Home / Thriller / JERITAN MALAM PENGANTIN / DIKEJAR HANTU KEPALA BUNTUNG

Share

DIKEJAR HANTU KEPALA BUNTUNG

last update Last Updated: 2022-05-25 11:22:26

JERITAN MALAM PENGANTIN part 5

"Janc*k!" teriak Hanif berlari sambil memegangi handuk yang melingkari pinggangnya.

"Kalian pada kenapa sih? Kenapa pada lari-larian gitu?" tanya Kak Sarah panik.

"Demit sial. Tuh, ada di dapur."

"Panik sih panik, itu celana dipakai dulu sana," ujar Irma melihat Hanif dengan pandangan aneh.

"Gue lupa. Ya udah gue pakai di pojokan aja, jangan pada ngintip lu semua!"

"Rugi gue liatin lu pakai celana, menodai mata gue aja!" ketus Irma sambil menutup wajahnya dengan tangan.

Cetlek!

Tiba-tiba lampu padam. Di dalam rumah tampak gelap gulita. Ka Sarah langsung mengintip ke jendela, ternyata bukan hanya rumah Nenek yang lampunya mati. Tapi semuanya padam.

Teror, lampu mati. Lengkap sudah kini penderitaan kami.

Dug ....

Dug ....

Dug ....

"Siapa yang malam-malam dan mati lampu gini main bola sih? Kurang kerjaan banget, udah gitu hujan deras lagi. Gila apa ya, tuh, orang!" maki Hanif.

"Entah, coba lu tengok, Nif!" ucapku sambil menyinari ruang dengan lampu ponselku.

"Ayo temenin gue keluar!" Hanif mengajak Ridwan keluar.

"Elah ... gitu aja minta di temenin, payah lu,"

Ridwan dan Hanif memegang gagang pintu dan menekannya.

Duaaaarrr ....

Gelegar suara petir serta kilatannya mengagetkan kita semua. Ditambah, karena sinar dari kilatan petir tadi langsung menyoroti sesosok yang sudah berdiri tepat di depan pintu.

Sosok tanpa kepala itu sudah berdiri dihadapan kami semua.

"Astaghfirullahaldzim, Allahu Akbar!" Teriak kami bersamaan.

Intan dan juga Yuni sudah menangis karena ketakutan. Sedangkan aku, Irma, Ka Sarah juga Hanif dan Ridwan mematung menatap sosok itu.

Dari leher yang sudah tidak mempunyai kepala itu mengeluarkan darah sangat banyak.

Crraaasshhh ....

Darah menyembur mengenai Hanif dan Ridwan.

"Arrghh ... tolooonggg ..!!"

Teriakan dari kepala yang melayang-layang dari atap rumah Pak Cipto begitu lirih. Setelahnya, ia menyeringai begitu seram.

Bruukk!!

Ridwan menutup pintu dengan sangat kencang. Napasnya tersengal, bagai habis lari maraton.

Teror tidak berhenti di sini saja, di dapur kegaduhan yang dibuat pun tidak ada hentinya.

"Ya Allah, hanya padamu aku berlindung dari godaan setan yang terkutuk," lirih, aku berdoa menyebut asma-asma Allah.

"Kita nggak bisa di sini terus, Mel, mending sekarang kita keluar. Kalian ke rumah Kakak saja. Bisa jantungan lama-lama diteror seperti ini," ajak Kak Sarah.

"Tapi di luar masih hujan deras, Kak. Apa nggak sebaiknya kita nunggu hujan berhenti dulu? Seenggaknya tunggu sampai mereda dulu, Kak," jawabku dengan suara bergetar.

"Nggak bisa kalau diam terus-terusan seperti ini. Bisa mati berdiri di sini kita. Kamu nggak lihat, Dek, keadaan Intan dan Yuni? Mereka sudah pucat pasi seperti itu kerena ketakutan."

Kuembuskan napas kasar. Memang tidak bisa diam terus-terusan seperti ini. Lebih baik aku coba telepon Paklik Mulyono dulu.

"Sebentar, Kak, aku telepon Paklik Mulyono dulu!" Kak Sarah dan lainnya pun mengangguk tanda setuju. Yang lain langsung mempersiapkan jas hujan dan dipakai ke badan masing-masing.

Tutttt ....

