Beranda / Fiksi Remaja / JILBABER JUGA MANUSIA / 3. BATAL JADI MAK COMBLANG

Share

3. BATAL JADI MAK COMBLANG

Penulis: Rea MP
last update Terakhir Diperbarui: 2021-11-01 06:23:55

Di dalam kelas Sandra. Sandra terlihat duduk di kursinya dengan bibir manyun. Ririn yang sedang ngobrol dengan teman di bangku depan melirik sekilas. Ia yakin kalau barusan Sandra pasti bertemu dengan Atika di depan kelas tadi. Dari dalam kelas ia sempat melihat hal itu sejenak tanpa sengaja. Meski sesaat, tapi Ririn melihat Sandra dan Atika hanya saling berpandangan sebentar lalu Sandra yang lebih dahulu memalingkan wajah dan masuk ke dalam kelas.

            Karena melihat wajah Sandra yang kusut dan ditekuk, Ririn memilih terus ngobrol dengan teman yang di depan bangkunya. Guru bidang studi selanjutnya juga belum kelihatan apakah akan segera datang atau tidak. Padahal bel tanda istirahat usai sudah berbunyi sepuluh menit lalu.

            Suasana kelas berdengung layaknya suara sekelompok besar lebah sedang berkumpul. Ya, begitulah suasana kelas jika tak ada guru yang masuk tetapi murid-murid memilih tetap diam di kelas. Karena tak tahu harus mengerjakan apa dan belum ada tugas yang harus diselesaikan, maka para siswa dan siswi ada yang ngobrol dengan teman-teman sebangku atau yang bangkunya berdekatan. Ada yang menggambar, baca buku, ada pula yang hanya merebahkan kepalanya di atas meja dan memejamkan mata. Hmm, mungkin mengantuk.

            Sandra sendiri memilih berdiam diri. Ia tak ingin membahas apapun atau dengan siapa pun. Tadi di perpustakaan, ia sudah habis-habisan curhat pada Jerry yang merupakan kakak sepupunya. Curhat tentang Atika tentunya. Tentang semua sikap dan perilakunya yang sudah banyak berubah.

            “Kamu yakin karena gara-gara dia milih berjilbab?” Jerry menatap manik mata Sandra yang berkabut.

            Sandra berdecak. Ia kesal karena sudah menjelaskan panjang lebar tentang masalahnya tetapi kakak sepupunya itu malah meragukannya. Tidak paham atau memang pura-pura enggak paham, sih? Sudah capek ngomong sampai berbusa, masa Jerry hanya berkomentar singkat seperti itu? Apa enggak ada komentar lain yang sifatnya mendukung dugaannya?

            Buat Jerry, sebenarnya enggak aneh kalau Sandra curhat tentang sahabatnya. Sebab memang sejak kecil ia menjadi tempat curhat sepupunya yang cerewet itu. Sepupu yang bertumbuh bersamanya sejak kecil. Di lingkungan yang sama karena mereka tinggal berdekatan. Posisi rumah mereka saling berhadap-hadapan satu sama lain. Hanya terpisahkan oleh jalan selebar lima meter saja. Dekat sekali, kan?

            Sandra memang cerewet. Namun, sebenarnya ia orang yang perhatian dan sensitif. Sudah tidak aneh lagi bagi Jerry mendengar keluhan dari mulut gadis itu. Sudah puluhan orang teman atau bahkan sahabat Sandra yang diceritakan. Jadi sedikit banyak Jerry tahu karakter-karakter teman-teman Sandra dari cerita-cerita gadis itu tanpa perlu menemui mereka satu persatu.

