Kasus yang menjerat Albani tampaknya semakin serius.
Hal itu dibuktikan setelah pihak kepolisian yang menyelidiki kasus ini menemukan beberapa bon hasil penjualan ilegal barang-barang lebih yang tersedia di Minimarket yang dijual Albani secara pribadi dengan harga miring.Bon-bon itu terkumpul rapi di dalam kontrakan Albani di bawah lipatan pakaian.Tidak hanya itu, bahkan polisi pun menemukan adanya sekotak barang haram berjenis ganja di dalam kontrakan itu.Rindu yang tak tahu menahu hal itu jelas syok bahkan dia sempat pingsan saat mengetahui bahwa suaminya selama ini berprofesi sebagai penjual narkoba. Untungnya ada Bu Risma tetangganya yang senantiasa menjaga Rindu yang saat itu sedang dalam keadaan hamil besar."Proses hukum atas diri Pak Albani, suami anda masih dalam proses. Tuntutan dari pihak perusahaan serta keterkaitannya dalam penjualan obat-obatan terlarang akan membuat hukumannya semakin berlipat ganda,"Itulah pen"Kasihan sekali dia, Beib," gumam Adel saat mereka kini berjalan masuk ke dalam rumah mewah yang mereka huni, usai pertemuannya dengan Rindu.Fahri merangkul bahu sang istri. "Bukankah seharusnya Rindu bisa memetik pelajaran dari apa yang kini terjadi menimpa kehidupan rumah tangganya," ucap Fahri saat itu.Adel mengerutkan kening. Tidak sepenuhnya mengerti apa maksud perkataan sang suami."Maksud kamu apa sih? Aku nggak ngerti,"Fahri tersenyum.Mereka sudah sampai di dalam kamar.Lelaki itu mengajak Adel duduk di tepi ranjang tempat tidur berniat untuk menjelaskan sesuatu agar sang istri bisa mengerti maksud ucapannya."Rindu dan Albani itu menikah tanpa adanya Restu orang tua. Mereka kawin lari. Itulah sebabnya kini kehidupan rumah tangga mereka tidak bahagia. Ada saja masalahnya yang menimpa kehidupan rumah tangga mereka. Mungkin ini bentuk hukuman Allah pada mereka karena kesalahan mereka pada orang tua Rindu, sebab
Setelah bulan demi bulan yang sulit terlalui sejak sang Suami mendekam di penjara, malam itu rasanya seperti mimpi ketika Rindu mendengar suara seseorang mengetuk pintu kontrakannya dan mengucapkan salam.Rindu yakin itu suara suaminya sehingga dia lekas bangkit dari kasur lantai di kamarnya dan setengah berlari menuju pintu."Mas Bani?" Pekik Rindu yang jelas terkejut.Albani tersenyum lebar dengan kelopak mata yang berkaca-kaca. Tanpa berbasa-basi, lelaki itu langsung memeluk Rindu yang balas memeluk suaminya."Mukjizat apa yang membawa kamu ada di sini Mas? Aku nggak mimpikan Mas?" Ucap Rindu di tengah keterkejutannya. Setelah segala daya upaya perjuangan yang dilakukan Rindu untuk membuat suaminya terbebas dari hukuman pidana namun semuanya gagal, bahkan sampai dirinya mempertaruhkan harga diri dengan mendatangi Fahri untuk memohon pertolongan, tapi nyatanya lelaki itu tak bisa menolong. Rindu yang kecewa hanya bisa mengutuk kebodohannya itu d
Siang itu Rindu sedang sibuk memasak semur jengkol seperti permintaan sang suami.Usai mengupas jengkol yang sudah direbusnya hingga empuk, Rindu berniat untuk menggeprek jengkol itu menggunakan Ulekan.Lima menit cukup bagi Rindu menyelesaikan hal itu.Wanita berdaster ungu itu beranjak ke kompor hendak menumis bumbu.Selesai menumis dan menambahkan air ke dalam tumisan bumbu di wajan, Rindu mengaduk isi wajan agar bumbu tercampur merata sebelum memasukkan jengkol yang telah dia geprek tadi. Tak lupa dia menambahkan kecap secukupnya beserta garam dan penyedap rasa. Kini, Rindu hanya perlu menunggu hingga semur itu matang setelah airnya mendidih.Rindu menghentikan sejenak aktifitasnya itu ketika dia merasakan kembali kontraksi pada perutnya.Lekas dia mencari tempat duduk karena sejak tadi dia sudah terlalu lama berdiri.Rasanya belum satu lima detik saat Rindu menempelkan bokongnya di kursi ketika aliran deras air tib
