“Jangan memuji dirimu sendiri! Diriku tidak senang bertemu denganmu!” sahut Ray dengan dingin.Ia menatap mantan istrinya dengan dingin dan mengatakan, karena kebetulan mereka bertemu. Ia menyampaikan undangan kepada mantan istrinya itu untuk hadir ke pernikahannya.Sontak saja mata mantan istri Ray membelalak terkejut. Mulutnya terbuka, kemudian menutup kembali.Ia duduk di sofa yang ada di samping Ray dan berkata, “Kau pasti berbohong! Tidak mungkin secepat itu kau akan menikah dengan wanita yang baru kau kenal!”Ray melirik Claire dengan senyum sinis yang tersungging di sudut di bibirnya.“Bukan urusanmu, lama atau sebentar aku mengenal calon Istriku!”Claire meneteskan air mata dan dipandanginya Ray dengan tatapan yang terluka. Ia tidak mengira, kalau apa yang telah dilakukannya membuat Ray menjadi berubah, seperti ini.“Ray! Aku minta maaf, karena sudah membuatmu menjadi terluka dan berubah, seperti ini. Aku memang egois dan bodoh. Namun, itu semua kulakukan, karena kau yang lebi
Anna menelan ludah dengan sukar. Ia mengangkat kepala dan memandang dengan berani, walaupun dalam hati merasa gugup. Ia harus belajar membela dirinya sendiri dari pemuja Ray. “Saya tidak peduli, karena Ray telah memilih saya sebagai istri!”Mata wanita itu melotot tidak percaya mendengar apa yang dikatakan Anna, tetapi ia tidak akan memperpanjang persoalan sekarang ini.Ia terlalu takut kepada Ray, kalau sampai wanita yang menjadi calon istrinya ini mengadu kepada Ray dan membuat usahanya menjadi bangkrut.Dengan diam menahan rasa cemburu dan marah, wanita itu memasangkan restleting di punggung Anna.“Gaun ini pas dengan badanmu, seolah memang dibuat khusus untukmu. Tidak ada yang perlu dirombak sedikitpun,” ucap wanita itu.Anna memandangi penampilannya, melalui cermin dan ia harus mengakui apa yang dikatakan oleh wanita itu memang benar.Wanita itu, kemudian pergi begitu saja meninggalkan Anna, setelah ia kembali menurunkan restleting di punggung Anna, agar ia bisa melepas gaun yang
“Sedikit,” sahut Anna dengan kepala tertunduk.Ray menatap Anna dengan dingin, ia berkata, “Sudah berapa kali kukatakan kepadamu jangan tundukkan kepalamu!”Anna mengangkat kepala dipaksakannya untuk tidak takut, dengan tatapan tajam yang dilayangkan Ray kepadanya.Suasana tidak nyaman di antara Ray dan Anna terputus. Dengan berbunyinya bel pintu kamar mereka,Masuklah seorang wanita dengan penampilan yang anggun dan cantik. Wanita itu tampaknya mengenal Ray, karena senyumnya yang manis tersungging ke arah Ray.Di belakang wanita itu tampak seorang wanita yang usianya lebih muda beberapa tahun. Ia terlihat membawa tas make up di tangannya.“Ray Sayang! Kau membuat patah hati banyak wanita, dengan informasi mendadak yang mengatakan, kalau kau akan menikah.” Wanita itu berjalan mendekati Ray, lalu memeluknya.Ray tidak menanggapi ucapan wanita itu. Ia bahkan tidak membalas pelukan dari wanita yang sok akran dengannya.Ray menoleh ke arah Anna, sambil melayangkan tatapan mengejek. Diriny