            Jerry memilih percaya –lebih tepatnya pura-pura percaya— agar Sandra tidak ngambek dan merasa diabaikan. Sifat manja sepupunya itu kadang membuatnya kewalahan dengan dirinya yang tidak terbiasa bermanja-manja. Ya iyalah. Masa jadi cowok manja? Apa kata dunia nanti? Bisa-bisa kadar kemachoannya sebagai seorang cowok bisa menurun tajam. Mana bentuk fisiknya tinggi besar dengan kulit sawo matang dan rambut lurus. Alis tebal dan ada sedikit bulu-bulu kumis di atas bibirnya. Suaranya juga cukup berat, nge-bass kalau mamanya bilang. Cowok banget, kan? Pasti enggak cocok banget kalau bertingkah kemayu.

            Nah, yang anehnya biasanya ia tak terlalu ambil peduli dengan teman-teman adik sepupunya itu. Tidak sekalipun tertarik untuk melihat secara langsung sosok-sosoknya. Sebelum-sebelumnya selalu begitu. Tapi sejak adik sepupunya itu masuk SMA yang sama dengannya dan mengenalkan Atika kepadanya, entah kenapa Jerry ingin melihat secara langsung wujud sahabat sepupunya itu seperti apa. Seperti ada aura aneh yang memikatnya dan menariknya untuk melihat Atika face to face.

            Sebaliknya. Sandra merasa heran kenapa kakak sepupunya itu tiba-tiba begitu tertarik ingin mengenal Atika. Padahal biasanya ketika ia bercerita, begitu cerita selesai, ya sudah. Jerry hanya memberi saran sedikit jika diminta. Namun, kali ini berbeda. Jerry ingin dikenalkan langsung dengan Atika. Sepertinya dia penasaran dan tertarik.

            Sandra sih setuju-setuju saja. Ia tahu pasti kalau Jerry atau cowok lainnya di sekolah mereka pasti akan menyukai Atika yang memang cantik dan menarik. Wajah oval dengan ujung dagu yang sedikit terbelah, berkulit putih agak kemerahan, dengan kedua mata yang tidak terlalu besar namun selalu berbinar-binar. Alis yang lumayan tebal dan bentuknya rapi. Tak perlu dicukur supaya mendapatkan bentukan alis yang sekarang sedang digemari, agak tebal dan membulat di pangkalnya, meruncing di ujungnya lalu sedikit naik ke arah pelipis. Lengkung yang sempurna!

            Kemudian hidungnya yang mungil meski tak bisa dibilang pesek. Memang tak sebangir para artis korea, sih. Yang penting asli alias orisinal dengan tulang hidung yang kokoh. Terakhir, bibir merah yang penuh dan berbentuk sempurna. Kalau jadi model iklan lipstik kayaknya cocok juga, hahaha!

            Hhh. Sandra tanpa sadar tersenyum-senyum sendiri diam-diam, lalu sedetik kemudian menghela napas dan murung kembali. Sebenarnya saat mengingat Atika, selalu ada perasaan nyaman yang hadir menghangatkan hatinya. Kadang tanpa sadar ia tersenyum sendiri mengingat sahabatnya yang satu itu. Tiada hari tanpa cerita mengasyikkan dengan Atika.

            Sejak ia berhasil mengenalkan Atika dan Jerry secara langsung, rupanya kakak sepupunya itu langsung jatuh hati padanya. Jerry lalu memintanya untuk menjadi “mak comblang” agar ia bisa memacari Atika. Mereka memang akhirnya berkenalan secara langsung di sekolah setelah dua bulan menjalani hari-hari sebagai siswa kelas satu SMA, sedangkan Jerry saat itu sudah duduk di kelas dua SMA.

            Tapi sayangnya Jerry tidak memiliki keberanian untuk “menembak” langsung Atika. Ia hanya berani mengagumi gadis itu dari kejauhan. Sudah sering Sandra mengajaknya ikut serta jika ia dan Atika memiliki acara jalan berdua, entah ke toko buku atau sekadar jajan bakso. Tapi Jerry selalu menolak dan menolak.

            “Belum waktunya, San. Aku mau cari waktu yang tepat.” Begitu selalu alasannya tiap kali Sandra mengajaknya selangkah lebih berani untuk mendekati Atika.

