“Maaf Gus Afnan, aku dengar kamu ada di perkebunan, jadi aku masak makan siang untukmu.” Lathisa berjalan pelan.“Kebetulan sekali Thisa, kita makan siang bersama, Keyra juga membawakan makan siang untukku,” sahut Afnan.Keyra mendesah kesal, “Lathisa tidak perlu repot-repot, aku istrinya Kak Afnan, dan biarkan aku yang mengurusnya.”Ucapan Keyra jelas sekali, jika ia keberatan dengan kehadiran Lathisa.“Kamu benar Key, maafkan aku, silahkan menikmati makan siang, biar makanan ini aku berikan pada karyawan saja.”“Hey, kalian kenapa, tidak usah mempeributkan masalah kecil seperti ini, ayolah Key, Tisha kita makan bersama,” ajak Afnan.“Tapi Kak,” protes Keyra.Afnan menatap lembut istrinya yang sedang dibakar api cemburu, lalu di raih tangannya. ”Tidak baik menolak pemberian orang,”Keyra pun mengerti, lalu menatap ke arah Lathisa. ”Baiklah, makan sianglah bersama Kami Lathisa, dan terima kasih atas makanannya,” ujar Keyra, akhirnya mempersilahkan Lathisa untuk makan siang bersamanya
Keyra semakin lemas, lalu ia pun terkulai pingsan. Samuel yang melihat hal itu tersenyum simpul, “Ayo ke sana, aku akan membantumu memperbaiki lift yang sebenarnya tidak rusak,” ajak Samuel, senyum licik tersunging di bibirnya rencananya berhasil.Lelaki kurus yang merupakan teknisi Star Supermaket itu pun mengangguk, dan mengikuti langkah Samuel. Bak seorang pahlawan yang menyelamatkan seorang putri, Samuel terlihat cemas, dan membantu teknisi membuka pintu lift, beberapa karyawan juga terlihat cemas.Akhirnya pintu lift terbuka, segera Samuel, membawa tubuh Keyra masuk ke dalam ruang kerja dan membaringkannya di sofa.“Pak Samuel, biar saya yang menemani Bu Keyra, ucap seorang staf wanita.“Ini sudah di luar jam kerja, lebih baik kamu pulang saja, kamu tahu ‘kan walaupun aku sudah tidak berkerja di sini, tapi aku masih menjalin hubungan baik dengan Keyra, aku ini mantan kekasihnya, dan aku kesini juga atas undangan Keyra, jadi lebih baik kamu pulang saja, tidak usah mencemaskan K
“Yakin Kak,” balas Keyra singkat, seraya menyuap nasi goreng di hadapannya, tanpa menatap Afnan.“Baiklah, Key. Aku pergi dulu. Assalamu’alaikum.”“Waalaikumsalam.” Keyra mencium takzim punggung tangan suaminya.Setelah kepergian Afnan, Keyra kembali memasuki kamar, terlihat Mbok Sum dan asisten peruh waktu sedang membersihkan kamar. Tiba-tiba mata Keyra menangkap sesuatu di sebuah keranjang cucian yang akan dibawa Mbok Sum, ke laoudry room.“Mbok, sebentar!” perintah Keyra menghentikan langkah wanita sepuh itu.“Ada apa Non Key?”“Mbok, tinggalkan saja keranjang itu, biar nanti saya yang bawa ke loundry room, aku mau mencari sesuatu di saku kemejaku,” dalih Keyra.“Oh, baiklah.”Setelah Mbok Sum, dan asisten paruh waktu keluar dari kamar, Keyra menatap dalam kemeja yang dikenakan Afnan kemarin malam, kemeja warna cream, itu di ambilnya dari keranjang, mata Keyra serius menatap, lengan kemeja yang ada bekas lisptik warna merah marun itu, dan aroma rose sangat kuat tercium.“Lisptik
Keyra tersenyum getir seraya menatap Afnan, lalu Afnan berpamitan untuk pergi ke perkebunan. Sedangkan Keyra memilih untuk istirahat di rumah. Keyra sedang tidak mood untuk melakukan aktivitas, pikirannya kini benar-benar kacau dan hatinya selalu galau sejak ia merasakan jatuh cinta pada Afnan, seakan tidur tak nyeyak dan makan tak enak, takut akan kehilangan Afnan semakin besar.Bayang-bayang Amara dan Lathisa selalu menghantuinya.Belum lagi Keyra menenangkan pikirannya, suara dering ponsel menganggu lamunannya, segera diraihnya ponsel, dan ia mendesah kasar, ketika tahu Samuel ada dilayar ponsel.“Ada apa Sam, apa kamu tidak punya pekerjaan selain menganggu hidupku ha!”bentak Keyra ketus.“Tawaranku masih berlaku Key, jual tanah itu padaku, atau saat ini juga aku kirim vidio memalukan itu pada suamimu,”ancam Samuel dengan tegas.“Sam...jangan kirim vidio itu, beri aku waktu untuk membuat keputusan,”bujuk Keyra.“Waktumu hanya sampai besok Keyra, putuskan, atau suamimu akan melihat
