PELACUR BERJILBAB?"Iya, Mas! Aku bisa memaafkan semua kesalahanmu, apapun itu! Asal kau tak menduakan aku, aku bisa memaafkan semua kesalahan Ibumu dan menerima semua perlakuan beliau dan terus tetap bertahan mendampingimu walaupun Ibumu memaksamu menikah lagi, asal Mas Hasan tetap aja berpegang teguh satu istri dan tak menduakan aku, hanya itu saja syaratnya!" jelas Dinda."Kenapa begitu?" tanya Hasan."Karena jika kau memilih wanita lain dan membuka hatimu untuknya itu kan artinya sama saja kau mengusir ku secara halus Mas, kau menyisihkan aku dari hatimu! Dan akan ada cinta yang di bagi nantinya, aku tak mau itu," jawab Dinda."Itu artinya kau tak suka poligami, Dek? padahal itu boleh loh dalam ajaran Islam," goda Hasan."Loh siapa yang menyangkal poligami? Wong aku ya tau kok kalau poligami itu di perbolhkan dalam islam, memang benar! Aku juga tak pernah bilang bahwa mengharamkan poligami! Tapi ingat, poligami itu tidak berlaku pada suamiku, biar berlaku saja pada orang lain!" j
SIAPA ITU?[Jangan biarkan keluargamu menjadi pelacur berjilbab]"Astaghfirullahaladzim," kata Hasan"Ada apa Mas?" tanya Dinda bingung."Lihatlah, Dek!" perintah Hasan."Lailahaillallah! Siapa Mas yang mengirimkan pesan seperti itu?" tanya Dinda."Entahlah! Ini Mas langsung nelpon nomornya juga karena nomer tak di kenal," kata Hasan.'Nomor yang anda tuju sedang berada di panggilan lain silakan coba beberapa saat lagi''Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif dan sedang berada di luar jangkauan'"Sepertinya itu nomor sekali pakai, Mas," ujar Dinda."Siapa ya Dek yang di maksud SMS ini?" tanya Hasan."Mas jangan- jangan dia adalah istri sah dari Mas Arif, yang sudah berpisah dulu! Eh gimana ya nyebutnya berarti mantan istri," ujar jawab Dinda."Kenapa kau bisa menduga seperti itu, Dek? Kenapa kau curiga pada mantan istri si bangsat itu?" tanya Hasan."Bukannya apa -apa Mas, seingat Dinda dulu Mbak Alif pernah cerita, bahwa mantan istrinya Mas Arif itu adalah teman Mbak Alif juga! Namu
TAPI BUKAN AKU, MASMereka masuk kamar. Hasan masuk kamar mandi dulu, sedangkan Dinda memilih berganti baju. 'srek' srek' Dinda mendengar suara dari samping kamarnya. Dia terdiam merasakan suara itu lagi. Benar ada suara langkah kaki di samping gang kamar Dinda yang berbatasan langsung dengan kebun blakang. Segera Dinda membuka jendelanya."SIAPA ITU?" teriak Dinda.Dinda melihat sekelebat bayangan mencolot di atas pagar sekat pembatas rumah dan kebunnya. Pagar itu memang tak terlalu tinggi jadi bisa di loncati orang. Tapi orang itu juga harus memiliki keahlian bukan orang sembarangan."Ada apa, Dek?" teriak Hasan langsung membuka pintu kamar mandi.HAsan kaget mendengar istrinya berteriak. Dia was- was takut terjadi apa- apa. Mengingat Dinda juga sedang hamil muda."Mas! Aku melihat sekelebat bayangan, Mas! Di sana, bayangan itu melompati pagar," kata Dinda sambil menunjuk arah pembatas kebun.Hasan langsung keluar rumah dengan membawa hp-nya. Hasan mencolot jendela. Dia menyenteri s
DASTER SEKSI IBU NAFIS!"Lalu siapa? Mana ada maling ngaku! Penjara penuh! Oh ya lupa kau sombong kan sekarang pacar polisi jadi mau berlaku semaumu, iya?" ejek Hasan."Tapi Mas, Ifah benar- benar tak tahu siapa itu, Wallaohi!" teriak Ifah tak mau kalah."Ya benar, pastilah kau tak tahu! Mas Hasan pun juga tak tahu siapa yang mengirim pesan itu, tapi ada orang yang mengirim pesan seperti ini! Berarti ini ada sangkutannya denganmu, sekarang Mas tanya, apakah kamu masih berhubungan dengan Arif bangsat itu?" tanya Hasan.Ifah terdiam beberapa saat. Dia sekarang bingung harus bagaimana, ingin jujur tetapi takut Hasan marah. Tapi dia juga tak ingin berbohong pada kakaknya. Saat bimbanhg seperti itu, akhirnya Dinda mengelus tangan Ifah."Jujurlah, nanti Mbak Dinda akan membelamu," bisik Dinda lirih."I- iya Mas! Ifah masih berhubungan dengan Mas Ari," jawab Ifah jujur."Astagfirullah! Mengapa sih Ifah kok kamu masih berhubungan dengannya! Bukankah Mas Hasan sudah mengingatkan jauh- jauh har
