. Ayah percaya, akan ada hikmah indah yang sedang menanti didepan sana, hanya saja kamu harus kuat, sabar, ikhlas serta tawakal dalam menjalani semua prosesnya terlebih dahulu. Satu hal yang harus kamu ingat, Tria, anakku, tak peduli apapun yang terjadi, ayah akan selalu bangga padamu!"Kalimat sang ayah terucap tidak hanya sekedar panjang lebar, melainkan begitu teduh dan menenangkan bathin.Pelukan hangat pada tubuh tinggi Tria juga berpengaruh besar dalam mendinginkan bara di hati.Sesaat kemudian, pria paruh baya itu harus rela melepas kepergian putra kebanggaannya di pintu terminal keberangkatan bandara Soekarno-Hatta.Yah, apa mau dikata.Sepertinya atas campur tangan ayah Arka yang memegang tampuk tertinggi di divisi propam, pada akhirnya sangsi demosi yang diterima Tria tak tanggung-tanggung.Tria harus menerima kenyataan bahwa dirinya kini dipindahtugaskan ke Polres Talaud, sebuah Polres ya
"Perlu bantuan, Komandan?"Tria tersentak untuk yang kedua kalinya."Egh, apa? Akh ... I-iya ..."Dengan nada suara yang tergeragap, Tria buru-buru mengangkat wajahnya yang baru saja mengalami keterpukauan hebat, manakala suara anak buahnya yang satu lagi berhasil mengusik kesenangannya dalam mengamati keindahan nyata yang merupakan ciptaan Sang Maha Kuasa, yang tadinya seolah tertutupi oleh kabut tebal sehingga Tria baru menyadarinya sekarang."Sebaiknya dibawa ke puskesmas terdekat apa gimana, Ndan?" saran polisi itu lagi."Iya, iya, udah bener saran kamu. Daripada kenapa-napa, mending dibawa ke puskesmas ...""Siap, Ndan!""Tolong siapin mobilnya aja, biar saya sendiri yang akan bawa ibu Senja ke puskesmas terdekat ..." desis Tria lagi sembari memberi perintah."Saya aja yang ambil mobilnya, Ndan ..." ungkap salah seorang anak buah Tria lainnya, berinisiatif."Ya udah, kalo begitu cepat siapkan mobilnya ..."Tanpa menunggu lebih lama, pria yang berucap barusan langsung bergegas men
"Nama ibu ini Pelangi Senja, dok, dan sesungguhnya ibu ini memang bisa dibilang bukan siapa-siapanya saya. Saya bahkan baru saja mengenalnya di kantor, dan memang benar dia baru saja mengalami KDRT. Tapi karena yang bersangkutan tidak berkeinginan sedikitpun untuk melaporkan pelaku yang tak lain merupakan suaminya sendiri apalagi sampai memperpanjang proses hukum dan bersedia menjalani visum, maka untuk saat ini kami hanya bisa menghargai keputusan yang bersangkutan terlebih dahulu. Perihal keputusan saya yang berinisiatif untuk membawanya ke Puskesmas ini, karena tadi ia sempat pingsan, sesaat setelah hendak meninggalkan Polsek ..."Usai berbasa-basi yang terkesan begitu cepat akrab dalam sekejap, Tria pun berucap panjang lebar, berusaha menjelaskan kejadian yang menimpa Senja sehingga membuatnya mengambil keputusan untuk membawa wanita itu langsung ke Puskesmas terdekat."Oh, ternyata seperti itu ..." dokter Richard pun mengangguk-anggukkan kepalanya, menandakan dirinya cukup paham
'Ternyata Pak Komandan ini orangnya cukup keras kepala juga ...'Senja bergumam dalam hati, sembari menghembuskan napasnya berat.Dalam hati ia merutuki dirinya yang sempat terdiam berjenak-jenak seolah kehilangan perbendaharaan kata. Tidak hanya sampai disitu, ia juga merasa sedikit kesal karena tanpa sadar sempat terpukau."Ehem, baiklah, kalau begitu berikan saya alasannya.""Alasan apa?""Alasan tentang kenapa 'harus' ...?"Pertanyaan tersebut dilontarkan Senja dengan nada suara yang seolah menantang."Apanya yang kenapa?"Tria yang bak memiliki kesempatan untuk terus membalikkan sepatah dua patah pertanyaan datar dari Senja, terlihat kembali menatap wajah kaku dihadapannya dengan ekspresi yang stay kalem."I-Iya, kenapa ...? Saya hanya merasa, sepertinya saya butuh penjelasan tentang kenapa Pak Komandan mengatakan harus ..."Satu tarikan napas Tria seolah tak mampu menambah kesabaran Senja dalam menanti jawaban."Jadi ibu Senja benar-benar tidak ingat kalau tadi ibu Senja pingsa
