Share

4. RENCANA BARU

Penulis: Rea MP
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tapi Jerry malah tertawa terbahak-bahak di luar. Membuat Sandra makin kesal dan berusaha berpikir apa yang bisa dilakukannya untuk membalas keisengan kakak sepupunya itu. Lalu pandangan matanya tertumbuk pada kunci motor milik Jerry di atas meja.

Aha! Rasakan! Kunci ini akan kuambil dan kusembunyikan! Bisik Sandra dalam hati sambil cepat-cepat mengambil kunci itu dan memasukkannya ke saku celananya. Suara Jerry sudah tak terdengar lagi dari luar. Sandra buru-buru membersihkan remahan keripik yang mengotori lantai lalu bergegas masuk ke kamarnya dan mengunci pintunya dari dalam.

Yes! Sebentar lagi si jones itu pasti bakalan menyadari kalau kunci motornya ketinggalan. Dia pasti masuk ke dalam rumah dan berusaha mencarinya! Hahaha! Sandra tersenyum jahat. Ia lalu mendekati ranjangnya dan merebahkan tubuhnya di atasnya.

Silakan ambil kuncinya kalau bisa! Aku mau tidur siang dulu. Yaa, mungkin sekitar satu atau dua jam. Atau sampai sore. Tunggu aja sampai lumutan! Sandra tertawa-tawa sendiri di kamar membayangkan ekspresi wajah Jerry yang kebingungan mencari kunci motornya nanti.

Sementara itu di luar kamar Sandra, Jerry yang mulai menyadari ada yang tertinggal di rumah tantenya tersebut perlahan-lahan menghentikan tawanya dan berjingkat-jingkat mendekati ruang tamu. Ia mengendap-endap berusaha mencari tahu apakah Sandra masih ada di ruang keluarga atau tidak. Sebab seingatnya tadi, dia menyimpan –mmm, lebih tepatnya melempar —kunci motornya ke atas meja ruang tengah.

Suasana rumah yang sedari tadi sepi, kembali sepi. Tak lagi didengarnya suara teriakan Sandra. Namun, suara musik dari laptop masih terdengar dinyalakan. Apakah adik sepupunya itu masih ada di ruang tengah, ya? Tapi sepertinya ruang tengah juga kosong. Tidak terdengar suara orang sedang mengunyah keripik.

Jerry mendekati ruang tengah dan mengintip. Tampak laptop Sandra memang masih menyala, tetapi si empunya sudah tak ada di situ. Tak ada siapa pun di situ. Jerry mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah. Mencari-cari sosok tante Vera, ibu Sandra yang merupakan adik kandung ayahnya. Juga mencari sosok om Hilman dan adiknya Sandra, si Kelly yang masih berumur enam tahun dan masih imut-imut.

Ini rumah sebesar ini pada kemana, sih? Padahal hari ini kan hari Minggu. Kok, kelihatannya hanya Sandra sendirian di rumah? Terus kemana juga itu anak sekarang? Masa berani-beraninya ninggalin rumah dengan pintu ruang tamu terbuka lebar. Bagaimana kalau ada orang jahat masuk ke rumah dan menggasak semua pealatan atau barang berharga yang ada?

Jerry perlahan mendekati pintu kamar tidur tante Vera dan mengetuknya perlahan. Setelah tiga kali mengetuk, ternyata tidak juga ada respon dari dalam.

“Tante? Om?” panggilnya.

Karena penasaran, Jerry perlahan memutar gagang pintu dan mendorongnya perlahan. Taraa! Ternyata isi kamar kosong! Tidak ada seorang pun di dalamnya. Hmm, mungkin di dapur atau ruang makan? Jerry bergegas mencari keberadaan ketiga orang tersebut ke ruangan lain. Namun, hingga memeriksa ke kamar Kelly, ketiga orang tersebut tetap tak ditemukannya.

Wah, fix ini. Sandra beneran sendirian di rumah. Pada kemana kok sampai-sampai itu anak tumben-tumbenan enggak ikut bersama orang tua dan adiknya. Mana kunci motornya juga enggak ada di ruang tengah meski sudah semua sudut ia periksa sampai berulang kali. Kemana perginya, sih? Jerry menggaruk-garuk kepalanya dengan kesal.