CUPANG ATAU TOMCAT?Bu Nafis keluar dari kamar. Mendengar suara ribut dari ruang makan. Dia keluar tanpa menggunakan jilbab. Mengenakan daster yang cukup seksi menurut Dinda. Apalagi bu Nafis sepertinya juga berdandan."Kenapa sih ini ribut- ribut?" tanya bu Nafis."Tumben sekali Ibu berpakaian seperti itu, mengapa ibu berdandan? Apakah selama ini aku salah duga?" batin Dinda."Ada yang SMS masuk ke Hasan, Bu! Dan ucapannya tak enak," sahut Hasan."SMS apa?" tanya bu Nafis."Dia berkata kalau di rumah ini ada pelacur jilbab! Itulah sebabnya Hasan mencurigai Ifah yang di maksud oleh orang itu, siapa lagi bu kalau bukan Ifah? Yang memakai jilbab di rumah ini?" tanya Hasan."Astagfirullah! Apakah benar? Sudah... sudah! Mungkin itu hanya salah paham saja, sudah tak usah di perpanjang lagi, tak usah di ambil pusing! Mungkin itu tadi hanya sekedar orang iseng atau orang yang tak suka dengan keluarga kita, dia ingin memfitnah dan menghancurkan keluarga kita," ujar bu Nafis."Wow! Bijak sekal
KUNCI BAHAGIA RUMAH TANGGA."Apa iya mertuaku masih bernafsu? Wahhh Ibu memang ajaib kalau memang iya dia pelakunya," gumam Dinda sendiri."Kenapa Ibu, Dek?" tanya Hasan yang tiba- tiba masuk ke dalam kamar."Hah?" tanya Dinda."Kenapa kau sebut Ibu sambil tertawa?' tanya Hasan."Ohhh itu.... anu karena Ibu mendadak memakai daster seksi Mas, ya itu! Makanya Dinda tertawa geli! Masa umur Ibu masih bisa puber ke dua," kata Dinda mencari alasan."Oh," jawab Hasan simpel sambil berjalan ke kamar mandi di dalam kamar mereka.Dinda berbaring di ranjang, ritual mereka sebelum tidur adalah pillow talk bersama. Seorang psikologis pernah berkata jika tidur bersama pasangan dan mengobrol sebelumnya dapat menyatukan rasa. Saling memahami dan memperkuat hubungan suami istri."Dek?" panggil Hasan."kenapa Mas?" tanya Dinda."Maaf ya, sudah kaget! Ini pertama kalinya Mas sangat emosi sampai mengatakan seperti itu pada Ifah," ujar Hasan menyesali sikapnya tadi."Minta maaflah pada Ifah, Mas! Bukan pa
MENJADI KONSELOR ABG LABIL!"Itu karena Istri Mas Arif belum tahu hubungan Ifah dan Mas Arif, Mbak! Lucu rasanya jika tiba- tiba tahu, Mbak! Itu satu," kata Ifah."Ke dua, rasanya Ifah ragu jika istrinya tahu keluarga ini! Gimana ya Mbak rasanya masih musahil!" jawab ifah."Lalu siapa, Fah? Di rumah ini hanya dua orang yang berjilbab, hanya kamu dan Ibu," jelas Dinda."Aku tak ingin menuduh Mbak, tapi memang aku memilikI ke curigaan ke arah sana," ujar Ifah lirih."Mengapa kau memiliki kecurigaan ke arah sana, Fah? Beliau kan Ibu kandungmu sendiri?" tanya Dinda heran.Bagaimana mungkin seorang anak justru mencurigai ibu kandungnya sendiri, jika memiliki hubungan dengan lelaki lain. Mengingat dulu Abah adalah orang yang di segani karena sangat alim di gang rumahnya. Dia kira ibu mertuanya seperti itu, tapi ternyata tidak. Mengingat betapa kejamnya mulut Bu Nafis juga menghina Dinda dan menghina anak-anaknya tanpa pandang bulu."Tak ada alasan khusus, Mbak! Mungkin insting anak! Entah m
BELANTIK SAPI ITU IMAM NAMANYA!"Mbak Dinda sudah tau mantan istrinya?" tanya Ifah."Belum sih, Fah!" jawab Dinda."Lalu Mbak Dinda tahu dari mana?" tanya Ifah lagi."Em setahu Mbak Dinda dia agak freak! Kan Istri Mas Aris dulu temannya Mbak Alif, Fah! Pas di rumah sakit itu, Mbak Alif pernah membahas sedikit cerita tentang mantan istri Mas Arif, Mbak rasa itu wajar sih, Fah! Namanya wanita kan mengedepankan perasaan dari pada logika, kadang masih sering tak terima dengan hubungan mantan dan selalu ingin tahu, kepo begitu," jawab Dinda.Ifah menghela nafas dalam. Berat rasanya sekarang menjadi dia. Ini kali pertama ia dekat dengan lelaki. Tapi justru yang membuatnya nyaman justru duda punya mantan istri. Kini dia tak tahu lagi siapa keluarganya yang mau mendukung hubungannya dengan Mas Arif kecuali Ibunya yang mau mendukung karena Mas Arif PNS dan sering memberinya uang. Andaikata Mas ARif lelaki miskin tentu saja mungkin nasibnya akan sama dengan kakak iparnya yang lain. Menjadi mis