Flashback On...Usai menghadiri acara pernikahan anak dari sahabat lamanya di Jakarta, Nyonya Heni Hendrawan berniat untuk menyambangi kediaman sang putra tercintanya. Wanita paruh baya itu sudah sangat-sangat merindukan Fahri karena hampir tiga bulan lebih dirinya tidak berjumpa dengan anak lelakinya itu.Sejak Adel hamil, Fahri seolah lupa padanya, bahkan hanya sekedar menelepon saja jarang. Itulah sebabnya Nyonya Heni memutuskan untuk menginap sejenak barang sehari dua hari di Jakarta.Kali ini sang suami memang tak tampak mendampingi karena sedang ada urusan di Surabaya. Itulah sebabnya, Nyonya Heni hanya pergi sendirian.Mobil yang dikendarai supir pribadi keluarga Hendrawan tampak terparkir di halaman rumah Fahri yang megah dan mewah.Pak Budiman tampak sigap keluar dari mobil untuk membukakan pintu bagi sang majikan. Tak lupa Pak Budiman pun membawakan barang-barang bawaan milik Nyonya Heni.Nyonya Heni memperhatikan kesel
"Permisi," ucap seorang lelaki berseragam polisi.Lelaki itu datang bersama rekannya sesama petugas kepolisian ke sebuah kontrakan sederhana di daerah pasar baru.Tok! Tok! Tok!"Permisi," ulang si polisi yang semakin mengencangkan suaranya. Dia terus mengetuk pintu kontrakan dihadapannya.Seorang wanita paruh baya keluar dari arah kontrakan di sebelah. Keningnya berkerut mendapati kedatangan petugas-petugas itu."Maaf Pak, cari siapa ya?" Tanya wanita paruh baya bernama Risma itu."Apa benar ini kontrakan yang dihuni oleh Bapak Albani? Ini Kartu Identitasnya," jawab salah satu polisi seraya memperlihatkan sebuah kartu indentitas pada wanita pemilik kontrakan di sebelah."Iya benar. Ini rumahnya Albani. Tapi rumahnya lagi kosong. Albani mungkin di rumah sakit menemani istrinya yang sedang melahirkan," beritahu Bu Risma pada kedua polisi itu.Para polisi itu saling pandang, seolah berat untuk memberitahukan kabar
Satu persatu pelayat mulai meninggalkan area pemakaman.Gerimis yang turun membuat mereka harus berjalan lebih cepat menuju lahan parkir di mana kendaraan mewah mereka berada.Cuaca pagi itu memang kurang mendukung.Gerimis bahkan sudah mengguyur kota Jakarta sejak malam tadi.Seorang lelaki berpakaian serba hitam masih terlihat berjongkok di sisi batu nisan yang bertuliskan Adelia Kartika Wibowo. Ajakan kedua orang tuanya untuk segera meninggalkan lokasi pemakaman itu bahkan tak sama sekali digubrisnya.Sejak semalaman tadi setelah jenazah Adel dimandikan Fahri tak sama sekali beranjak dari sisi jenazah sang istri. Meski air matanya sudah tak lagi meleleh, namun kelopak matanya yang terus tergenang oleh air mata tampak jelas menandakan betapa dirinya kehilangan.Nyonya Heni dan Bapak Hendrawan sudah pergi lebih dulu menuju mobil mereka karena gerimis yang memang turun semakin deras.Baju Koko yang Fahri kenakan sudah se
Berita mengenai kecelakaan yang terjadi menimpa Albani beredar dalam berita kriminal di beberapa stasiun Tv swasta di Indonesia.Berita itu menjadi konsumsi publik yang membuat sebagian warga merasa prihatin terhadap korban terlebih keluarga yang ditinggalkan.Ilyas Sandoro, tersangka utama atas kasus kecelakaan itu sudah meminta maaf bersama kuasa hukumnya melalui jumpa pers yang dia adakan di salah satu lobi gedung hotel miliknya.Berprofesi sebagai seorang pengusaha besar dan ternama, tak membuat Ilyas Sandoro lari dari tanggung jawab atas kesalahannya.Beliau bahkan bersedia untuk menanggung biaya hidup istri dan anak korban yang meninggal dalam kecelakaan itu. Meski sampai detik ini, para wartawan belum bisa mendapati keterangan terkait atas hal ini dari Nyonya Rindu sendiri yang merupakan istri sang korban.Saat ditemui di Kapolsek Pasar Baru, Rindu menolak memberikan penjelasan apapun. Wanita itu terus saja menghindar dari buruan w
"Innalillahi, jadi Mba Adel sudah meninggal?" Pekik Rindu ketika Fahri baru saja selesai menceritakan tentang alasan keberadaan lelaki itu di pemakaman.Saat itu keduanya sedang berdiri di sisi makam Adel setelah sebelumnya, Fahri menemani Rindu mendatangi makam Albani."Adel meninggal di hari yang sama ketika Albani kecelakaan," ucap Fahri dengan suara lemah. "Dia meninggal selepas melahirkan anak kami," tambah Fahri lagi tanpa mampu menutupi guratan pilu di wajah tampannya.Hati Rindu terenyuh. Wanita itu berjongkok di sisi makam Adel seraya mengelus batu nisannya. "Allah sangat sayang pada Mba Adel, sampai memanggilnya dengan cara yang begitu indah," gumam Rindu menunjukkan keprihatinannya.Kepala Rindu mendongak dan mendapati Fahri baru saja menyeka sudut mata. Rindu menelan ludah pahit ketika sekelebat bayangan saat-saat dirinya tengah mencaci maki Fahri. Mengumpatnya dengan kata-kata kasar bahkan sampai meneriak Fahri seorang pembunuh tanpa