Tuttt ....

Tuuuttt ....

"Assalamu'alaikum, Paklik. Paklik, jadi menginap atau tidak sekarang?" tanyaku, pada Paklik di sebrang telepon.

"Jadi, kenapa memangnya? Kenapa suaramu seperti ketakutan begitu, Mel?"

"Sepulang dari rumah Bule, ada hal yang harus kalian jelaskan padaku. Kami diteror oleh hantu kepala buntung. Sekarang ada teman-temanku. Tapi tetap saja walaupun jumlah kami banyak tidak mengurangi rasa takut kami, Paklik. Aku ijin ke rumah Kak Sarah," ucapku dengan suara yang hampir menangis.

"Baik, kalian ke rumah Sarah saja dulu. Besok habis subuh kami akan pulang dan menjelaskan semuanya padamu. Jaga diri kalian, hati-hati. Assalamu'alaikum."

"W*'alaikumsalam."

Sambungan telepon pun terputus. Aku segera memasukkan ponselku ke dalam tas.

"Kata Paklik kita menginap di rumah Kak Sara dulu. Besok sehabis subuh mereka akan pulang."

Mereka semua menggangguk mendengarkan ku. Lalu saat itu juga kami bersiap-siap untuk pergi ke rumah Kak Sarah. Untungnya aku dan Intan bawa jas hujan dari rumah. Semua perlengkapan ku sangat lengkap di sini.

"Ayo kita keluar!" ajak Ridwan yang sudah bersiap-siap membuka pintu.

"Tapi di luar masih ada setan itu. Petirnya juga seram banget, gimana mau keluar? Kita nggak boleh mengendarai motor dalam keadaan panik seperti ini. Yang ada kita malah celaka," ucap Kak Sarah menjelaskan.

"Betul juga yang dibilang sama Kak Sarah. Sebaiknya kita atur dulu rasa takut kita, coba kalian embuskan napas secara perlahan. Jangan panik, sebisa mungkin jangan panik. Anggap saja di luar itu hanya boneka yang mau menakut-nakuti kita. Semakin kita takut, mereka akan semakin senang mengganggu kita," jelas Ridwan menasehati, sambil membersihkan wajahnya yang terkena darah.

Kemudian kami semua mencoba apa yang disarankan Ridwan. Kuatur napasku, aku kendalikan rasa takutku.

"Gimana?" tanya Ridwan lagi.

"Oke, kita berangkat sekarang. Jangan takut pas lihat tuh makhluk semprul di luar. Anggap aja nggak ada!" tegas Kak Sarah.

Kami semua pun sudah prepare dengan tas masing-masing.

"Bismillahirohmannirohim ...," ucap kami bersama saat akan membuka pintu.

Ceklek!

Pintu sudah dibuka oleh Ridwan. Posisi Ridwan kita di depan kami semua.

"Alhamdulillah, nggak ada sosoknya. Ayo cepat keluar!"

Kami langsung bersiap-siap dengan motor masing-masing. Aku memakai motor matic milik Paklik Mulyono. Setelah pakai helm, kami langsung tancap gas meluncur ke rumah Kak Sarah. Untuk sampai jalan raya kami harus melewati jalan kampung yang begitu sepi. Banyak pohon-pohon besar di sini.

Hujan deras serta kilatan petir tak kami hiraukan. Yang kami pikirkan sekarang adalah sampai dengan selamat di rumah Kak Sarah. Di sepanjang jalan banyak sekali godaan yang menghalangi.

Desa ini seperti desa mati. Seperti tidak punya kehidupan. Suara burung hantu menggema, membuat suasana semakin mencekam.

Kepakan sayap burung berada sangat dekat denganku. Sepertinya burung ini ada tepat diatas kepalaku.

"Mel, Mel, kok kaya ada yang ngikutin kita ya?" teriak Intan di boncenganku.

"Ngikutin gimana?!" balasku berteriak juga.

"Jangan ngeliat ke atas ya, Mel, fokus nyetir aja."

Tiba-tiba saja Intan berbicara seperti itu. Mungkin dia melihat sesuatu di atas, aku pun menuruti perintah Intan.

Aku tidak menghiraukan kepakan sayap burung itu, yang terus saja mengikuti kami. Dalam hati terus ku lantunkan asma-asma Allah. Meminta perlindungan-Nya agar kami selamat sampai tujuan.

