Share

Gosip

Penulis: Bintang Kejora
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Johan benar-benar melayani dengan baik, para tamu diberikan minuman ringan. Seorang pria lalu berdiri.

"Saya mewakili tiga teman saya memikirkan terima kasih yang tak terhingga pada bapak," katanya memulai pembicaraan.

"Baiklah, tidak perlu banyak basa-basi, siapa yang suruh kalian?" kata ayah.

"Itu teman kami yang tidak datang itu, sebenarnya dia yang memberikan pekerjaan untuk kami,"

"Pekerjaan apa?"

"Itulah, Pak, mencuri ban mobil, kami berani karena teman kami ini dekat dengan polisi, Dia semacam mata-mata polisi, kami seringkali mendapatkan kerjaan darinya, katanya job ini dari temannya, kami dibayar satu juta per orang,"

"Iya, Pak, kami hanya bekerja, kami bukan penjahat, ini hanyalah pekerjaan, setahuku bapak telat bayar utang, makanya diteror," kata seorang pria yang lain.

"Mana teman kalian itu?" tanyaku kemudian.

"Tadi dia mau ikut, tapi katanya dia dipanggil bos,"

"Berarti teman kalian itu kuncinya,"

Ayah mendekatiku, lalu berbisik.

"Bagaimana, Tet?"

"Sepertiny
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (8)
goodnovel comment avatar
sekai
sejauh ini adalah tipo yg paling jauh,,,, hahaaa duhhh, ampun,,, baru kali ini rada bikin pusing bacanya. aku baca sambil rangkai" kata, apa ini tipo at emang bahasa batak melayu nya begini. untung sayang butet... hahaaaa
goodnovel comment avatar
carsun18106
typo yg mana kak
goodnovel comment avatar
carsun18106
sepertinya klo balas komen, suka menghilang komennya ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Jadul Tapi Mantul    Lempar Pisang Goreng

    "Ada apa?" tanya ayah begitu aku selesai bertelepon. Sementara Johan masih saja menyimak."Maaf, Pak," kataku seraya melihat Johan. Tak enak juga membahas ini di dekat pria kepo ini."Maaf ya, sudah banyak kejadian di hotel ini, yang grebek kamar, yang tewas dalam kamar pun sudah, perkelahian sudah sering, tapi biasanya saya selalu masa bodo, tapi ini benar-benar membuat saya penasaran," kata Johan saat aku melihatnya. "Bagaimana, Yah?" tanyaku ke ayah yang dibalas dengan anggukan kepala. Itu tandanya aku boleh cerita."Saya akan menceritakan kejadian yang sebenarnya, Pak A San," kataku kemudian."Baik, terima kasih, mari kita cari tempat santai, sepertinya ini cerita panjang, oh ya, panggilan saja saya koko, begitu orang biasa panggil saya,""Terima kasih koko," Kami lalu di bawa Johan masuk ke kantornya. Terus dihidangkan minuman botolan dan camilan."Begini, Koko, sebenarnya kami terlibat masalah besar, saya akan cerita supaya Koko tidak banyak kepo lagi, ada teman menyadap sist

  • Jadul Tapi Mantul    Hidayah dan Cinta

    Pagi itu aku langsung berangkat ke hotel tempat ayah menginap. Begitu aku sampai ayah ternyata sudah menunggu di depan hotel. Kami lanjut sarapan pagi di warung yang tak berapa jauh sari hotel tersebut."Abang Ucok dah mau sampe, Yah," laporku pada ayah begitu melihat pesan' dari Bang Ucok."Ke mari?" "Iya, Yah," "Ayo kita segera ke hotel," kata ayah kemudian."Oke, Yah,"Ketika kami sampai, Johan Manajer hotel itu baru turun dari mobil di depan hotel. Pria bermata sipit tersebut lalu menyapa kami dengan ramah."Mari, Pak, kita sarapan bersama," kata pria tersebut."Terima kasih, baru saja selesai sarapan," jawab ayah."Ngopi saja, Pak, ada yang ingin saya bicarakan," kata pria itu lagi."Oh, okeh," Kami lalu ke lobby hotel, Johan memesan kopi, aku justru penasaran, apa pula yang mau dibicarakan pria ini."Begini, Pak, saya sangat tertarik dengan ilmu yang bapak kuasai, saya sampai baca-baca buku semalaman ini, tanya sana-sini, ternyata memang ada ilmu seperti itu, pencuri sakit'