            “Cepetan! Ntar dia disamber cowok lain baru tau rasa, lho! Kan kalau cowok itu harusnya berfilosofi ‘siapa cepat, dia dapat’. Bagaimana sih kamu, ah! Payah, Kakak!” ledek Sandra setengah menggerutu.

            Waktu pembicaraan itu terjadi, Sandra sedang bersantai di ruang keluarga sambil menonton konten musik youtube di laptopnya. Jerry tiba-tiba datang menghampiri sambil melemparkan kunci motor ke atas meja dan membantingkan pantatnya ke atas sofa lalu merebahkan punggungnya ke sandaran sofa dan memejamkan kedua matanya.

            Sandra yang sedang menikmati waktu santainya melirik dan melotot tanda tak suka. Apalagi sikap Jerry yang main lempar sana sini seperti barusan. Kalau nanti kunci motornya hilang, baru tahu rasa, lho! Runtuknya dalam hati. Enggak ada jaminan barang-barang di rumah ini bakalan tetap aman di posisi sementaranya kalau tidak diletakkan pada tempat yang seharusnya.

            Lalu mulailah kakak sepupunya itu curhat kalau dia ingin bisa semakin dekat dengan Atika. Sandra menyuruhnya untuk segera menembak sahabatnya itu. Tapi Jerry malah mendadak berubah pikiran. Hadeeh! Maunya apa sih ini cowok? Keluh Sandra dalam hati.

            “Cowok kok enggak ada nyali!” ledek Sandra lagi tanpa basa-basi.

            “Lha, ada kamu apa fungsinya, dong?” Jerry malah balik meledeknya dengan ekspresi tenang.

            “Apa maksudnya?” Kedua mata sipit Sandra membelalak.

            “Ya, kamu kan sahabatnya. Ya, jagain dia. Mata-matain dia. Kalau ada cowok yang naksir dia, ya cegahlah sama kamu.” Jerry enak saja bicara begitu dengan santainya tanpa ada beban.

            Sandra memutar kedua bola matanya dan menghela napas kasar. “Kamu pikir aku baby sitter-nya Atika? Yang 24 jam ngawasin dia? Kayak aku enggak punya kehidupan aja, ih!” cibir Sandra.

            “Ya, aku kan udah minta tolong sama kamu. Bantuin dong kakak sepupumu yang gantengnya luar biasa ini biar enggak jomblo terus. Udah kelas dua SMA masih jomblo? Apa kata dunia? Menyedihkan, bukan?” Jerry memasang tampang memelas dan posisi kedua tangannya terbuka seperti orang yang sedang berdoa.

            Sandra terkikik geli mendengarnya. Ia kasihan sekaligus ingin tertawa melihat Jerry yang biasanya serius dan cuek berakting seperti jones alias jomblo ngenes sedunia. Hahaha!

            “Malah ketawa bukannya kasihan atau kasih dukungan, gitu?” Jerry gantian mencibir sambil berusaha merebut keripik yang sedang dimakan Sandra.

            “Eits!” Sandra menghindar dan berkelit, meski tak ayal keripik yang dipegangnya malah jatuh berhamburan ke lantai.

            Jerry yang melihat itu tertawa terbahak-bahak lalu mengambil langkah seribu. Sandra menjerit kesal dan meneriakkan namanya. Menyuruhnya kembali dan mengganti keripiknya yang baru sedikit termakan.

            “Keripikku! Gantiin, Jerry!” pekik Sandra kesal sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya ke lantai.

