Beranda / Pernikahan / Jadi Miskin Di Hadapan Mertua / BEBEK GORENG DI PINGGIR JALAN!

Share

BEBEK GORENG DI PINGGIR JALAN!

Penulis: Secilia Abigail Hariono
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

BEBEK GORENG DI PINGGIR JALAN!

Dinda menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia yakin sepertinya memang melihat bayangan sosok lelaki menyusup ke sana.

"Apa itu ada kaitannya dengan jendela Ifah, ya? Apa itu ada kaitanya dengan kondom ya?" batin Ifah.

"Astagfirullah," Dinda berusaha menepis semua pikiran buruk yang di milikinya.

Lalu dia segera naik ke atas motor berbonceng dengan Hasan. Dia memeluk suaminya, hal romantis yang tak pernah bisa di lakukan jika naik mobil bersama. Menikmati semilir angin malam yang menerpa badan mereka.

"Dek, apa kau mencintaiku?" tanya Hasan sambil membuka helmnya.

"Jujur saja, Mas! Selama ini aku belum seratus persen mencintaimu, Mas! Menurutku itu wajar saja, mengingat kita ta'aruf di perkenalan, dan pacaran setelah menikah!" kata Dinda.

"Tapi rasa sayang itu sudah mulai ada, aku tak ingin munafik tapi memang begitulah kenyataannya. Rasa takut kehilanganmu, itu mulai muncul, Mas!" sambung Dinda.

"Aku akan buatmu mencintaiku, Dek! Aku akan membuatmu yak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   PELACUR BERJILABAB?

    PELACUR BERJILBAB?"Iya, Mas! Aku bisa memaafkan semua kesalahanmu, apapun itu! Asal kau tak menduakan aku, aku bisa memaafkan semua kesalahan Ibumu dan menerima semua perlakuan beliau dan terus tetap bertahan mendampingimu walaupun Ibumu memaksamu menikah lagi, asal Mas Hasan tetap aja berpegang teguh satu istri dan tak menduakan aku, hanya itu saja syaratnya!" jelas Dinda."Kenapa begitu?" tanya Hasan."Karena jika kau memilih wanita lain dan membuka hatimu untuknya itu kan artinya sama saja kau mengusir ku secara halus Mas, kau menyisihkan aku dari hatimu! Dan akan ada cinta yang di bagi nantinya, aku tak mau itu," jawab Dinda."Itu artinya kau tak suka poligami, Dek? padahal itu boleh loh dalam ajaran Islam," goda Hasan."Loh siapa yang menyangkal poligami? Wong aku ya tau kok kalau poligami itu di perbolhkan dalam islam, memang benar! Aku juga tak pernah bilang bahwa mengharamkan poligami! Tapi ingat, poligami itu tidak berlaku pada suamiku, biar berlaku saja pada orang lain!" j

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   SIAPA ITU?

    SIAPA ITU?[Jangan biarkan keluargamu menjadi pelacur berjilbab]"Astaghfirullahaladzim," kata Hasan"Ada apa Mas?" tanya Dinda bingung."Lihatlah, Dek!" perintah Hasan."Lailahaillallah! Siapa Mas yang mengirimkan pesan seperti itu?" tanya Dinda."Entahlah! Ini Mas langsung nelpon nomornya juga karena nomer tak di kenal," kata Hasan.'Nomor yang anda tuju sedang berada di panggilan lain silakan coba beberapa saat lagi''Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif dan sedang berada di luar jangkauan'"Sepertinya itu nomor sekali pakai, Mas," ujar Dinda."Siapa ya Dek yang di maksud SMS ini?" tanya Hasan."Mas jangan- jangan dia adalah istri sah dari Mas Arif, yang sudah berpisah dulu! Eh gimana ya nyebutnya berarti mantan istri," ujar jawab Dinda."Kenapa kau bisa menduga seperti itu, Dek? Kenapa kau curiga pada mantan istri si bangsat itu?" tanya Hasan."Bukannya apa -apa Mas, seingat Dinda dulu Mbak Alif pernah cerita, bahwa mantan istrinya Mas Arif itu adalah teman Mbak Alif juga! Namu

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   TAPI BUKAN AKU, MAS!

