Rindu baru saja membeli setengah dari rincian belanjaan yang sudah dia catat dari rumah, tapi kepalanya mendadak pening diikuti rasa nyeri di area perut.
Karena sakitnya tidak tertahankan, Rindu pun memilih untuk menyudahi acara belanjanya dan beranjak keluar dari pasar untuk mencari tempat duduk.Untung halte yang tak jauh dari pasar tampak sepi, Rindu pun beristirahat di sana. Dia duduk di bangku besi panjang yang terdapat di halte tersebut.Dengan wajah meringis Rindu meremas perutnya yang semakin lama semakin nyeri.Beberapa menit beristirahat Rindu merasa lebih baik hingga akhirnya dia berniat untuk segera pulang.Naasnya, begitu Rindu berdiri, dia merasakan darah segar mengalir deras di sela-sela pahanya dan turun ke kaki.Rindu panik hingga membuatnya berteriak meminta pertolongan.Hingga setelahnya, seorang lelaki berpakaian rapi tampak keluar dari mobil mewahnya yang kebetulan sedang melintas di area pasar tepatAlbani sedang santai menonton TV di ruang tamu kontrakannya ketika dia mendengar suara mobil yang terparkir tepat dihalaman depan jejeran kontrakannya.Untungnya halaman sekitar kontrakannya berdiri cukup luas sehingga memungkinkan untuk mobil bisa masuk.Albani mengintip dari jendela dan menjadi terkejut ketika dia melihat Rindu keluar dari mobil mewah itu bersama seorang lelaki yang mungkin seumuran dengannya tapi yang pasti lelaki itu lebih tampan darinya.Beribu pertanyaan kian merasuk dalam benak Albani disertai perasaannya yang mendadak kacau.Ini memang bukan hal pertama yang pernah dirasakan Albani sejak dirinya menjalin hubungan dengan Rindu sedari SMA.Rindu yang cantik, memang menjadi kejaran banyak lelaki. Itulah sebabnya, Albani paham betul apa yang dia rasakan dan berusaha untuk tetap bersikap wajar.Albani langsung berpura-pura kembali fokus menonton saat dia melihat Rindu yang mulai berjalan masuk ke dalam kontrak
Malam itu, Fahri memang tidak langsung melabrak Damar maupun Adel. Dia hanya mengikuti mereka hingga Fahri tau kalau Damar dan Adel hendak check in.Fahri masih terus membuntuti kemana Damar membawa Adel sampai akhirnya, dia tiba di lantai sepuluh lalu Damar membawa Adel masuk ke dalam salah satu kamar di sana.Fahri bukan tipikal lelaki yang mengandalkan otot dan emosi dalam menyelesaikan sebuah masalah, namun lebih ke otak.Saat itu, setelah Damar dan Adel sama-sama memasuki kamar yang telah mereka pesan, Fahri langsung menelepon Gunawan, seorang detektif swasta yang sebelumnya dia sewa untuk mengawasi Adel."Halo, ada apa Pak Fahri?" tanya Gunawan di seberang."Saya perlu bantuanmu lagi, Gun," jawab Fahri ditelepon."Baiklah, hal apa yang harus saya lakukan untuk anda kali ini, Pak?""Datanglah bersama polisi ke Hotel High Five, saya ingin kamu menggerebek Damar dan Adel di sana,""Baik, Pak,"Dan sa
Keesokan paginya, Rindu dan Albani sudah rapi dengan seragam kerja mereka.Karena kebetulan searah, jadilah mereka berangkat bersama-sama naik metromini. Rindu ke kantor sementara Albani ke minimarket tempat dia bekerja.Disepanjang perjalanan Albani terus saja bertanya akan kondisi Rindu, lelaki itu terlihat sangat perhatian terlebih khawatir, sebab setahu Albani, sejak dirinya berkenalan dengan Rindu, Rindu ini termasuk tipe orang yang jarang sekali sakit.Itulah sebabnya, sekalinya Rindu sakit, Albani pasti akan sangat cemas."Aku turun duluan ya? Kalau ada apa-apa langsung kabarin aku ya, Ndu?" ucap Albani sebelum mereka berpisah di metromini karena memang jarak lokasi tempat kerja Albani yang lebih dekat."Iya Mas, kamu juga hati-hati. Semangat kerja hari pertama, fighting!" ucap Rindu dengan gayanya yang ceriwis. Albani tertawa dia sempat mengelus puncak kepala istrinya yang menggemaskan itu.Metromini pun kembali melaju se
"Aku bener-bener nggak nyangka kamu tega berbuat seperti ini sama aku Fahri! AKU INI ISTRI KAMU! KENAPA KAMU MEMPERMALUKAN AKU SEPERTI INI? KAMU JAHAT FAHRI! KAMU JAHAT!"Itulah kalimat terakhir Adel yang di dengar Fahri pagi ini saat dia menyempatkan diri untuk datang ke lapas sebelum berangkat ke kantornya.Fahri memang telah menggugat Adel sesuai pasal dan hukum yang berlaku di negaranya mengenai perselingkuhan dan perzinahan dengan maksimal hukuman pidana sembilan bulan penjara.Kabarnya, setelah berita panas tentang hubungan terlarang Adel dengan Damar mencuat ke media pagi ini, semua kontrak kerja yang telah ditanda tangani Adel langsung dibatalkan oleh pihak terkait. Banyak iklan yang memutuskan untuk mengganti posisi Adel sebagai model produk mereka.Sudah bisa dipastikan, karir Adelia Kartika Wibowo yang telah dia rintis selama bertahun-tahun akan hancur dalam sekejap mata.Dan setelah ini, yang Fahri tahu, Adel pasti akan sangat
