Hampir malam saat mobil Gavin sampai di kotanya, mobil Alya sengaja disuruh membawa Donny untuk diletakkan di kantor langsung.
“Kamu mau aku antar ke rumah langsung atau ke rumahku dulu? Ada ibu di sana,” ucap Gavin memberi penawaran.
Alya terdiam kemudian menatap pria tampan bermata sipit di sebelahnya ini penuh kasih.
“Kalau ke apartemenku gimana, Mas?” jawab Alya kemudian.
Gavin menoleh sekilas ke arah Alya seraya mengernyitkan alis.
“Gak kejauhan berangkat ngantornya? Lagian aku gak bisa jemput besok,” cetus Gavin lagi.
“Gak papa, aku naik taxi online saja,” kata Alya kemudian.
Gavin hanya menganggukkan kepala sambil mulai memutar mobilnya mengarah ke apartemen Alya. Tak berapa lama mobil Gavin sudah berhenti di depan apartemen. Alya sudah membuka seat belt bersiap turun, begitu juga Gavin.
“Kok Mas ikut turun?” tanya Alya penasaran.
“Gak papa. Aku ant
Hampir tengah malam saat mobil Gavin tiba di rumahnya. Ia melirik ke sebelah dan mobil istrinya belum ada di sana. Yeni belum datang. Gavin menghela napas panjang kemudian turun dari mobil. Ia berjalan masuk menuju rumah dan melihat Bu Aminah duduk menunggu di ruang tamu.“Ibu belum tidur?” tanya Gavin begitu melihat ibu angkatnya sedang duduk menunggu.Bu Aminah menggeleng sambil tersenyum.“Belum. Ibu gak bisa tidur, Vin. Oh ya, apa adikmu juga sudah pulang?” kata Bu Aminah kemudian.Gavin hanya menganggukkan kepala menjawab pertanyaan Bu Aminah.“Kenapa tidak diajak ke sini tadi? Kamu gak bilang kalau ibu ada di sini, Vin?” lagi Bu Aminah berkata.“Sudah, Bu. Alya bilang lelah. Bahkan dia memilih pulang ke apartemennya. Kebetulan searah dengan kami saat pulang tadi,” jelas Gavin.Bu Aminah hanya manggut-manggut mendengarnya. Gavin sudah beranjak hendak masuk ke kamar, tetapi Bu Aminah
Gavin baru saja tiba di kantor, dia langsung duduk manis menghadap laptop dan menyalakannya. Bukan pekerjaan yang ia buka kali ini melainkan situs di laman pencarian tentang tata cara nikah siri. Gavin termenung sambil menatap layar laptop dan membaca satu persatu kalimat yang tertera di sana.Sebenarnya nikah siri sah di mata agama, caranya juga sama hanya mengucapkan akad nikah sudah merupakan tanda sah dan halalnya sebuah hubungan dua manusia lawan jenis. Hanya seiring berkembangnya zaman dan juga berdasarkan peraturan pemerintah yang ingin melindungi hak warganegaranya. Mereka mengharuskan menikah secara sah di KUA dan catatan sipil untuk mencatatkan pernikahannya tersebut. Jika suatu saat di kemudian hari terjadi hal yang tidak diinginkan dan menyebabkan perceraian, tidak ada yang merasa dirugikan.Gavin terdiam usai membaca laman pencarian tentang nikah siri itu. Matanya tak bisa teralihkan dari layar empat belas inci di depannya kini.“Masalahnya ap
Seharian ini Gavin sangat lelah dan ingin pulang lebih cepat. Ia sudah berkata ke Alya dan sepertinya Alya tidak keberatan mengizinkan kakak angkatnya itu pulang langsung ke rumah tanpa lebih dulu menghabiskan waktu dengannya.Pukul setengah enam sore, mobil Gavin sudah sampai di rumah dan dia melihat mobil Yeni belum ada di garasi itu tandanya istrinya belum juga pulang. Gavin keluar mobil dengan gontai kemudian langsung menuju kamar Putri, buah hatinya.“Pak, Bu Aminah tadi sudah pulang sebelum Bapak datang. Katanya ada perlu mau ke rumah saudara,” ucap bibi ART menyambut Gavin yang baru datang.Gavin menganggukkan kepala. Memang ibu angkatnya sudah bilang tadi pagi kalau hendak pulang sore hari. Gavin kini meneruskan langkahnya ke kamar Putri. Ia langsung tersenyum saat melihat buah hatinya itu sedang tertawa asyik bermain boneka.“Putri gak rewel, Mbak?” tanya Gavin ke babysitter.“Enggak, Pak. Seharian ini pinter
Gavin baru saja keluar dari kamar mandi dan berjalan dengan gontai menuju meja makan. Ada Alya yang sedang membuatkan telur mata sapi dan kopi untuknya. Gavin mendekat dan memeluk Alya dari belakang. Spontan Alya berjingkat mendapat perlakuan dari kakak angkatnya.“Kamu masak apa, Al?” lirih Gavin bertanya.Alya meringis sambil bergidik geli saat Gavin sudah mulai mengecup pipinya.“Eng ... aku hanya menemukan ini di kulkas, Mas. Kamu sudah lama tidak ke sini, ya?” jelas Alya sambil menunjukkan telur mata sapi dan beberapa sosis yang baru saja ia goreng.Gavin tersenyum dan kembali mengecup pipi Alya sekilas. Ia sudah mengurai pelukan dan beranjak ke kursi makan.“Gak papa, Al. Aku juga malas makan pagi ini,” jawab Gavin sambil menyesap kopi yang sudah dihidangkan Alya. Alya terdiam dan berjalan menghampiri sambil membawa sarapan ala kadarnya yang ia buat.“Mas Gavin kepikiran Yeni?” tebak Alya