"Terima kasih."Tria terkesima. Lagi-lagi alisnya bertaut sempurna menerima tanggapan Senja yang justru berucap terima kasih di saat dirinya dengan sengaja dan begitu rendah hati memperkenalkan diri, demi mengurangi situasi canggung yang ada diantara mereka."Maksud saya, terima kasih karena Pak Komandan sudah menolong saat saya pingsan bahkan membawa saya ke Puskesmas ini ..."'Itu kan yang ingin kamu dengar, Pak Komandan, yang nyebelin ...?''Mau berbuat kebaikan kok mengharapkan pamrih dan ucapan terima kasih ... Huhh ...'Diam-diam dibalik kalimatnya barusan ternyata Senja malah membathin hal yang lain, hal yang justru berkebalikan seratus delapan puluh derajat dari ucapannya sendiri "Tidak apa-apa, Ibu Senja, tidak usah sungkan. Melindungi masyarakat itu memang merupakan bagian dari tugas saya juga ..."Kali ini Tria belum menemukan tanggapan berarti atas balasan kalimatnya untuk ucapan terimakasih yang terucap tanpa setitik pun senyuman itu.Detik selanjutnya keheningan sempat
"Tutup dulu pintunya, Ben." Tria berucap sambil berusaha menepis sejuta pemikirannya yang mulai berspekulasi saat menyadari langkah Beno mulai terayun ringan, hendak memasuki ruangannya yang terasa sejuk oleh hembusan hawa dingin dari air conditioner."Siap, Ndan."Beno mengatupkan pintu ruangan Tria terlebih dahulu dengan sigap, sebelum kembali meneruskan langkahnya mendekati meja biro, dimana sang komandan tengah duduk menunggui dirinya dengan posisi bersandar penuh di kursi sambil melipat kedua lengan diatas dada."Gimana, Ben?" tanya Tria dengan mimik wajah yang belum apa-apa sudah bergelayut kecewa, seolah ia sudah bisa menebak ketidakberhasilan sang anak buah dalam mengemban 'misi pribadi' yang ia perintahkan kira-kira sejam yang lalu."Maaf, Ndan, menurut perawat yang bertugas hari ini, katanya Ibu Senja sudah gak dirawat di Puskesmas Beo lagi."Dalam hati Tria terhenyak mendengar kabar tersebut, namun ia berusaha untuk mempertahankan wajah dan gestur tubuhnya agar rasa terkeju
Saat Tria dan Senja tiba di rumah dinas milik Tria yang berada di kawasan Mako, tepat didepan selasar kantor sudah terlihat banyak anggota polisi yang berkumpul menunggu apel pagi yang akan dimulai tak lama lagi.Sebagian besar dari mereka terlihat berseragam dinas seperti halnya Tria, namun ada beberapa diantaranya memakai kemeja putih lengan panjang dipadu celana hitam berbahan kain."Yang satunya biar aku aja yang bawa." ujar Senja yang buru-buru turun dari mobil begitu menyadari pergerakan Tria yang begitu mesin mobil dimatikan terlihat tergesa-gesa turun dan langsung membuka pintu mobil belakang."Oke, kalo gitu abang bawa dua sekalian ..." jawab Tria sembari menyodorkan satu buah kotak kue ke tangan Senja yang buru-buru menyambut pemberian Tria.Detik berikutnya, dengan gesit Tria terlihat sudah menumpuk dua buah kotak kue yang tersisa dan tanpa banyak bicara langsung mengangkat dan membawanya masuk kedalam rumah dinas yang terlihat lenggang.Melihat hal tersebut alhasil secara r
Bertepatan dengan Tria yang sukses memarkirkan mobilnya di seberang jalan, tepat didepan gang sempit yang biasanya menjadi akses masuk ke rumah Senja, secara bersamaan pula sosok yang hendak ia jemput itu terlihat berjalan keluar dari mulut gang.Sangat jelas terlihat bagaimana Senja cukup kerepotan dengan keberadaan tiga buah dus kue berbentuk persegi yang saling bertumpuk dalam genggamannya, ditambah lagi dia harus mengepit tas kecil yang tersampir di bahu kanan.Mendapati pemandangan tersebut sontak Tria melompat turun dari mobil secepat kilat, langsung berlari kecil menyongsong sosok Senja yang ternyata juga langsung notice akan keberadaan Tria dengan outfit khasnya yakni seragam dinas."Bisa-bisanya diborong sekali angkut. Kenapa gak ngomong kalo bawaannya sebanyak ini sih, Nja?" ujar Tria sambil buru-buru mengambil alih tiga buah dus kue yang saling bertumpuk itu sekaligus."Banyak gimana? Cuma tiga dus kue kok ..."Tria terlihat menggelengkan kepalanya mendapati jawaban ngeyel
