Beranda / Thriller / JERITAN MALAM PENGANTIN / Mengintai Keluarga Pak Cipto

Share

Mengintai Keluarga Pak Cipto

Penulis: Vira Noviyanti
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-17 08:21:47

Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan menuju rumah Kak Sarah. Akhirnya kami sampai juga, kami disambut oleh keluarga Kak Sarah. Keluarga Kak Sarah nampak sangat panik. Terutama ayahnya Kak Sarah.

"Ayo kalian masuk. Langsung mandi dan ganti baju, setelah selesai mandi kumpul di ruang tamu!" tegas ayahnya Kak Sarah.

Kami semua masuk ke dalam rumah Kak Sarah dan bergantian untuk mandi.

Kepalaku terasa nyeri akibat benturan tadi, sedangkan Intan terlihat masih syok atas kejadian yang menimpa kita semua.

Benar-benar malam yang sangat menyeramkan. Ketika kita panik, otak tak mampu berpikir dengan jernih. Segala sesuatu pasti dilakukan terburu-buru dan gegabah.

"Gue, mau pulang aja ke Jakarta," ucap Intan tiba-tiba dengan terisak.

"Sabar, Tan. Kalau kita pulang, terus siapa yang bakal mengungkap misteri ini? Bukankah sebelumnya kita juga pernah seperti ini?" jawabku sambil memegangi kepala yang masih nyeri.

"Dulu kita pulang ke Jakarta. Terus apa? Arwah itu meneror kita juga kan sampai Jakarta, mungkin memang ada suatu hal yang perlu kita cari tahu kebenarannya. Dengan begitu, kita juga bisa tenang balik ke Jakarta."

Intan tak lagi menjawab pertanyaanku. Mungkin juga dia membenarkan apa yang aku ucapkan.

Saat semua teman-temanku sudah selesai bergantian untuk mandi. Kini giliran aku dan Intan.

"Mel ... mandi bareng ya, gue takut."

Intan bergelayut di lenganku seperti bocah.

"Hiihh ... ogah! Mandi sendiri-sendiri lah, ya kali gue mandi berdua sama lu terus main tatap-tatapan badan. Hih serem lu."

Aku langsung menuju kamar mandi rumah Kak Sarah. Intan cemberut karena aku menolak permintaanya. Kalau dulu waktu masih kecil kami sering mandi bareng. Sekarang sudah dewasa begini mandi bareng lagi? Tak sudih aku.

Aku pun melakukan ritual mandi. Semoga setelah mandi aku bisa berpikir jernih bagaimana cara mengungkap misteri ini.

Lima belas menit aku mandi, badan kembali segar. Setelah itu aku mengganti baju di kamar Kak Sarah dan kembali berkumpul ke ruang tamu.

"Sana mandi, buruan tuh baju lu pada basah dan kotor!" ucapku menyuruh Intan untuk mandi.

"Takut, temenin dong di depan kamar mandi!"

"Ayo Kak Sarah tungguin di depan kamar mandi. Sekalian Kakak mau bikin teh hangat dan pisang goreng."

*****

Setelah Intan sudah selesai mandi, dan Kak Sarah pun sudah selesai membuat teh hangat dan pisang goreng. Kami semua berkumpul di ruang tamu. Di sini juga sudah ada keluarga Kak Sarah.

"Melly, Intan. Apa Nenek dan Kakek-mu sudah bercerita?" tanya Pak Teguh ayahnya Kak Sarah.

"Belum, cerita apa memangnya, Pak?" jawabku. Nenek dan Kakek memang tidak bercerita apa-apa padaku ataupun Intan.

Pak Teguh kemudian memandang langit-langit rumah. Dan menghembuskan napas perlahan.

"Selama kamu tidak berkunjung ke sini. Banyak kejadian aneh yang menimpa desa tempat nenekmu tinggal," ucap Pak Teguh menjelaskan.

"Kejadian aneh bagaimana, Pak?" jawabku sambil menatap serius.

"Banyak warga mati secara tak wajar dan mengenaskan. Aku dan kakekmu curiga dengan keluarga si Cipto itu."

Pak Teguh berbicara sangat serius, yang lainnya pun mendengarkan dengan raut wajah yang tak kalah serius.

Prrraaang!

Gubrag!