“Telepon siapa, Al?” tanya Gavin yang tiba-tiba sudah berdiri di depannya. Alya hanya meringis sambil buru-buru memasukkan ponselnya ke dalam tas.“Eng ... telepon Rini mau bilang kalau hari ini aku ambil cuti sekalian ama ngizinin Mas Gavin. Takut dicariin anak-anak nanti,” jawab Alya sedikit berbohong.Dia memang tidak menelepon Rini tadi melainkan sebuah biro yang menyediakan jasa detektif sayangnya belum sempat terhubung Gavin sudah keburu datang. Gavin sudah duduk di depan Alya dan segera mencomot makanan serta minuman yang ada di atas meja mereka.“Eh, kabar Rendy gimana? Bisa gak tuh anak handle di sana. Kamu gak ingin tahu, Al,” ucap Gavin mengalihkan pembicaraan.Alya mendecak sambil menganggukkan kepala.“Nanti juga dia lapor kok, Mas. Aku minta dia laporan seminggu sekali kalau ada masalah, tapi aku rasa dia bisa menghandlenya. Buktinya saja semalam pulang kerja sudah meneleponku berjam-jam,&rdqu
“Dengan kantor detektif Santosa bersaudara?” tanya Alya mengawali panggilan teleponnya. Seusai menemani Gavin seharian di pantai, Alya kembali pulang. Begitu sampai rumah dia langsung masuk kamar dan melakukan panggilan ke kantor detektif swasta yang dilihatnya di laman pencarian tadi.“Saya ingin menyewa jasa Anda,” lanjut Alya bersuara. Kemudian ia terdiam seakan sedang mendengarkan penjelasan dari suara di seberang sana. Alya tampak manggut-manggut membenarkan ucapan detektif itu.“Ya, saya akan mengirim semua data orang yang harus Anda selidiki. Saya tidak mau hasil yang lama. Saya ingin secepatnya. Berapapun yang Anda minta akan saya bayar?” ucap Alya kemudian.Dia terdiam lagi sambil telinganya sibuk mendengarkan orang yang berbicara di seberang sana. Kemudian Alya tersenyum seakan baru mendengar kabar gembira untuknya.“Segera saya kirim foto dan informasi orang yang harus Anda selidiki setelah ini,”
Alya menutup pintu kamarnya dengan keras setengah membanting kemudian sudah menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Dia sangat kesal dengan ulah ibunya kali ini. Sudah berapa kali ibunya berniat menjodohkan dia dengan laki-laki yang tidak dia sukai. Sudah berapa kali juga Alya menolak.Alya menghela napas panjang sambil menatap langit-langit kamarnya. Ada bayang wajah Gavin di sana sedang tersenyum kepadanya. Alya tersenyum membalas dalam hayal.“Ya Tuhan ... andai saja kamu segera menikahiku, Mas. Aku yakin aku akan sedikit tenang,” gumam Alya.Ia ingin memejamkan mata kali ini, tetapi tetap saja matanya tidak mau terpejam. Akhirnya Alya meraih ponsel yang berada di nakas. Ia sudah melakukan panggilan ke seseorang namun, berulang kali ia melakukan panggilan tidak ada jawaban dari seberang sana. Alya mendengus kesal dan langsung meletakkan ponselnya kembali ke nakas. Ia memilih untuk memejamkan mata saja kali ini.Sementara itu Gavin sudah pulan
Keesokkan harinya sepulang kerja tanpa sepengetahuan Alya, Gavin mampir ke rumah Bu Aminah. Hari ini Alya tidak masuk kantor karena harus meninjau pembangunan sebuah proyek baru yang berada di luar kota. Seharusnya ia ingin bersama Gavin, tetapi ada Rini yang sudah menemaninya. Lagipula Alya tidak ingin semua karyawan di kantornya curiga tentang kebersamaannya dengan Gavin yang tak terpisahkan.Gavin sudah memarkir mobilnya di garasi dan beranjak turun lalu masuk ke dalam rumah. Ada Bu Aminah yang sudah menyambutnya dengan suka cita.“Kamu sudah makan, Vin?” sapa Bu Aminah begitu Gavin masuk rumah.“Belum, Bu. Tadi dari kantor langsung ke sini,” jawab Gavin.“Kalau gitu, kita ngobrol sambil makan, ya? Ibu masak kesenanganmu, rendang daging,” ucap Bu Aminah sambil menuntun Gavin masuk menuju ruang makan. Gavin menurut dan sudah berjalan beriringan dengan Bu Aminah menuju ruang makan.Gavin sudah duduk di kursi mak