Saat sampai di persimpangan jalan tiba-tiba saja pandangan mataku gelap. Mungkin karena derasnya air hujan juga membuatku tidak fokus. Karena helm-ku berembun.

Brakkk!

Aku dan Intan jatuh tersungkur di jalanan, motor yang aku kendarai tiba-tiba saja oleng.

"Astaghfirullah," lirih suara Intan yang jatuh tengkurap. Sedangkan aku, aku jatuh terlentang dengan kepala membentur batu. Untungnya aku menggunakan helm. Jadi tidak begitu terasa sakit.

Teman-temanku yang lainnya panik setelah tau aku jatuh. Mereka langsung berhenti dan membantu aku dan Intan.

"Ya Allah, Dek. Kenapa bisa jatuh begini?" Kak Sarah membantuku pelan-pelan untuk duduk. Intan dibantu Yuni dan juga Irma.

"Pandanganku tiba-tiba gelap, Kak. Nggak kelihatan jalanannya."

Ridwan membantu ambilkan motorku yang jatuh di pinggir jalan.

"Sekarang kita cari tempat berteduh dulu. Nggak mungkin dilanjutin jalannya, atau nggak. Mely dan Intan dibonceng," ucap Kak Sarah.

"Dilanjutin perjalanannya. Lu nggak liat apa, itu deket pohon!!" Hanif menunjuk-nunjuk ke arah pohon di sebrang jalan.

Kami semua buru-buru menoleh ke arah yang Hanif tunjuk.

Sesosok tubuh yang sedang membawa kepalanya sendiri berjalan terseok-seok ke arah kami.

"Innalillahi ...."

"Ayo sekarang kita lanjutin perjalanannya. Melly biar sama aku, Intan sama Hanif." Kak Sarah langsung menstater motornya dan membantuku untuk duduk di motor.

Setelah itu kita semua bergegas pergi melajukan motor.

Saatku lihat jam dipergelangan tangan ternyata sudah pukul 23.00 malam, pantas setan berkeliaran.

"Kak, jangan panik ya. Aku takut nanti Kakak bawa motornya nggak fokus dan membahayakan kita."

"Iya, Dek, tenang aja. Aman, kamu berdoa saja. Agar setan itu tidak terus mengikuti kita."

Kak Sarah sangat cepat melajukan motornya. Aku seperti terbang terbawa angin saking ngebutnya.

Allah ... kenapa semuanya jadi seperti ini. Desa yang dulu indah kita menjadi sarang setan. Lalu kenapa tadi Mbak Anggun muncul dengan wajah pucat seperti itu, dan muntah darah bercampur belatung yang begitu sangat banyak. Ah, tak bisa dinalar dengan akal sehat.

Semuanya membingungkan ku. Banyak teka taki yang harus dipecahkan, semuanya menjadi misteri untukku.

Aku harus mencari tahu. Ada apa dibalik ini semua.

Aku tidak bisa tenang dengan tinggal di desa seperti ini. Dan banyak warga yang meninggal dengan kondisi yang. Ah, sangat mengenaskan.

Aku berjanji, secepatnya akan mencari tahu misteri di desa ini. Agar desa Neneku kembali tenang dan indah seperti dulu.

Bersambung ....

Related chapters

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   Mengintai Keluarga Pak Cipto

    Setelah kurang lebih dua puluh menit perjalanan menuju rumah Kak Sarah. Akhirnya kami sampai juga, kami disambut oleh keluarga Kak Sarah. Keluarga Kak Sarah nampak sangat panik. Terutama ayahnya Kak Sarah."Ayo kalian masuk. Langsung mandi dan ganti baju, setelah selesai mandi kumpul di ruang tamu!" tegas ayahnya Kak Sarah.Kami semua masuk ke dalam rumah Kak Sarah dan bergantian untuk mandi.Kepalaku terasa nyeri akibat benturan tadi, sedangkan Intan terlihat masih syok atas kejadian yang menimpa kita semua.Benar-benar malam yang sangat menyeramkan. Ketika kita panik, otak tak mampu berpikir dengan jernih. Segala sesuatu pasti dilakukan terburu-buru dan gegabah."Gue, mau pulang aja ke Jakarta," ucap Intan tiba-tiba dengan terisak."Sabar, Tan. Kalau kita pulang, terus siapa yang bakal mengungkap misteri ini? Bukankah sebelumnya kita juga pernah seperti ini?" jawabku sambil memegangi kepala yang masih nyeri."Dulu kita pulang ke Jakarta. Terus apa? Arwah itu meneror kita juga kan sa

    Last Updated : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   SIAPA WANITA BERBAJU MERAH?