Kami semua terkejut saat mendengarkan suara di dapur, seperti ada yang membanting dan memporak porandakan barang-barang.

"Apa setannya ngikutin sampe sini?" tanya Intan gemetar.

"Memang kalian diikutin setan?" tanya Pak Teguh.

"Iya ...," jawab kami.

"Sebentar, saya lihat dulu ke belakang."

Pak Teguh kemudian beranjak ke dapur, dan disusul oleh Ridwan dan Hanif.

Suasana kembali mencekam seperti di rumah Nenek tadi.

Semua yang melihat ke arah Pak Teguh pun nampak pucat, dapat kulihat dari wajah mereka. Kalau mereka semua gemetar dan sudah mengambil ancang-ancang untuk kabur, jikalau nanti tiba-tiba setan itu muncul lagi.

Meeeoooongg!

Gubrak!

Praangg!

"Walaah, jan-jan ... kucing ternyata dasar kampreeet!" umpat Pak Teguh sambil menepuk-nepuk dadanya. Mungkin beliau terkejut.

"Kucing apa kampret, Pak?" kekeh Hanif setelah tau kalau itu kucing.

"Ya ... Kucing toh,"

"Tadi bilangnya kampret," ucap Hanif ngeyel sambil terus terkikih.

"Terserahmu, ora urus!" cetus Pak Teguh.

Hanif ini memang orangnya rada jahil. Suka sekali meledek orang.

Setelah mengetahui hanya seekor kucing, Pak Teguh kembali duduk bersama kami.

"Belum lama ini. Aku, kakekmu dan juga Pak Muklis. Melihat si Cipto membawa plastik hitam besar, sepertinya berat sekali isi didalamnya. Sampai-sampai si Cipto kesusahan dan berkeringat membawanya. Bungkusan hitam itu ia bawa ke gubuk di kebun yang dekat dengan sungai kecil.

Kami mendengarkan dengan seksama cerita Pak Teguh.

"Kira-kira isinya apa, ya, Yah?" tanya Kak Sarah dengan wajah penasaran.

"Entah, apa isinya. Tapi, Pak Muklis bilang isinya seperti orang."

"Apa Pak Cipto membunuh orang? Atau jangan-jangan Pak Cipto melakukan pesugihan hingga menumbalkan beberapa warga desa?" tanya Kak Sarah lagi.

"Kita belum punya buktinya. Jadi tidak bisa asal menuduh. Yang sekarang kita butuhkan adalah bukti benar atau tidaknya. Cipto sangat dingin dan misterius, juga jarang berbaur pada tetangga,"

Aku pun menceritakan apa yang aku alami beberapa hari ini kepada ayahnya Kak Sara. Mulai dari jerit dan rintihan Mbak Anggun di malam pertamanya, serta rintihan di kebun milik Kakek, Nenek. Serta kejadian tadi, saat sosok Mbak Anggun muncul dengan wajah pucatnya serta memuntahkan darah yang bercampur belatung, pun dengan sosok hantu tanpa kepala yang mengendarai motor. Aku menceritakannya sangat detail.

Mereka semua yang mendengarkan pun ikut bergidik ngeri atas apa yang aku dan Intan alami. 

"Ayah saat melihat Pak Cipto membawa bungkusan besar itu kira-kira kapan?" tanya Kak Sarah lagi.

"Seminggu sebelum resepsi Arif,"

Aku jadi penasaran. Kira-kira Pak Cipto membawa bungkusan apa didalam plastik hitam besar? Apakah sampah. Entahlah aku sendiri pun bingung.

"Apa perlu kita ke tempat Pak Cipto membuang bungkusan itu?" ucapku memberi saran.

"Untuk apa?" sahut Pak Teguh.

"Untuk memastikan isi didalam plastik tersebut," jawabku lagi.

"Jangan gegabah. Takutnya Cipto curiga dan macam-macam pada kalian. Saya tidak ingin kaliam celaka!" tegas Pak Teguh.

Aku ini sebenarnya tipe orang yang jika dilarang akan semakin penasaran dan ingin mencaritahu.

"Tapi desa kita terancam, jika memang Pak Cipto melakukan pesugihan dengan banyak menumbalkan warga desa. Desa ini seperti desa mati tak berpenghuni," jawabku lagi.

