Share

Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin
Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin
Penulis: Miss Chan

Bab 1. Dipaksa Menikah

Penulis: Miss Chan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Menikahlah dengan Bosku!”

Perkataan Aldo membuat Karina diam mematung. Dia baru saja tiba di Jakarta untuk mencari kerja. Bahkan, mereka masih berada di stasiun saat Aldo dengan tak sabarnya berkata demikian.

“Maksud Mas Aldo apa?” katanya dengan nada bergetar. Saking terkejutnya, tas yang dia jinjing bahkan terjatuh. “Aku baru tiba di sini, bahkan Mas Aldo tidak bertanya bagaimana kabar Ibu di kampung, bagaimana perjalananku ke sini?”

Tatapan Karina benar-benar menunjukkan kekecewaan. Air mata mulai membasahi pipinya.

Aldo menggusar tangannya ke udara, “Aku tak perlu berbasa-basi padamu, Karina!” katanya dengan arogan.

“Tapi aku belum terpikirkan untuk menikah, Mas!” Karina masih bersikukuh untuk menolak.

Perdebatan mereka pun lantas menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang. Aldo melirik sinis pada tiap tatapan yang mencoba mencari tahu ke arah mereka.

Kemudian, dia meraih tangan Karina dan membawa serta adiknya menuju mobil. “Setuju atau tidak, aku akan tetap menikahkanmu!”

“T-tapi, Mas—” Ucapan Karina terhenti mana kala tangannya terus ditarik oleh Aldo.

Kakaknya membuka mobil dan meminta Karina masuk, sementara Aldo melemparkan barang bawaan adiknya ke bagasi dengan kasar.

Setelah itu, pria itu duduk di kursi kemudi, dan kembali berbicara pada Karina. “Bosku memintamu untuk jadi istri. Dan aku sudah menyetujuinya.”

Mata Karina menatap Aldo dengan pandangan tegas, “Kenapa tiba-tiba? Aku bahkan belum kenal orang itu!” Gamis yang dikenakan Karina bergoyang-goyang sebab dia menghentak-hentakkan kakinya karena kesal.

“Sudahlah, menurut saja padaku!” Aldo tetap pada pendiriannya. “Lagipula, dengan menikah dengannya kamu tidak perlu capek-capek bekerja.”

Karina mengerjap, dia sama sekali tidak menyangka Kakaknya bisa bertindak sejauh ini. Tidak meminta izin menyetujui lamaran orang, lalu tidak acuh pada keresahanya karena belum mengenal si calon suami.

“Tapi Mas ….” Belum sempat Karina melanjutkan perkataannya, lebih dulu Aldo mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar Karina tidak lagi berbicara.

Sepanjang perjalanan dari stasiun yang entah dia akan dibawa ke mana … Karina memperhatikan Aldo dengan saksama.

Kakaknya terlihat berubah, sangat. Dulu, Aldo begitu lembut, perhatian dan menyayanginya. Aldo bahkan jadi garda terdepan yang melindungi Karina dari siapa pun yang berniat mengganggunya.

Namun, kali ini … semua kesannya pada Aldo berubah drastis. Aldo yang ada di hadapannya saat ini adalah orang lain yang Karina sendiri merasa asing untuk berada di dekatnya.

Karina mengerjap, ketika mobil yang dikemudikan Aldo memasuki sebuah perkantoran mewah.

“Kita nggak ke rumah Mas Aldo?” tanya Karina.

“Kamu ingin kenal calon suamimu, kan?” tanya Aldo dengan meliriknya sekilas. “Aku ada janji dengannya. Kuperingatkan kamu, sebaiknya menurut jika tidak ingin menerima resikonya.”

Tuas rem tangan ditarik kasar, mesin mobil pun dimatikan kala mereka sudah tiba di parkiran. Aldo lebih dulu keluar, sementara Karina masih memproses informasi yang baru disampaikan kakaknya.

‘Aneh. Mas Aldo begitu memaksa. Apa yang sebenarnya dia sembunyikan?’ katanya dalam benak.

Ketukan di jendela mobil kemudian terdengar. Cepat-cepat, Karina keluar dari mobil sebelum kakaknya itu kembali memarahinya.

“Lelet sekali, sih!” Aldo lantas menarik tangan Karina lagi, dan membawa gadis itu memasuki gedung perkantoran tersebut dengan tergesa-gesa.