To be continued

Bab terkait

  • JILBABER JUGA MANUSIA   4. RENCANA BARU

    Tapi Jerry malah tertawa terbahak-bahak di luar. Membuat Sandra makin kesal dan berusaha berpikir apa yang bisa dilakukannya untuk membalas keisengan kakak sepupunya itu. Lalu pandangan matanya tertumbuk pada kunci motor milik Jerry di atas meja. Aha! Rasakan! Kunci ini akan kuambil dan kusembunyikan! Bisik Sandra dalam hati sambil cepat-cepat mengambil kunci itu dan memasukkannya ke saku celananya. Suara Jerry sudah tak terdengar lagi dari luar. Sandra buru-buru membersihkan remahan keripik yang mengotori lantai lalu bergegas masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam. Yes! Sebentar lagi si jones itu pasti bakalan menyadari kalau kunci motornya ketinggalan. Dia pasti masuk ke dalam rumah dan berusaha mencarinya! Hahaha! Sandra tersenyum jahat. Ia lalu mendekati ranjangnya dan merebahkan tubuhnya di atasnya. Silakan ambil kuncinya kalau bisa! Aku mau tidur siang dulu. Yaa, mungkin sekitar satu atau dua jam. Atau sampai sore. Tunggu aja sa

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • JILBABER JUGA MANUSIA   5. KIBAR JILBAB

    Menjadi jilbaber itu gampang-gampang susah, lho. Sudah memutuskan berjilbab itu bukan berarti kita sudah tinggal menjalani hari-hari selanjutnya tanpa ada masalah. Hmm, salah banget, guys! Justru masalah satu persatu datang seputar masalah jilbab ini. Seperti yang dialami Atika. Saat memutuskan untuk memakai berjilbab dulu, dia tidak pernah berpikir lain-lain selain memakai jilbab berukuran standar, pakai baju muslimah yang lebar, pakai kaos kaki, pakai ciput supaya kalau jilbab terbang dipermainkan angin, rambut enggak kelihatan orang banyak. Yaa, hal-hal semacam itulah. Simpel. Sederhana. Tapi ternyata semua itu belum cukup. Masih ada beberapa hal yang mesti dilakukannya. Contohnya saat memakai jilbab. Sekalipun ukurannya standar dan lebar tapi percuma kalau menerawang alias tipis.  

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-01
  • JILBABER JUGA MANUSIA   6. DILEMA SERAGAM

    “Itu. Aku lupa pakai sun block tadi pagi. Jadi biar kulitku enggak kena sinar matahari langsung. Biar enggak hitam,” bisik Atika pelan. “Oh.” Vania mengernyitkan dahinya. Memangnya kulit yang sudah tertutup kerudung bakalan tetap bisa terbakar jika terkena sinar matahari? Batin Vania dalam hati. Memang cuaca di luar sedang panas-panasnya. Apa Atika benar-benar menghindari sinar matahari dengan bertingkah seperti itu? Vania meraih tasnya dan bangkit dari kursinya dengan tetap memandangi teman sebangkunya itu. “Aku sehat-sehat aja, kok.” Atika tersenyum, berusaha meyakinkan karena melihat kekhawatiran di wajah Vania yang terlihat sangat jelas. “Yuk, pulang?”&

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-05
  • JILBABER JUGA MANUSIA   7. ALIEN DI RUMAH SENDIRI

    ALIEN DI RUMAH SENDIRI“Ya ampun, Bu. Anaknya habis darimana pakai baju ninja kayak begitu?”Langkah Atika sempat terhenti sejenak. Berhenti sesaat untuk menarik napas cepat lalu memilih untuk menguatkan hati dan tidak memedulikan komentar Budhe Dwi, tetangga sebelah rumah yang sedang ngobrol dengan ibunya di depan pagar halaman.Ia baru saja pulang dari sekolah setelah membantu teman-temannya mempersiapkan acara mentoring keputrian untuk siswi kelas satu, hari Jumat depan. Jadi di hari Ahad yang seharusnya libur dan diam di rumah, harus dipergunakannya untuk mempersiapkan materi dan segala sesuatunya agar nantinya acara mentoring keputrian bisa berjalan dengan lancar.Dengan tubuh lelah dan habis kepanasan, sebenarnya potensial sekali untuk membuat emosinya mendadak naik jika mendengar hal-hal sensitif seperti omongan Budhe Dwi barusan. Tetapi Atika memilih beristigfar di dalam hati lalu bergega