"Apa kamu mau jadi korban selanjutnya?" ucap Pak Teguh menatapku tajam.

Deg!

Ada raut marah pada wajahnya, serta senyuman yang aneh.

"Tidak! Tidak akan ada korban lagi jika kita semua mencaritahu kebenerannya soal Pak Cipto. Jika memang terbukti Pak Cipto melakukan pesugihan dan berteman dengan Iblis. Maka kita panggil Ustaz dan Kiyai yang mampu melumphkan mereka dengan ayat-ayat suci Allah," tegasku.

"Lakukan jika kalian memang penasaran dan ingin mencaritahu. Anak seperti kalian memang ngeyel kalau dinasehati sama orang tua?"

"Tapi benar, Pak, apa yang dibilang Melly. Kita harus mencaritahu dulu tentang kebenarannya. Tidak mungkin kan, asal maim tuduh saja. Itu namanya memfitnah," ucap Ridwan seakan membelaku.

"Iya, benar. Lebih baik kita caritahu dulu. Kita diam-diam menyelidiki kegiatan Pak Cipto dan keluarganya," sahut yang lainnya, mereka semua setuju dengan ideku.

"Oke, baik. Tapi kalian harus hati-hati. Tidak boleh sampai si Cipto itu merasakan curiga." Akhirnya Pak Teguh mengizinkan kami untuk memata-matai Pak Cipto.

Kami semua meminum dan memakan yang disuguhkan oleh Kak Sarah. Mungkin aku dan Intan akan menginap di rumah Kak Sarah. Jujur, aku juga sangat syok atas kejadian tadi. Kalau mengingat Mbak Anggun muntah, perutku langsung mual. Mie instan yang aku masak tak jadi aku makan. Mungkin sekarang mie itu sudah membengkak seperti cacing tanah.

Aku juga penasaran dengan sosok tubuh tanpa kepala itu. Dari postur tubuhnya seperti pria. Lagi-lagi aku mual dan bercampur ngeri membayangkan kejadian tadi. Aku belum mampu jika melihat hantu yang bentuknya hancur seperti itu. Bau amis darah yang menyeruak dipenciumku, seakan tak mau pergi.

Hoekkk!

Tiba-tiba saja perutku kembali mual karena membayangkan kejadian tadi.

"Kenapa?" tanya Kak Sarah sambil mengurut-ngurut tengkuk leherku.

"Mual, Kak, ngebayangin kejadian tadi."

"Ya sudah jangan dibayangin terus,"

Kak Sarah mengoleskan minyak kayu putih ke tengkuk leherku serta di keningku. Lumayan berkurang rasa mualku.

"Jadi kapan kita mau memata-matai Pak Cipto?" tanya Ridwan sambil menyeruput teh.

"Besok!" jawabku singkat.

"Besok? Kita harus izin juga sama Nenek, Kakek dan Paklik, Mel!" seru Intan.

"Ya sudah minta izin mereka dulu. Semoga diperbolehkan," sahutku pelan.

"Oke gengs, kita akan kembali jadi detektif lagi. Sebelum memulai minta perlindungan dulu sama Allah, biar kita dilindungi dari segala marabahaya," ucap Hanif.

Bersambung ....

 Jangan lupa like, komen dan subscribenya, Kak, biar kalian dapet notif jika up bab baru❤️❤️

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Neny Triana
seru cerita nya bikin penasaran siapa yg nganut ilmu hitam ny
goodnovel comment avatar
sugito700
jancok bener
goodnovel comment avatar
Wawan Setyawan
misteri nya mantaps
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   SIAPA WANITA BERBAJU MERAH?