Karina sempat memberontak, sebab cengkeraman tangan Aldo di tangannya menyakitinya. Hanya saja, Aldo tidak meloloskan permintaan tersebut hingga sang Kakak mengetuk sebuah pintu ruangan dan masuk begitu suara bariton di dalam sana menyahut.

“Siang, Pak Dewangga.”

Aldo menyapa Dewangga yang sedang duduk membelakangi mereka di kursi kebesarannya. Karina yang penasaran pun memberanikan diri menaikkan pandangannya.

Tidak lama, Pria yang disapa Dewangga oleh Aldo itu memutar kursi dan menghadap mereka, “Jadi, bagaimana, Do?”

Ditatap oleh pria asing yang akan jadi calon suaminya, refleks Karina menunduk lagi. Degup jantungnya pun meningkat lebih cepat.

“Siap, Pak. Ini adik saya, Karina.”

Di tempatnya, Karina memintal-mintal pakaiannya. Dia tidak sadar, jika kini tatapan Dewangga tengah menelanjanginya.

Sebagai seorang wanita, meski memiliki dandanan yang jauh dari kata modis dan tanpa make up, Karina memang terbilang cantik. Kecantikannya itu sudah terpancar alami, meski tubuhnya tertutup oleh pakaiannya yang panjang, juga kerudungnya yang menjuntai menutupi dada.

“Bagus, kalau gitu pernikahannya bisa segera diurus.”

Tiba-tiba, Karina merasakan sebuah keberanian untuk dia menolak. “Tidak … sampai kapanpun saya tidak mau menjadi menjadi istri anda!”

Dewangga terkejut, tetapi pria itu tidak berkata apa-apa selain hanya bibirnya yang membentuk senyum sinis.

Berbeda dengan Aldo yang langsung kembali mencengkram tangan Karina, dan memberikannya tekanan lebih kuat di pergelangan tangan wanita itu.

“Ish … sakit, Mas.”

“Diam atau aku tidak akan pernah lagi mengirim uang untuk biaya pengobatan Ibu di kampung!” ancam Aldo membuat Karina diam mematung.

Memang benar, selama ini, Aldo-lah yang menjadi tulang punggung keluarganya di kampung. Pria itu mengirimkan uang dalam jumlah yang cukup besar untuk keperluan hidup sehari-hari, juga untuk biaya pengobatan Ibu.

Namun, karena belakangan ini uang kiriman Aldo agak tersendat, Karina akhirnya nekad memutuskan diri untuk ikut merantau dan meninggalkan ibunya yang sedang dalam proses pengobatan.

“Maafkan sikap adik saya yang masih kekanak-kanakan sekali, Pak.” Aldo bertutur lembut, mewakili Karina yang masih terdiam. “Dia baru datang dari kampung,” infonya lagi.

Dewangga menghembuskan napas panjang, kemudian berdiri.

Karina menatap Dewangga secara saksama. Pria itu memiliki tinggi yang cukup menjulang, dengan badan yang proporsional, meski otot-ototnya ditutupi jas berwarna hitam.

Rambutnya hitam legam, tatapannya tajam … sehingga membuat Karina segan menatapnya lama-lama meski parasnya sempurna.

“Saya sudah tidak mempunyai banyak waktu lagi. Hari ini saya akan menikahi adik kamu.”

Di samping Aldo, Karina membelo. “Apa? Menikah hari ini??”

q1

Bab terkait

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 2. Pernikahan Kontrak

    “Ikut aku, kita akan menemui Mamaku lebih dulu.”Dewangga seolah tuli karena menganggap keterkejutan Karina hanyalah angin lalu. Pria itu justru langsung keluar ruangan, dan membiarkan Aldo lagi-lagi menyeretnya menuju mobil dan pergi mengikuti mobil Dewangga yang berada di depan mereka.“Mas Aldo!”Dalam perjalanan, Karina masih terus berusaha membujuk Aldo. Bila tahu akan dinikahkan saja sudah sukses membuatnya kaget, maka ketika tahu dia akan menikah hari ini sanggup membuat jantung Karina seolah berhenti berdetak.“Apa sih, bawel!”“Mas nggak bisa gini, dong! Masa aku nikah, tapi Ibu nggak dibilangin?”Karina akhirnya membawa serta nama ibunya. Dia berharap Aldo mau berpikir ulang. Bagaimanapun, dia memang sudah tidak memiliki ayah, jadi praktis wali nikahnya hanyalah Aldo. Namun, masih ada ibunya yang seharusnya memberikan restu pernikahan untuk putri semata wayangnya.Aldo berdecak, “Ibu nggak perlu tau. Yang penting, pengobatan Ibu lancar. Kamu nggak mau kan, liat ibu berhenti