  • Jadul Tapi Mantul    Waktunya Bang Ucok

    Sersan Hasan lalu bercerita, dia mencari tahu tentang Fajar, bertanya ke beberapa koleganya. Sampai akhirnya dia dapat informasi, Fajar sudah di kamar mayat rumah sakit. Masih menunggu identifikasi dari keluarga korban."Karena apa?" tanyaku."Kabarnya korban begal, lama ketahuan karena dompet dan motor dibawa begal," kata Sersan Hasan.HP -ku bunyi, ada telepon dari istrinya Fajar. "Suamiku sudah pergi, Bu, tolong aku, ibu sepertinya tahu sesuatu, suamiku tidak mungkin korban begal, dia sudah tak bisa dihubungi mulai dari siang, masa malam baru jadi korban begal," katanya dari seberang telepon."Bagaimana saya bisa menolong, Bu?""Sepertinya kalian tahu sesuatu, teman-teman suamiku juga kompak bilang suamiku korban begal," kata wanita itu lagi."Maaf ya, Bu, kami akan berusaha, tapi tidak bisa janji," kataku kemudian.Mereka sudah keterlaluan, ini harus diselesaikan dengan gaya mereka juga."Ayah, Bang Ucok, kita selesaikan ini, ayo kita menemui Kapolres," kataku kemudian."Bagaim

  • Jadul Tapi Mantul    Anak Gadis Kapolres

    "Kalian tidak bisa ikut, hanya wartawan yang boleh masuk," kata pria beruban tersebut saat waktunya telah tiba."Tapi, Pak, kami harus mengawasi," kata ayah."Tidak bisa, Pak, apalagi Kapolres sudah kenal kalian gara-gara insiden kemarin," jawab Pria itu lagi."Bagaimana kami bisa menonton, apa tunggu berita dulu?" tanyaku kemudian."Oh, ikuti siaran langsung dari akun resmi Polres, ada di Ig, ini dia," kata pria itu lagi seraya menunjukkan HP -nya.Aku mencari akun Ig tersebut, lalu mengikutinya. Bang Ucok juga bersiap, di lehernya tergantung tanda pengenal buatan. "Semangat, Bang Ucok," kataku kemudian."Pasti,""Buktikan Bang Ucok bisa,""Yes,"Mereka pun pergi masuk ke aula, tempat di mana konferensi pers dilaksanakan, aku dan ayah menonton siaran langsungnya lewat HP. Belum mulai acaranya, belum ada siaran langsung di akun tersebut."Tet, kenapa Bang Ucokmu tiba-tiba mellow begitu?" tanya Ayah."Entahlah, Yah, kurasa Bang Ucok tersinggung kubilang kedatangannya gak berguna," k

  • Jadul Tapi Mantul    Lepas Dari Polisi Jadi Incaran Bandar

    Kami kembali ke hotel tempat ayah menginap. Sampai di sana langsung disambut Manajer hotel tersebut."Sudah kuduga, kalian bukan orang sembarangan," kata Johan."Hehehehe,""Aku mau ngajak makan siang ini," kata Johan lagi."Boleh-boleh," aku langsung menjawab."Belum berubah juga kau, Tet, cepat kali mulutmu itul nyahut kalau soal makanan," kata Bang Ucok."Hmmm,"Johan membawa kami makan di sebuah restoran Padang. Aku mulai merasa yang dikatakan ayah ada benarnya, Pria ini terlalu perhatian sekali. Mungkin anda udang di balik batu."Lihat ini, kabupaten ini gempar, dan kalian adalah pahlawannya," kata Johan seraya menunjukkan isi hp-nya. Dengan cepat video konferensi pers itu sudah menyebar di media sosial. "Saya sangat bangga pahlawan itu menginap di hotel saya, hehehehe," kata Johan lagi."Terima kasih,""Silakan pesan apa saja, saya yang bayar," kata pria bermata sipit tersebut."Saya sampai cari tahu siapa kalian, ternyata ibunya mantan wakil bupati, yang mundur karena tidak ma