    TAPI BUKAN AKU, MASMereka masuk kamar. Hasan masuk kamar mandi dulu, sedangkan Dinda memilih berganti baju. 'srek' srek' Dinda mendengar suara dari samping kamarnya. Dia terdiam merasakan suara itu lagi. Benar ada suara langkah kaki di samping gang kamar Dinda yang berbatasan langsung dengan kebun blakang. Segera Dinda membuka jendelanya."SIAPA ITU?" teriak Dinda.Dinda melihat sekelebat bayangan mencolot di atas pagar sekat pembatas rumah dan kebunnya. Pagar itu memang tak terlalu tinggi jadi bisa di loncati orang. Tapi orang itu juga harus memiliki keahlian bukan orang sembarangan."Ada apa, Dek?" teriak Hasan langsung membuka pintu kamar mandi.HAsan kaget mendengar istrinya berteriak. Dia was- was takut terjadi apa- apa. Mengingat Dinda juga sedang hamil muda."Mas! Aku melihat sekelebat bayangan, Mas! Di sana, bayangan itu melompati pagar," kata Dinda sambil menunjuk arah pembatas kebun.Hasan langsung keluar rumah dengan membawa hp-nya. Hasan mencolot jendela. Dia menyenteri s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   DASTER SEKSI IBU NAFIS!

    DASTER SEKSI IBU NAFIS!"Lalu siapa? Mana ada maling ngaku! Penjara penuh! Oh ya lupa kau sombong kan sekarang pacar polisi jadi mau berlaku semaumu, iya?" ejek Hasan."Tapi Mas, Ifah benar- benar tak tahu siapa itu, Wallaohi!" teriak Ifah tak mau kalah."Ya benar, pastilah kau tak tahu! Mas Hasan pun juga tak tahu siapa yang mengirim pesan itu, tapi ada orang yang mengirim pesan seperti ini! Berarti ini ada sangkutannya denganmu, sekarang Mas tanya, apakah kamu masih berhubungan dengan Arif bangsat itu?" tanya Hasan.Ifah terdiam beberapa saat. Dia sekarang bingung harus bagaimana, ingin jujur tetapi takut Hasan marah. Tapi dia juga tak ingin berbohong pada kakaknya. Saat bimbanhg seperti itu, akhirnya Dinda mengelus tangan Ifah."Jujurlah, nanti Mbak Dinda akan membelamu," bisik Dinda lirih."I- iya Mas! Ifah masih berhubungan dengan Mas Ari," jawab Ifah jujur."Astagfirullah! Mengapa sih Ifah kok kamu masih berhubungan dengannya! Bukankah Mas Hasan sudah mengingatkan jauh- jauh har

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   CUPANG ATAU TOMCAT?

    CUPANG ATAU TOMCAT?Bu Nafis keluar dari kamar. Mendengar suara ribut dari ruang makan. Dia keluar tanpa menggunakan jilbab. Mengenakan daster yang cukup seksi menurut Dinda. Apalagi bu Nafis sepertinya juga berdandan."Kenapa sih ini ribut- ribut?" tanya bu Nafis."Tumben sekali Ibu berpakaian seperti itu, mengapa ibu berdandan? Apakah selama ini aku salah duga?" batin Dinda."Ada yang SMS masuk ke Hasan, Bu! Dan ucapannya tak enak," sahut Hasan."SMS apa?" tanya bu Nafis."Dia berkata kalau di rumah ini ada pelacur jilbab! Itulah sebabnya Hasan mencurigai Ifah yang di maksud oleh orang itu, siapa lagi bu kalau bukan Ifah? Yang memakai jilbab di rumah ini?" tanya Hasan."Astagfirullah! Apakah benar? Sudah... sudah! Mungkin itu hanya salah paham saja, sudah tak usah di perpanjang lagi, tak usah di ambil pusing! Mungkin itu tadi hanya sekedar orang iseng atau orang yang tak suka dengan keluarga kita, dia ingin memfitnah dan menghancurkan keluarga kita," ujar bu Nafis."Wow! Bijak sekal

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   KUNCI BAHAGIA DALAM RUMAH TANGGA!

