TAJAMNYA LIDAH MERTUA"Itu, eh anu...em," kata Dinda bingung menjelaskan semua yang terjadi pada orang tuanya.Bagaimana tidak bingung dia harus mengatakan apa pada orang tuanya. Untuk berkata jujur Dinda masih takut kedua orang tuanya akan marah, tapi tak mungkin dia terus-terusan berbohong."Apa ini semua ada sangkut pautnya dengan Bu Nafis?" papa Dinda."Bukan Pa," jawab Dinda."Lalu?" tanya papa Dinda penasaran.Dinda menghela nafas panjang. Dia menimbang- nimbang tentang bagaimana menjelaskan pada orang tuanya. Akhirnya Dinda memilih untuk jujur kepada orang tuanya."Ini justru ada sangkut pautnya dengan bepergian Ifah, Pah," jawab Dinda."Ceritakanlah, Nduk! Biar kami tahu," perintah papa Dinda. "Papa, masih ingat kan sewaktu Dinda bercerita bahwa Ifah kabur dari rumah?" tanya Dinda.Papa Dinda hanya mengangguk. Baru saja tadi pagi mereka mengobrolkannya lewat telpon."Nah, ternyata itu Ifah kabur ke rumah teman Mas Andri seperti yang Dinda bilang di telpon tadi namanya adalah
MERTUAKu TAK PANDANG BULU!"Bu..." tegur Zain lirih."Hentikan, Bu! Tidak seharusnya Bu Nafis membahas ini di hadapan putri kami! Lihatlah putri kami terbari lemah, dia juga masih dalam keadaan berduka, dia hampir kehilangan anaknya! Apakah Ibu sebagai Besan tidak peduli sedikitpun terhadap perasaan putri kami?" tanya papa Dinda dengan emosi.Baru kali ini dia melihat ibu Hasan menyalahkan Dinda dengan lantang di hadapan orang tuanya sendiri. Bagaimana kalau di belakang mereka."Eh, itu begini Besan! Saya kan hanya berusaha mengatakan apa yang sebenarnya terjadi saja to, agar Besan tak salah paham pada keluarga Madiun nanti," ujar bu Nafis sambil tergagap."Saya tak akan salah paham jika njenengan (kamu) itu diam saja! Dan tak banyak bicara! Justru dengan njenengan banyak bicara seperti ini, saya malah curiga apa yang sebenarnya kalian lakukan pada keluarga putri kami?" tanya papa Dinda.Lo...lo...lo kok bisa malah seperti itu! Ya saya sebagai ibu mertua itu selalu bersikap baik lho B
DOKTER MAYA"Rencana Dinda untuk sementara akan tetap tinggal di rumah Mas Hasan Pah," jawab Dinda."Ini merupakan langkah terbaik saat ini, sambil melihat prospek ke depannya lagi jika nanti sikap keluarganya sudah tak bisa Dinda tolerir lagi, maka Dinda akan menyuruh Mas Hasan memilih untuk ikut ke Kediri saja. Tapi jika Mas Hasan masih bisa di perbaiki maka Dinda putuskan untuk tetap ikut di sini. Bagaimanapun juga kasihan jika Ibu Nafs di tinggalkan sendiri," jelas Dinda."Terserahmu saja, Nduk! Namanya seorang Istri harus ikut Suaminya! Papa rasa juga tak ada salahnya kau mengetes Hasan dulu karena perusahaan ini bukan tempat bermain-main," sahut papa Dinda."Papa tak ingin ketika Hasan tahu siapa keluarga kita Ibunya malah memanfaatkan dengan bersombong- sombong bahkan menghambur- hamburkan uang Hasan nantinya! Kebanyakan yang terjadi di masyarakat seperti! Kere munggah bale, orang miskin yang mendadak kaya itu lebih bahaya. Jadi kayak numpang hidup dengan anaknya, Papa sangat t
MULAI DARI HAMIL KOSONG SAMPAI HIPERTENSI KEHAMILAN!"Hamil anembrionik itu adalah kondisi yang terjadi ketika embrio tidak pernah berkembang, atau berhenti berkembang. Kondisi ini biasanya terlihat pada minggu pertama kehamilan selama USG," jelas dokter Maya."Apalagi dengan keadaan Ibu Dinda yang menderita darah tinggi, apakah Ibu Dinda memiliki riwayat hipertensi sebelum kehamilan?" tanya dokter Maya."Tidak Dok! Malah cenderung darah rendah," jawab Dinda."Saat ini tekanan tensi Ibu Dinda seratus empat lima perseratus dua puluh. Ini sudah masuk ke dalam hipertensi pada ibu hamil yang harus di waspadai!" jelas dokter Maya."Tekanan darah normal ibu hamil adalah seratus dua puluh per delapan puluh mmHg. Ibu di katakan mengalami hipertensi jika angka tekanan darahnya mencapai seratus empat puluh persembilan puluh mmHg. Gejala hipertensi saat hamil biasanya menyebabkan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau pandangan kabur, nyeri perut, sesak napas, serta pembengkakan pada tangan dan