Lalu ia menghentikan aksinya dan melayangkan pandangannya ke lantai dua. Ke arah pintu kamar Sandra. Jangan-jangan itu anak yang menyembunyikan kunci motornya? Soalnya tadi jelas-jelas dia ingat kalau kunci motornya tergeletak dengan manisnya di atas meja ruang tengah di sebelah laptop. Sekarang kunci tak ada. Sandra juga mendadak menghilang. Hmm, sepertinya ada konspirasi jahat yang tiba-tiba tercium olehnya. Jerry berkacak pinggang di bawah dengan kepala masih mendongak ke arah kamar Sandra.

Sebenarnya tadi dia sempat kesal karena Sandra mengatainya payah. Sebenarnya dia bukan tak mau menembak Atika, tetapi akhir-akhir ini dirinya mulai ragu apalagi semenjak gadis itu malah memutuskan untuk memakai jilbab. Beberapa kali pula dia melihat Atika mulai akrab dengan beberapa teman sekelasnya yang aktif di rohis.

Jerry tahu kalau teman-teman sekelasnya itu cukup tegas kalau membahas soal pacaran. Ia khawatir Atika juga memiliki pendapat yang sama. Apalagi ketua keputrian saat ini adalah Salsabila yang merupakan teman sekelasnya. Salsabila selama ini dikenal sebagai sosok jilbaber yang tegas dan tidak suka meladeni cowok-cowok iseng yang menggodanya.

Ia ingat. Dulu Salsabila pernah ditaksir oleh kakak kelas mereka yang sudah duduk di kelas tiga. Respon gadis itu begitu dingin ketika datang pernyataan cinta padanya. Salsabila memilih untuk menolak pacarana karena ingin langsung menikah kelak. Tentu saja hal ini membuat si cowok jadi syok dan patah hati. Pikiran untuk menikah pastilah masih teramat jauh untuk cowok-cowok di bawah usia dua puluh tahun. Belum lulus kuliah dan tak punya pekerjaan. Mana bisa menikahi seorang gadis?

Jerry tak mau kejadian serupa menimpanya juga. Jadi dia memilih untuk mengerem sedikit langkahnya mendekati Atika. Meski gadis itu baru saja berjilbab di awal tahun pelajaran baru di kelas dua, tetapi bagi Jerry, Atika yang sekarang pastilah berbeda dengan Atika yang sebelumnya.

Itulah hal yang tidak dimengerti oleh Sandra. Adik sepupunya itu sudah merasa senang luar biasa saat tahu kalau Jerry menyukai sahabatnya. Bahkan gadis itu sampai berharap suatu saat Jerry dan Atika akan menikah. Harapan yang masih terlalu jauh tetapi juga diharapkan Jerry juga sebenarnya. Meski masih maju mundur dalam rasa ragu. Jerry memang memiliki rencana untuk tidak segera menikah kelak. Ia ingin berkuliah dulu, kalau perlu sampai jenjang S-2, barulah memikirkan tentang menikah.

“Sandra!" panggilnya dengan berteriak. “Mana kunci motorku?”

Hening. Tak ada jawaban. Jerry menghela napas dengan gusar. Jangan-jangan gadis itu tertidur? Soalnya kalau hari libur begini dan tidak kemana-mana biasanya Sandra lebih suka menghabiskan waktu dengan tidur di kamar. Kadang seharian malah.

“Assalamualaikum. Tante Vera, Tante lagi di mana sekarang? Ini rumah sepi. Sandra juga enggak keluar-keluar dari kamarnya. Pintu depan enggak ada yang ngunci. Jerry mau pulang tapi ragu-ragu.” Akhirnya Jerry berinisiatif mengirimkan pesan pada tante Vera.

Tak lama kemudian datang pesan balasan dari tantenya itu. “Oh iya. Tante sama Om ngajak Kelly ke mal sebentar. Kamu lagi di rumah Tante sekarang? Mungkin Sandra tidur. Kamu jangan pergi dulu kalau begitu. Tolong jagain rumah sampai Tante pulang, ya? Enggak lama lagi, kok.”

Oh, bagus! Jadi kesimpulannya, sekarang dia yang harus bertanggung jawab menjaga rumah ini? Jerry menepuk jidatnya.

“Kamu enggak ada kegiatan lain atau rencana pergi kemana, kan?” Lagi-lagi Tante Vera mengirimkan pesan selanjutnya.

“Eng-enggak, sih.” Jerry mengetikkan balasan pesan sambil menghempaskan tubuhnya ke atas sofa dan menyalakan televisi.