    Setelah kejadian semalam. Akhirnya kami semua memutuskan untuk menginap di kediaman Kak Sarah. Ridwan dan Hanif tidur di ruang tamu, dan kami para wanita tidur di kamar Kak Sarah. Kamar Kak Sarah lumayan besar, sehingga bisa menampung kami semua. Untungnya Kak Sarah tidak menggunakan ranjang pada kasurnya. Kasur springbed ia letakan di lantai atau lesehan. Kak Sarah bilang, ia takut jika menggunakan ranjang kasur. Takut di bawahnya ada penampakan. Dan subuh ini kami para wanita salat jama'ah di rumah. Sedangkan para lelaki berjama'ah di musala desa."Mel ... ambil wudhunya barengan, gue takut!""Ya Allah, Tan. Udah subuh kali, setan juga kaga ada subuh-subuh mah," ucapku kesal pada Intan."Bodo amat! Pokoknya bareng. Kalau nggak bareng gue nggak jadi salat!" cetusnya."Hilih, semprul! Mau jadi titisan setan lu nggak salat? Ya udah ayo bareng."Kemudian aku dan Intan berbarengan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Salat pun dipimpin oleh ibunya Kak Sarah."Assalamu'alaikum Warahmatul

    Last Updated : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   KAKEK MARAH

    Mataku masih menatap ke arah belakang rumah Pak Cipto. Siapakah wanita berbaju merah itu? Jalannya tertatih-tatih, seperti merasakan sakit yang luar biasa. Bukan, bukan Mbak Anggun. Aku tau bagaimana postur tubuh Mbak Anggun.Mbak Anggun tinggi semampai, dan yang aku lihat ini berperawakan kecil mungil. Mungkin tingginya hanya 155 centimeter saja.Teman-temanku yang lainnya pun ikut menengok ke belakang rumah Pak Cipto."Mm--Mba Wuri," ucap Hanif terbata.Hah, Mba Wuri? Bukankah katanya Mbak Wuri sudah meninggal. Aku memang jarang sekali melihat Mba Wuri jika liburan ke desa ini, satu atau dua kali aku pernah bertemu dengan Mba Wuri. Wajahnya cantik dengan kulit putih bersih."Nggak usah bercanda deh. Lu bilang Mbak Wuri udah meninggal kan? Bagaimana bisa orang itu adalah Mbak Wuri," ucap Intan panik."Tapi itu beneran Mbak Wuri, gue hafal banget sama postur tubuhnya." Hanif tetap pada pendiriannya kalau itu Mbak Wuri."Udah pada nggak usah ngaco! Nggak usah dilihatin. Pura-pura ngga

    Last Updated : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   DIHADANG DUA MAKHLUK MENYERAMKAN

    Setelah Nenek masuk ke dalam kamar. Kini di ruang tamu hanya ada aku, Intan dan teman-temanku saja."Masih mau diterusin, Mel?" tanya Intan."Masih, emang lu mau desa ini di teror terus tiap hari. Entar lama-lama nama desa ini bukannya desa Indah Permai lagi. Tapi desa sarang hantu," sahutku."Hiihhh ... serem amat itu omongan." Intan bergidik ngeri."Ya udah, lebih baik kita coba omongin lagi sama Kakek baik-baik. Semoga Kakek izinin, atau kalau nggak kita selidiki bareng-bareng sama Kakek dan Paklik Mulyono," ucap Ridwan memberi ide."Nah, ide yang bagus tuh, Mel," ujar Hanif menimpali dan disetujui oleh teman-teman lainnya.Aku masih diam tak merespon, tapi ide yang dibilang Ridwan boleh juga sih. Kenapa tidak kami selidiki saja bersama Kakek dan Paklik. Setelah nanti ketahuan siapa yang bersekutu dengan iblis, barulah kami akan panggil Ustaz Fiqih."Ya udah nanti gue pikirin dulu ide dari lu, Wan," ujarnya."Nah, gitu dong. Ya udah kita balik dulu ya, lu coba ngomongnya baik-baik