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 3. Kekecewaan Karina

    Tidak peduli pada malam yang semakin larut, Karina pun semakin larut dalam tangisnya. “Ibu … aku mau pulang saja. Kenapa nasibku jadi seperti ini?”Berulang kali Karina berbicara sendiri dan terus memanggil nama Ibu-nya. Suaranya terdengar pilu membuat siapa saja yang mendengarnya pasti merasa kasihan padanya.Dalam keheningan malam, Karina berusaha ikhlas menerima pernikahan ini. Semua ini dia lakukan demi ibunya, pikirnya kuat-kuat.Kendati tentu saja, dia masih berharap Dewangga masih bisa berubah, sehingga pernikahan mereka tidak harus berakhir karena kontrak habis nantinya. Kelelahan menangis, Karina pun akhirnya tertidur.Keesokan harinya ….Suara gedoran pintu kamar yang begitu kencang mengganggu Karina yang masih tertidur nyenyak. “Karina, buka pintunya!!” ujar suara bariton itu, bersahutan dengan ketukan di pintu.Emosi Dewa semakin meletup-letup, sebab Karina belum juga membukakan pintu. Akhirnya, pria itu berinisiatif menarik gagang pintu yang ternyata tidak dikunci oleh

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 4. Malam Pertama

    “Oh, jadi ini istri kontrak kamu, Sayang?”Karina langsung menatap wanita yang bersama Dewa itu dengan pandangan terluka. Mendengar kata ‘Sayang’ yang muncul dari wanita itu untuk Dewa, membuat Karina menyimpulkan, jika dugaannya benar.Wanita itu adalah kekasih Dewa, bernama Sherly.Tangan Karina mengepal kuat. Ia menatap Dewa dan Sherly bergantian, seraya berkata ... “Aku tetap istri sahmu, Mas. Bisakah kamu tidak membawa wanita lain ke rumah ini selama kita masih terikat pernikahan?”Wajah Dewa langsung meradang mendengar penuturan Karina. “Kamu tidak berhak mengatur saya.” Kemudian, Dewa langsung menarik tangan Sherly dan pergi meninggalkan Karina dengan hati terluka.Hingga malam menjelang, Dewa yang tidak kunjung pulang membuat Karina cemas dan jengkel. Tidak tahu nomor telepon sang suami, membuat Karina hanya bisa menunggu dengan resah dan pasrah.Beruntung, ketika jam menunjuk nyaris pukul 12 malam, suara deru mobil terdengar. Cepat-cepat, Karina menyongsong pintu.Wanita itu,

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 5. Mencari Pekerjaan

    Karina berdecak kesal, seberapapun usahanya untuk meminta cerai pada Dewa, tetap saja Dewa tidak mengabulkannya.Tidak ada kata apapun lagi yang keluar dari mulut Karina, lelah … lelah sudah jiwa dan raganya.Sementara Dewa, entah sudah berapa kali dia mengusap wajahnya dengan kasar.“Kita harus bicara!”“Tidak ada lagi hal yang harus dibicarakan!”Karina kembali menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat.Di dalam kamar, Karina kembali menangis. Dalam tangisannya, Karina berpikir dengan langkah apa yang harus dirinya lakukan.Sampai kemudian Karina mempunyai ide untuk bekerja. Mungkin dengan bekerja, Karina bisa menyibukkan dirinya dan melupakan sejenak masalahnya dengan Dewa.Karina menghela napas beratnya. “Ya, aku harus cari pekerjaan, mungkin dengan cara ini aku tidak terus-terusan stress.”Karina lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi, kemudian dia membasuh wajahnya. Tekad Karina sudah bulat, hari ini juga Karina akan mencari pekerjaan lewat media sosial.“Bis