    KUNCI BAHAGIA RUMAH TANGGA."Apa iya mertuaku masih bernafsu? Wahhh Ibu memang ajaib kalau memang iya dia pelakunya," gumam Dinda sendiri."Kenapa Ibu, Dek?" tanya Hasan yang tiba- tiba masuk ke dalam kamar."Hah?" tanya Dinda."Kenapa kau sebut Ibu sambil tertawa?' tanya Hasan."Ohhh itu.... anu karena Ibu mendadak memakai daster seksi Mas, ya itu! Makanya Dinda tertawa geli! Masa umur Ibu masih bisa puber ke dua," kata Dinda mencari alasan."Oh," jawab Hasan simpel sambil berjalan ke kamar mandi di dalam kamar mereka.Dinda berbaring di ranjang, ritual mereka sebelum tidur adalah pillow talk bersama. Seorang psikologis pernah berkata jika tidur bersama pasangan dan mengobrol sebelumnya dapat menyatukan rasa. Saling memahami dan memperkuat hubungan suami istri."Dek?" panggil Hasan."kenapa Mas?" tanya Dinda."Maaf ya, sudah kaget! Ini pertama kalinya Mas sangat emosi sampai mengatakan seperti itu pada Ifah," ujar Hasan menyesali sikapnya tadi."Minta maaflah pada Ifah, Mas! Bukan pa

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MENJADI KONSELOR ABG LABIL!

    MENJADI KONSELOR ABG LABIL!"Itu karena Istri Mas Arif belum tahu hubungan Ifah dan Mas Arif, Mbak! Lucu rasanya jika tiba- tiba tahu, Mbak! Itu satu," kata Ifah."Ke dua, rasanya Ifah ragu jika istrinya tahu keluarga ini! Gimana ya Mbak rasanya masih musahil!" jawab ifah."Lalu siapa, Fah? Di rumah ini hanya dua orang yang berjilbab, hanya kamu dan Ibu," jelas Dinda."Aku tak ingin menuduh Mbak, tapi memang aku memilikI ke curigaan ke arah sana," ujar Ifah lirih."Mengapa kau memiliki kecurigaan ke arah sana, Fah? Beliau kan Ibu kandungmu sendiri?" tanya Dinda heran.Bagaimana mungkin seorang anak justru mencurigai ibu kandungnya sendiri, jika memiliki hubungan dengan lelaki lain. Mengingat dulu Abah adalah orang yang di segani karena sangat alim di gang rumahnya. Dia kira ibu mertuanya seperti itu, tapi ternyata tidak. Mengingat betapa kejamnya mulut Bu Nafis juga menghina Dinda dan menghina anak-anaknya tanpa pandang bulu."Tak ada alasan khusus, Mbak! Mungkin insting anak! Entah m

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   BELANTIK SAPI ITU IMAM NAMANYA!

    BELANTIK SAPI ITU IMAM NAMANYA!"Mbak Dinda sudah tau mantan istrinya?" tanya Ifah."Belum sih, Fah!" jawab Dinda."Lalu Mbak Dinda tahu dari mana?" tanya Ifah lagi."Em setahu Mbak Dinda dia agak freak! Kan Istri Mas Aris dulu temannya Mbak Alif, Fah! Pas di rumah sakit itu, Mbak Alif pernah membahas sedikit cerita tentang mantan istri Mas Arif, Mbak rasa itu wajar sih, Fah! Namanya wanita kan mengedepankan perasaan dari pada logika, kadang masih sering tak terima dengan hubungan mantan dan selalu ingin tahu, kepo begitu," jawab Dinda.Ifah menghela nafas dalam. Berat rasanya sekarang menjadi dia. Ini kali pertama ia dekat dengan lelaki. Tapi justru yang membuatnya nyaman justru duda punya mantan istri. Kini dia tak tahu lagi siapa keluarganya yang mau mendukung hubungannya dengan Mas Arif kecuali Ibunya yang mau mendukung karena Mas Arif PNS dan sering memberinya uang. Andaikata Mas ARif lelaki miskin tentu saja mungkin nasibnya akan sama dengan kakak iparnya yang lain. Menjadi mis

Bab terbaru

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ENDING YANG BAHAGIA!