    Last Updated : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   TEROR LAGI

    "Ora usah ngeganggu, wong mati iku ngegone wis udu neng dunyo maneh.Opo kowe mati digawe tumbal?" tanya Kakek.(Nggak usah mengganggu, orang mati tempatnya bukan di bumi lagi. Apa kamu mati karna dijadikan tumbal?)Aku, Intan, Irma saling merangkul karena ketakutan. Kakek, Paklik, menjagaku dari depan sedangkan Hanif dan Ridwan menjaga di belakang. "Kowe podo weruh sirahku ora, hah?" Lagi suara lirih dari sosok tanpa wujud itu menanyakan di mana kepalanya.Grookk ....Bug!Seperti suara orang yang digorok lehernya sampai kepalanya putus. Allah ... kenapa banyak sekali gangguannya ketika kami ingin tahu siapa orang yang ke sungai itu.Kami semua langsung berdoa membaca ayat kursi dan surah-surah lainnya. Intan membaca ayat kursi dengan suara yang bergetar dan menahan tangis.Arrggghh ....Teriak-teriakan itu menggema di kebun tebu ini, teriakan kesakitan serta rintihan yang menyayat hati."Sepertinya kita tidak bisa meneruskan untuk memata-matai sekarang. Apalagi turun hujan rintik-

    Last Updated : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   TUTI MENINGGAL

    Setelah Ustaz mengusapkan air ke wajahku, aku jadi sedikit lebih tenang. Nenek langsung mendekapku dan mengusap rambut hitamku yang dikuncir kuda.Hoeeekk ....Hoeeekk ....Tuti kembali memuntahkan darah segarnya, kali ini ia muntah lebih banyak. Matanya kini sendu setengah terpejam.Grookkk!Grookkk!Tuti menggelepar seperti ikan yang kehabisan air, serta menyuarkan seperti lehernya tengah di gorok seseorang."Aarrrghh ... sakit, Bu," teriak Tuti. Matanya masih mendelik ke atas, napasnya mulai sesak. Tuti menghembuskan napas terakhirnya dengan mulut menganga, serta mata yang melotot menatap ke atas langi-langit rumah."Innalillahi wainnalilahirojiun ...," lirih suara Pak Ustaz sambil mengusap mata Tuti yang mendelik ke atas."Maksud Pak Ustaz apa ngomong kaya gitu?" ucap Pak Guntur dengan suara bergetar."Tuti sudah pergi, Pak Guntur. Mohon untuk di ikhlaskan kepergiannya." Pak Ustaz berkata sambil mengusap bahu Pak Guntur."Nggak mungkin anakku mati." Pak Guntur langsung mendekap tu

    Last Updated : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   KECELAKAAN

    Seminggu sudah kematian Tuti, kini desa kembali sepi. Jika malam-malam kemarin ramai. Itu karena warga mengadakan tahlilan selama seminggu untuk tuti.Suara burung Gagak terdengar jelas di luar rumah. Bau kembali melati menguar kembali.Kakek dan Paklik sedang berada di ruang tamu. Mereka sedang asyik menyesap masing-masing kopinya."Pertanda apa lagi ini, Pak?" tanya Paklik pada Kakek."Semoga aja nggak terjadi apa-apa lagi," jawab Kakek sambil menyesap kopinya."Burung Gagak rupanya daritadi selalu bolak-balik, perasaanku jadi nggak tenang.""Berdoa saja semoga hal yang buruk tidak terjadi!"Aku dan Intan mendengarkan pembicaraan mereka di ruang tv. Ruang tamu dan tv itu jaraknya sangat dekat. Jadi aku bisa mendengarkan semuanya pembicaraan Kakek dan Paklik."Mel, tinggal di sini kaya uji nyali ya kita?" kata Intan."Hemm ... begitulah,""Aku gregetan lho siapa dalang dibalik semua ini!" sungut Intan."Lho, aku pun sama!""Kepalaku rasanya mau meledak ini, aku banyak yang aku curiga