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-07
  • JILBABER JUGA MANUSIA   8. MY NEW HOME

    MY NEW HOME Firda tertawa kecil. “Banyak cerita seru begitu aku dulu memutuskan untuk pakai jilbab. Kamu dan orang lain juga pasti pernah merasakannya.” Atika mengangguk-angguk. “Memang iya, sih. Baru punya niat aja udah banyak tantangan dan tentangan. Padahal kan kita cuma ingin jadi manusia yang benar. Yang menjalankan perintah-Nya. Simpel padahal.” “Itu kata kita. Yang sudah Allah beri hidayah, insyaAllah. Buat yang belum dapat hidayah, mau dinasihati sampai jungkir balik pun, ya susah. Hatinya takkan terketuk.” Atika mengiyakan di dalam hatinya. Dulu dia juga belum tertarik untuk memakai jilbab. Karena memang baru sedikit yang pakai jilbab. Atau ada yang pakai jilbab tetapi hanya saat bersekolah saja, karena disuruh orang tuanya. Jadi ketika sedang tidak bersekolah, ya tetap tanpa jilbab. Atau ada juga yang memakai jilbab tetapi tanpa ciput sehingga rambut dan dahinya terlihat semua. Percuma saja. A

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-09
  • JILBABER JUGA MANUSIA   9. UNFORGETTABLE MOMENT

    UNFORGETTABLE MOMENT “Kamu itu enggak pernah betah di rumah, ya? Pergi melulu!” omel Ibunya ketika hari Ahad pagi, Atika sibuk bersiap-siap di kamarnya. Atika mengambil ranselnya dan mendekati ibunya dengan wajah tersenyum. “Iya, Bu. Aku mau hiking ke gunung.” Ibunya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengulurkan tangannya. Waktu baru menunjukkan pukul enam pagi. Matahari juga baru saja terbit di ufuk Timur. Tapi anak gadisnya yang satu ini terlihat begitu sibuk sejak selesai salat Subuh. Sementara anak-anaknya yang lain masih anteng di kamarnya masing-masing. Memilih berbaring di balik selimut setelah salat Subuh. “Pamit ya, Bu?” Atika mencium punggung tangan Ibunya takzim. “Hmm. Sudah sarapan?” tanya Ibunya. “Sudah, Bu. Piring-piring kotor juga udah Tika cu

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-10
  • JILBABER JUGA MANUSIA   10. JILBABER'S GAP

    “Kalian tahu yang Namanya Ela? Lihat deh. Kerudungnya kecil, enggak pakai ciput. Dia target kita selanjutnya. Target untuk disadarkan.”Atika tanpa sengaja mendengarkan obrolan beberapa jilbaber di depan kelasnya. Posisi jendela kelas berada agak di atas sehingga ketika berdiri barulah kepala kita akan kelihatan dari luar. Namun, ketika duduk, tidak akan kelihatan. Orang dari luar kelas bisa melihat kepala kita tetapi sebaliknya tidak. Memang letak lantai kelas lebih tinggi daripada koridor.Jadi, dari balik tembok kelas bagian dalamnya, ia diam-diam terus menyimak tanpa bersuara. Atika pura-pura duduk bersandar ke tembok, persis di bawah jendela yang terbuka lebar. Supaya tidak mencurigakan, dia pura-pura membuka buku dan membacanya, padahal hanya fokus mendengarkan percakapan yang sedang terjadi di luar sana.&ld