  • Jadul Tapi Mantul    Hidup Harus Realistis

    Ayah mengemudi dengan kecepatan sedang, perjalanan mulai memasuki wilayah pegunungan, kiri kanan hutan. Daerah ini memang satu-satunya hutan lindung di kabupaten ini. Tiba-tiba mobil berhenti mendadak, aku yang sudah tertidur sampai terbangun. "Ada apa, Yah?' tanyaku.Ayah tak menjawab, hanya menunjuk mobil yang di depan. Ternyata ada mobil yang berhenti mendadak di depan kami. Mobil Innova hitam."Cok, bersiap-siap, hati-hati," kata Ayah. "Mundur' Yah, lari," kataku kemudian."Terlalu berbahaya, jalanan curam," jawab ayah. Daerah ini memang jalan kiri jurang kanan tebing, sehingga sulit untuk mundurkan mobil di sini.Aku jadi deg-degan. Pintu mobil yang di depan terbuka, turun empat pria bertubuh besar, lalu seseorang terakhir turun seorang pria berkulit putih.Lalu pria berkulit putih lalu mendekati mobil kami. "Ada apa ya," tanya ayah.Aku berinisiatif merekam mereka dengan hp. "Hei, jangan midio-midio!" seru seseorang."Ini siaran langsung," kataku kemudian.Mungkin menden

  • Jadul Tapi Mantul    Ucok, Anak Yang Diabaikan?

    "Dengar ini, Ucok, Butet, adil itu sesuatu yang sangat sulit, tapi ayah selalu berusaha adil, seharusnya usaha itu sudah harus dihargai, tolong jangan pernah bilang ayah tidak adil, tak pernah ada niat ayah untuk tidak adil, kadang memang begitulah, Karena kalian itu berbeda, beda karakter, beda jenis kelamin, tentu beda perlakuan." ayah bicara sambil menyetir."Iya, Yah," kataku kemudian."Kalian itu punya karakter yang berbeda, tentu beda perlakuan, tapi percayalah, ayah juga mamak tetap adil, setidaknya berusaha adil, adil ini yang sulit, sampai dalam Al-Qur'an pun digambarkan Tuhan, betapa sulit untuk adil ini," kata ayah lagi."Iya, Yah, iya,"Kami sampai di desa saat hari menjelang sore, saat kami sudah tiba, mamak sudah menunggu bersama Cantik."Babam, Tatak," seru Cantik. Babam adalah panggilannya untuk Bang Ucok, aku dipanggilnya Tatak.Aku langsung berlari dan menggendong Cantik, kami masuk rumah."Kalian bikin heboh satu kabupaten, mulai tadi pagi sembilan orang sudah yang

  • Jadul Tapi Mantul    Ucok Bawa Sial?

    PoV NiaSaat Butet dan ayahnya pergi ke kota, aku jadi tak tenang. Kami sudah sering dapat masalah, akan tetapi kali ini aku gelisah, satu karena aku tidak ada di sana, hanya Butet dan ayahnya.Coba kutelepon Ucok, mengatakan kekhawatiranku, Anakku itu justru menawarkan diri akan membantu, dia akan datang dari Jakarta. Aku sedikit lega, kombinasi tiga orang itu tidak usah diragukan lagi. Kepintaran Butet dan ilmu warisan Ucok pasti bisa mengatasi. Aku coba tetap tenang.Akan tetapi keesokan harinya, bupati meneleponku, dia justru marah-marah padaku. Katanya aku mengundurkan diri tidak mengapa, tapi jangan buat gaduh lagi di kabupaten ini. Seorang perwira polisi juga menelepon. Dia suruh aku kendalikan suami dan anak. Beberapa anggota dewan juga menelepon, semua kujawab dengan "aku tidak tahu apa-apa,"Menjelang sore itu, Suami dan anak-anak akhirnya pulang juga, langsung kuberondong dengan berbagai pertanyaan. Tepat dugaanku, kepintaran Butet dan ilmu Ucok bisa mengatasi hal tersebut.

