"Assalamualaikum sayang? Kamu lagi apa?" Tanya Fahri di telepon.
"Waalaikum salam. Aku lagi di kamar tiduran aja sambil baca-baca novel online. Kamu kok belum pulang jam segini, Beb?" Tanya Adel dengan bibir yang mengerucut. Diliriknya ke arah jam dinding di kamarnya yang sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam."Ini aku baru mau kasih tau kamu, malam ini aku pulang telat ya? Klienku yang dari luar negeri itu datang hari ini, mereka ngajak aku hang out ke salah satu Club di Jakarta. Aku nggak enak nolaknya," ucap Fahri menjelaskan.Adel cukup paham bagaimana sifat suaminya.Adel tahu betul, Fahri itu paling anti mendatangi tempat-tempat yang berbau maksiat seperti itu jika bukan terpaksa karena menyangkut masalah pekerjaan.Jadi, tak perlu ada yang dikhawatirkan."Okelah kalau begitu. Awas, jangan nakal ya?" Goda Adel sambil tertawa.Fahri tersenyum. "Nggak ada wanita lain yang bisa menarik perhatian Fahri Hendraw"Wah, kamu beli pizza? Dapet uang dari mana Mas?" Pekik Rindu ketika didapatinya Albani pulang dengan menenteng sekotak pizza favorit Rindu."Ya adalah tadi, nih makan," Albani menyerahkan sekotak pizza pada sang istri lalu beranjak ke kamar mandi untuk bersih-bersih.Rindu menyambut dengan penuh antusias pizza itu dan langsung melahapnya tanpa menunggu Albani.Begitu Albani selesai dengan kegiatannya di kamar mandi, dilihatnya Rindu sudah menghabiskan 3 potong pizza yang dia beli."Doyan apa laper?" Goda Albani pada sang istri. Albani duduk di karpet lantai tepat di sebelah Rindu. Dengan gayanya yang manja dia meminta Rindu menyuapinya sepotong pizza."Kamu dapat uang dari mana Mas bisa beli beginian, inikan mahal harganya?" Tanya Rindu curiga. Pasalnya ini tanggal tua dan dari mana Albani punya uang untuk membeli sekotak pizza?Albani tidak menjawab."Mas, kamu dapat uang dari mana?" Tanya Rindu lagi."Pizzany
Setelah menghadiri acara pernikahan salah satu kerabat dekat di daerah Bekasi, Fahri dan Adel memilih untuk langsung pulang karena kebetulan hari sudah larut malam.Di tengah perjalanan Adel mengatakan bahwa dirinya haus. Dia meminta dibelikan minuman dingin di minimarket pada sang suami.Setelah mampir di beberapa minimarket yang berbeda, ternyata stok minuman dingin yang diinginkan Adel sedang habis. Jadilah Fahri kembali memutar kemudi untuk mencari minimarket lain."Minumannya yang rasa Strawberry ya Beb? Kamu tahulah minuman kesukaan aku," teriak Adel saat Fahri baru saja keluar dari mobil yang terparkir di depan sebuah minimarket di daerah pasar baru.Fahri mengacungkan ibu jarinya mengisyaratkan kalau dia mengetahui apa yang diinginkan sang istri dan berharap stok minuman yang dia cari kali ini tersedia."Selamat malam, selamat datang di He-Mart, selamat berbelanja," kedatangan Fahri langsung disambut oleh kasir yang bertugas malam
"Pak Fahri, tolong Pak! Percaya sama saya Pak! Saya sudah difitnah Pak! Idrus dalang semua ini Pak! Dia menjebak saya Pak! Dia jadikan saya kambing hitam, Pak! Pak... Pak Fahri!"Itulah teriakan Albani saat lelaki itu hendak dibawa masuk ke dalam mobil kepolisian.Sirine mobil kepolisian terdengar menjauh.Fahri menatap nanar mobil yang membawa Albani saat itu.Setelah bukti dan keterangan terkait tentang semua penyelewengan, kecurangan dan pencurian yang dilakukan Albani berhasil dikumpulkan, ditambah kesaksian dari pramuniaga dan kasir lain sesama karyawan di minimarket itu yang memang sudah sejak lama mencuriga Albani, membuat semuanya semakin jelas.Albani terbukti bersalah.Itulah sebabnya Pak Agus langsung menelepon pihak berwajib untuk mengamankan Albani karena karyawan itu harus mempertanggung jawabkan tindakan kriminal yang telah dia lakukan hingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan."Pak Fahri mau pulang ba