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-12
  • JILBABER JUGA MANUSIA   11. VIRUS YANG MERESAHKAN

    Pagi hari di sekolah adalah saat yang paling menyenangkan sebenarnya. Hawa yang masih dingin, otak masih fresh. Hoahmm … Atika sedikit menggeliat di bangkunya ketika rasa kantuk tiba-tiba saja datang menyerangnya. Semalaman dia tak bisa tidur karena memikirkan Sandra yang semakin hari rasanya semakin jauh darinya.“Tik. Ini ada titipan untukmu.” Tiba-tiba saja Tiwi, seorang teman sekelasnya yang baru saja datang menyerahkan sebuah kotak mungil padanya.“Titipan?” Atika menerima kotak mungil bermotif love berwarna pink dari tangan Tiwi dengan ragu-ragu dan canggung.“Iya. Ada yang nitip ini buatmu barusan.” Tiwi meletakkan tasnya di atas mejanya.“Siapa?” tanya Atika sambil menimang-nimang kotak tersebut dengan rasa penasaran dan berusaha menebak-nebak apa isinya kira-kira.“Aku enggak kenal, sih. Cowok yang pasti.” Tiwi mengerutkan keningnya berusaha mengingat

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-13

Bab terbaru

  • JILBABER JUGA MANUSIA   29. SIDANG RAHASIA

    “Enggak, Pak.” Kali ini Habibi yang langsung menyela dan menjawab dengan tegas.Ucapan Habibi diam-diam menusuk perasaan Atika. Ya, ternyata tak urung ketika mendengar hal tersebut tetap saja terasa menyakitkan. Meski mungkin Habibi mengatakannya karena untuk membuat suasana menjadi lebih tenang dan kondusif. Pun, pemuda itu mungkin saja berusaha juga menekan perasaannya dengan susah payah.Atika memilih menunduk dan mengunci mulutnya rapat-rapat ketika kemudian Pak Ahmad memberikan wejangan panjang lebar untuk mereka berempat. Pembina rohis tersebut sudah bisa merasa lebih lega karena ternyata yang dituduhkan oleh siswa-siswi yang membuat petisi dan mosi tidak percaya ternyata tidak benar.“Bapak berterima kasih dan bersyukur jika memang kalian tetap menjadi siswa-siswi kepercayaan yang amanah. Bapak berharap kita semua tetap berpikir dingin ketika ada masalah. Jangan sampai masalah yang datang menjadikan kita menjadi tercerai berai. Justru se

  • JILBABER JUGA MANUSIA   28. PETISI

    Husna terdiam sesaat sebelum berkata-kata. Gadis itu tetap terlihat anggun dan sangat menjaga sikapnya bahkan di tengah situasi genting seperti saat ini.“Kalian semua tahu aku seperti apa, kan? Kira-kira menurut kalian bagaimana?” Husna balik bertanya tak hanya pada Atika tetapi juga pada semua yang ada di ruangan tersebut.“Kalau aku sebenarnya enggak percaya, Aunty. Tapi ….” Firda tak melanjutkan kata-katanya.“Tapi?” Husna mengerlingkan kedua matanya.Firda menatap lurus pada adik ibunya tersebut. “Aunty sering ngilang, sih. Kan jadi bikin bingung!”“Kalau aku sih positif lebih percaya sama kamu, Na!” ucap Putri diikuti anggukan kepala Aisyah.“Kamu, Tik?” Husna menatap Atika.“Aku ingin enggak percaya.” Atika hanya sanggup mengatakan hal tersebut.Husna tersenyum. Lalu memandang semua teman-temannya dengan pandangan hangat.

  • JILBABER JUGA MANUSIA   27. PERANG DINGIN

    “Mending bubar aja, deh! Udah enggak layak jadi panutan! Rusak!”Atika menelan ludahnya demi mendengar umpatan-umpatan yang diungkapkan oleh Tuti cs. Dengan senyum mencemooh, kelompok tersebut berlalu dari hadapan Atika. Rasanya ingin menghilang saja seketika dari bumi saat ini juga. Kelompok Tuti masih saja terus melihat-lihat kesalahan dan kekurangan Husna dan kawan-kawan. Apalagi dengan kondisi saat ini.Atika menghela napas. Masygul. Jika benar Husna seperti itu maka kondisi sudah benar-benar gawat. Bagaimana jadinya keputrian nantinya? Kalau Tuti cs saja sudah tahu, pasti seisi sekolah juga sudah tahu.“Mi? Kenapa ngelamun di sini?”Atika menengadah. Ada Habibi berdiri di hadapannya dengan senyum khasnya.“Bi ….”“Iya, Mi?” Habibi masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.“Kamu udah denger soal Husna?” Atika kali ini tak lagi memikirkna untuk menjaga pandangan