    ENDING YANG BAHAGIA!"Ya Allah apapun yang terjadi aku ikhlas, akan semua keputusanmu. Berikan yang terbaik," kata Dinda dalam hati.Tanpa membuang waktu lagi dia mengetes dan hasilnya adalah garis dua. Dinda langsung memekik, memakai bajunya dengan baik dan keluar dari kamar mandi. DIa langsung bersujud saat itu juga, dia merasa senang sekali."Ya Allah ternyata kau adalah sebaik-baiknya pengatur! Di saat semuanya sudah damai saat seperti ini kau memberikanku kepercayaan lagi dan di saat ini pula itu bersama pak Hendi akan segera umroh. Alhamdulillah! Alhamdulillah ya Allah," pekik Dinda tertahan dalam isak tangisnya.Dia pun segera menelpon kedua orang tuanya. Dia ingin membagi kabar kebahagiaan itu pertama kali dengan kedua orang tuanya. Untung tak lama telpon itu diangkat."Assalamualaikum, Papa!" sapa Dinda."Waalaikumsalam, Nduk," jawab Pak Bukhori."Papa, sedang sibukkah?" tanya Dinda."Kenapa kok sepertinya kau terdengar sangat gembira sekali. Ada berita membahagiakankah?" s

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Hamil?

    HAMIL?"Ya, lama-kelamaan aku juga ikhlas. Aku selalu berpikir positif dan mengambil hikmahnya. Bayangkan saja betapa akan mengasyikkan nanti hidup kita berdua setelah menjadi saudara tiri dan kau serta aku bisa berbaikan. Ini akan sangat menguntungkan sekali bagi kita, karena kita bisa menginap di rumah masing-masing sesuka hati lagi. Ide bagus kan?" bujuk Ifah.Dinda salut sekali pada adik iparnya itu, Ifah nampak sekali mencoba untuk lebih bijak dan dewasa. Hal itu membuat Dinda dan Hasan tersenyum."Nah kau dengar sendiri kan, Nduk? Ifah saja sudah bisa berdamai dengan keadaan, kau sampai kapan mau begini terus? Percayalah Ibumu juga ingin melihat Papa bahagia dan mungkin saat ini Papa bisa bahagia jika bersama Bu Nafis. Bukannya sebagai Bapak egois tetapi Papa membutuhkan teman saat tua. Kau juga akan memiliki kehidupan sendiri nantinya. Lalu bagaimana kalau kita tua? Papa juga membutuhkan sosok bu Nafis sebagai ibu pengganti kalian," terang Pak Hendi."Jadi tolong terimalah," l

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   AWAL BARU KEBAHAGIAAN

    AWAL BARU KEBAHAGIAAN"Benarkah , Pak? Sungguh rasanya ini masih seperti mimpi, Mas. Alhamdulillah ya Allah," kata Bu Nafis langsung luruh di lantai.Da bersujud syukur, tak pernah terbayangkan di dunia bisa menginjak tanah suci bersama suami barunya itu. Dia sekarang benar-benar merasa sangat dicintai dan sangat bahagia meskipun pernikahannya dengan Abah dulu cukup bahagia namun dia tidak pernah mencintai Abah sepenuhnya. Beda halnya dengan Pak Hendi, dia benar-benar mencintai lelaki itu. Pak Hendi pun membiarkan sang istri menikmati sujud syukurnya, setelah selesai dia merengkuh sang istri. "Semua telah berlalu, semua telah usai. Buang semua traumamu, buang semua marahmu terhadap anak-anakmu, terhadap menantumu. Hubungan semua yang buruk-buruk lupakan, kita mulai semuanya baru. Kita akan pergi umroh bersama, kita berpamitan kepada anak-anak ya," pinta Pak Hendi.Bu Nafis memeluk Pak Hendi dan menangis sesegukan. Dia benar-benar tak kuasa menahan tangisnya.

