POV Fahri
"Apa, kamu mencintai orang lain Rindu?" Tanyaku dengan segelintir asa yang masih tersisa. Tetap berusaha menguatkan hati untuk menerima kenyataan terpahit sekali pun."Iya Pak, saya sudah memiliki pilihan sendiri dalam hati saya dan yang pasti bukan Bapak orangnya,"*Lagi, aku tersenyum.Sebuah senyum sarat kepedihan.Aku sudah berusaha, meyakinkan Rindu akan kesungguhan hatiku. Bahwa aku mencintai Rindu bukan atas dasar perasaan bersalah melainkan tulus dari dasar hatiku sendiri. Aku sudah berusaha meyakinkan Rindu, bahwa aku sama sekali tak keberatan dengan keadaannya saat ini.Namun, usahaku kini harus berujung pada kesia-siaan dan kekecewaan.Tepatnya setelah aku mengetahui bahwa Rindu sudah memiliki tambatan hati lain.Nyatanya, Rindu memang tak pernah menyimpan perasaan sedikit pun terhadapku. Rindu tidak mencintaiku, itulah sebabnya dia menghilang tanpa kabar, selama ini.BisaDua minggu berjalan, keadaan Rindu semakin membaik meski dia masih belum bisa banyak bergerak.Sejauh ini, sejak Rindu tersadar pasca operasi yang dia jalani, Rindu tak pernah lagi mendengar kabar Fahri atau pun mendapati Fahri menghubunginya.Ponsel pemberian Fahri terus saja hening.Fahri tak sama sekali memberi kabar apa pun, lelaki itu menghilang begitu saja bagai ditelan bumi.Sementara Rindu, tak memiliki keberanian untuk sekadar bertanya bagaimana keadaan Fahri, apalah lelaki itu masih di Kalimantan atau sudah kembali ke Surabaya. Rindu tahu diri, dia sudah menyakiti hati Fahri, jadi mana mungkin dia kini memiliki nyali untuk menghubungi Fahri lebih dulu meski dalam lubuk hatinya yang terdalam, sesungguhnya Rindu sangat mengkhawatirkan kondisi Fahri.Apakah dia baik-baik saja?Kenapa dia tidak memberi kabar kalau memang harus pergi?Tidak mungkin dia tidak mengetahui apa yang terjadi padaku saat ini?Guma
Hari ini Rindu sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit setelah hampir tiga minggu menjalani rawat inap.Luka bekas operasi di perutnya memang sudah kering namun dokter menyarankan pada Rindu untuk tetap berhati-hati dalam beraktifitas karena luka yang dia alami cukup dalam. Itulah sebabnya, Rindu belum diperbolehkan untuk melakukan banyak kegiatan di rumah.Bisma yang mengantarkan kepulangan Rindu dari rumah sakit.Dengan begitu telaten, Bisma membantu Rindu berdiri dan mendudukkan Rindu di kursi roda.Saat lelaki itu hendak membantu Rindu berpindah tempat ke tempat tidur, Rindu menahan niat baik lelaki itu dan mengatakan bahwa dirinya bisa bergerak sendiri."Terima kasih ya Mas," kata Rindu begitu dirinya sudah terbaring di atas tempat tidur di dalam kamarnya.Bisma tersenyum tipis. "Aku senang bisa membantu, kalau perlu apa-apa jangan sungkan-sungkan, segera hubungi aku ya?" Kata Bisma sebelum akhirnya lelaki itu pamit undu
Fahri baru saja selesai memimpin sebuah rapat penting di kantor ketika sekretarisnya mengatakan pada Fahri bahwa lelaki itu kedatangan tamu."Katanya dia teman dekat Pak Fahri namanya Bisma," ucap Nurul sang sekretaris."Oh, begitu? Suruh dia ke ruangan saya sekarang ya Nurul," sambut Fahri dengan penuh sukacita.Fahri hendak masuk ke dalam ruangannya ketika dia teringat sesuatu. Lelaki berjas hitam itu pun kembali berbalik ke arah sang sekretaris yang baru saja selesai menelepon."Oh ya Nurul, kamu kapan mengajukan cuti melahirkan?" Tanya Fahri pada Nurul yang memang sedang hamil tua."Hm, mungkin bulan depan Pak," jawab Nurul."Sudah dapat penggantinya? Sebab akhir-akhir ini pekerjaan sedang banyak, aku memerlukan sekretaris baru secepatnya,""Baik Pak, pihak HRD sudah tahu kok soal ini,"Fahri mengangguk sambil tersenyum. "Bagus kalau begitu. Saya masuk dulu, nanti bawakan saja ke meja saya semua berkar yang