“Kalau gitu tunggu sebentar, ya? Nanti Tante belikan kebab kesukaanmu.”

Wah, asyik! Kebetulan aku lagi lapar! Jerry bersorak dalam hati mendengarnya. Lumayanlah dibayar dengan kebab.

“Ya, oke, deh. Tapi kebabnya dua ya, Tante? Sama minumannya bobba gula aren. Yang dingin. Banyakin esnya,” pinta Jerry tak menyia-nyialan kesempatan emas ini.

“Siap!” Tante Vera menyertakan emoticon jempol mengacung ke atas di balasan pesannya.

Yes! Jerry tersenyum senang membayangkan kalau hari ini dia akan mendapatkan ekstra snack dari tante Vera. Tante yang memang tak pernah pelit dan senang sekali mentraktirnya. Adik ayahnya itu memang tante terbaik di dunia! Hehehe ….

Dengan bersiul-siul, Jerry meluruskan kedua kakinya dan meletakkannya pada kursi kecil. Kekesalannya pada Sandra sudah sedikit berkurang. Nanti kalau tantenya itu sudah datang, tinggal membujuknya untuk mengambil kembali kunci motornya yang disandera oleh Sandra. Tante Vera pasti takkan menolaknya karena dia sudah membantu menjagakan rumahnya. Pasti Sandra yang bakalan kena omel mamanya karena acuh tak acuh menjaga rumah.

Membayangkan itu semua membuat Jerry tersenyum-senyum senang dalam hatinya. Lihat saja, Nona! Waktu pembalasan itu segera tiba! Jangan salahkan aku kalau nanti kamu kena omel tante Vera. Jerry tersenyum makin lebar dengan tatapan kemenangan.

To be continued

Bab terkait

  • JILBABER JUGA MANUSIA   5. KIBAR JILBAB

    Menjadi jilbaber itu gampang-gampang susah, lho. Sudah memutuskan berjilbab itu bukan berarti kita sudah tinggal menjalani hari-hari selanjutnya tanpa ada masalah. Hmm, salah banget, guys! Justru masalah satu persatu datang seputar masalah jilbab ini. Seperti yang dialami Atika. Saat memutuskan untuk memakai berjilbab dulu, dia tidak pernah berpikir lain-lain selain memakai jilbab berukuran standar, pakai baju muslimah yang lebar, pakai kaos kaki, pakai ciput supaya kalau jilbab terbang dipermainkan angin, rambut enggak kelihatan orang banyak. Yaa, hal-hal semacam itulah. Simpel. Sederhana. Tapi ternyata semua itu belum cukup. Masih ada beberapa hal yang mesti dilakukannya. Contohnya saat memakai jilbab. Sekalipun ukurannya standar dan lebar tapi percuma kalau menerawang alias tipis.  

  • JILBABER JUGA MANUSIA   6. DILEMA SERAGAM

    “Itu. Aku lupa pakai sun block tadi pagi. Jadi biar kulitku enggak kena sinar matahari langsung. Biar enggak hitam,” bisik Atika pelan. “Oh.” Vania mengernyitkan dahinya. Memangnya kulit yang sudah tertutup kerudung bakalan tetap bisa terbakar jika terkena sinar matahari? Batin Vania dalam hati. Memang cuaca di luar sedang panas-panasnya. Apa Atika benar-benar menghindari sinar matahari dengan bertingkah seperti itu? Vania meraih tasnya dan bangkit dari kursinya dengan tetap memandangi teman sebangkunya itu. “Aku sehat-sehat aja, kok.” Atika tersenyum, berusaha meyakinkan karena melihat kekhawatiran di wajah Vania yang terlihat sangat jelas. “Yuk, pulang?”&