    Setelah kejadian semalam. Akhirnya kami semua memutuskan untuk menginap di kediaman Kak Sarah. Ridwan dan Hanif tidur di ruang tamu, dan kami para wanita tidur di kamar Kak Sarah. Kamar Kak Sarah lumayan besar, sehingga bisa menampung kami semua. Untungnya Kak Sarah tidak menggunakan ranjang pada kasurnya. Kasur springbed ia letakan di lantai atau lesehan. Kak Sarah bilang, ia takut jika menggunakan ranjang kasur. Takut di bawahnya ada penampakan. Dan subuh ini kami para wanita salat jama'ah di rumah. Sedangkan para lelaki berjama'ah di musala desa."Mel ... ambil wudhunya barengan, gue takut!""Ya Allah, Tan. Udah subuh kali, setan juga kaga ada subuh-subuh mah," ucapku kesal pada Intan."Bodo amat! Pokoknya bareng. Kalau nggak bareng gue nggak jadi salat!" cetusnya."Hilih, semprul! Mau jadi titisan setan lu nggak salat? Ya udah ayo bareng."Kemudian aku dan Intan berbarengan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Salat pun dipimpin oleh ibunya Kak Sarah."Assalamu'alaikum Warahmatul

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   KAKEK MARAH

    Mataku masih menatap ke arah belakang rumah Pak Cipto. Siapakah wanita berbaju merah itu? Jalannya tertatih-tatih, seperti merasakan sakit yang luar biasa. Bukan, bukan Mbak Anggun. Aku tau bagaimana postur tubuh Mbak Anggun.Mbak Anggun tinggi semampai, dan yang aku lihat ini berperawakan kecil mungil. Mungkin tingginya hanya 155 centimeter saja.Teman-temanku yang lainnya pun ikut menengok ke belakang rumah Pak Cipto."Mm--Mba Wuri," ucap Hanif terbata.Hah, Mba Wuri? Bukankah katanya Mbak Wuri sudah meninggal. Aku memang jarang sekali melihat Mba Wuri jika liburan ke desa ini, satu atau dua kali aku pernah bertemu dengan Mba Wuri. Wajahnya cantik dengan kulit putih bersih."Nggak usah bercanda deh. Lu bilang Mbak Wuri udah meninggal kan? Bagaimana bisa orang itu adalah Mbak Wuri," ucap Intan panik."Tapi itu beneran Mbak Wuri, gue hafal banget sama postur tubuhnya." Hanif tetap pada pendiriannya kalau itu Mbak Wuri."Udah pada nggak usah ngaco! Nggak usah dilihatin. Pura-pura ngga

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   DIHADANG DUA MAKHLUK MENYERAMKAN

    Setelah Nenek masuk ke dalam kamar. Kini di ruang tamu hanya ada aku, Intan dan teman-temanku saja."Masih mau diterusin, Mel?" tanya Intan."Masih, emang lu mau desa ini di teror terus tiap hari. Entar lama-lama nama desa ini bukannya desa Indah Permai lagi. Tapi desa sarang hantu," sahutku."Hiihhh ... serem amat itu omongan." Intan bergidik ngeri."Ya udah, lebih baik kita coba omongin lagi sama Kakek baik-baik. Semoga Kakek izinin, atau kalau nggak kita selidiki bareng-bareng sama Kakek dan Paklik Mulyono," ucap Ridwan memberi ide."Nah, ide yang bagus tuh, Mel," ujar Hanif menimpali dan disetujui oleh teman-teman lainnya.Aku masih diam tak merespon, tapi ide yang dibilang Ridwan boleh juga sih. Kenapa tidak kami selidiki saja bersama Kakek dan Paklik. Setelah nanti ketahuan siapa yang bersekutu dengan iblis, barulah kami akan panggil Ustaz Fiqih."Ya udah nanti gue pikirin dulu ide dari lu, Wan," ujarnya."Nah, gitu dong. Ya udah kita balik dulu ya, lu coba ngomongnya baik-baik

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   TEROR LAGI

    "Ora usah ngeganggu, wong mati iku ngegone wis udu neng dunyo maneh.Opo kowe mati digawe tumbal?" tanya Kakek.(Nggak usah mengganggu, orang mati tempatnya bukan di bumi lagi. Apa kamu mati karna dijadikan tumbal?)Aku, Intan, Irma saling merangkul karena ketakutan. Kakek, Paklik, menjagaku dari depan sedangkan Hanif dan Ridwan menjaga di belakang. "Kowe podo weruh sirahku ora, hah?" Lagi suara lirih dari sosok tanpa wujud itu menanyakan di mana kepalanya.Grookk ....Bug!Seperti suara orang yang digorok lehernya sampai kepalanya putus. Allah ... kenapa banyak sekali gangguannya ketika kami ingin tahu siapa orang yang ke sungai itu.Kami semua langsung berdoa membaca ayat kursi dan surah-surah lainnya. Intan membaca ayat kursi dengan suara yang bergetar dan menahan tangis.Arrggghh ....Teriak-teriakan itu menggema di kebun tebu ini, teriakan kesakitan serta rintihan yang menyayat hati."Sepertinya kita tidak bisa meneruskan untuk memata-matai sekarang. Apalagi turun hujan rintik-