Cuaca malam kota Surabaya weekend ini cerah.Bulan menampakkan cahayanya dengan sempurna ditemani bintang yang bertaburan di sekitarnya.Rindu sudah rapi dengan pakaian formalnya menunggu Bisma menjemput untuk makan malam."Ibu nggak punya baju bagus selain ini Rin? Nanti malu-maluin nggak? Apa Ibu nggak usah ikut aja ya?" Yanti keluar dari ruang tengah dengan pakaiannya yang memang dibilang sangat biasa. "Udah kamu pergi berdua aja deh sama Bisma, Ibu sama Azam di rumah aja," tambah Yanti lagi.Rindu mengesah seraya memutar kedua bola matanya. "Nggak usah pake modus ya Bu? Emangnya Ibu pikir Rindu nggak tau maksud Ibu?" Ucap Rindu yang memang sudah paham di luar kepala tabiat sang Ibu.Yanti yang hanya beralasan dengan tidak memiliki baju bagus agar dia dan Azam tidak menjadi penghalang di acara penting Rindu dan Bisma.Sebagai seorang Ibu, Yanti jelas sangat mendukung hubungan anaknya dengan lelaki yang berprofesi sebagai dokte
"Fahri dan Rindu itu sebenarnya saling mencintai, itulah sebabnya saya mempertemukan mereka di sini malam ini,"Yanti reflek menatap ke arah Fahri dan sang anak begitu Bisma selesai bicara. Raut wajah Rindu yang tiba-tiba merona dan Fahri yang terlihat salah tingkah cukup membuat Yanti mengerti.Wanita paruh baya itu pun tersenyum meski hanya dalam hati karena wajah Yanti terlihat datar cenderung kesal. Ya, Yanti kesal pada Rindu yang tidak mau jujur akan perasaan yang dia rasakan terhadap Fahri, pada Ibunya sendiri. "Sejak kapan kalian mulai menjalin hubungan? Kenapa kamu tidak bilang pada Ibu Rindu?" Omel Yanti kemudian.Rindu menggeleng cepat. "Ibu sudah salah paham. Aku dan Pak Fahri tidak memiliki hubungan apa-apa," Rindu mencoba meluruskan meski dia sadar bahwa dirinya sudah berada dalam posisi terjepit. Entah harus bagaimana lagi Rindu menjelaskan pada semua orang di sini bahwa dia tidak memiliki perasaan apapun pada Fahri. Rindu tidak ingin Fahri k
Seperti apa yang telah dia katakan di dalam pesan yang dikirimkannya ke Fahri, Rindu kini sudah menunggu Fahri di ruang kerja lelaki itu.Fahri yang memberitahu pada sekretarisnya bahwa dia akan kedatangan tamu penting bernama Rindu, itulah sebabnya Rindu langsung diizinkan masuk oleh sang sekretaris ke dalam ruang kerja sang Bos.Setengah jam menunggu, akhirnya lelaki yang hendak dia temui pun datang juga."Maaf ya, tadi ada rapat mendadak, penting," ucap Fahri saat itu."Oh tidak apa-apa, Pak,"Saat kemarin Fahri mendapat pesan pribadi dari Rindu di salah satu media sosial miliknya, Fahri jelas terkejut. Awalnya Fahri sempat berpikir apakah hal penting yang hendak dibahas oleh Rindu dalam pesannya itu berkaitan dengan hubungan mereka? Atau memang ada hal lain di luar itu.Fahri sendiri tak ingin berharap terlalu jauh karena tak ingin menanggung kecewa untuk kesekian kali."Apa kita perlu cari tempat lain untuk bicara?"