Mendapat tantangan, seperti itu dan tatapan yang merendahkan dirinya. Membuat Anna menjadi tidak ragu untuk meneruskan pernikahannya dengan Ray. “Saya tidak akan mundur dari pernikahan ini dan Anda akan mendapatkan balasan atas apa yang Anda lakukan kepada saya suatu hari nanti!”Anna menangkat kepalanya dan membalas tatapan Ray, dari seberang ruangan yang melihat ke arahnya dengan tatapan mengejek.Ia tidak akan membiarkan Ray dan orang-orang yang membencinnya. Merasa mereka sudah berhasil membuatnya terluka, serta menyakiti hatinya.Dengan langkah yang coba dikuatkannya, agar tidak goyah, karena ia merasa semua mata sekarang terarah kepadanya dan ia tidak akan mencari tahu. Apakah mereka menatapnya dengan tatapan mengejek, atau memujinya.Dalam hatinya, Anna merasa hancur, karena semua kejadian dalam satu hari ini yang menimpa dirinya.“Kenapa wajahmu, terlihat begitu tegang,” ejek Ray. Begitu Anna sudah berada di sampingnya.Dirinya sama sekali tidak merasa perlu untuk bersikap at
Anna menatap Ray dengan sendu. Ia benar-benar lelah dan ingin beristirahat, tetapi Ray tidak mempercainya. “Kepalaku pusing!” Anna memegang kepalanya.Ray mengamti wajah Anna dengan lekat. Ia melihat, kalau Anna memang terlihat pucat, begitu juga dengan bibirnya.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun juga Ray menggandeng tangan Anna membawanya keluar dari ballroom tersebut.Anna yang lelah dan pusing, tidak ambil pusing, ketika Ray menekan angka, bukan di mana lantai kamar mereka berada. Lagipula, hotel ini adalah milik Ray sudah pasti seluruh kamar di hotel ini bisa dipakai olehnya.Pintu lift berdenting dengan nyaring, keduanya pun berjalan keluar dari lift. Jemari Anna tetap berada dalam genggaman Ray.Mereka terus berjalan melewati lobi, di mana petugas resepsionis yang berjaga langsung memberikan hormat begitu keduanya melewati.Petugas yang berjaga di depan pintu hotel dengan sigap membukakan pintu untuk keduanya. Begitu sudah berada di luar keduanya masuk mobil pribadi Ray, yang p
Sontak saja Anna menjadi terkejut mendengarnya. Ia menatap Ray dengan takut. “Aku tidak cukup mengenalmu! Untuk bisa mengetahui apa-apa tentangmu, tetapi mengingat selama ini betapa kau suka menyakitiku. Aku …”Anna sengaja tidak menyelesaikan ucapannya. Ia mau Ray sendiri yang mengartikan apa yang dikatakannya.Ray menjulurkan tangan, lalu mengambil sebuah pakaian tidur, yang begitu seksi. Disodorkannya gaun tersebut ke tangan Anna dengan bagian yang memperlihatkan labelnya agar dapat dibaca Anna, kalau gaun tidur itu baru.Anna menerima gaun itu, dengan mata yang membelalak. Ia belum pernah memakai pakaian yang begitu seksi, seperti apa yang ada di tangannya. Dan ia juga harus mengakui, kalau Ray tidak merendahkan dirinya dengan membeikan pakaian bekas wanita lainnya.“Gaun tidur ini terlalu seksi untukku,” ucap Anna dengan wajah bersemu merah, karena malu.“Tidak ada alasan untuk malu!” ujar Ray dengan dingin.Anna menggigit bibir, karena ia tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan
Ray memberikan tatapan tajam menusuk ke arah kapten kapal. “Aku tidak mencintai Istriku! Dia hanya alat bagiku untuk memperoleh pewaris!” bentak Ray dengan nyaring.Terdengar suara kesiap terkejut, yang membuat Ray dan kapten kapal menolehkan kepala mereka ke arah suara tersebut.Berdiri tidak jauh dari mereka, adalah Anna dengan mata besarnya yang dipenuhi air mata. Wanita itu terlihat begitu terpukul mendengar apa yang dikatakan Ray barusan.Kapten kapallah yang tersadar dari rasa terkejutnya. Ia merasa bersalah untuk Ray dan Istrinya, karena dirinya, ia telah membuat seorang wanita yang tidak bersalah menangis.