Kasus yang menjerat Albani tampaknya semakin serius.Hal itu dibuktikan setelah pihak kepolisian yang menyelidiki kasus ini menemukan beberapa bon hasil penjualan ilegal barang-barang lebih yang tersedia di Minimarket yang dijual Albani secara pribadi dengan harga miring.Bon-bon itu terkumpul rapi di dalam kontrakan Albani di bawah lipatan pakaian.Tidak hanya itu, bahkan polisi pun menemukan adanya sekotak barang haram berjenis ganja di dalam kontrakan itu.Rindu yang tak tahu menahu hal itu jelas syok bahkan dia sempat pingsan saat mengetahui bahwa suaminya selama ini berprofesi sebagai penjual narkoba. Untungnya ada Bu Risma tetangganya yang senantiasa menjaga Rindu yang saat itu sedang dalam keadaan hamil besar."Proses hukum atas diri Pak Albani, suami anda masih dalam proses. Tuntutan dari pihak perusahaan serta keterkaitannya dalam penjualan obat-obatan terlarang akan membuat hukumannya semakin berlipat ganda,"Itulah pen
"Kasihan sekali dia, Beib," gumam Adel saat mereka kini berjalan masuk ke dalam rumah mewah yang mereka huni, usai pertemuannya dengan Rindu.Fahri merangkul bahu sang istri. "Bukankah seharusnya Rindu bisa memetik pelajaran dari apa yang kini terjadi menimpa kehidupan rumah tangganya," ucap Fahri saat itu.Adel mengerutkan kening. Tidak sepenuhnya mengerti apa maksud perkataan sang suami."Maksud kamu apa sih? Aku nggak ngerti,"Fahri tersenyum.Mereka sudah sampai di dalam kamar.Lelaki itu mengajak Adel duduk di tepi ranjang tempat tidur berniat untuk menjelaskan sesuatu agar sang istri bisa mengerti maksud ucapannya."Rindu dan Albani itu menikah tanpa adanya Restu orang tua. Mereka kawin lari. Itulah sebabnya kini kehidupan rumah tangga mereka tidak bahagia. Ada saja masalahnya yang menimpa kehidupan rumah tangga mereka. Mungkin ini bentuk hukuman Allah pada mereka karena kesalahan mereka pada orang tua Rindu, sebab
Setelah bulan demi bulan yang sulit terlalui sejak sang Suami mendekam di penjara, malam itu rasanya seperti mimpi ketika Rindu mendengar suara seseorang mengetuk pintu kontrakannya dan mengucapkan salam.Rindu yakin itu suara suaminya sehingga dia lekas bangkit dari kasur lantai di kamarnya dan setengah berlari menuju pintu."Mas Bani?" Pekik Rindu yang jelas terkejut.Albani tersenyum lebar dengan kelopak mata yang berkaca-kaca. Tanpa berbasa-basi, lelaki itu langsung memeluk Rindu yang balas memeluk suaminya."Mukjizat apa yang membawa kamu ada di sini Mas? Aku nggak mimpikan Mas?" Ucap Rindu di tengah keterkejutannya. Setelah segala daya upaya perjuangan yang dilakukan Rindu untuk membuat suaminya terbebas dari hukuman pidana namun semuanya gagal, bahkan sampai dirinya mempertaruhkan harga diri dengan mendatangi Fahri untuk memohon pertolongan, tapi nyatanya lelaki itu tak bisa menolong. Rindu yang kecewa hanya bisa mengutuk kebodohannya itu d
