“Tuan Afnan sudah kembali, Mbok akan siapkan makan malam,” sela Mbok Sum, sambil berdiri dari duduknya dan bergegas pergi keluar dari kamar majikannya.Sementara Afnan berjalan mendekati Keyra yang masih duduk sambil menyuap makanan di atas piringnya yang hampir habis.“Key, siapa yang akan melakukan poligami?” tanya Afnan lagi, kali ini dengan nada tegas, sambil menggulung lengan kemejanya.“Ada ajaran Islam menurutku, sangat di takuti oleh kaum hawa, yaitu poligami.”Afnan tersenyum, sambil duduk dihadapan Keyra.”Ya, Nabi memiliki banyak istri, semata-mata bukan keinginannya melainkan perintah Allah, dan itu ada maksud dan tujuannya, akan sulit bagi orang biasa untuk melakukan poligami.” jelas Afnan, tak lepas matanya menatap Keyra yang saat itu juga menatap penuh arti.“Apa Kak Afnan yakin tidak mampu melakukannya, jika dilihat dari materi yang berlimpah, dan wajah Kakak yang sangat mendukung, banyak wanita di luar sana yang bersedia menjadi istri kedua kakak.” Keyra terus mencer
“Key,” teriak Afnan dan setengah berlari menghampiri dan menopang tubuh Keyra.“Gus Afnan, tampaknya Non Keyra kedinginan, cepatlah bawa ke kamar dan hangatkan tubuhnya sebelum terlambat.Afnan mengangkat tubuh istrinya, langkah kakinya dipercepat menaiki tangga, setelah memasuki kamar, segera baju Keyra dilepas lalu dibaringkan di ranjang, dengan sigap Afnan tahu harus melakukan apa untuk seseorang yang mengalami hiportemia, direkatkannya tubuhnya memeluk sang istri dengan sangat erat, untuk memberi kehangatan dari kulit ke kulit, tubuh Keyra yang dinginpun kini berangsur hangat.Azan subuh membangunkan Afnan, melihat keadaan Keyra yang sudah tidak pucat, dan masih tertidur, Afnan membiarkan Keyra tetap terlelap. Afnan membersihkan diri kemudian seperti biasa ia akan salat subuh berjamaah di moshola perkebunan.Sementara itu Amara berjalan pelan, menuju kamar Afnan, diketuknya pelan tapi tidak ada jawaban, lalu ia memberanikan diri untuk masuk, tapi ketika memasuki kamar matanya terb
“Assalamu’alaikum, Kak Afnan,” sapa salam Keyra yang tiba-tiba saja muncul di balik pintu, membuat Afnan dan Amara kaget.“Waalaikumsalam, Key, kamu menyusulku?”“Iya Kak, sekalian aku bawakan makan malam, tadi Mbok Ratmi memasak sangat banyak, aku kira kalian akan makan malam di rumah, tapi sampai jam segini belum pulang, jadi aku bawakan saja makanan kesini,”bbalas Keyra sambil mengulas senyum hangat, tatapannya beralih pada Amara yang terlihat tidak suka dengan kedatangan Keyra.“Aku sudah memesankan Afnan makan malam lewat aplikasi makanan,”bsela Amara.“Buat kamu saja Amar, biar suamiku, aku yang mengurusnya,” timpal Keyra, seraya menatap menu makanan di atas meja.“Terima kasih Key,” ucap Afnan, dengan senyum hangat yang ditujukan pada Keyra.“Tidak usah berterima kasih Kak, aku istrimu, sudah kewajibanku untuk melayanimu, tidak akan kuberi celah wanita lain yang mengurusimu,” ekor mata Keyra melirik Amara yang terlihat mulai gelisah dengan kehadiran Keyra. “Aku buatkan minuman
“Mbok, rasanya aku sudah tidak tahan dengan keberadaan Amar di hidup Kak Afnan, walaupun itu masalah pekerjaan, tapi tetap saja itu mengganggu pikiranku,” gerutu Keyra yang saat ini berada di dapur dan menatap Mbok Ratmi yang sedang sibuk memasak.Ratmi langsung menoleh ke arah Nona muda dihadapannya.”Apa yang Non Amar perbuat?”“Hari ini, Kak Afnan ditipu oleh perusahaan, dimana Kak Afnan membeli mesin untuk produksi, dan aku yakin, Amar ada dibalik semua ini, dan entah apa maksudnya.” Keyra beralih duduk di kursi dapur tampak berpikir keras.“Mbok, mana paham urusan perkebunan, tapi Mbok bisa bantu jika memang diperlukan.” Mbok Ratmi langsung mematikan kompor dan beralih duduk di depan majkannya itu.“Mbok Ratmi, tolong nanti yang bersih-bersih palvilium yang di tempati Amar, dan cari tahu apa saja, Mbok, foto pakai kamera ponsel,” suruh Keyra.“Apa yang harus Mbok, foto Non?”“Apa saja, yang menurut Mbok mencurigakan!” perintah Keyra seraya berbisik.“Hemmm baiklah Non, biasanya