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   TUTI MENINGGAL

    Setelah Ustaz mengusapkan air ke wajahku, aku jadi sedikit lebih tenang. Nenek langsung mendekapku dan mengusap rambut hitamku yang dikuncir kuda.Hoeeekk ....Hoeeekk ....Tuti kembali memuntahkan darah segarnya, kali ini ia muntah lebih banyak. Matanya kini sendu setengah terpejam.Grookkk!Grookkk!Tuti menggelepar seperti ikan yang kehabisan air, serta menyuarkan seperti lehernya tengah di gorok seseorang."Aarrrghh ... sakit, Bu," teriak Tuti. Matanya masih mendelik ke atas, napasnya mulai sesak. Tuti menghembuskan napas terakhirnya dengan mulut menganga, serta mata yang melotot menatap ke atas langi-langit rumah."Innalillahi wainnalilahirojiun ...," lirih suara Pak Ustaz sambil mengusap mata Tuti yang mendelik ke atas."Maksud Pak Ustaz apa ngomong kaya gitu?" ucap Pak Guntur dengan suara bergetar."Tuti sudah pergi, Pak Guntur. Mohon untuk di ikhlaskan kepergiannya." Pak Ustaz berkata sambil mengusap bahu Pak Guntur."Nggak mungkin anakku mati." Pak Guntur langsung mendekap tu

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   KECELAKAAN

    Seminggu sudah kematian Tuti, kini desa kembali sepi. Jika malam-malam kemarin ramai. Itu karena warga mengadakan tahlilan selama seminggu untuk tuti.Suara burung Gagak terdengar jelas di luar rumah. Bau kembali melati menguar kembali.Kakek dan Paklik sedang berada di ruang tamu. Mereka sedang asyik menyesap masing-masing kopinya."Pertanda apa lagi ini, Pak?" tanya Paklik pada Kakek."Semoga aja nggak terjadi apa-apa lagi," jawab Kakek sambil menyesap kopinya."Burung Gagak rupanya daritadi selalu bolak-balik, perasaanku jadi nggak tenang.""Berdoa saja semoga hal yang buruk tidak terjadi!"Aku dan Intan mendengarkan pembicaraan mereka di ruang tv. Ruang tamu dan tv itu jaraknya sangat dekat. Jadi aku bisa mendengarkan semuanya pembicaraan Kakek dan Paklik."Mel, tinggal di sini kaya uji nyali ya kita?" kata Intan."Hemm ... begitulah,""Aku gregetan lho siapa dalang dibalik semua ini!" sungut Intan."Lho, aku pun sama!""Kepalaku rasanya mau meledak ini, aku banyak yang aku curiga

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   JADI TUMBAL

    Suara sirine ambulance datang ke TKP serta beberapa mobil polisi pun datang.Orang tua Yuni tak hentinya menangis, apalagi ibunya Yuni yang jatuh pingsan berkali-kali.Saat tubuh Yuni diangkat dan ditaruh di pembungkus mayat berwarna orange, ada bagian anggota tubuh yang jatuh. Ternyata mata Yuni yang jatuh.Astagfirullah ... begitu tragis sekali kematianmu, Yun. Aku masih nggak nyangka kalau kamu bakalan pergi secepat ini."Ayo kita pulang!" ajak Kakek.Kakek membantuku untuk berdiri, rupanya Kakek dan Paklik datang mengendarai mobil temannya tempo hari."Kok pakai mobil, Kek?" tanya Intan."Ada teman Paklik mu datang, jadi kami pinjam."Kami pun langsung masuk ke dalam mobil, aku dan Intan duduk di belakang. Lalu Paklik pun mengendarai mobilnya. Motorku dititipkan di rumah ibu-ibu yang kutumpangi, nanti akan diambil lagi sama Paklik."Kok bisa Yuni tertabrak?" Paklik membuka pembicaraan."Nggak ngerti aku. Tau-tau dari arah belakang bunyi dentuman dan Yuni langsung terkapar di dekat