    Last Updated : 2022-06-17
  • JERITAN MALAM PENGANTIN   JADI TUMBAL

    Suara sirine ambulance datang ke TKP serta beberapa mobil polisi pun datang.Orang tua Yuni tak hentinya menangis, apalagi ibunya Yuni yang jatuh pingsan berkali-kali.Saat tubuh Yuni diangkat dan ditaruh di pembungkus mayat berwarna orange, ada bagian anggota tubuh yang jatuh. Ternyata mata Yuni yang jatuh.Astagfirullah ... begitu tragis sekali kematianmu, Yun. Aku masih nggak nyangka kalau kamu bakalan pergi secepat ini."Ayo kita pulang!" ajak Kakek.Kakek membantuku untuk berdiri, rupanya Kakek dan Paklik datang mengendarai mobil temannya tempo hari."Kok pakai mobil, Kek?" tanya Intan."Ada teman Paklik mu datang, jadi kami pinjam."Kami pun langsung masuk ke dalam mobil, aku dan Intan duduk di belakang. Lalu Paklik pun mengendarai mobilnya. Motorku dititipkan di rumah ibu-ibu yang kutumpangi, nanti akan diambil lagi sama Paklik."Kok bisa Yuni tertabrak?" Paklik membuka pembicaraan."Nggak ngerti aku. Tau-tau dari arah belakang bunyi dentuman dan Yuni langsung terkapar di dekat

    Last Updated : 2022-06-17

Latest chapter

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   Extra part 2

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH extra part 2Ridwan langsung membalas WA dari Melly dan mengiyakan untuk mencarikan yang disuruh oleh MellySebelumnya Ridwan terlebih dahulu bertanya pada kakek dan ayah Tasya. Setelah mendapatkan informasi di mana ia bisa mendapatkan barang-barang yang diperlukan Melly, lantas Ridwan dan Hanif pergi untuk mencarinya.Mereka mencari di dekat hutan lokasi tempat kejadian semalam, tak butuh waktu lama Ridwan dan Hanif menemukan yang disuruh oleh Melly.Saat Ridwan dan Hanif ingin pergi tiba-tiba Hanif menunjuk ke arah rumput yang berwarna merah sepertinya itu darah Luna namun ada perasan jeruk nipis di sekitar darah tersebut."Siapa yang ngucurin jeruk nipis ke darah ya?" tanya Hanif pada Ridwan"Ini bekas darahnya si Luna kan sama Bram, bukannya darah kalau dikucurin jeruk nipis arwahnya kesakitan ya?" tanyanya lagi"Udahlah ayo langsung balik aja Melly pasti udah nunggu kita di rumah!" ajak Ridwan.Ridwan tak mau ambil pusing apa yang ditunjukkan oleh Hanif,

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   ARWAH PENASARAN MBAK ASIH extra part 1

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH extra partSelesai Ustaz mengajak salat taubatan nasuha warga pun kembali pulang ke rumah masing-masing.Melly dan yang lainnya menginap di rumah Thasya, Ridwan dan Hanif akan tidur bersama dengan kakek Thasya di ruang televisi.Berkali-kali Melly mengembuskan napasnya kasar dan memijit keningnya. Raut wajahnya terlihat cemas memikirkan sesuatu hal."Kenapa, Mel?" tanya Dinda mendekati Melly."Nggak papa," kilah Melly tersenyum simpul.Hanya Melly dan Dinda yang masih terjaga sampai larut malam, yang lainnya sudah tertidur dengan sangat pulas karena kelelahan dengan kejadian yang menggemparkan desa."Tapi mukamu tidak menujukkan kamu sedang baik-baik aja, Mel. Cerita aja sama aku, kali aja bisa sedikit lebih plong hatimu," bujuk Dinda."Huh!" Lagi Melly membuat napasnya."Teror Mbak Asih udah nggak ada, tapi sekarang rasanya ada sosok lain yang dendamnya masih membuat dirinya gentayangan sekarang," keluh Melly."Siapa? Apa si Luna dan Bram itu?" sahut Dinda m

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   NYAWA DIBAYAR NYAWA!