Usai berbincang dengan Mpok Hindun hingga nyaris menjelang Isya, mendadak Senja seolah mendapatkan sebuah pencerahan, yang membuatnya menyesal mengapa tidak terpikir olehnya sama sekali dalam kurun waktu dua hari terakhir ini.Untuk itulah setelah Mpok Hindun pamit pulang, Senja buru-buru menunaikan sholat Isya kemudian dengan langkah pasti dia menuju ke warung terdekat dari rumahnya, yang menjadi tempat dirinya berbelanja kebutuhan sehari-hari."Beragam amat belanjaannya, Nja? Mau bikin kue ya?" tanya pemilik warung dengan nada suara yang ramah, begitu menyaksikan belanjaan Senja yang meliputi beberapa butir telur, tepung terigu, gula pasir, pengembang kue, pasta pandan dan masih ada beberapa jenis barang lainnya yang identik dengan bahan-bahan untuk membuat kue "Iya, Bu." jawab Senja, singkat."Emang rencananya mau bikin kue apa, Nja?" ujar ibu itu lagi, yang kini sudah mengambil ancang-ancang untuk menjumlah berbagai barang belanjaan Senja yang teronggok diatas meja kasir."Bolu pa
"Untuk anggota yang piket saya harap bisa bertanggung jawab penuh sampai besok pagi. Sementara untuk yang lain, silahkan pulang dan beristirahat, jaga kesehatan, dan jangan lupa seperti biasa besok pagi kita akan tetap melaksanakan apel pagi bersama di jam biasa, diteruskan dengan pelaksanaan operasi cipkon di sektor wilayah. Delapan enam?""Siap, delapan enam, Komandan!" Jawaban yang solid terdengar dari seluruh anggota yang ada, menanggapi titah yang diberikan oleh Tria, sebelum mengakhiri kegiatan patroli di malam itu.Jika kondisi kamtibmas sedang adem ayem begini, semua pihak pastinya merasa lebih lega karena tidak perlu bekerja ekstra, meskipun harus tetap siaga dengan kondisi apapun.Pelaksanaan operasi cipkon yang merupakan kepanjangan dari operasi cipta kondisi itu sendiri memang sudah menjadi kegiatan rutin yang wajib di tingkatkan oleh pihak kepolisian, dan biasanya dilaksanakan setiap akhir pekan dengan melibatkan personil dari berbagai fungsi.Namun mengingat moment perga
Senja sedang duduk lesehan diatas tikar sambil memilah dan mengemasi tumpukan baju-baju miliknya untuk dimasukkan ke dalam sebuah kotak kardus dan sebuah koper besar, saat Mpok Hindun datang menyambangi rumahnya ba'da maghrib."Assalamualaikum ...""Waalaikumsalam. Eh, Mpok? Masuk, Mpok ..." jawab Senja semringah, menyadari salah satu sosok terbaik yang dia miliki muncul di bingkai pintu.Mpok Hindun pun bergegas masuk dengan tatapannya yang tak henti mengawasi tumpukan baju yang berjejer rapi diatas tikar."Udah mulai beberes rupanya ..." gumam Mpok Hindun sambil ikutan duduk lesehan diatas tikar, tepat dihadapan Senja yang kini menjeda sejenak aktifitasnya karena fokus dengan kedatangan Mpok Hindun."Iya, Mpok, ini lagi dipisah-pisahin. Soalnya kemarin kata abang jangan bawa banyak barang, karena selain rumah dinasnya kecil, ntar kalo hijrah ke kota juga gak mungkin dibawa semua ..."Mpok Hindun terlihat manggut-manggut sejenak mendengar penjelasan Senja yang panjang lebar."Trus baj