  • JILBABER JUGA MANUSIA   7. ALIEN DI RUMAH SENDIRI

    ALIEN DI RUMAH SENDIRI“Ya ampun, Bu. Anaknya habis darimana pakai baju ninja kayak begitu?”Langkah Atika sempat terhenti sejenak. Berhenti sesaat untuk menarik napas cepat lalu memilih untuk menguatkan hati dan tidak memedulikan komentar Budhe Dwi, tetangga sebelah rumah yang sedang ngobrol dengan ibunya di depan pagar halaman.Ia baru saja pulang dari sekolah setelah membantu teman-temannya mempersiapkan acara mentoring keputrian untuk siswi kelas satu, hari Jumat depan. Jadi di hari Ahad yang seharusnya libur dan diam di rumah, harus dipergunakannya untuk mempersiapkan materi dan segala sesuatunya agar nantinya acara mentoring keputrian bisa berjalan dengan lancar.Dengan tubuh lelah dan habis kepanasan, sebenarnya potensial sekali untuk membuat emosinya mendadak naik jika mendengar hal-hal sensitif seperti omongan Budhe Dwi barusan. Tetapi Atika memilih beristigfar di dalam hati lalu bergega

  • JILBABER JUGA MANUSIA   8. MY NEW HOME

    MY NEW HOME Firda tertawa kecil. “Banyak cerita seru begitu aku dulu memutuskan untuk pakai jilbab. Kamu dan orang lain juga pasti pernah merasakannya.” Atika mengangguk-angguk. “Memang iya, sih. Baru punya niat aja udah banyak tantangan dan tentangan. Padahal kan kita cuma ingin jadi manusia yang benar. Yang menjalankan perintah-Nya. Simpel padahal.” “Itu kata kita. Yang sudah Allah beri hidayah, insyaAllah. Buat yang belum dapat hidayah, mau dinasihati sampai jungkir balik pun, ya susah. Hatinya takkan terketuk.” Atika mengiyakan di dalam hatinya. Dulu dia juga belum tertarik untuk memakai jilbab. Karena memang baru sedikit yang pakai jilbab. Atau ada yang pakai jilbab tetapi hanya saat bersekolah saja, karena disuruh orang tuanya. Jadi ketika sedang tidak bersekolah, ya tetap tanpa jilbab. Atau ada juga yang memakai jilbab tetapi tanpa ciput sehingga rambut dan dahinya terlihat semua. Percuma saja. A

  • JILBABER JUGA MANUSIA   9. UNFORGETTABLE MOMENT

    UNFORGETTABLE MOMENT “Kamu itu enggak pernah betah di rumah, ya? Pergi melulu!” omel Ibunya ketika hari Ahad pagi, Atika sibuk bersiap-siap di kamarnya. Atika mengambil ranselnya dan mendekati ibunya dengan wajah tersenyum. “Iya, Bu. Aku mau hiking ke gunung.” Ibunya menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mengulurkan tangannya. Waktu baru menunjukkan pukul enam pagi. Matahari juga baru saja terbit di ufuk Timur. Tapi anak gadisnya yang satu ini terlihat begitu sibuk sejak selesai salat Subuh. Sementara anak-anaknya yang lain masih anteng di kamarnya masing-masing. Memilih berbaring di balik selimut setelah salat Subuh. “Pamit ya, Bu?” Atika mencium punggung tangan Ibunya takzim. “Hmm. Sudah sarapan?” tanya Ibunya. “Sudah, Bu. Piring-piring kotor juga udah Tika cu

  • JILBABER JUGA MANUSIA   10. JILBABER'S GAP

    “Kalian tahu yang Namanya Ela? Lihat deh. Kerudungnya kecil, enggak pakai ciput. Dia target kita selanjutnya. Target untuk disadarkan.”Atika tanpa sengaja mendengarkan obrolan beberapa jilbaber di depan kelasnya. Posisi jendela kelas berada agak di atas sehingga ketika berdiri barulah kepala kita akan kelihatan dari luar. Namun, ketika duduk, tidak akan kelihatan. Orang dari luar kelas bisa melihat kepala kita tetapi sebaliknya tidak. Memang letak lantai kelas lebih tinggi daripada koridor.Jadi, dari balik tembok kelas bagian dalamnya, ia diam-diam terus menyimak tanpa bersuara. Atika pura-pura duduk bersandar ke tembok, persis di bawah jendela yang terbuka lebar. Supaya tidak mencurigakan, dia pura-pura membuka buku dan membacanya, padahal hanya fokus mendengarkan percakapan yang sedang terjadi di luar sana.&ld