Bab terbaru

  • Jadul Tapi Mantul    The End

    PoV Nia Sangat sedih melepas Butet untuk mengarungi rumah tangga barunya. Rasanya baru kemarin dia kugendong. Dia teman diskusi yang sangat asyik. Selama ini dia memang sudah tinggal jauh dari kami, akan tetapi tetap berat juga untuk melepasnya. Bang Parlin juga terlihat sangat sedih, pesta ini justru jadi ajang tangis bagi suamiku. Dia justru sering menangis. Tamu yang datang sangat beragam, mulai dari pekerja kami, sampai toke sawit, sampai bupati pun datang. Akan tetapi aku sedikit kecewa, menantuku tidak datang dengan alasan tak bisa meninggalkan warungnya. Karena Menantu tidak datang, otomatis cucu kamI juga tidak datang. Padahal ini hari bersejarah. Aku ingin berfoto seluruh keluarga. Akan tetapi menantu dan satu-satunya cucu tidak datang. Aku sudah coba hubungi menantu, akan tetapi jawaban dia adalah tidak bisa meninggalkan warungnya. Katanya jika ditinggalkan, terpaksa ditutup dan pelanggan akan lari. Sementara warung itu belum bisa diserahkan kepada karyawan. Resep

  • Jadul Tapi Mantul    Selamat Menempuh Hidup Baru, Butet

    Aku bangun pagi seiring azan subuh berkumandang dari mesjid desa. Lalu mandi dan pergi ke mesjid untuk salat subuh berjamaah, kami sekeluarga pergi ke mesjid. Cantik juga ikut, kami mau sekalian membicarakan proses akad nikah di masjid tersebut. Penghulunya juga masih Abang angkatku, yang dulu pernah jadi guru mengaji di rumah kami. Setelah membicarakan semua, kami pulang ke rumah. Mulai ada kesibukan di rumah. Para Bapak-bapak memasak rendang, para ibu-ibu memasak nasi. Jam delapan pagi sudah bisa makan. Satu kampung makan di rumah kami. Kebanyakan bawa baskom masing-masing. Ibunya Bang Sandi datang, begitu datang dia langsung salaman. "Kok lama kali datangnya?" tanya mamak."Itu tadi, Bu, ngantar Sandy mau pulang," jawab Ibu tersebut."Kok cepat kali dia pulang?" tanya mamak lagi."Katanya mau tugas,"Ternyata Bang Sandy memang di sini, ingin aku bertanya pada ibunya, akan tetapi aku tahan, tak ingin merusak suasana hati yang beberapa jam lagi akan menikah. Bang Sandy bohong soal

  • Jadul Tapi Mantul    Sedihnya Melepas Butet

    Pertanyaan Bang Sandy ini sepertinya tidak masuk akal, mengajak tinggal di Brunei, pekerjaan membobol bank. "Bagaimana, Tet, kita akan bahagia bersama," kaya Bang Sandy lagi."Hei, Bang Sandy, kamu masih waras gak? masa ajak aku jadi penjahat, kerja membobol bank, emangnya kamu pikir aku penjahat ya," kataku kemudian."Itu hanya perumpamaan, Tet, intinya aku bisa lebih baik dari si Cina itu," "Hei, Bang, kamu sudah rasis, gak boleh manggil orang dengan sukunya,""Bukan maksud rasis ya, Tet, hanya kesal, ayolah, Tet, kita akan hidup makmur di Brunei, Kamu tahu gak, pemerintah Brunei pernah mengajak aku pindah ke sana, sebagai tenaga ahli bidang IT," kata Bang Sandy lagi."Wah,""Iya, Butet, aku bisa lebih baik dari si sipit itu, percayalah," Lama-lama omongan Bang Sandy makin melantur saja, padahal biasanya dia orang yang santun, jarang bicara, ini sudah rasis segala. "Kok kamu jadi rasis sih, ini bukan Bang Sandy yang kukenal,""Cinta, Tet," Oh, seperti kata ayah, cinta bisa mem