Pagi itu Afnan sudah terlihat rapi, hari ini ia akan pergi untuk melihat pembangunan pabrik. Dengan sangat antusias pria yang memiliki mata teduh dan berwibawa itu, menuju mobilnya, tapi panggilan Keyra menghentikan langkahnya.“Kak Afnan, aku akan ikut ke lokasi pembangunan pabrik,” pinta Keyra.“Key, nanti kamu akan bosan disana?”“Aku ada kejutan buat Kakak.”Afnan mengeryitkan dahi, mencari sesuatu yang di sembunyikan Keyra.”Kejutan untukku?”“Iya Kak, dan kejutan untuk Amar.”“Baiklah, ayo nanti kesiangan.”Keyra melangkah mendekati mobil dan masuk ke dalam, dengan membawa tas di tangannya.Keyra sedikit gugup dan tegang, berkali-kali ia merubah posisi duduknya.“Kenapa kamu gelisah Key, apa ada masalah?”“Tidak Kak,” sahut Keyra singkat dan berusaha bersikap tenang. Hampir satu jam perjalanannya mereka sampai di lokasi proyek, banyak pekerja bangunan yang mulai bekerja, terlihat Amara dengan senyum semringah menghampiri Afnan dan Keyra.“Hai Key kamu juga ikut,” sapa Amara.“A
“Tuan Afnan sudah kembali, Mbok akan siapkan makan malam,” sela Mbok Sum, sambil berdiri dari duduknya dan bergegas pergi keluar dari kamar majikannya.Sementara Afnan berjalan mendekati Keyra yang masih duduk sambil menyuap makanan di atas piringnya yang hampir habis.“Key, siapa yang akan melakukan poligami?” tanya Afnan lagi, kali ini dengan nada tegas, sambil menggulung lengan kemejanya.“Ada ajaran Islam menurutku, sangat di takuti oleh kaum hawa, yaitu poligami.”Afnan tersenyum, sambil duduk dihadapan Keyra.”Ya, Nabi memiliki banyak istri, semata-mata bukan keinginannya melainkan perintah Allah, dan itu ada maksud dan tujuannya, akan sulit bagi orang biasa untuk melakukan poligami.” jelas Afnan, tak lepas matanya menatap Keyra yang saat itu juga menatap penuh arti.“Apa Kak Afnan yakin tidak mampu melakukannya, jika dilihat dari materi yang berlimpah, dan wajah Kakak yang sangat mendukung, banyak wanita di luar sana yang bersedia menjadi istri kedua kakak.” Keyra terus mencer
“Key,” teriak Afnan dan setengah berlari menghampiri dan menopang tubuh Keyra.“Gus Afnan, tampaknya Non Keyra kedinginan, cepatlah bawa ke kamar dan hangatkan tubuhnya sebelum terlambat.Afnan mengangkat tubuh istrinya, langkah kakinya dipercepat menaiki tangga, setelah memasuki kamar, segera baju Keyra dilepas lalu dibaringkan di ranjang, dengan sigap Afnan tahu harus melakukan apa untuk seseorang yang mengalami hiportemia, direkatkannya tubuhnya memeluk sang istri dengan sangat erat, untuk memberi kehangatan dari kulit ke kulit, tubuh Keyra yang dinginpun kini berangsur hangat.Azan subuh membangunkan Afnan, melihat keadaan Keyra yang sudah tidak pucat, dan masih tertidur, Afnan membiarkan Keyra tetap terlelap. Afnan membersihkan diri kemudian seperti biasa ia akan salat subuh berjamaah di moshola perkebunan.Sementara itu Amara berjalan pelan, menuju kamar Afnan, diketuknya pelan tapi tidak ada jawaban, lalu ia memberanikan diri untuk masuk, tapi ketika memasuki kamar matanya terb
“Assalamu’alaikum, Kak Afnan,” sapa salam Keyra yang tiba-tiba saja muncul di balik pintu, membuat Afnan dan Amara kaget.“Waalaikumsalam, Key, kamu menyusulku?”“Iya Kak, sekalian aku bawakan makan malam, tadi Mbok Ratmi memasak sangat banyak, aku kira kalian akan makan malam di rumah, tapi sampai jam segini belum pulang, jadi aku bawakan saja makanan kesini,”bbalas Keyra sambil mengulas senyum hangat, tatapannya beralih pada Amara yang terlihat tidak suka dengan kedatangan Keyra.“Aku sudah memesankan Afnan makan malam lewat aplikasi makanan,”bsela Amara.“Buat kamu saja Amar, biar suamiku, aku yang mengurusnya,” timpal Keyra, seraya menatap menu makanan di atas meja.“Terima kasih Key,” ucap Afnan, dengan senyum hangat yang ditujukan pada Keyra.“Tidak usah berterima kasih Kak, aku istrimu, sudah kewajibanku untuk melayanimu, tidak akan kuberi celah wanita lain yang mengurusimu,” ekor mata Keyra melirik Amara yang terlihat mulai gelisah dengan kehadiran Keyra. “Aku buatkan minuman