“Apakah kau akan marah kepadaku, Anna? Karena aku menyatakan kebenaran!” ucap Ray dengan dingin.Anna menggigit bibirnya, sampai terluka, agar tidak keluar isak tangis yang dengan sekuat tenaga berusaha ia tahan.Dipejamkanya mata sambil mencoba meredakan rasa sakit. setelah ia merasa dirinya tenang kembali. Anna membuka mata, dengan suara bergetar ia berkata, “Tentu saja ak
Ray merasa Anna masih hidup dan wanita itu akan hidup lama bersama dengannya. “Cepat! Bantu Istriku naik ke sekoci!” Perintah Ray kepada awak kapal yang sudah sampai ke posisinya.Perlahan tubuh Anna dinaikkan ke atas kapal sekoci dan dibaringkan di lantainya yang telah diberi alas matras.Ray menyusul naik ke atas sekoci tersebut dan ia langsung saja memberikan pertolongan napas buatan untuk Anna.“Ayolah, Ann! Buka matamu dan bernapaslah!” Perintah Ray, sambil melakukan gerakan memompa di dada Anna, setelah itu ia memberikan napas bantuan kembali.Ray hampir saja menyerah dan anak buahnya dapat melihat itu, karena setelah berulangkali memberikan napas buatan. Anna masih juga tidak membuka mata, atau memberikan tanda-tanda, kalau dirinya masih hidup.Di saat itulah, Anna perlahan membuka mata dan ia batuk-batuk, sambil memuntahkan air laut, yang sempat tertelan olehnya.Ray merasa lega melihat Anna yang sudah sadar, tetapi ia tidak mau Anna sampai mengetahuinya.Dengan dingin Ray men
Ray yang berada di ujung sambungan telepon berseru memanggil nama Istrinya. ‘Anna! Apa yang terjadi? Siapa yang masuk kamarmu? Apa yang dilakukan orang itu?’ Tanya Ray tidak sabar.Sayangnya hanya suara dengung yang berasal dari ponsel Anna saja. Sementara Anna sendiri tidak memberikan jawaban kepada Ray.Makanan yang sudah ada di atas meja Ray terlupakan. Ia langsung menghubungi orang kepercayaannya.‘Halo, apakah kamu sudah sampai di salon tempat Istri saya berada?’ Tanya Ray, begitu sambungan telepon terhubung.‘Saya sedang dalam perjalanan, Tuan! Saya berusaha secepat mungkin untuk sampai di tempat Istri Anda berada,’ sahut orang kepercayaan Ray.‘Cepatlah!’ perintah Ray.Ray menutup sambungan telepon, ia berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan terburu-buru. Sorot mata dan wajahnya yang penuh dengan amarah membuat staf hotel urung menyapanya. Mereka menghindari untuk berbicara dengan bos nya itu, daripada kena marah.Sesampainya di luar sopir Ray sudah siap membukakan pintu. Ia
Anna yang sedari tadi terus-menerus untuk masuk kamar tidak dapat lagi menahan emosinya. “Mengapa tidak kamu dan pria itu, kalian semua memerintahkan kepadaku untuk masuk kamar? Apa kalian pikir saya akan aman di sana? Bagaimana, kalau pria itu menyusup masuk kamar, sementara kalian berdua tidak ada?”Ray menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Ia ingin bersikap tegas kepada Istrinya itu, tetapi ia juga harus jujur, kalau Anna pastinya merasa tidak yakin dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Turunlah kamu ke bawah! Dan lakukan apa yang tadi saya perintahkan,” tegas Ray kepada sopirnya.Sopir itu menganggukkan kepala, sambil memberikan sikap hormat kepada Ray. Ia berjalan meninggalkan Ray dan Istrinya yang tetap berada di tempat mereka berdiri.Ray merangkul pundak Anna, lalu membimbingnya untuk masuk kamar mereka. “Sekarang kita nikmati saja sarapan ini selagi masih panas.” ajak Ray ketika dilihatnya, kalau di atas meja sudah tersaji makanan dan minuman.Mau tidak mau An