Siang itu Rindu sedang sibuk memasak semur jengkol seperti permintaan sang suami.Usai mengupas jengkol yang sudah direbusnya hingga empuk, Rindu berniat untuk menggeprek jengkol itu menggunakan Ulekan.Lima menit cukup bagi Rindu menyelesaikan hal itu.Wanita berdaster ungu itu beranjak ke kompor hendak menumis bumbu.Selesai menumis dan menambahkan air ke dalam tumisan bumbu di wajan, Rindu mengaduk isi wajan agar bumbu tercampur merata sebelum memasukkan jengkol yang telah dia geprek tadi. Tak lupa dia menambahkan kecap secukupnya beserta garam dan penyedap rasa. Kini, Rindu hanya perlu menunggu hingga semur itu matang setelah airnya mendidih.Rindu menghentikan sejenak aktifitasnya itu ketika dia merasakan kembali kontraksi pada perutnya.Lekas dia mencari tempat duduk karena sejak tadi dia sudah terlalu lama berdiri.Rasanya belum satu lima detik saat Rindu menempelkan bokongnya di kursi ketika aliran deras air tib
Flashback On...Usai menghadiri acara pernikahan anak dari sahabat lamanya di Jakarta, Nyonya Heni Hendrawan berniat untuk menyambangi kediaman sang putra tercintanya. Wanita paruh baya itu sudah sangat-sangat merindukan Fahri karena hampir tiga bulan lebih dirinya tidak berjumpa dengan anak lelakinya itu.Sejak Adel hamil, Fahri seolah lupa padanya, bahkan hanya sekedar menelepon saja jarang. Itulah sebabnya Nyonya Heni memutuskan untuk menginap sejenak barang sehari dua hari di Jakarta.Kali ini sang suami memang tak tampak mendampingi karena sedang ada urusan di Surabaya. Itulah sebabnya, Nyonya Heni hanya pergi sendirian.Mobil yang dikendarai supir pribadi keluarga Hendrawan tampak terparkir di halaman rumah Fahri yang megah dan mewah.Pak Budiman tampak sigap keluar dari mobil untuk membukakan pintu bagi sang majikan. Tak lupa Pak Budiman pun membawakan barang-barang bawaan milik Nyonya Heni.Nyonya Heni memperhatikan kesel
"Bang, ada yang nyariin tuh di luar," ucap seorang lelaki berseragam pegawai minimarket pada rekan kerjanya yang bernama Albani."Siapa?" Tanya Albani yang saat itu sedang istirahat makan siang."Nggak tau, cewek, cantik pake hijab,"Kening Albani berkerut samar. Lelaki itu lekas menyudahi acara makan siangnya untuk segera menemui sang tamu.Dan Albani menjadi terkejut saat dia mengetahui siapa wanita yang dimaksud rekan kerjanya tadi.Dia Adel.Istri dari lelaki bernama Fahri Hendrawan.*****Enam jam berlalu, Albani sudah selesai bekerja dan berniat untuk mendatangi lokasi yang dijanjikan Adel tadi siang.Sebuah cafe elit di pusat kota Jakarta."Ada apa Mba?" Tanya Albani to the point begitu Adel menyuruhnya duduk.Mereka duduk berhadapan di salah satu meja di dalam cafe bernuansa cozy itu."Saya mau tanya, apa benar Rindu istri kamu itu seorang penulis?" Tanya Adel saat itu
Hari-hari berlalu.Musim berganti dengan cepat.Waktu berputar bagai anak panah yang melesat dari busurnya.Waktu tiga tahun yang Fahri dan Rindu lalui bersama dalam kesederhanaan nyatanya lebih membahagiakan ketimbang mereka harus hidup dengan bergelimang harta dan kemewahan.Fahri mengawali karirnya dengan bekerja sebagai salah satu karyawan HRD di sebuah perusahaan di Jakarta.Sementara Rindu kembali fokus menekuni dunia literasi.Sejauh ini Rindu sudah berhasil merampungkan lima belas karya yang kesemuanya adalah novel bertema drama rumah tangga.Nama Rindu kini sudah banyak dikenal orang banyak dan pundi-pundi rupiah pun mengalir tiada henti dari semua naskahnya yang laris di pasaran.Bahkan ada beberapa naskah Rindu yang sudah dilirik oleh produser film untuk diangkat menjadi film layar lebar.Berkat kegigihan dan kesabaran mereka, lambat laun, perekonomian mereka yang sulit pun membaik dan kini R