  • JILBABER JUGA MANUSIA   11. VIRUS YANG MERESAHKAN

    Pagi hari di sekolah adalah saat yang paling menyenangkan sebenarnya. Hawa yang masih dingin, otak masih fresh. Hoahmm … Atika sedikit menggeliat di bangkunya ketika rasa kantuk tiba-tiba saja datang menyerangnya. Semalaman dia tak bisa tidur karena memikirkan Sandra yang semakin hari rasanya semakin jauh darinya.“Tik. Ini ada titipan untukmu.” Tiba-tiba saja Tiwi, seorang teman sekelasnya yang baru saja datang menyerahkan sebuah kotak mungil padanya.“Titipan?” Atika menerima kotak mungil bermotif love berwarna pink dari tangan Tiwi dengan ragu-ragu dan canggung.“Iya. Ada yang nitip ini buatmu barusan.” Tiwi meletakkan tasnya di atas mejanya.“Siapa?” tanya Atika sambil menimang-nimang kotak tersebut dengan rasa penasaran dan berusaha menebak-nebak apa isinya kira-kira.“Aku enggak kenal, sih. Cowok yang pasti.” Tiwi mengerutkan keningnya berusaha mengingat

  • JILBABER JUGA MANUSIA   12. KEBETULAN

    “Atika!” panggil Bu Rina, guru bidang studi IPS.Atika yang sedang menulis, mendongakkan kepalanya ke arah meja guru. Gurunya tersebut melambaikan sebelah tangannya, menyuruhnya untuk menghampiri meja guru. Gadis itu segera bangkit dari kursinya dan mendekat.“Ada apa, Bu?” tanyanya setelah berada di samping meja guru.“Ini tolong serahkan pada sekertaris kelas sebelah. Bilang kalau Ibu masuk ke kelasnya agak terlambat setengah jam. Jadi biar mereka mengerjakan tugas ini sambil menunggu Ibu datang. Sampaikan pada sekertarisnya juga untuk mengingatkan teman-teman sekelasnya untuk tidak berkeliaran di luar kelas.” Bu Rina menyerahkan sebundel kertas tugas padanya.“Baik, Bu!” Atika mengangguk dan mengambil bundelan tersebut dan bersorak di dalam hati.Yes! Aku ada kesempatan baik, nih! Bisiknya dalam hati. Segera dia menuju keluar kelas dan mendekati pintu kelas sebelah.“Hai, bisa tolong p

Bab terbaru

  • JILBABER JUGA MANUSIA   29. SIDANG RAHASIA

    “Enggak, Pak.” Kali ini Habibi yang langsung menyela dan menjawab dengan tegas.Ucapan Habibi diam-diam menusuk perasaan Atika. Ya, ternyata tak urung ketika mendengar hal tersebut tetap saja terasa menyakitkan. Meski mungkin Habibi mengatakannya karena untuk membuat suasana menjadi lebih tenang dan kondusif. Pun, pemuda itu mungkin saja berusaha juga menekan perasaannya dengan susah payah.Atika memilih menunduk dan mengunci mulutnya rapat-rapat ketika kemudian Pak Ahmad memberikan wejangan panjang lebar untuk mereka berempat. Pembina rohis tersebut sudah bisa merasa lebih lega karena ternyata yang dituduhkan oleh siswa-siswi yang membuat petisi dan mosi tidak percaya ternyata tidak benar.“Bapak berterima kasih dan bersyukur jika memang kalian tetap menjadi siswa-siswi kepercayaan yang amanah. Bapak berharap kita semua tetap berpikir dingin ketika ada masalah. Jangan sampai masalah yang datang menjadikan kita menjadi tercerai berai. Justru se

  • JILBABER JUGA MANUSIA   28. PETISI

    Husna terdiam sesaat sebelum berkata-kata. Gadis itu tetap terlihat anggun dan sangat menjaga sikapnya bahkan di tengah situasi genting seperti saat ini.“Kalian semua tahu aku seperti apa, kan? Kira-kira menurut kalian bagaimana?” Husna balik bertanya tak hanya pada Atika tetapi juga pada semua yang ada di ruangan tersebut.“Kalau aku sebenarnya enggak percaya, Aunty. Tapi ….” Firda tak melanjutkan kata-katanya.“Tapi?” Husna mengerlingkan kedua matanya.Firda menatap lurus pada adik ibunya tersebut. “Aunty sering ngilang, sih. Kan jadi bikin bingung!”“Kalau aku sih positif lebih percaya sama kamu, Na!” ucap Putri diikuti anggukan kepala Aisyah.“Kamu, Tik?” Husna menatap Atika.“Aku ingin enggak percaya.” Atika hanya sanggup mengatakan hal tersebut.Husna tersenyum. Lalu memandang semua teman-temannya dengan pandangan hangat.