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   HADIAH DARI SUAMI BARU

    HADIAH DARI SUAMI BARU"Bu? Apa Ibu tidak berjualan lagi?" tanya Dinda saat dia melihat dapur yang masih bersih."Tidak, Pak Hendi melarangku untuk jualan," jawab Bu Nafis.Mertuanya itu masih meminum kopinya di meja makan, sedangkan Pak Hendi entah kemana.Pamit pulang ke rumahnya. Dinda menggeret kursinya. "Maafkan Dinda ya, Bu. Selama ini Dinda yang egois, Dinda yang banyak salahnya sebagai menantu," kata Dinda."Maafkan Ibu juga," ucap Bu Nafis lirih. Terlihat dari wajahnya sepertinya dia juga menyesal. "Terkadang sebagai seorang ibu aku merasa belum rela jika anak lelakiku mencintai wanita lain bahkan terkadang aku merasa iri. Bagaimana bisa anakku memperlakukanmu begitu istimewa sedangkan akulah yang melahirkannya, akulah yang menyusuinya, akulah yang selalu membersamainya sampai dia besar. Ketika dia sudah besar aku harus melepaskannya, rasanya aku masih belum ikhlas. Aku tahu ini salah, tetapi itulah yang aku rasakan sekarang," kata Bu Nafis menghela napasnya panjang."Bu...

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA

    ORANG TUA PASTI INGIN YANG TERBAIK UNTUK ANAKNYA"Hahaha lalu kau percaya begitu saja?" tanya pak Hendi. Hasan pun mengangguk dengan polosnya. Membuat Dinda dan Pak Hendi gemas sendiri namun merasa lucu dengan tingkah Hasan."Mana ada online sembako yang bisa menggaji karyawannya sebanyak itu? Bahkan bisa untuk mencukupi dan menambal semua kekurangan kebutuhan keluarga kalian. Apakah kau pernah membelikan bensin kendaraanmu itu, San?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Lalu biaya servis? Siapa yang menanggungnya?" selidiknya."Dinda, Pak," jawab Hasan lemah."Lalu untuk kekurangan-kekurangan kebutuhan harian kalian? Bahkan untuk makan sehari-hari, biasanya siapa yang mennambal sulam?" cerca Pak Hendi."Dinda," sahut Hasan."Lalu, apakah selama ini Dinda pernah menuntutmu atau keluarga Dinda pernah menuntutmu dengan semuanya berkaitan dnegan nafkah atau uang?" tanya pak Hendi. Hasan pun menggelengkan kepalanya."Menurutmu kenapa mereka tidak menuntutmu? Bukankah itu a

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS

    MELEPAS MESKIPUN BELUM IKHLAS"Terima kasih karena Ibu sudah bicara seperti itu kepada Dinda. Sungguh Hasan tak mengira itu. Ibu bisa meminta maaf kepada Dinda dengan tulus. Hari ini rasanya adalah hari yang paling membahagiakan untuk Hasan," kata Hasan. Bu Nafis hanya tersenyum kecut mendengar semua ucapan Dinda dan diam. Begitupun dengan pak Hendi, lelaki itu lebih senang memperhatikan mereka. Ada bahagia yang tak bisa dilukiskan dengan kata-kata melihat keluarga barunya ini sedang mencoba memperbaiki semuanya."Kau ke sini tulus kan Nafis?" tanya pak Hendi."Iya," jawab Bu Nafis. "Nafis, ingatlah. Selama ini banyak hal dan kebaikan yang diperbuat Dinda untuk keluargamu. Jadi sekarang tak ada salahnya jika kau ganti membahagiakan Dinda. Toh Dinda tak pernah meminta banyak padamu kan? Dia tak minta hartamu, dia juga tak meminta kau menjadi ini dan itu. Dia hanya ingin mencoba membina keluarga sendiri dengan Hasan putramu, tak ada yang salah sebenarnya" ucap Pak Hendi."Nah memisah

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!