Semua dilakukan serba cepat.Prosesi pemakaman Azzura berlangsung khidmat.Azzura dikuburkan bersebelahan dengan makam sang Ibu, Adelia Kartika Wibowo.Saat itu, dari luar Fahri memang terlihat tegar bahkan tak ada satu tetes pun air matanya yang mengalir keluar.Dan hanya Rindu satu-satunya orang yang tahu bagaimana sejatinya perasaan sang suami saat ini.Sesungguhnya Fahri begitu rapuh.Bahkan sejak lelaki itu kembali ke Indonesia dengan membawa serta jenazah Azzura, Fahri tak sama sekali bicara. Lelaki itu diam membisu dalam duka yang menyelimuti hatinya.Kepergian Azzura benar-benar menjadi pukulan telak bagi Fahri yang membawa dirinya pada titik terendah kehidupan.Mungkin, jika tidak ada Rindu di sisinya, Fahri sendiri tidak tahu apakah dirinya masih bisa melanjutkan hidup atau tidak.Pemakaman selesai pagi itu.Awan mendung yang sudah menggelayuti langit Kota Jakarta sejak tadi malam seo
Fahri sampai di Singapura setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan.Lelaki itu harusnya beristirahat sejenak di apartemen, tapi dia tak melakukannya karena terlalu khawatir akan kondisi Azzura.Jadilah, sesampainya di Bandar Udara International Changi Singapura, Fahri langsung on the way menuju rumah sakit tempat Azzura menjalani kemo.Tak membutuhkan waktu lama untuk Fahri sampai di rumah sakit.Fahri kembali mengecek ponselnya sekali lagi saat telepon dan seluruh pesan yang dia kirimkan pada sang Papih dan Mamihnya tak kunjung ada jawaban.Mendadak, perasaan cemas menggelayuti hati Fahri.Fahri berjalan dengan langkah tergesa menuju lokasi di mana Azzura berada, namun dia tak mendapati sesiapapun di sana.Tak ada Azzura maupun kedua orang tuanya.Fahri bertanya pada suster rumah sakit dan lelaki itu terkejut bukan main saat sang suster mengatakan bahwa pasien bernama Azzura semalam mengalami kejang dan
"Maafkan aku Rindu. Mungkin karena aku kemarin sempat mengganti nomor, makanya aku terlambat mengetahui informasi tentang kaburnya Surya dan Romy dari kepolisian Kalimantan," ucap Fahri saat kini dirinya dan Rindu sudah keluar dari ruangan rawat Bisma.Pasca pertemuannya dengan Januar tadi, Fahri sebenarnya ingin sekali memberi Januar pelajaran atas perlakuannya terhadap Rindu. Namun sayang dia tak mungkin melakukan hal itu di hadapan Bisma yang sedang sakit.Saat ini Fahri dan Rindu sedang berbincang di dalam ruangan rawat Yanti. Azam baru saja tertidur karena waktu yang memang sudah larut.Fahri terpaksa berbohong pada Azzura agar diizinkan untuk pergi ke Indonesia karena lelaki itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Rindu.Sekarang, semua sudah aman.Fahri bisa lebih tenang. Itulah sebabnya dia harus lekas kembali ke Singapura."Sudah tidak apa-apa. Semuanya sudah terjadi. Besok sebelum berangkat ke Singapur, ada baiknya kamu tem