  • JILBABER JUGA MANUSIA   27. PERANG DINGIN

    “Mending bubar aja, deh! Udah enggak layak jadi panutan! Rusak!”Atika menelan ludahnya demi mendengar umpatan-umpatan yang diungkapkan oleh Tuti cs. Dengan senyum mencemooh, kelompok tersebut berlalu dari hadapan Atika. Rasanya ingin menghilang saja seketika dari bumi saat ini juga. Kelompok Tuti masih saja terus melihat-lihat kesalahan dan kekurangan Husna dan kawan-kawan. Apalagi dengan kondisi saat ini.Atika menghela napas. Masygul. Jika benar Husna seperti itu maka kondisi sudah benar-benar gawat. Bagaimana jadinya keputrian nantinya? Kalau Tuti cs saja sudah tahu, pasti seisi sekolah juga sudah tahu.“Mi? Kenapa ngelamun di sini?”Atika menengadah. Ada Habibi berdiri di hadapannya dengan senyum khasnya.“Bi ….”“Iya, Mi?” Habibi masih belum beranjak dari tempatnya berdiri.“Kamu udah denger soal Husna?” Atika kali ini tak lagi memikirkna untuk menjaga pandangan

  • JILBABER JUGA MANUSIA   26. SALAH PAHAM

    “Itu ….”Atika takmelanjutkan perkataannya dan melirik ragu-ragu pada Sandra.Di seberangnya, terlihat Sandra menatapnya sengit. Tak ingin menimbulkan lebih banyak kesalah pahaman, Atika segera mengeluarkan sebuah bungkusan dari dalam tasnya.“Ini, Bi.”“Oh, alhamdulillah. Terima kasih, Umi.” Habibi menyambut bungkusan itu dengan sukacita.Sandra nyaris memelototkan kedua matanya kalau saja ketua grupnya tidak segera memanggil anggota-anggotanya. Dengan terpaksa Sandra segera berbaris mengikuti arahan ketua grupnya dan melupakan sejenak untuk melihat keakraban Habibi dan Atika.Sepanjang perjalanan menuju ke puncak, Sandra bolak-balik berusaha memantau grup Atika hingga dia lupa untuk melihat kakak sepupunya. Ia tidak konsentrasi pada rute yang ditempuhnya, padahal di beberapa lokasi, jalan setapak yang mereka lewati cukup licin dengan adanya jurang di kanan dan kiri.Berulang kali Sandra menoleh ke

  • JILBABER JUGA MANUSIA   25. PANGERAN IMPIAN ATAU MIMPI BURUK?

    Atika memegang kedua lengan Firda erat. “Kamu percaya sama aku. Itu aja dulu.”Firda menghela napas berat. Atika tahu kalau temannya itu pasti juga sedang risau memikirkan Husna yang akhir-akhir ini memang jarang terlihat bersamanya. Entah ada kesibukan apa. Saat bertemu di acara kajian rutin keputrian pun, Husna jarang bicara dan selalu tampak sibuk mengurusi sesuatu.Firda meninggalkan kelas Atika masih dengan mendung bergelayut di wajahnya. Suasana mendadak terasa muram. Atika sempat mengantar Firda hingga di depan pintu kelas. Sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya, dia melirik ke arah kelas Sandra yang pintunya tertutup setengah bagian. Ia menghela napas sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya sendiri.***Siang ini rencananya Atika ingin menyerahkan laporan hasil kegiatan keputrian selama ini. Biasanya saat istirahat Habibi sering terlihat di dalam masjid. Melaksanakan salat Duha atau sekadar ngumpul dengan pengurus rohis lainnya. Tapi sa

  • JILBABER JUGA MANUSIA   25. PANGERAN IMPIAN ATAU MIMPI BURUK?