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 6. Tidur Sekamar

    "Ck, lama sekali!" gerutu Dewa kesal.Karina berlalu begitu saja dan mengabaikan ucapan Dewa.Di depan cermin, Karina melihat wajahnya yang terlihat sangat tirus semenjak menikah dengan Dewa. Terlalu sering Karina mengeluarkan air matanya semenjak menikah dengan Dewa.CeklekPintu kamar mandi terbuka, menampilkan Dewa yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan memakai lilitan handuk di pinggangnya."Aaaaakkkkkhhh." Karina teriak.Dewa langsung segera membekap mulut Karina agar sang mama tak curiga."Sengaja teriak-teriak biar Mama dengar?" ketus Dewa sambil menatap tajam Karina.Sial, Karina bukan hanya melihat hal yang seharusnya tidak dia lihat, tapi juga Karina merasakan ada yang mengeras di bagian bawah."Nggak .... nggak boleh berpikir yang tidak-tidak." Karina berkata dalam hati.Dewa pun melepaskan bekapan mulut Karina, lama-lama berada di dekat Karina membuat kepala Dewa pusing, apalagi saat ular piton Dewa bangun dari tidurnya."aaakkkkhh ... bisa diam nggak!"

Bab terbaru

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 6. Tidur Sekamar

    "Ck, lama sekali!" gerutu Dewa kesal.Karina berlalu begitu saja dan mengabaikan ucapan Dewa.Di depan cermin, Karina melihat wajahnya yang terlihat sangat tirus semenjak menikah dengan Dewa. Terlalu sering Karina mengeluarkan air matanya semenjak menikah dengan Dewa.CeklekPintu kamar mandi terbuka, menampilkan Dewa yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi hanya dengan memakai lilitan handuk di pinggangnya."Aaaaakkkkkhhh." Karina teriak.Dewa langsung segera membekap mulut Karina agar sang mama tak curiga."Sengaja teriak-teriak biar Mama dengar?" ketus Dewa sambil menatap tajam Karina.Sial, Karina bukan hanya melihat hal yang seharusnya tidak dia lihat, tapi juga Karina merasakan ada yang mengeras di bagian bawah."Nggak .... nggak boleh berpikir yang tidak-tidak." Karina berkata dalam hati.Dewa pun melepaskan bekapan mulut Karina, lama-lama berada di dekat Karina membuat kepala Dewa pusing, apalagi saat ular piton Dewa bangun dari tidurnya."aaakkkkhh ... bisa diam nggak!"

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 5. Mencari Pekerjaan

    Karina berdecak kesal, seberapapun usahanya untuk meminta cerai pada Dewa, tetap saja Dewa tidak mengabulkannya.Tidak ada kata apapun lagi yang keluar dari mulut Karina, lelah … lelah sudah jiwa dan raganya.Sementara Dewa, entah sudah berapa kali dia mengusap wajahnya dengan kasar.“Kita harus bicara!”“Tidak ada lagi hal yang harus dibicarakan!”Karina kembali menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat.Di dalam kamar, Karina kembali menangis. Dalam tangisannya, Karina berpikir dengan langkah apa yang harus dirinya lakukan.Sampai kemudian Karina mempunyai ide untuk bekerja. Mungkin dengan bekerja, Karina bisa menyibukkan dirinya dan melupakan sejenak masalahnya dengan Dewa.Karina menghela napas beratnya. “Ya, aku harus cari pekerjaan, mungkin dengan cara ini aku tidak terus-terusan stress.”Karina lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju kamar mandi, kemudian dia membasuh wajahnya. Tekad Karina sudah bulat, hari ini juga Karina akan mencari pekerjaan lewat media sosial.“Bis

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 4. Malam Pertama

    “Oh, jadi ini istri kontrak kamu, Sayang?”Karina langsung menatap wanita yang bersama Dewa itu dengan pandangan terluka. Mendengar kata ‘Sayang’ yang muncul dari wanita itu untuk Dewa, membuat Karina menyimpulkan, jika dugaannya benar.Wanita itu adalah kekasih Dewa, bernama Sherly.Tangan Karina mengepal kuat. Ia menatap Dewa dan Sherly bergantian, seraya berkata ... “Aku tetap istri sahmu, Mas. Bisakah kamu tidak membawa wanita lain ke rumah ini selama kita masih terikat pernikahan?”Wajah Dewa langsung meradang mendengar penuturan Karina. “Kamu tidak berhak mengatur saya.” Kemudian, Dewa langsung menarik tangan Sherly dan pergi meninggalkan Karina dengan hati terluka.Hingga malam menjelang, Dewa yang tidak kunjung pulang membuat Karina cemas dan jengkel. Tidak tahu nomor telepon sang suami, membuat Karina hanya bisa menunggu dengan resah dan pasrah.Beruntung, ketika jam menunjuk nyaris pukul 12 malam, suara deru mobil terdengar. Cepat-cepat, Karina menyongsong pintu.Wanita itu,