  • Jadul Tapi Mantul    Gadis Mahal

    Sekitar jam 10.00 malam, Ayah akhirnya pulang ke rumah. Ini kesempatanku untuk bertanya apakah Ayah setuju. Bang Ucok, mamak dan bahkan Cantik tidak setuju aku pergi kuliah di Amerika. Tinggal Ayah yang belum kutanyakan."Papa, Kak Butet mau pergi ke Amerika," belum sempat aku bertanya Cantik sudah mengadu duluan. "Amerika," Ayah melihatku."Iya, jauhhh,""Hahaha," ayah malah tertawa, mungkin ayah mengira ini lelucon."Ayah, Cantik benar, aku mau pergi ke Amerika," kataku kemudian."Waw, mau ngapain?""Kuliah pascasarjana, Yah," "Jauh sekali ke Amerika?""Aku dapat beasiswa, Yah," Ayah' terdiam, dia melihat mamak, lalu kembali melihatku."Boleh, Yah?" tanyaku lagi."Kamu sudah dewasa, Butet sudah tahu mana yang baik dan mana yang buruk," kata Ayah."Ayah dukung apapun keputusanmu, tapi Ayah berikan sedikit gambaran, Amerika itu jauh, jika sekiranya ayah meninggal kamu gak akan bisa kejar, terus adikmu suka' kangen kakaknya, kamu satu bulan tidak pulang saja Cantik sudah sering be

  • Jadul Tapi Mantul    Amerika?

    Aku justru makin bingung, Ini kesempatan langka, beasiswa di Amerika. Akan tetapi aku dan Pak Johan sudah membuat semacam kesepakatan. Tiga tahun lagi kami akan menikah, itu 2 tahun yang lalu. Apakah kesepakatan itu sudah janji? "Bagaimana, Butet? kok malah bengong?" kata Pak Dosen."Saya berpikir dulu, Pak," jawabku akhirnya."Butet, ini kesempatan langka, Jangan disia-siakan, aku yakin kamu bisa berkarir di luar negeri," kata Pak Dosen."Cita-cita saya bukan seperti itu, Pak, cita-cita saya buka kantor pengacara publik, yang memberikan layanan hukum' gratis untuk masyarakat miskin," kataku kemudian."Jika memang itu cita-citamu, cocok juga, tapi ambil S-2 ini juga, paling dua tahun," kata Pak Dosen."Saya pikirkan dulu, Pak," kataku kemudian."Kupikir tadi kamu akan sujud sukur sambil menamgis karena dapat beasiswa penuh," kata seorang pengacara yang lain."Iya, gak nyangka kamu masih berpikir, padahal ini kesempatan emas, dari propinsi ini hanya dua orang, kamu salah' satunya," ka

  • Jadul Tapi Mantul    Butet Bingung

    Bertanya ke Bang Ucok ternyata jawabannya sangat logika, ini sesuatu yang berubah pada diri Bang Ucok. Setelah dia menikah bicaranya sekarang sudah banyak yang secara logika. Atau karena dia sekarang sudah sarjana psikologi. "Memangnya siapa yang orang Cina siapa yang orang Padang?" Tanya Bang Ucok lagi."Adalah,""Biar kutebak, kalau Cina itu yang pemilik hotel itu ya?" "Iya, Bang,""Yang orang Padang siapa?" "Coba tebak?" tanyaku kemudian.Heran juga Bang Ucok tidak ingat kepada Bang Sandy, Padahal kami dulu sering memecahkan kasus bersama. Bahkan kudengar Bang Sandi setelah jadi polisi pernah pergi ke tempat Bang Ucok. Kenapa dia tidak ingat?"Umar ya?" "Bukan?""Jadi siapa?""Ah, payah Bang Ucok."Aku memutuskan panggilan telepon karena Bang Ucok tidak ingat kepada Sandy. Aku makin bingung entah memilih siapa. Cari jawaban Bang Ucok juga mengambang, masalah umur dia pilih pada Sandy, di masalah profesi dia pilih Pak Johan. Sedangkan masalah suku dia tidak memberikan pilihan.