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 18"Allahu Akbar. Mas Riski!" teriak Asih menangis.Asih mencoba untuk memberontak dari tahanan warga, tetapi tak bisa. Tangannya dicekal dengan sangat kuat.Plak!"Diam kamu pencuri!" bentak Luna menampar pipi Asih dengan keras.Asih terhuyung--tubuhnya terperosot ke bawah. Air matanya terus membasahi pipinya. Kini matanya mulai sembab, wajahnya memerah menahan sakit di pipi juga di hati."Demi Allah, aku nggak mencuri kotak amal. Aku tau dosa, aku masih takut siksa kubur," lirihnya."Halaah, maling mana ada yang mau ngaku! Bakar aja, bakar! Jangan sampai kampung kita dikotori oleh pencuri seperti dia!" tunjuk Ucup mempropokasi warga."Hei! Jangan main hakim sendiri, kamu kira Asih apaan main bakar-bakar aja. Dijaga ucapanmu!" bentak Ayah dan kakeknya Thasya saat tiba di rumah Asih.Banyak sudah warga yang termakan dengan hasutan setan Ucup, Luna dan juga Bram.Warga tak mau mendengar ocehan siapapun, hasutan setan sudah ditelan mentah-mentah. Asih dia

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   FLASH BACK

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 17Luna tak hanya membual, ia benar-benar memikirkan bagaimana caranya menghancurkan hubungan Asih dan Riski. Luna tak ingin Riski bahagia dengan Asih. Rencana licik Luna tersusun rapih. Ia sudah memikirkan segala resikonya. Dan jelas ia meminta bantuan pada Bram dan Mbak Sumarno."Kalau kamu benar-benar cinta sama aku. Turuti segala kemauan dan perintahku. Aku tak ikhlas jika Riski bahagia dengan Asih, biar bagaimanapun aku pernah mencintainya," tegasnya. Dalam hati terdalamnya, rasa cinta itu masih ada sampai sekarang. Luna wanita rakus, ia pintar memutar balikkan fakta dan bersilat lidah."Apa rencanamu untuk menghancurkan mereka?" tanya Bram serius."Fitnah Asih! Buat dia sampai mati dihabisin massa!" geramnya."Maksudmu?"Luna menjelaskan tentang rencana jahatnya pada Bram. Luna menyediakan satu lelaki suruhan untuk berpura-pura menjadi simpanan Asih agar Riski benci dengan Asih, setelahnya Luna menyuruh Bram mengambil kotak amal di musala secara di

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   MAYAT ASIH

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 16Melly mengambil alih menggendong Denia dalam gendongan Intan. Suara lolongan anjing terdengar memekakkan telinga."Ayo pergi. Ada hal yang nggak beres akan terjadi lagi!" titah Melly.Intan dan Thasya menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Mereka gegas berjalan meninggalkan daerah hutan.Setiap mereka berjalan seakan dipantau oleh seseorang dari tempat lain.Mata Melly dan Thasya terus mengawasi sekitar, takut jika ada serangan dari makhluk jahat itu lagi."Nggak habis pikir gue sama yang bawa Denia ke dekat hutan! Nggak ada otaknya!" maki Intan sambil terus mempercepat jalannya."Sampai gue tau siapa orangnya, gue patah*n tulangnya!" ocehnya lagi."Udah nggak usah ngedumel, ngedumelnya nanti kalau udah ketahuan siapa orangnya!" tegas Melly.Mereka bertiga semakin mempercepat langkah kakinya menuju ke desa.Dalam gendongan Melly--Denia tertidur dengan tenang.Selama berjalan mereka terus melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an.Tung! Tung!Bunyi pukulan

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   DENIA MENGHILANG

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 15Intan yang melihat Melly gemetar segera membuat teh manis hangat untuknya. Ia juga sangat terkejut dengan apa yang diucapkan Melly.Siapa orang yang tega mengambil jasad Mbak Asih dan nemfitnah Mbak Asih."Nih, Mel, minum dulu biar tenang. Eh, gue lupa cuma bikin satu doang, Tha, hehe. Maaf, ya, lu kalau mau bikin sendiri aja. Lagian ini kan rumah lu," celetoh Intan."Iya, santai aja. Aku kalau mau nanti bikin sendiri kok. Ya udah mending sekarang kita masuk ke kamar, nanti anak-anak nyariin dan curiga terus malah jadi heboh malam-malam gini," ujar Thasya.Sebelum masuk ke kamar mereka bertiga mengatur napasnya dulu agar Dinda dan Dea tak curiga dan panik."Jangan diceritain dulu ya, Tha. Takutnya nanti malah mereka pada ketakutan," jelas Melly."Siap," sahut Thasya dan bergegas ke kamarnya.Baru saja mau masuk ke dalam kamar, diluar rumah terdengar suara teriakan orang yang tengah ketakutan.Belum lagi suara pentungan pos ronda yang sangat nyaring un

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   SIAPA YANG DIKUBURKAN?