“Dia istriku,” ucap Afnan, lalu meraih tubuh istrinya dan berlari menjauh dari gedung.Keyra tidak sadarkan ketika tubuhnya dibaringkan, denyutnya juga melemah, Afnan semakin khawatir melihat Keyra, dengan cepat Afnan melakukan CPR pada Keyra, beberapa saat kemudian Keyra sadar dan langsung memeluk suaminya itu.“Kak, Star Supermarket...,” tangis Keyra.“Key, kamu harus sabar menghadapi musibah ini,” ucap Afnan seraya memeluk tubuh Keyra, untuk memberi rasa tenang.Beberapa jam berlalu, akhirnya api benar-benar sudah bisa ditaklukan oleh Damkar. Keyra menatap nanar puing-puing bangunan ynag hampir 80 persen sudah hangus terbakar, perlahan air mata mulai membasahi pipinya, mengingat mendiang ayahnya yang membangun penuh perjuangan hingga Star Supermaket berdiri, tapi berakhir sangat mengenaskan seperti ini. Perasaan bersalah mulai menghantui dirinya, tidak bisa menjaga peninggalan Praja.Sementara itu di sebuah apartemen, tiga orang sedang berpesta seakan sedang merayakan sesuatu yan
Afnan pagi–pagi sekali sudah berangkat ke perkebunan, hari ini mesin produksi datang, ia pasti akan sangat sibuk seharian memastikan mesin terpasang dengan benar. Langkah kakinya menuju pabrik yang baru selesai di bangun, disana sudah ada beberapa pegawai yang siap dengan tugasnya.Selama beberapa jam Afnan memberi briefing pada pegawai, setelah itu Afnan kembali mengeliling perkebunan.“Af, tunggu,” panggil Amara berlari kecil menyusul Afnan.“Amar, ada apa?”“Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin tahu keadaan Keyra, pasti dia terpukul dengan kejadian kemarin, jika dilihat Star Supermarket, habis terbakar.”“Keyra shock, tapi jangan cemaskan, Insya Allah kami akan bisa membangun Star Supermarket lagi.”“Apa kamu perlu bantuanku Af?”Afnan tersenyum hangat, ”Sepertinya tidak perlu Amar. Star Supermarket milik Keyra, biarlah dia yang akan memutuskan ke depannya bagaimana nasib Star Supermarket,” balas Afnan.“Okay.”Tak berselang lama Lathisa datang wajahnya pun tampak khawatir.”Assal
Tepukan tangan tiba-tiba terdengar menggema, seketika Lathisa dan Keyra menoleh ke arah suara.“Sudah kuduga kamu pelakunya Amar,” pekik Keyra. Seraya bangkit dari jongkoknya. Lathisa juga terlihat berdiri walau tubuhnya masih linglung.“Amar, apa yang kamu inginkan dari kami,” sarkas Lathisa.“Aku ingin kalian mati disini, dua orang wanita terjatuh di rooftop akibat berkelahi, skenario yang bagus ‘kan!” Amar mendekati keduanya dengan pisau tajam di tangannya.”Sepertinya kasus itu sangat menarik,” sambungnya pelan, dengan mata pisau yang bersinar tajam.“Kamu menginginkan Kak Afnan, lepaskan Lathisa, dia tidak ada hubungannya dengan masalahmu,” timpal Keyra, dengan menatap tajam Amar yang semakin berjalan mendekat.“Ha...ha... kamu salah Key, justru Lathisalah yang menjadi pesaingku sesungguhnya, karena Afnan itu sebenarnya mencintai Lathisa, apa kamu tidak menyadari tatapan Afnan ketika bertemu Lathisa. Itu tatapan cinta,” ujar Amar dengan sangat yakin.“Aku datang kesini, hanya in
“Gus, bagaimana keadaan Keyra?” Lathisa bertanya pada Afnan yang saat ini berada diluar kamar dimana Keyra dirawat.“Dia sudah sedikit membaik, tapi aku belum mengatakan tentang kondisi sebenarnya, aku masih takut Thisa, berita tentang janinnya yang tidak bisa diselamatkan, dan pengangkatan satu ovariumnya akan membuatnya shock.”Prank!...suara ponsel jatuh. Seketika Afnan dan Lathisa menoleh ke arah suara, mereka terkejut karena disana sudah berdiri Keyra, dengan wajah yang sedih dan mata yang berkaca-kaca.“Apa aku salah dengar Kak, aku salah dengar ‘kan?” Keyra berjalan dengan lutut gemetar mendekati suaminya, tangannya mencengkram kemeja Afnan, air mata luruh.”Ada janin dalam perutku, dan ia tidak bisa diselamatkan, satu ovariumku juga telah hilang?” tanya Keyra suaranya bergetar.“Maaf Key, maaf,” balas Afnan pelan.Permintaan maaf Afnan membuat Keyra histeris.”Apa yang kamu lakukan padaku Kak!” pekiknya sambil kedua tanganya memukul dada Afnan, hingga suaranya melemah dan pin