  • JILBABER JUGA MANUSIA   26. SALAH PAHAM

    “Itu ….”Atika takmelanjutkan perkataannya dan melirik ragu-ragu pada Sandra.Di seberangnya, terlihat Sandra menatapnya sengit. Tak ingin menimbulkan lebih banyak kesalah pahaman, Atika segera mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya.“Ini, Bi.”“Oh, alhamdulillah. Terima kasih, Umi.” Habibi menyambut bungkusan itu dengan sukacita.Sandra nyaris memelototkan kedua matanya kalau saja ketua grupnya tidak segera memanggil anggota-anggotanya. Dengan terpaksa Sandra segera berbaris mengikuti arahan ketua grupnya dan melupakan sejenak untuk melihat keakraban Habibi dan Atika.Sepanjang perjalanan menuju ke puncak, Sandra bolak-balik berusaha memantau grup Atika hingga dia lupa untuk melihat kakak sepupunya. Ia tidak konsentrasi pada rute yang ditempuhnya, padahal di beberapa lokasi, jalan setapak yang mereka lewati cukup licin dengan adanya jurang di kanan dan kiri.Berulang kali Sandra menoleh ke

  • JILBABER JUGA MANUSIA   25. PANGERAN IMPIAN ATAU MIMPI BURUK?

    Atika memegang kedua lengan Firda erat. “Kamu percaya sama aku. Itu aja dulu.”Firda menghela napas berat. Atika tahu kalau temannya itu pasti juga sedang risau memikirkan Husna yang akhir-akhir ini memang jarang terlihat bersamanya. Entah ada kesibukan apa. Saat bertemu di acara kajian rutin keputrian pun, Husna jarang bicara dan selalu tampak sibuk mengurusi sesuatu.Firda meninggalkan kelas Atika masih dengan mendung bergelayut di wajahnya. Suasana mendadak terasa muram. Atika sempat mengantar Firda hingga di depan pintu kelas. Sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya, dia melirik ke arah kelas Sandra yang pintunya tertutup setengah bagian. Ia menghela napas sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya sendiri.***Siang ini rencananya Atika ingin menyerahkan laporan hasil kegiatan keputrian selama ini. Biasanya saat istirahat Habibi sering terlihat di dalam masjid. Melaksanakan salat Duha atau sekadar ngumpul dengan pengurus rohis lainnya. Tapi sa

  • JILBABER JUGA MANUSIA   25. PANGERAN IMPIAN ATAU MIMPI BURUK?

    Atika memegang kedua lengan Firda erat. “Kamu percaya sama aku. Itu aja dulu.”Firda menghela napas berat. Atika tahu kalau temannya itu pasti juga sedang risau memikirkan Husna yang akhir-akhir ini memang jarang terlihat bersamanya. Entah ada kesibukan apa. Saat bertemu di acara kajian rutin keputrian pun, Husna jarang bicara dan selalu tampak sibuk mengurusi sesuatu.Firda meninggalkan kelas Atika masih dengan mendung bergelayut di wajahnya. Suasana mendadak terasa muram. Atika sempat mengantar Firda hingga di depan pintu kelas. Sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya, dia melirik ke arah kelas Sandra yang pintunya tertutup setengah bagian. Ia menghela napas sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya sendiri.***Siang ini rencananya Atika ingin menyerahkan laporan hasil kegiatan keputrian selama ini. Biasanya saat istirahat Habibi sering terlihat di dalam masjid. Melaksanakan salat Duha atau sekadar ngumpul dengan pengurus rohis lainnya. Tapi sa

