Dua tahun berlalu.
Waktu yang dirasa sangat singkat untuk Fahri dan Adelia lalui.Sejak hari di mana Adel dan Fahri memutuskan untuk kembali melanjutkan bahtera rumah tangga mereka yang hampir saja hancur, hari-hari setelahnya menjadi hari-hari terbaik bagi mereka.Perubahan signifikan atas sikap Adel membuat kepercayaan Fahri perlahan-lahan kembali.Jika sebelumnya Adel selalu bangun siang, kini dia lebih bisa bertanggung jawab menjalani perannya sebagai seorang istri.Pagi-pagi buta Adel sudah bangun dan langsung menyibukkan diri di dapur. Membuatkan sarapan untuk Fahri. Menyiapkan pakaian kantor sang suami, memakaikan dasi, dan tak lupa Adel sering menyiapkan bekal makanan untuk sang suami makan siang di kantornya.Karena seringnya Adel mengasah kemampuan memasaknya, masakan yang tadinya tidak enak, hambar atau seringkali keasinan lambat laun pun berubah menjadi makanan yang selalu Fahri rindukan karena rasanya yang sangat enaMalam pertama Fahri dan Adelia menginap di kediaman utama keluarga Hendrawan di Surabaya setelah hampir setengah tahun mereka tidak pulang kampung karena kesibukan Fahri di kantornya di Jakarta.Suasana asri kota Surabaya seakan menyejukkan hati dan menentramkan jiwa-jiwa yang lelah karena terus berkutat dengan rutinitas membosankan di Jakarta."Besok kamu mau jalan-jalan kemana?" tanya Fahri saat dirinya selesai melakukan rutinitas wajib sebelum tidur di kamar mandi."Kemana aja, terserah kamu," jawab Adel acuh.Fahri mendekati Adel yang sedang asik menatap ponselnya. Fahri menarik selimut dan ikut menutupi sebagian tubuhnya seraya menjatuhkan kepalanya di atas bahu sang istri."Lagi liat apaan sih? Serius banget," tanyanya sambil mengintip apa yang sebenarnya sedang dilakukan Adel saat itu."Aku lagi baca cerita online, seru banget ceritanya," jawab Adel sambil senyum-senyum."Sejak kapan kamu suka baca?" tanya Fahri k
Detik berganti menit, menit berganti jam dan jam berganti hari.Waktu demi waktu berlalu seperti sebuah lantunan melodi indah bersyairkan kalimat-kalimat cinta yang romantis.Hari-hari yang dilalui ke dua pasangan suami istri, Fahri-Adel dan Rindu-Albani terasa begitu sempurna.Perhatian berlebih kerap diberikan para suami pada istri-istri mereka yang sedang hamil muda.Apapun hal yang diinginkan sang istri pasti akan diusahakan oleh si suami.Jika Rindu seringkali mengidam makan-makanan pedas, beda ceritanya dengan Adel yang seringkali ingin memakan-makanan manis.Intensitas mual ke dua bumil itu pun berbeda kadarnya.Jika Adel mengalami mual parah hingga mengharuskannya istirahat total tanpa sedikit pun melakukan aktifitas fisik, sementara Rindu terlihat masih bisa melakukan aktifitas normal meski terkadang dirinya sering merasa mual jika mencium aroma tubuh sang suami."Aku udah mandi kok Ndu, masa masih dibi
Akhirnya Fahri bisa bernapas lega setelah mendapati apa yang dia pesan sudah tersedia saat dirinya dan Adel sampai di lokasi pantai Ancol.Adel memekik girang saat mendapati apa yang menjadi keinginannya terwujud. Wanita berpakaian tertutup itu langsung berlari ke arah ayunan dan menaikinya. Wajah cantik Adel tampak berseri-seri dengan senyuman lebar yang terus menghiasi wajahnya.Sesungguhnya, tak ada pemandangan yang lebih indah bagi seorang Fahri Hendrawan ketika dirinya mendapati sebuah senyuman merekah di wajah istrinya. Bahkan pemandangan itu bisa mengalahkan segala pemandangan indah yang ada di muka bumi."Udah puas sekarang? Mau apa lagi, Bumil cantik?" tanya Fahri yang berdiri setengah membungkuk bak seorang pelayan kerajaan.Adel terkekeh. "Aku mau, kamu temenin aku di sini Beb, kita selfie yuk?" ajak Adel sumringah.Fahri pun menurut. Setelah dia menggulung lengan kemeja hitamnya sampai siku, Fahri mengeluarkan ponsel di saku c