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 3. Kekecewaan Karina

    Tidak peduli pada malam yang semakin larut, Karina pun semakin larut dalam tangisnya. “Ibu … aku mau pulang saja. Kenapa nasibku jadi seperti ini?”Berulang kali Karina berbicara sendiri dan terus memanggil nama Ibu-nya. Suaranya terdengar pilu membuat siapa saja yang mendengarnya pasti merasa kasihan padanya.Dalam keheningan malam, Karina berusaha ikhlas menerima pernikahan ini. Semua ini dia lakukan demi ibunya, pikirnya kuat-kuat.Kendati tentu saja, dia masih berharap Dewangga masih bisa berubah, sehingga pernikahan mereka tidak harus berakhir karena kontrak habis nantinya. Kelelahan menangis, Karina pun akhirnya tertidur.Keesokan harinya ….Suara gedoran pintu kamar yang begitu kencang mengganggu Karina yang masih tertidur nyenyak. “Karina, buka pintunya!!” ujar suara bariton itu, bersahutan dengan ketukan di pintu.Emosi Dewa semakin meletup-letup, sebab Karina belum juga membukakan pintu. Akhirnya, pria itu berinisiatif menarik gagang pintu yang ternyata tidak dikunci oleh

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 2. Pernikahan Kontrak

    “Ikut aku, kita akan menemui Mamaku lebih dulu.”Dewangga seolah tuli karena menganggap keterkejutan Karina hanyalah angin lalu. Pria itu justru langsung keluar ruangan, dan membiarkan Aldo lagi-lagi menyeretnya menuju mobil dan pergi mengikuti mobil Dewangga yang berada di depan mereka.“Mas Aldo!”Dalam perjalanan, Karina masih terus berusaha membujuk Aldo. Bila tahu akan dinikahkan saja sudah sukses membuatnya kaget, maka ketika tahu dia akan menikah hari ini sanggup membuat jantung Karina seolah berhenti berdetak.“Apa sih, bawel!”“Mas nggak bisa gini, dong! Masa aku nikah, tapi Ibu nggak dibilangin?”Karina akhirnya membawa serta nama ibunya. Dia berharap Aldo mau berpikir ulang. Bagaimanapun, dia memang sudah tidak memiliki ayah, jadi praktis wali nikahnya hanyalah Aldo. Namun, masih ada ibunya yang seharusnya memberikan restu pernikahan untuk putri semata wayangnya.Aldo berdecak, “Ibu nggak perlu tau. Yang penting, pengobatan Ibu lancar. Kamu nggak mau kan, liat ibu berhenti

  • Jadi Istri Demi Utang Pada CEO Dingin   Bab 1. Dipaksa Menikah

    “Menikahlah dengan Bosku!” Perkataan Aldo membuat Karina diam mematung. Dia baru saja tiba di Jakarta untuk mencari kerja. Bahkan, mereka masih berada di stasiun saat Aldo dengan tak sabarnya berkata demikian.“Maksud Mas Aldo apa?” katanya dengan nada bergetar. Saking terkejutnya, tas yang dia jinjing bahkan terjatuh. “Aku baru tiba di sini, bahkan Mas Aldo tidak bertanya bagaimana kabar Ibu di kampung, bagaimana perjalananku ke sini?” Tatapan Karina benar-benar menunjukkan kekecewaan. Air mata mulai membasahi pipinya.Aldo menggusar tangannya ke udara, “Aku tak perlu berbasa-basi padamu, Karina!” katanya dengan arogan. “Tapi aku belum terpikirkan untuk menikah, Mas!” Karina masih bersikukuh untuk menolak. Perdebatan mereka pun lantas menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang. Aldo melirik sinis pada tiap tatapan yang mencoba mencari tahu ke arah mereka.Kemudian, dia meraih tangan Karina dan membawa serta adiknya menuju mobil. “Setuju atau tidak, aku akan tetap men

DMCA.com Protection Status