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   JIWA YANG MINTA DIBEBASKAN

    Nanti malam adalah malam tahlilan ke tiga Yuni. Karena dua hari lalu aku dan Intan tidak datang ke sana di karenakan aku masih belum sehat. Maka malam ini aku memutuskan untuk menghadiri tahlilan ke 3 hari Yuni. Aku dan Intan juga akan datang dengan Ayah kami dan juga Kakek dan Paklik."Badan kalian udah benar-benar enakan belum, Nduk? Kalau belum sebaiknya nggak usah ikut," saran Kakek."Udah sehat, Kek. Aku juga ingin bertemu ibunya Yuni. Aku ingin menguatkan beliau," ucapku."Ya udah kalau gitu, ayo kita siap-siap!"Aku dan Intan langsung ke kamar untuk berganti pakaian dan memakai hijab instan.Setelah selesai berganti baju, kami pun kembali ke ruang tamu."Ayo, kami udah siap!" ujar Intan.Kami pun langsung masuk ke mobil ayahku, dan menuju ke rumah Yuni.***Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, kami pun sampai di pelataran rumah Yuni.Setelah Ayah memarkirkan mobilnya, kami pun turun bersamaan."Assalamu'alaikum," ucap kami."Wa'alaikumsalam,"Kakek, Paklik, Ayah l

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-17

Bab terbaru

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   Extra part 2

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH extra part 2Ridwan langsung membalas WA dari Melly dan mengiyakan untuk mencarikan yang disuruh oleh MellySebelumnya Ridwan terlebih dahulu bertanya pada kakek dan ayah Tasya. Setelah mendapatkan informasi di mana ia bisa mendapatkan barang-barang yang diperlukan Melly, lantas Ridwan dan Hanif pergi untuk mencarinya.Mereka mencari di dekat hutan lokasi tempat kejadian semalam, tak butuh waktu lama Ridwan dan Hanif menemukan yang disuruh oleh Melly.Saat Ridwan dan Hanif ingin pergi tiba-tiba Hanif menunjuk ke arah rumput yang berwarna merah sepertinya itu darah Luna namun ada perasan jeruk nipis di sekitar darah tersebut."Siapa yang ngucurin jeruk nipis ke darah ya?" tanya Hanif pada Ridwan"Ini bekas darahnya si Luna kan sama Bram, bukannya darah kalau dikucurin jeruk nipis arwahnya kesakitan ya?" tanyanya lagi"Udahlah ayo langsung balik aja Melly pasti udah nunggu kita di rumah!" ajak Ridwan.Ridwan tak mau ambil pusing apa yang ditunjukkan oleh Hanif,

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   ARWAH PENASARAN MBAK ASIH extra part 1

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH extra partSelesai Ustaz mengajak salat taubatan nasuha warga pun kembali pulang ke rumah masing-masing.Melly dan yang lainnya menginap di rumah Thasya, Ridwan dan Hanif akan tidur bersama dengan kakek Thasya di ruang televisi.Berkali-kali Melly mengembuskan napasnya kasar dan memijit keningnya. Raut wajahnya terlihat cemas memikirkan sesuatu hal."Kenapa, Mel?" tanya Dinda mendekati Melly."Nggak papa," kilah Melly tersenyum simpul.Hanya Melly dan Dinda yang masih terjaga sampai larut malam, yang lainnya sudah tertidur dengan sangat pulas karena kelelahan dengan kejadian yang menggemparkan desa."Tapi mukamu tidak menujukkan kamu sedang baik-baik aja, Mel. Cerita aja sama aku, kali aja bisa sedikit lebih plong hatimu," bujuk Dinda."Huh!" Lagi Melly membuat napasnya."Teror Mbak Asih udah nggak ada, tapi sekarang rasanya ada sosok lain yang dendamnya masih membuat dirinya gentayangan sekarang," keluh Melly."Siapa? Apa si Luna dan Bram itu?" sahut Dinda m

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   NYAWA DIBAYAR NYAWA!