SOTOY-NYA BU NAFISPART 1PERKARA PESION"APA??????????" teriak Hasan menganga tak percaya melihat sesuatu di depannya.Hasan tercengang melihat siapa yang turun dari dalam mobil itu. Dia melihat papa Dinda turun dari mobil itu dengan santainya. Hasan sampai mengucek matanya berkali-kali karena tak percaya melihat apa yang ada di depannya. Tak lama kemudian Dinda dan mamanya masuk ke dalam mobil itu meninggalkan Hasannya masih tak percaya dan terganga.'Tin' bunyi klakson mobil di belakangnya mengagetkan Hasan. Hasan segera melajukan mobilnya mengiringi Lexus hitam papa Dinda yang sudah melaju di depannya."Sungguh ini tidak bisa di percaya! Siapa Dinda sebenarnya?" kata Hasan sambil memijat pelipis keningnya yang mendadak sakit.Mobil papa Dinda melaju sampai ke rumah bu Nafis."Kok ramai sekali ada apa di rumah mertuamu Din?" tanya papa Dinda heran melihat sandal-sandal yang berserakan di undakan rumah.Dinda melongok ke luar jendela."Alah! Alamt ini, keduluan Pah, sama geng sosial
SOTOY-NYA BU NAFISPART 2PERKARA MOBIL RENTALAN HARGA MAHAL"Eh itu, Ifah anu biasalah anak muda," jawab bu Nafis"Anak muda? Kenapa?" tanya bu Damar"Sudah sudah! Sana masuk kamar, Din!" perintah bu Nafis.Dinda lekas mengajak mamanya masuk ke dalam kamar."Sudah Mah, ayo kita masuk ke dalam kamar saja," ajak Dinda."Mama masih heran dengan kelakuan mertuamu! Din kok bisa kamu dapat mertua seperti itu? Perasaan Mama tak pernah memiliki salah dengan siapapun, kok karmanya ke kamu," omel Mama.Tak lama Hasan datang menyusul ke kamarnya."Mah, maaf ya ternyata banyak teman Ibu sudah datang semua, jadi tidak bisa di ruang tamu," kata Hasan."Mama pusing San lama-lama di sini! Mama mau pulang saja, di mana tadi Papa?" tanya Mama Dinda pada Hasan."Mama kok cepet-cepet sih?" tanya Dinda."Mama ndak betah lama- lama ada di sini, bikin Mama emosi jadi darah tinggi, Din!" sahut mama Dinda.Hasan menatap Dinda meminta penjelasan. Dinda mengedipkan matanya memberi kode untuk menanyakan nanti s
SOTOY-NYA BU NAFISPART 3ES BUAT BAYI BESAR"I...Itu..." jawab Dinda tergagap."Kenapa kau menjadi tergagap Dek?" tanya Hasan."Bukan begitu, Mas! Bagaimana ya cara menjelaskannya padamu," keluh Dinda."Kenapa? Bukankah bisa di jelaskan dengan cara biasa?" tanya Hasan."Bukan begitu Mas, baiklah! Petama semenjak tiga bulan menjadi isrimu bukankah aku jarang pulang ke Kediri? Bahkan aku belum pulang sama sekali, Mas!" ucap Dinda."Yang ke dua perkara air zam- zam, apa yang salah?" tanya Dinda heran."Benar kau jarang pulang ke Kediri tapi untuk masalah mobil itu bukankah harusnya kau tahu?" tanya balik Hasan dengan heran."Loh, Mas ini aneh! Mengapa aku harus tahu?""Itukan mobil orang tuamu," ucap Hasan."Ya katakanlah mobil ke dua orangtuaku, lantas apa hubungannya denganku Mas?" tanya Dinda."Apa Mas pikir aku harus tahu semua harta orangtuaku? Atau setiap orangtuaku membeli barang harus izin padaku?" tanya Dinda."Bukan begitu! Maksudnya jika kau tau Papa dan Mamamu memiliki mobil
WANITA HARUS MELAHIRKAN NORMAL"Mas, normal atau secar itu sama saja! Yang penting Ibu dan anak sehat," jawab Dinda."Beda, kau mau membantah suami?" tanya Hasan."Apa bedanya Mas? Semua sama- sama jadi Ibu!" sanggah Dinda."Jika lahiran secar akan menyusahkanmu sendiri! Kau tak tahu itu, Dek? Perutmu akan di belah, pemulihannya lama dan lagi akan sangat merepotkan jika harus mengurusimu," kata Rio."Tapi kan sekarang ada proses lahiran secar yang tak sakit, Mas! Namanya metode ERACS! Itu aman untuk Ibu hamil," protes Dinda."Apakah bisa di bayar dengan BPJS?" tanya Hasan."Bisa, paling hanya nambah sepuluh juta," jawab Dinda."Hahahah! Hanya? 10 juta itu nominal uang yang sangat banyak Adinda Salsabila!" ejek Hasan."Apakah Mas tak mau membiayainya?" tanya Dinda."Bukan aku tak mau, tapi aku tak mampu! Sadar diri dong Dinda, suamimu hanya karyawan rendahan! Mana ada uang segitu?" tanya Hasan."Tapi harusnya Mas rela mencarikan uang itu, sebagai wujud tanggung jawab Mas sebagai suami