"Jujur, ini pertama kalinya loh saya makan jengkol, Rin. Tapi serius, ini enak. Enak banget malah," seru Fahri ketika dua suapan nasi ples jengkol hasil masakan Rindu masuk ke dalam mulutnya.Saat itu, mereka sedang berada di sebuah tempat yang sunyi dan cukup jauh dari hingar-bingar kota metropolitan yang bising.Perbukitan landai dengan panorama alam hijau bak permadani megah membentang di sepanjang mata memandang.Hari itu, Fahri mengajak Rindu ke puncak pas untuk sejenak menenangkan pikirannya yang kacau.Berada di tengah-tengah hamparan kebun teh membuat Fahri merasa jauh lebih baik.Terlebih, dia ditemani Rindu.Satu-satunya orang yang Fahri pikir bisa menjadi teman berbagi akan kepahitan hidup yang kini sedang dia alami.Fahri sudah menceritakan perihal kejadian yang menimpa kehidupan rumah tangganya pada Rindu sebelum akhirnya dia memutuskan untuk menyantap bekal makan siangnya.Kini, hatinya sedikit leb
Perbincangan Fahri dan Rindu hari itu di puncak berlanjut hingga waktu beranjak senja.Mereka bercerita tentang banyak hal sambil berjalan kaki menelusuri jalan setapak di area perkebunan teh yang asri. Untungnya, cuaca hari itu cerah meski semakin sore, mendung semakin menyelimuti area puncak dengan awan tebal nan hitam di langit."Terus bagaimana perasaan kamu setelah menikah dengan suami kamu sekarang? Apa kamu bahagia, Rindu? Atau malah menyesal telah kabur dari rumah waktu itu?" tanya Fahri saat itu."Saya nggak pernah menyesal atas keputusan saya ini Pak. Saya bahagia hidup bersama Mas Bani meski serba kekurangan. Bagi saya, bisa melihat Mas Bani disamping saya setiap hari saja, itu sudah cukup membuat saya bahagia,""Sesederhana itu?"Rindu mengangguk."Bahagia itukan memiliki porsinya masing-masing bagi setiap orang. Dan bahagia versi saya itu, nggak selalu harus menyangkut soal materi Pak. Walau hidup saya dan Mas Bani s
Apa mungkin dia itu, lelaki yang dulu mau dijodohkan denganku?Masa sih?Rindu masih bertanya-tanya sendiri dalam hati ketika Fahri tiba-tiba muncul dihadapannya."Ada apa Rindu? Ada sesuatu yang mau kamu beli?" tanya Fahri saat itu.Rindu menggeleng pelan. Pikirannya masih bercabang."Ya sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan," Fahri berjalan lebih dulu diikuti Rindu dibelakangnya.Di dalam mobil, Fahri mengeluarkan uang lembaran seratus ribu sejumlah empat juta rupiah dan dia memberikannya pada Rindu."Ini, saya harap dengan uang ini, kamu bisa meringankan beban suamimu atas hutang-hutang kalian. Ini hanya bantuan kecil, saya harap kamu bersedia menerimanya," ucap Fahri tulus.Awalnya Rindu menolak namun karena Fahri memaksa, Rindu tak punya alasan untuk menolak lebih jauh."Loh Pak, ngapain kita ke sini?" tanya Rindu ketika Fahri tiba-tiba membelokkan kemudi ke kiri dan memasuki halaman parkir sebuah r
"Kita bawa Rindu ke rumah sakit," perintah Fahri. "Bawa Rindu ke mobil saya!"Tanpa berpikir lagi, Albani pun langsung menggendong Rindu dan membawanya masuk ke mobil Fahri. Sebelum pergi, Albani sempat berteriak pada Bu Risma tetangganya untuk menitip rumah.Bu Risma yang kebetulan melihat kejadian itu pun mengangguk dan langsung mengunci pintu rumah tetangganya itu.Dengan wajah prihatin, Bu Risma menatap kepergian mobil mewah yang membawa Rindu dan Albani saat itu.Berharap tak terjadi hal buruk menimpa pasangan suami istri itu.Sesampainya di rumah sakit Bersalin, Rindu langsung mendapati penanganan medis di ruang UGD sementara Fahri dan Albani di minta menunggu di luar.Saat itu Fahri tampak duduk tenang di salah satu kursi tunggu rumah sakit, sementara Albani terus berdiri mundar-mandir di depan pintu ruang UGD. Dua kelopak mata lelaki itu tampak memerah dan berair. Sepertinya, Albani benar-benar sangat mengkhawatirkan kond