  • JILBABER JUGA MANUSIA   24. PENGAGUM RAHASIA

    Atika menimang-nimang kotak bros yang selama ini disimpannya di dalam kantong bagian depan tasnya. Sudah hamper tiga bulan berturut-turut dia mendapatkan bros setiap pekannya. Jadi bisa dihitung berapa banyak bros yang berhasil dikumpulkannya hingga saat ini?Dua belas bros! Ya! 12 bros berukuran mungil terkumpul di dalam tasnya. Dengan beragam warna dan bentuk. Ada yang berbentuk bunga mawar, hati, bunga matahari, bintang, dan masih banyak lagi. Lucu-lucu memang. Membuat Atika kadang gemas ingin mengenakannya.Tapi karena dia tak tahu siapa yang sudah memberi bros-bros tersebut, Atika tak berani untuk memakainya. Alasannya karena tak mau sang pemberi bros jadi geer dan menyangka Atika bersedia menerima perasaannya.Tidak munafik kalau Atika senang mendapatkan hadiah. Tapi harus dari teman yang bagaimana dulu, kan? Kalau teman akrab yang memang berteman dengannya tulus, ya masa sih hadiahnya ditolak? Tapi kalau si pemberi hadiah ternyata meminta ba

  • JILBABER JUGA MANUSIA   23. KADO LAGI

    “Bener-bener enggak beres keputrian di sekolah kita. Memalukan!”“Dulu Putri yang kelakuannya ngawur. Kalau enggak kita peringatkan, mungkin dia masih jalan dengan Alan. Eh, sekarang malah ketuanya langsung!”“Betul! Kacau banget sih para pengurusnya?”Atika yang sedang menyelesaikan tugas di dalam kelas tiba-tiba mendengar sesuatu yang kurang enak. Ditajamkannya pendengarannya untuk terus menyimak.“Dila! Kamu yakin melihat mereka berduaan?”“Yakin banget, Ti. Soalnya cowoknya kan yang berpapasan langsung denganku. Meski dia kakak kelas kita, tapi aku hafal wajahnya. Mantan ketua klub PA. Kak Jerry!”“Kamu melihat mereka di mana?”“Di mal, May. Mereka naik taksi berdua. Puasa-puasa, eh pacarana! Keterlaluan!”Mal? Kemarin? Bukannya kemarin dia juga ke mal Bersama Sandra, ya? Tapi rasa-rasanya dia enggak melihat Jerry dan Husna. Husna? Benarkah

  • JILBABER JUGA MANUSIA   22. KALA MERAH JAMBU MELANDA

    Jadi apakah benar Jerry sedang berusaha mendekati Husna? Sandra menaruh prasangka seperti itu tentang gerak-gerik sepupunya itu akhir-akhir ini. Jerry juga tidak berusaha menyangkal atau membantah Ketika dia berusaha mencari tahu.“Hei! Kok, bengong?” Atika menepukkan kedua telapak tangannya di depan Sandra.Sandra terperanjat kaget dan tersadar dari lamunannya. Atika terkekeh melihat bibir sahabatnya itu refleks mengerucut. Itu kebiasaan Sandra kalau dia merasa diajak bercanda.“Apa sih kamu? Bikin kaget aja!” sungut Sandra dengan wajah kekanakan khas dirinya.“Awas nanti salah masukin, lho.” Atika terkikik sambil menunjuk ke barisan mangkok kaca yang berjejer rapi di hadapan Sandra.Sandra melihat ke bawah dan terkesiap. Buru-buru dia mencari tisu kering untuk mengelap meja yang tiba-tiba dikotorinya. Bagaimana tidak? Dirinya bukan menuangkan buah-buahan ke dalam mangkok tetapi malah ke atas permukaan meja. Unt

DMCA.com Protection Status