Hari ini Rindu puas diajak berkeliling kota Jakarta oleh Albani.Mereka mengunjungi beberapa tempat wisata seperti Monas dan Kota Tua, terakhir Rindu memutuskan untuk mengajak Albani menikmati waktu senja di tepi pantai.Saat itu, pantai Ancol lah yang akhirnya terpilih menjadi destinasi penutup kunjungan mereka.Usai memarkirkan motornya, Albani dan Rindu mulai berjalan menyusuri jalan di sepanjang tepian pantai Ancol yang cukup ramai sore itu.Rata-rata pengunjung adalah keluarga yang sudah memiliki anak. Bocah-bocah itu asik berlarian bebas sambil bermain air dan membuat istana pasir."Ih lucunya," seru Rindu sambil tersenyum ke arah seorang balita perempuan yang sedang bermain pasir bersama seorang bocah kecil laki-laki di tepi pantai."Mamahnya mana?" Tanya Rindu ketika tak mendapati ada orang dewasa yang mengawasi dua bocah kecil itu."Mamah lagi ke toilet," jawab bocah lelaki yang lebih besar. Perkiraan usianya mu
Rindu mengesah.Menutup layar laptop dihadapannya seraya menjatuhkan tubuh ke kasur lantai.Pikirannya yang kacau membuat Rindu tak bisa konsen menulis.Ditatapnya cukup lama ke arah langit-langit kamar kontrakannya yang usang.Satu Minggu berlalu sejak pertemuan yang terjadi antara dirinya dengan mantan Bosnya terjadi, entah kenapa Rindu terus saja terbayang-bayang sosok Fahri.Jika sebelumnya, Rindu yang merasa bahwa dirinya mengidolakan sosok Fahri karena kebaikan lelaki itu, hingga terinspirasi membuat sebuah cerita dengan tokoh utama bernama Fahmi Idris dalam novel perdananya yang berjudul SUAMI IDAMAN, kini, perlahan-lahan hatinya justru mulai diliputi keraguan.Mengenai sikap baik Fahri yang berlebih terhadapnya, padahal jelas-jelas Rindu telah melakukan banyak kesalahan di awal perkenalan mereka dahulu, di kantor.Mengenai kebetulan-kebetulan yang terjadi ketika Rindu mengalami pendarahan di pasar lalu tiba-tiba
"Assalamualaikum sayang? Kamu lagi apa?" Tanya Fahri di telepon."Waalaikum salam. Aku lagi di kamar tiduran aja sambil baca-baca novel online. Kamu kok belum pulang jam segini, Beb?" Tanya Adel dengan bibir yang mengerucut. Diliriknya ke arah jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam."Ini aku baru mau kasih tau kamu, malam ini aku pulang telat ya? Klienku yang dari luar negeri itu datang hari ini, mereka ngajak aku hang out ke salah satu Club di Jakarta. Aku nggak enak nolaknya," ucap Fahri menjelaskan.Adel cukup paham bagaimana sifat suaminya.Adel tahu betul, Fahri itu paling anti mendatangi tempat-tempat yang berbau maksiat seperti itu jika bukan terpaksa karena menyangkut masalah pekerjaan.Jadi, tak perlu ada yang dikhawatirkan."Okelah kalau begitu. Awas, jangan nakal ya?" Goda Adel sambil tertawa.Fahri tersenyum. "Nggak ada wanita lain yang bisa menarik perhatian Fahri Hendraw
"Wah, kamu beli pizza? Dapet uang dari mana Mas?" Pekik Rindu ketika didapatinya Albani pulang dengan menenteng sekotak pizza favorit Rindu."Ya adalah tadi, nih makan," Albani menyerahkan sekotak pizza pada sang istri lalu beranjak ke kamar mandi untuk bersih-bersih.Rindu menyambut dengan penuh antusias pizza itu dan langsung melahapnya tanpa menunggu Albani.Begitu Albani selesai dengan kegiatannya di kamar mandi, dilihatnya Rindu sudah menghabiskan 3 potong pizza yang dia beli."Doyan apa laper?" Goda Albani pada sang istri. Albani duduk di karpet lantai tepat di sebelah Rindu. Dengan gayanya yang manja dia meminta Rindu menyuapinya sepotong pizza."Kamu dapat uang dari mana Mas bisa beli beginian, inikan mahal harganya?" Tanya Rindu curiga. Pasalnya ini tanggal tua dan dari mana Albani punya uang untuk membeli sekotak pizza?Albani tidak menjawab."Mas, kamu dapat uang dari mana?" Tanya Rindu lagi."Pizzany