    RESTU ORANG TUA SANGAT PENTING BAGI ANAK MANTUNYA!"Pak, Bu," panggil Dinda lirih. Hasan tersedak."Uhukkk," Hasan langsung terbatuk."Kenapa to, San? Kok sampai tersedak begitu? Mbok ya kalau makan itu hati-hati. Tak akan ada yang meminta makananmu," tegur Bu Nafis dengan sigap mengulurkan air minum dalam gelas.Hasan dengan segera meminumnya, Dinda yang melihat itu hanya menghela nafasnya panjang. Lagi dia merasa, bahwa dia lah yang harus bersikap tegas sekarang. Kalau saja dia tak tegas maka yang rugi akan dirinya sendiri."Ada apa?" tanya pak Hendi."Begini, Pak. Maaf sebelumnya jika pagi-pagi Dinda langsung membahas pembahasan berat seperti ini. Tapi Dida tak dapat menahannya lagi. Karena sepertinya suami Dnda ini tidak sanggup mengatakannya," ucap Dinda. Hasan hanya mampu menundukkan kepalanya."Katakanlah, Nduk," perintah Pak Hendi."Dulu kan Mas Hasan pernah berjanji kepada Dinda untuk membawa Dinda mengekost dan membina hubungan rumah tangga sendiri tanpa ikut campur tangan

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   Izin Pergi Dari Rumah

    IZIN PERGI DARI RUMAH"Kau sudah berkemas, Dek? Pagi sekali. Bukankah kita bisa pindahan nanti saja saat aku pulang bekerja?" tanya Hasan."Tentu saja, Mas. Kita bisa kok pindahan nanti dan aku juga tidak menuntut untuk pindahan sekarang juga," kata Dinda menyahut."Lalu kenapa kau sudah bersiap dan berkemas seperti itu? Toh pindahnya kan masih nanti," ucap Hasan."Tak apa-apa, Mas. Aku hanya sedang senang saja, kita akhirnya bisa pindah. Aku tak ingin kau berubah pikiran, maka dari itu aku sudah menyiapkan semuanya. Kita tinggal berangkat nanti setelah kau pulang dari bekerja," teramg Dinda. Hasan menghela napasnya panjang. "Tapi aku belum berpamitan dengan ibu atau Pak Hendi Dek. Nanti kita pahami dulu ya," minta Hasan."Iya, Mas," sahut Dinda tanpa keberatan sedikitpun."Apa Kita tak bisa sedikit lebih lama lagi di sini, Dek?" gumam Hasan lirih namun masih bisa terdengar oleh Dinda."Tidak, Mas. Seperti janjimu dulu. Aku hanya menuntut apa saja yang sudah kau katakan padaku di dep

  • Jadi Miskin Di Hadapan Mertua   MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?

    MINTA MAAF SEBAGAI ORANG TUA?"Selama ini aku salah Pak," gumam Bu Nafis."Nafis, kau itu harus menyadarinya kalau kau yang salah saat ini. Jangan semua kau nilai dari keuangannya saja, kau ini terbiasa menilai semua dari uang dan harta. Kita tidak tahu orang itu sebenarnya kaya atau tidakk. Karena apa? Banyak orang yang berpura-pura kaya namun tak sedikit orang juga yang masih berpura-pura miskin agar tak terlihat kaya dan banyak di hutangi orang," jawab Pak Hendi."Kita tidak dapat menilai semua hanya dari harta, tapi lihatlah. Coba kau ingat lagi, kebaikan apa yang sudah Dinda buat selama ini untukmu? Apa yang dilakukan untuk keluargamu juga? Kau bahkan juga menggadaikan mobil miliknya padaku. Apakah itu benar? Dinda masih legowo juga lo. Nah, coba kau renungi semua. Itu yang penting," tegur Pak Hendi."Lalu aku harus bagaimana, Pak?" tanya Bu Nafis. "Jika aku menjadi dirimu maka aku akan minta maaf. Jadi saranku mending sekarang kau minta maaflah kepada Dinda," jawab Pak Hendi."

DMCA.com Protection Status