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 18"Allahu Akbar. Mas Riski!" teriak Asih menangis.Asih mencoba untuk memberontak dari tahanan warga, tetapi tak bisa. Tangannya dicekal dengan sangat kuat.Plak!"Diam kamu pencuri!" bentak Luna menampar pipi Asih dengan keras.Asih terhuyung--tubuhnya terperosot ke bawah. Air matanya terus membasahi pipinya. Kini matanya mulai sembab, wajahnya memerah menahan sakit di pipi juga di hati."Demi Allah, aku nggak mencuri kotak amal. Aku tau dosa, aku masih takut siksa kubur," lirihnya."Halaah, maling mana ada yang mau ngaku! Bakar aja, bakar! Jangan sampai kampung kita dikotori oleh pencuri seperti dia!" tunjuk Ucup mempropokasi warga."Hei! Jangan main hakim sendiri, kamu kira Asih apaan main bakar-bakar aja. Dijaga ucapanmu!" bentak Ayah dan kakeknya Thasya saat tiba di rumah Asih.Banyak sudah warga yang termakan dengan hasutan setan Ucup, Luna dan juga Bram.Warga tak mau mendengar ocehan siapapun, hasutan setan sudah ditelan mentah-mentah. Asih dia

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   FLASH BACK

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 17Luna tak hanya membual, ia benar-benar memikirkan bagaimana caranya menghancurkan hubungan Asih dan Riski. Luna tak ingin Riski bahagia dengan Asih. Rencana licik Luna tersusun rapih. Ia sudah memikirkan segala resikonya. Dan jelas ia meminta bantuan pada Bram dan Mbak Sumarno."Kalau kamu benar-benar cinta sama aku. Turuti segala kemauan dan perintahku. Aku tak ikhlas jika Riski bahagia dengan Asih, biar bagaimanapun aku pernah mencintainya," tegasnya. Dalam hati terdalamnya, rasa cinta itu masih ada sampai sekarang. Luna wanita rakus, ia pintar memutar balikkan fakta dan bersilat lidah."Apa rencanamu untuk menghancurkan mereka?" tanya Bram serius."Fitnah Asih! Buat dia sampai mati dihabisin massa!" geramnya."Maksudmu?"Luna menjelaskan tentang rencana jahatnya pada Bram. Luna menyediakan satu lelaki suruhan untuk berpura-pura menjadi simpanan Asih agar Riski benci dengan Asih, setelahnya Luna menyuruh Bram mengambil kotak amal di musala secara di

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   MAYAT ASIH

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 16Melly mengambil alih menggendong Denia dalam gendongan Intan. Suara lolongan anjing terdengar memekakkan telinga."Ayo pergi. Ada hal yang nggak beres akan terjadi lagi!" titah Melly.Intan dan Thasya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Mereka gegas berjalan meninggalkan daerah hutan.Setiap mereka berjalan seakan dipantau oleh seseorang dari tempat lain.Mata Melly dan Thasya terus mengawasi sekitar, takut jika ada serangan dari makhluk jahat itu lagi."Nggak habis pikir gue sama yang bawa Denia ke dekat hutan! Nggak ada otaknya!" maki Intan sambil terus mempercepat jalannya."Sampai gue tau siapa orangnya, gue patah*n tulangnya!" ocehnya lagi."Udah nggak usah ngedumel, ngedumelnya nanti kalau udah ketahuan siapa orangnya!" tegas Melly.Mereka bertiga semakin mempercepat langkah kakinya menuju ke desa.Dalam gendongan Melly--Denia tertidur dengan tenang.Selama berjalan mereka terus melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.Tung! Tung!Bunyi pukulan

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   DENIA MENGHILANG

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 15Intan yang melihat Melly gemetar segera membuat teh manis hangat untuknya. Ia juga sangat terkejut dengan apa yang diucapkan Melly.Siapa orang yang tega mengambil jasad Mbak Asih dan nemfitnah Mbak Asih."Nih, Mel, minum dulu biar tenang. Eh, gue lupa cuma bikin satu doang, Tha, hehe. Maaf, ya, lu kalau mau bikin sendiri aja. Lagian ini kan rumah lu," celetoh Intan."Iya, santai aja. Aku kalau mau nanti bikin sendiri kok. Ya udah mending sekarang kita masuk ke kamar, nanti anak-anak nyariin dan curiga terus malah jadi heboh malam-malam gini," ujar Thasya.Sebelum masuk ke kamar mereka bertiga mengatur napasnya dulu agar Dinda dan Dea tak curiga dan panik."Jangan diceritain dulu ya, Tha. Takutnya nanti malah mereka pada ketakutan," jelas Melly."Siap," sahut Thasya dan bergegas ke kamarnya.Baru saja mau masuk ke dalam kamar, diluar rumah terdengar suara teriakan orang yang tengah ketakutan.Belum lagi suara pentungan pos ronda yang sangat nyaring un

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   SIAPA YANG DIKUBURKAN?