Setelah menghadiri acara pernikahan salah satu kerabat dekat di daerah Bekasi, Fahri dan Adel memilih untuk langsung pulang karena kebetulan hari sudah larut malam.Di tengah perjalanan Adel mengatakan bahwa dirinya haus. Dia meminta dibelikan minuman dingin di minimarket pada sang suami.Setelah mampir di beberapa minimarket yang berbeda, ternyata stok minuman dingin yang diinginkan Adel sedang habis. Jadilah Fahri kembali memutar kemudi untuk mencari minimarket lain."Minumannya yang rasa Strawberry ya Beb? Kamu tahulah minuman kesukaan aku," teriak Adel saat Fahri baru saja keluar dari mobil yang terparkir di depan sebuah minimarket di daerah pasar baru.Fahri mengacungkan ibu jarinya mengisyaratkan kalau dia mengetahui apa yang diinginkan sang istri dan berharap stok minuman yang dia cari kali ini tersedia."Selamat malam, selamat datang di He-Mart, selamat berbelanja," kedatangan Fahri langsung disambut oleh kasir yang bertugas malam
"Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu
Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R
Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo
Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan
"Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem
Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah
"Hai, Rindu? Apa kabar?" Tanya seorang lelaki yang mengantri di belakang Rindu saat wanita itu hendak membayar di kasir minimarket.Rindu pun menoleh dan terkejut, meski setelahnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya. "Bisma?" Pekik Rindu tak percaya. Sebab sepengetahuannya, Bisma sudah kembali ke Kalimantan."Kamu sejak kapan di Jakarta?" Tanya Rindu saat kini dirinya dan Bisma sudah keluar dari minimarket. Mereka hendak berjalan menuju ruang rawat Yanti."Sudah dari satu minggu yang lalu,""Oh begitu, kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Rindu lagi."Maaf, aku sibuk dengan pekerjaan dan harus merawat Ibuku juga yang sedang sakit," Bisma jadi terkekeh, merasa tidak enak. Meski alasan utama seorang Bisma kembali ke Jakarta karena selain harus merawat Ibunya yang sedang sakit, namun Bisma juga ingin mengetahui lebih lanjut hubungan yang terjalin antara Rindu dan Fahri sejauh ini.Jika memang pada kenyataannya Rindu d
Apakah sampai detik ini ada orang yang mampu menjawab tentang pertanyaan, mengapa waktu berlalu begitu cepat saat kita merasa bahagia dan sebaliknya, mengapa waktu seakan berlalu begitu lambat saat kita melaluinya dalam duka dan penderitaan?Seperti halnya yang kini dialami seorang Fahri.Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui anaknya sakit?Terlebih, jika sang anak yang baru berusia enam tahun itu didiagnosis Leukimia atau Kanker Darah.Bagai disambar petir, anak yang begitu cantik dan pintar harus menanggung kesakitan di usianya yang masih kecil.Sesungguhnya Fahri begitu terpukul seolah dia merasakan sakit yang kini harus di derita sang anak selama menjalani proses pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya.Dokter mengatakan, pengambilan sumsum tulang belakang yang baru saja dijalani oleh Azzura saat ini memang rasanya sangat menyakitkan.Tapi, melihat semangat Azzura untuk sembuh, mengubur semua kesedihan
Hari ini, Fahri dan Rindu sudah packing hendak berangkat untuk persiapan mereka berangkat ke Singapura.Seluruh barang bawaan sudah dikemas rapi di dalam koper.Fahri sedang mengajak Azzura menemui Oma dan Opanya untuk berpamitan sementara Rindu menunggu kepulangan Fahri di hotel bersama Azam dan Yanti.Azam yang saat itu terus saja ngambek karena tak ingin ikut ke Singapura.Rindu dengan sabar berusaha memberi pengertian pada Azam."Memangnya kenapa sih Azam kok nggak mau banget ikut Mama dan Papah ke Singapura? Kan di sana nanti Azam bisa jalan-jalan sama Nenek. Kita naik pesawat kayak waktu itu," ucap Rindu yang sejak tadi sibuk merayu Azam yang terus cemberut.Azam tak menyahut. Bibirnya mengerucut dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Masalah sekolah, Mama sudah bilang ke Ibu Guru Azam dan mereka sudah memberi izin, jadi Azam nggak perlu takut dimarahi. Sekarang semua sudah serba canggih. Azam bisa tet