Setelah insiden yang terjadi di Basemen rumah sakit dua hari yang lalu, kini Bisma sudah mendapat perawatan intensif pasca operasi akibat perut kirinya yang tertembus timah panas oleh Surya.Sementara Surya sendiri dinyatakan meninggal di lokasi kejadian saat Bisma berhasil melawan dengan balik menembak Surya. Tembakan Bisma tepat mengenai jantung Surya, itulah sebabnya Surya langsung menghembuskan nyawanya detik itu juga.Setidaknya, kini Rindu bisa bernapas lega setelah memastikan Romy dibekuk oleh polisi dan mendapat hukuman atas tindakannya yang telah berani kabur dari penjara. Romy dijatuhi hukuman pidana seumur hidup atas tindakannya tersebut.Rindu yang merasa berhutang budi pada Bisma kini harus membagi waktu yang dimilikinya untuk menjaga Yanti dan Bisma secara bergantian.Untungnya, ruangan rawat Bisma dengan Yanti tidak terlalu jauh, jadi Rindu bisa bulak-balik kapan pun dirinya mau.Pagi itu, sehabis mengantar Azam ke sekolah
"Hai, Rindu? Apa kabar?" Tanya seorang lelaki yang mengantri di belakang Rindu saat wanita itu hendak membayar di kasir minimarket.Rindu pun menoleh dan terkejut, meski setelahnya sebuah senyuman lebar mengembang di wajah cantiknya. "Bisma?" Pekik Rindu tak percaya. Sebab sepengetahuannya, Bisma sudah kembali ke Kalimantan."Kamu sejak kapan di Jakarta?" Tanya Rindu saat kini dirinya dan Bisma sudah keluar dari minimarket. Mereka hendak berjalan menuju ruang rawat Yanti."Sudah dari satu minggu yang lalu,""Oh begitu, kenapa tidak memberi kabar?" Tanya Rindu lagi."Maaf, aku sibuk dengan pekerjaan dan harus merawat Ibuku juga yang sedang sakit," Bisma jadi terkekeh, merasa tidak enak. Meski alasan utama seorang Bisma kembali ke Jakarta karena selain harus merawat Ibunya yang sedang sakit, namun Bisma juga ingin mengetahui lebih lanjut hubungan yang terjalin antara Rindu dan Fahri sejauh ini.Jika memang pada kenyataannya Rindu d
Apakah sampai detik ini ada orang yang mampu menjawab tentang pertanyaan, mengapa waktu berlalu begitu cepat saat kita merasa bahagia dan sebaliknya, mengapa waktu seakan berlalu begitu lambat saat kita melaluinya dalam duka dan penderitaan?Seperti halnya yang kini dialami seorang Fahri.Orang tua mana yang tidak terluka saat mengetahui anaknya sakit?Terlebih, jika sang anak yang baru berusia enam tahun itu didiagnosis Leukimia atau Kanker Darah.Bagai disambar petir, anak yang begitu cantik dan pintar harus menanggung kesakitan di usianya yang masih kecil.Sesungguhnya Fahri begitu terpukul seolah dia merasakan sakit yang kini harus di derita sang anak selama menjalani proses pengobatan dan kemoterapi atas penyakitnya.Dokter mengatakan, pengambilan sumsum tulang belakang yang baru saja dijalani oleh Azzura saat ini memang rasanya sangat menyakitkan.Tapi, melihat semangat Azzura untuk sembuh, mengubur semua kesedihan
Hari ini, Fahri dan Rindu sudah packing hendak berangkat untuk persiapan mereka berangkat ke Singapura.Seluruh barang bawaan sudah dikemas rapi di dalam koper.Fahri sedang mengajak Azzura menemui Oma dan Opanya untuk berpamitan sementara Rindu menunggu kepulangan Fahri di hotel bersama Azam dan Yanti.Azam yang saat itu terus saja ngambek karena tak ingin ikut ke Singapura.Rindu dengan sabar berusaha memberi pengertian pada Azam."Memangnya kenapa sih Azam kok nggak mau banget ikut Mama dan Papah ke Singapura? Kan di sana nanti Azam bisa jalan-jalan sama Nenek. Kita naik pesawat kayak waktu itu," ucap Rindu yang sejak tadi sibuk merayu Azam yang terus cemberut.Azam tak menyahut. Bibirnya mengerucut dengan kedua tangan yang bersidekap di depan dada."Masalah sekolah, Mama sudah bilang ke Ibu Guru Azam dan mereka sudah memberi izin, jadi Azam nggak perlu takut dimarahi. Sekarang semua sudah serba canggih. Azam bisa tet