Semilir angin yang menerpa lembut di wajah sesaat membuat Senja merasa semakin terbuai, sebelum akhirnya dia bak mendapatkan setitik kesadaran yang datang dalam sekali sentak."Astagfirullah ... Aku ada dimana ...?"Punggung Senja sontak menegak, sepasang matanya yang masih terasa sepat mengerjap berkali-kali, sedangkan kepalanya celingak-celinguk kebingungan.Kini Senja sudah sadar sepenuhnya, bahwa ternyata dirinya sedang berada didalam mobil yang terparkir tanpa suara mesin, juga tanpa seorang pun selain dirinya.Di kursi sebelah terdapat seragam dinas yang tersampir begitu saja di jok pengemudi.Seragam tersebut menguarkan perpaduan aroma parfum manis dan maskulin, yang mulai terasa familiar di indera penciuman Senja.Dua kaca depan kiri dan kanan seolah sengaja diturunkan setengah demi memudahkan kesejukan angin laut masuk dengan leluasa.Di ufuk barat, kolaborasi warna yang khas membuat suasana yang mulai temaram terasa semakin syahdu.Sungguh, bahkan hanya dalam sekejap kesadara
Matahari mulai condong ke arah barat saat mobil yang dikemudikan Tria memasuki area Mapolsek Beo."Gak usah dibangunin ..."Tria urung menyentuh pundak dari wanita yang ada disebelahnya."Biar ayah turun dulu, nanti kamu antarkan saja Senja pulang ke rumah. Kasian dia, kayaknya kecapean ..."Tria pun mengangguk patuh, menerima titah ayahnya yang langsung melarangnya untuk membangunkan Senja.Surya Narajendra membuka pintu disebelahnya dengan hati-hati sembari beringsut keluar, begitupun juga dengan Tria yang akhirnya ikut melakukan hal yang serupa yakni membuka pintu yang ada disamping dan keluar dari mobil.Keduanya seolah kompak bergerak perlahan, sepertinya dengan tujuan yang sama yakni sekecil apapun pergerakan mereka tidak akan mengusik wanita yang sedang tertidur nyenyak di kursi depan.Sementara itu, mendapati pergerakan mobil berwarna merah yang melesat masuk ke area Mapolsek Beo, para anggota polisi yang sejak awal sudah standby di sana sontak mendekat dengan sigap.Surya Nara
Pesawat Wings Air tipe ATR 72-500 dengan kapasitas penumpang yang kurang lebih tujuh puluhan kursi, serta menjadi satu-satunya tranportasi udara yang melayani masyarakat di salah satu wilayah terluar perbatasan NKRI tersebut telah mendarat dengan sempurna di landasan pacu.Tak berapa lama kemudian para penumpang pesawat itu pun sudah dipersilahkan turun oleh dua orang pramugari yang bertugas.Yanwar Akhyar bersama istrinya Aminah Akhyar, nampak berada diantara barisan para penumpang yang turun dengan tertib.Ternyata keduanya merupakan bagian dari sekian banyak penumpang pada penerbangan barusan.Baru saja menginjakkan kaki di ruang tunggu Bandar Udara Melonguane, setelah melewati penerbangan selama kurang lebih lima puluh lima menit dari Bandar Udara Sam Ratulangi Manado, hiruk-pikuk kesibukan di bandara itu sudah terlihat jelas."Ada apa yah? Tumben rame banget ..." tanya salah seorang penumpang kepada sesama penumpang yang lain, menyadari ada begitu banyak Polisi yang memadati banda
Rencana kedatangan Irjen Polisi Surya Narajendra di salah satu wilayah perbatasan NKRI sudah jelas-jelas merupakan kunjungan pribadi dan tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan urusan kedinasan.Bahkan Surya Narajendra sengaja mengambil cuti demi bisa mendampingi Tria guna melamar wanita pilihan putra kebanggaannya itu.Namun begitu mendengar kabar kedatangan seorang yang berpangkat jenderal, meskipun sudah jelas-jelas bukan merupakan kunjungan dinas, pada kenyataannya tetap di respon oleh petinggi-petinggi kepolisian di wilayah tersebut."Pak Kapolsek, bisa-bisanya kedatangan Irjen Surya Narajendra gak kamu kasih tau saya?""Siap salah, Ndan." jawab Tria pasrah, saat dirinya ditodong dengan pertanyaan tersebut oleh bapak Kapolres via ponsel di pagi hari, sebelum dirinya memimpin apel bersama para anggotanya."Waduh, untung saja saya dikasih bocoran Pak Kabag Sumda, kalo gak saya malah gak tau sama sekali ..." imbuh sang pimpinan dari seberang sana."Siap salah, Ndan." lagi-lagi T