Ini adalah hari pertama Rindu kembali bekerja sebagai sekretaris di perusahaan milik keluarga Hendrawan.Rindu menerima pekerjaan ini semata-mata bukan karena dia memang ingin dekat dengan Fahri, namun karena dia sadar bahwa dia tak mungkin selamanya bekerja sebagai staff HRD di perusahaan penerbitan kecil yang gajinya bahkan tak cukup untuk membiayai kehidupan dirinya sendiri. Itulah sebabnya, Yanti dan Azam saling bahu membahu berjualan kue di lampu merah untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka semua.Bekerja sebagai sekretaris di perusahaan besar seperti He-Mart jelas menjadi impian semua orang. Dari segala aspek terjamin. Gaji besar, tunjangan kesehatan, bonus tahunan, Tunjangan Hari Raya, dan masih banyak lagi yang akan Rindu dapatkan jika dia bekerja di perusahaan ini.Bisa jadi, uang gajinya sebulan masih tersisa untuk ditabung.Itulah kenapa, Rindu tak berpikir dua kali saat Fahri menawarkan pekerjaan ini untuknya. Dia langsung menerima deng
Rapat baru saja selesai namun Fahri belum bisa meninggalkan kantor dikarenakan adanya pertemuan penting dengan beberapa rekan bisnis lain, padahal Heni baru saja menelepon untuk meminta tolong menjemput Azzura karena Heni dan Hendrawan ada urusan mendadak ke luar kota.Di tengah kesibukannya itu pikiran Fahri tak lepas dari Azzura hingga akhirnya Fahri pun meminta tolong pada Rindu sebagai satu-satunya orang yang dia percaya untuk menjemput sang anak ke sekolah."Hari ini semuanya serba kebetulan, Pak Kosim sakit dan tidak masuk. Pekerja rumah tangga di rumah yang mengurus Azzura pun sedang pulang kampung, sekali lagi saya minta maaf karena sudah memberi kamu tugas di luar kantor," jelas Fahri merasa sungkan."Ahk, Bapak kayak sama siapa aja. Kirimkan saja alamat sekolah Azzura nanti saya jemput," ucap Rindu yang memahami betul bagaimana sibuknya Fahri di kantor saat ini."Oke baik, nanti kamu ajak saja Azzura ke sini. Di rumah tidak ada orang, j
"Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu
Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R
Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo
Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan
"Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem
Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah
"Hai, Rindu? Apa kabar?" Tanya seorang lelaki yang mengantri di belakang Rindu saat wanita itu hendak membayar di kasir minimarket.Rindu pun menoleh dan terkejut, meski setelahnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya. "Bisma?" Pekik Rindu tak percaya. Sebab sepengetahuannya, Bisma sudah kembali ke Kalimantan."Kamu sejak kapan di Jakarta?" Tanya Rindu saat kini dirinya dan Bisma sudah keluar dari minimarket. Mereka hendak berjalan menuju ruang rawat Yanti."Sudah dari satu minggu yang lalu,""Oh begitu, kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Rindu lagi."Maaf, aku sibuk dengan pekerjaan dan harus merawat Ibuku juga yang sedang sakit," Bisma jadi terkekeh, merasa tidak enak. Meski alasan utama seorang Bisma kembali ke Jakarta karena selain harus merawat Ibunya yang sedang sakit, namun Bisma juga ingin mengetahui lebih lanjut hubungan yang terjalin antara Rindu dan Fahri sejauh ini.Jika memang pada kenyataannya Rindu d
Apakah sampai detik ini ada orang yang mampu menjawab tentang pertanyaan, mengapa waktu berlalu begitu cepat saat kita merasa bahagia dan sebaliknya, mengapa waktu seakan berlalu begitu lambat saat kita melaluinya dalam duka dan penderitaan?Seperti halnya yang kini dialami seorang Fahri.Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui anaknya sakit?Terlebih, jika sang anak yang baru berusia enam tahun itu didiagnosis Leukimia atau Kanker Darah.Bagai disambar petir, anak yang begitu cantik dan pintar harus menanggung kesakitan di usianya yang masih kecil.Sesungguhnya Fahri begitu terpukul seolah dia merasakan sakit yang kini harus di derita sang anak selama menjalani proses pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya.Dokter mengatakan, pengambilan sumsum tulang belakang yang baru saja dijalani oleh Azzura saat ini memang rasanya sangat menyakitkan.Tapi, melihat semangat Azzura untuk sembuh, mengubur semua kesedihan
Hari ini, Fahri dan Rindu sudah packing hendak berangkat untuk persiapan mereka berangkat ke Singapura.Seluruh barang bawaan sudah dikemas rapi di dalam koper.Fahri sedang mengajak Azzura menemui Oma dan Opanya untuk berpamitan sementara Rindu menunggu kepulangan Fahri di hotel bersama Azam dan Yanti.Azam yang saat itu terus saja ngambek karena tak ingin ikut ke Singapura.Rindu dengan sabar berusaha memberi pengertian pada Azam."Memangnya kenapa sih Azam kok nggak mau banget ikut Mama dan Papah ke Singapura? Kan di sana nanti Azam bisa jalan-jalan sama Nenek. Kita naik pesawat kayak waktu itu," ucap Rindu yang sejak tadi sibuk merayu Azam yang terus cemberut.Azam tak menyahut. Bibirnya mengerucut dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Masalah sekolah, Mama sudah bilang ke Ibu Guru Azam dan mereka sudah memberi izin, jadi Azam nggak perlu takut dimarahi. Sekarang semua sudah serba canggih. Azam bisa tet