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 14"Hati-hati, Mel, jangan ngebut." Intan meneriaki Melly."Iya, tenang aja!" sahut Melly berteriak juga.Buluk kuduknya meremang saat melewati sosok Mbak Asih yang melayang di udara."Astaghfirullah." Melly menepuk dadanya pelan dan berhenti mendadak di dekat kebun singkong.Begitupun dengan Intan yang ikut memberhentikan laju motornya. Ia paham apa yang dilakukan Melly, karena sekarang Intan pun peka dan sensitif dengan ghaib. Perlahan batinnya terbuka dengan sendiri."Pasti kamu abis melihat Mbak Asih di sekitar sini, ya?" bisik Thasya pada Melly.Mau tak mau Melly pun menganggukan kepalanya dan membenarkan pertanyaan Thasya. Thasya langsung merapat, memeluk tubuh Melly."Tenang. Bantu doa aja, sekarang gue mau fokus lagi bawa motor," ujarnya dengan membuang napas kasar."Bismillah ya Allah ... lindungi kami semua." Doa Thasya memejamkan matanya.Melly dan Intan kembali melajukan motornya, Dea tertidur diboncengan Intan. Dea berada di tengah antara In

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   MELLY DAN INTAN DATANG

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 13"Mbak A--Asih." Mereka begitu gemetar menyebutkan nama Mbak Asih yang kini tepat berada di hadapannya.Tubuh Dea merosot ke tanah, ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sementara Dinda dan Thasya diam di tempat, tubuhnya tak bisa digerakkan. Hanya lelehan air matanya saja yang keluar dari matanya."Thasya!" teriak seorang wanita.Perlahan sosok Mbak Asih menghilang dari hadapan mereka. Tubuh Thasya limbung, ia juga terjatuh ke tanah."Lu nggak apa-apa?" Ternyata yang memanggil dirinya adalah Melly, Melly datang bersama dengan Intan. Melly langsung memeluk Thasya dan mencoba menenangkannya. Sementara Intan mengambil sebotol air minum dari dalam tas gembloknya."Ini minum dulu." Intan menyodorkan sebotol air pada Thasya.Thasya meminumnya setelah itu ia berikan air minum itu pada teman-temannya. Melly dan Intan membantu Thasya dan Dea untuk berdiri."Kok kamu tau aku ada di sini?" Thasya heran dengan Melly dan Intan yang tahu keberadaannya

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   WANITA MISTERIUS

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 12💞💞💞POV Author"Maaf nih, Bu, Pak. Kami nggak bisa lama-lama mainnya. Soalnya abis ini mau ketemu sama teman," ujar Dinda pada semuanya. Dinda merasa suasana sudah tak kondusif lagi maka ia mencari alasan untuk segera pulang."Owalah, ya sudah kalau begitu. Padahal Denia masih mau main kayanya, anteng dia digendong sama Thasya," jawab Pak Yahya."Ayo kita pulang!" ajak Dinda pada teman-temannya.Sedangkan rawut wajah Riski terlihat kecewa dengan ajakan Dinda mengajak Thasya untuk pulang."Ya udah kalau gitu, kami pamit pulang ya. Assalamualaikum." Dinda--Dea--Thasya mencium tangan orang tua Mbak Asih dan berpamitan pada Sekar serta Riski.Saat berpamitan pada Sekar ia hanya menujukkan wajah datarnya saja, tak ada senyuman menghiasi kepergian mereka.Dinda buru-buru menarik tangan Thasya dan juga Dea untuk menuju ke motornya.***"Keluar nggak bilang-bilang dulu sama orang tua, bikin panik aja!" omel Ibu dan Ayah berbarengan saat Thasya memarkirkan

DMCA.com Protection Status