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 14"Hati-hati, Mel, jangan ngebut." Intan meneriaki Melly."Iya, tenang aja!" sahut Melly berteriak juga.Buluk kuduknya meremang saat melewati sosok Mbak Asih yang melayang di udara."Astaghfirullah." Melly menepuk dadanya pelan dan berhenti mendadak di dekat kebun singkong.Begitupun dengan Intan yang ikut memberhentikan laju motornya. Ia paham apa yang dilakukan Melly, karena sekarang Intan pun peka dan sensitif dengan ghaib. Perlahan batinnya terbuka dengan sendiri."Pasti kamu abis melihat Mbak Asih di sekitar sini, ya?" bisik Thasya pada Melly.Mau tak mau Melly pun menganggukan kepalanya dan membenarkan pertanyaan Thasya. Thasya langsung merapat, memeluk tubuh Melly."Tenang. Bantu doa aja, sekarang gue mau fokus lagi bawa motor," ujarnya dengan membuang napas kasar."Bismillah ya Allah ... lindungi kami semua." Doa Thasya memejamkan matanya.Melly dan Intan kembali melajukan motornya, Dea tertidur diboncengan Intan. Dea berada di tengah antara In

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   MELLY DAN INTAN DATANG

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 13"Mbak A--Asih." Mereka begitu gemetar menyebutkan nama Mbak Asih yang kini tepat berada di hadapannya.Tubuh Dea merosot ke tanah, ia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sementara Dinda dan Thasya diam di tempat, tubuhnya tak bisa digerakkan. Hanya lelehan air matanya saja yang keluar dari matanya."Thasya!" teriak seorang wanita.Perlahan sosok Mbak Asih menghilang dari hadapan mereka. Tubuh Thasya limbung, ia juga terjatuh ke tanah."Lu nggak apa-apa?" Ternyata yang memanggil dirinya adalah Melly, Melly datang bersama dengan Intan. Melly langsung memeluk Thasya dan mencoba menenangkannya. Sementara Intan mengambil sebotol air minum dari dalam tas gembloknya."Ini minum dulu." Intan menyodorkan sebotol air pada Thasya.Thasya meminumnya setelah itu ia berikan air minum itu pada teman-temannya. Melly dan Intan membantu Thasya dan Dea untuk berdiri."Kok kamu tau aku ada di sini?" Thasya heran dengan Melly dan Intan yang tahu keberadaannya

  • JERITAN MALAM PENGANTIN   WANITA MISTERIUS

    ARWAH PENASARAN MBAK ASIH part 12💞💞💞POV Author"Maaf nih, Bu, Pak. Kami nggak bisa lama-lama mainnya. Soalnya abis ini mau ketemu sama teman," ujar Dinda pada semuanya. Dinda merasa suasana sudah tak kondusif lagi maka ia mencari alasan untuk segera pulang."Owalah, ya sudah kalau begitu. Padahal Denia masih mau main kayanya, anteng dia digendong sama Thasya," jawab Pak Yahya."Ayo kita pulang!" ajak Dinda pada teman-temannya.Sedangkan rawut wajah Riski terlihat kecewa dengan ajakan Dinda mengajak Thasya untuk pulang."Ya udah kalau gitu, kami pamit pulang ya. Assalamualaikum." Dinda--Dea--Thasya mencium tangan orang tua Mbak Asih dan berpamitan pada Sekar serta Riski.Saat berpamitan pada Sekar ia hanya menujukkan wajah datarnya saja, tak ada senyuman menghiasi kepergian mereka.Dinda buru-buru menarik tangan Thasya dan juga Dea untuk menuju ke motornya.***"Keluar nggak bilang-bilang dulu sama orang tua, bikin panik aja!" omel Ibu dan Ayah berbarengan saat Thasya memarkirkan

DMCA.com Protection Status