  • Jadul Tapi Mantul    Di Antara Dua Cinta

    PoV ButetSidang meja hijau berjalan lancar, cerita orang tentang seramnya sidang itu tak berlaku padaku. Bahkan dosen memujiku. Semua berjalan mulus, aku akan jadi wisudawan termuda di perguruan tinggi tersebut. Setelah selesai sidang, kegiatanku kini lebih lapang, aku bisa pulang ke desa setiap Minggu. Tinggal menunggu jadwal wisuda, tidak lama lagi aku akan jadi seorang sarjana hukum, seperti cita-citaku selama ini.Hari itu aku terkejut dengan kedatangan Pak Johan, dia datang bersama Ibunya ke tempat kos-ku. Ini tidak biasa, biarpun kami sudah berjanji akan menikah nanti, kami tidak pacaran, tidak bertemu rutin selayaknya pasangan kekasih."Ada apa ya, Pak?" tanyaku seraya mempersilahkan duduk.Ibunya Johan sudah jauh berubah penampilannya, dulu beliau selalu memakai pakaian ketat, kini beliau memakai pakaian Muslim, jilbabnya juga panjang."Butet, kamu datang mau menanyakan sesuatu," kata Ibunya Johan."Iya, Bu,""Jadi begini, kamu sebentar lagi kan akan diwisuda, jadi kamu akan

  • Jadul Tapi Mantul    Makin Tua Makin Tampan

    Keesokan harinya Pak Dullah datang lagi, kali ini dia minta Bang Parlin yang jadi saksi pernikahan anaknya dan Agus. Mereka gerak cepat, katanya akad nikah akan dilaksanakan jam sepuluh pagi. Nikah duluan dan suratnya diurus belakangan. Karena kebetulan Butet masih di rumah, aku ikut Bang Parlin ke rumah Pak Dullah. Agus sudah datang, anak Pak Dullah juga sudah didandani ala kadarnya. Petugas pencatat nikah yang juga guru di pesantren kami yang menikahkan. Acara berjalan lancar, diakhiri doa bersama yang dipinpin Bang Parlin. Lalu makan bersama.Agus lalu salim ke semua orang, saat salim ke Bang Parlin dia menangis. "Terimakasih kasih, Pak, aku ada permintaan satu lagi," kata Agus."Apa lagi, Gus?""Aku ingin pekerjaan tetap, Pak, aku sudah punya istri sekarang," katanya.Selama ini dia kami pekerjakan memang tidak tetap, hanya jika panen saja. "Baiklah, ngurusi sapi bisa?" tanya Bang Parlin."Bisa, Pak, bisa," jawabnya kemudian.Padahal mertuanya juga punya kebun sawit, biarpun ti

  • Jadul Tapi Mantul    Romeo dan Juliet

    Aku dan Bang Parlin langsung saja ke rumah Pak Dollah. Ketika kami tiba sudah ramai orang di situ. Kami segera masuk, di dalam rumah ada putrinya Pak Dollah dipegangi oleh dua orang. "Dia mau gantung diri, untung cepat' ketahuan," kata seorang ibu-ibu sambil menunjuk tali yang sudah terikat di kamar gadis tersebut."Mungkin sudah saatnya gunakan ilmu, Bang, luluhkan dia," kataku pada Bang Parlin. Yang sebenarnya adalah aku lelah, ingin istirahat selalu saja ada masalah. Mungkin jika Bang Parlin menggunakan ilmunya meluluhkan gadis itu, masalah akan selesai.Gadis itu terus meronta-ronta, dia dipegangi dua orang perempuan. Ayahnya tampak sudah gelisah. "Aku harus bagaimana lagi, Pak Kades?" kata Pak Dollah. "Bagaimana lagi mau kubilang, sudah ada penyelesaian mudah, nikahkan mereka, tapi bapak tidak mau, sekarang mau bagaimana lagi, satu di penjara, satu bunuh diri, begitu lah kisah cinta mereka," kata Bang Parlin."Aku lakukan ini demi anakku juga""Mirip Romeo dan Juliet, Agus j

DMCA.com Protection Status