    Atika memegang kedua lengan Firda erat. “Kamu percaya sama aku. Itu aja dulu.”Firda menghela napas berat. Atika tahu kalau temannya itu pasti juga sedang risau memikirkan Husna yang akhir-akhir ini memang jarang terlihat bersamanya. Entah ada kesibukan apa. Saat bertemu di acara kajian rutin keputrian pun, Husna jarang bicara dan selalu tampak sibuk mengurusi sesuatu.Firda meninggalkan kelas Atika masih dengan mendung bergelayut di wajahnya. Suasana mendadak terasa muram. Atika sempat mengantar Firda hingga di depan pintu kelas. Sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya, dia melirik ke arah kelas Sandra yang pintunya tertutup setengah bagian. Ia menghela napas sesaat sebelum masuk ke dalam kelasnya sendiri.***Siang ini rencananya Atika ingin menyerahkan laporan hasil kegiatan keputrian selama ini. Biasanya saat istirahat Habibi sering terlihat di dalam masjid. Melaksanakan salat Duha atau sekadar ngumpul dengan pengurus rohis lainnya. Tapi sa

  • JILBABER JUGA MANUSIA   24. PENGAGUM RAHASIA

    Atika menimang-nimang kotak bros yang selama ini disimpannya di dalam kantong bagian depan tasnya. Sudah hamper tiga bulan berturut-turut dia mendapatkan bros setiap pekannya. Jadi bisa dihitung berapa banyak bros yang berhasil dikumpulkannya hingga saat ini?Dua belas bros! Ya! 12 bros berukuran mungil terkumpul di dalam tasnya. Dengan beragam warna dan bentuk. Ada yang berbentuk bunga mawar, hati, bunga matahari, bintang, dan masih banyak lagi. Lucu-lucu memang. Membuat Atika kadang gemas ingin mengenakannya.Tapi karena dia tak tahu siapa yang sudah memberi bros-bros tersebut, Atika tak berani untuk memakainya. Alasannya karena tak mau sang pemberi bros jadi geer dan menyangka Atika bersedia menerima perasaannya.Tidak munafik kalau Atika senang mendapatkan hadiah. Tapi harus dari teman yang bagaimana dulu, kan? Kalau teman akrab yang memang berteman dengannya tulus, ya masa sih hadiahnya ditolak? Tapi kalau si pemberi hadiah ternyata meminta ba

  • JILBABER JUGA MANUSIA   23. KADO LAGI

    “Bener-bener enggak beres keputrian di sekolah kita. Memalukan!”“Dulu Putri yang kelakuannya ngawur. Kalau enggak kita peringatkan, mungkin dia masih jalan dengan Alan. Eh, sekarang malah ketuanya langsung!”“Betul! Kacau banget sih para pengurusnya?”Atika yang sedang menyelesaikan tugas di dalam kelas tiba-tiba mendengar sesuatu yang kurang enak. Ditajamkannya pendengarannya untuk terus menyimak.“Dila! Kamu yakin melihat mereka berduaan?”“Yakin banget, Ti. Soalnya cowoknya kan yang berpapasan langsung denganku. Meski dia kakak kelas kita, tapi aku hafal wajahnya. Mantan ketua klub PA. Kak Jerry!”“Kamu melihat mereka di mana?”“Di mal, May. Mereka naik taksi berdua. Puasa-puasa, eh pacarana! Keterlaluan!”Mal? Kemarin? Bukannya kemarin dia juga ke mal Bersama Sandra, ya? Tapi rasa-rasanya dia enggak melihat Jerry dan Husna. Husna? Benarkah

  • JILBABER JUGA MANUSIA   22. KALA MERAH JAMBU MELANDA

    Jadi apakah benar Jerry sedang berusaha mendekati Husna? Sandra menaruh prasangka seperti itu tentang gerak-gerik sepupunya itu akhir-akhir ini. Jerry juga tidak berusaha menyangkal atau membantah Ketika dia berusaha mencari tahu.“Hei! Kok, bengong?” Atika menepukkan kedua telapak tangannya di depan Sandra.Sandra terperanjat kaget dan tersadar dari lamunannya. Atika terkekeh melihat bibir sahabatnya itu refleks mengerucut. Itu kebiasaan Sandra kalau dia merasa diajak bercanda.“Apa sih kamu? Bikin kaget aja!” sungut Sandra dengan wajah kekanakan khas dirinya.“Awas nanti salah masukin, lho.” Atika terkikik sambil menunjuk ke barisan mangkok kaca yang berjejer rapi di hadapan Sandra.Sandra melihat ke bawah dan terkesiap. Buru-buru dia mencari tisu kering untuk mengelap meja yang tiba-tiba dikotorinya. Bagaimana tidak? Dirinya bukan menuangkan buah-buahan ke dalam mangkok tetapi malah ke atas permukaan meja. Unt

DMCA.com Protection Status