Anna memejamkan mata, sebelum ia memutuskan untuk mengikuti perintah nakal dari suaminya. “Kamu membuatku bersikap liar, Ray!”Ray memasangkan bathrobe ke badan Anna, lalu memegang pundak Istrinya dengan lembut. “Ini belum liar, seperti apa yang kuinginkan!”Anna berjalan mendahului Ray keluar kamar mandi, sambil berkata, “Saya tidak akan mau memenuhi fantasimu untuk bersikap liar!”Dalam tiga langkah panjang Ray sudah berhasil mensejajari langkah Anna. Ia mengatakan kepada Istrinya itu, kalau dirinya tidak akan memaksa, tetapi Anna sendirilah yang akan melakukannya.Anna memutar bola mata, ia tahu pasti suaminya akan menggunakan pesona maskulinnya. Yang dengan mudah akan membuat Anna bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya itu.Keduanya, kemudian berganti pakaian bersih. Setelahnya, Anna dan Ray berjalan keluar kamar menuju ruang makan.“Ray! Saya merasa, kalau ada yang mengintip kita.” Anna berhenti berjalan, ia melihat ke arah jendela kaca. Ia tadi merasa melihat ad
Ray menjadi gusar mendengar apa yang dikatakan oleh Anna. Wajahya menjadi merah, dengan tatapan yang menyorot marah. “Kenapa menjadi pengecut, Anna? Kenapa kau suka sekali melarikan diri dari masalah?”Anna memaksakan diri untuk tetap menatap mata Ray, walaupun dalam hati ia merasa ciut melihat tatapan Ray. Kedua tangannya berkeringat dingin, tetapi ia harus menguatkan dirinya. “Saya buk annya ingin melarikan diri dari pesta itu. Hanya saja saya tidak yakin akan bisa menjadi seorang wanita yang anggun.”“Kamu terlalu memikirkan apa yang belum terjadi! Berhentilah untuk berpikir, seperti itu,” tegas Ray.Anna memejamkan mata, ia tampak berusaha untuk menenangkan dirinya, agar tidak berteriak kepada Ray, karena suaminya itu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Satu hal yang berbeda dengan dirinya.Ia menjauhkan dirinya dari Ray berdiri di depan cermin besar. Dilihatnya pantulan dirinya, dengan mata yang sembab, karena terlalu banyak menangis. Dilepasnya ikat rambut, sehingga rambutn
Anna mengambil pisau dari atas meja dapur, lalu ia genggam dengan erat. Jantungnya berdebar kencang, saat didengarnya suara langkah kaki dari arah luar rumah. ‘Ya, Tuhan! Siapa yang berada di luar dan tadi ia sudah masuk ke rumah ini? Diriku memang ceroboh, karena lupa mengunci pintu. Bagaimana, kalau itu adalah Derek dan ia mencoba untuk mencelakai diriku lagi?’ batin Anna.Tangan Anna terulur hendak menutup pintu dapur, ketika dilihatnya sebuah bayangan panjang. Lutut Anna terasa lemas, tetapi ia tetap memaksakan kakinya untuk tetap berdiri. Dengan tangan yang bergetar ia tetap memegang pisau berharap dapat dijadikan sebagai senjata untuk membela dirinya.“Anna! Apa yang kau lakukan berdiri di situ dengan pisau yang ada di tanganmu? Kau tidak mencoba untuk bunuh diri, bukan?” Tanya Ray dengan santainya.Mata Anna melotot tidak percaya, begitu melihat siapa yang berdiri di depannya. Pisau yang ia pegang jatuh ke lantai sampai menimbulkan bunyi yang nyaring.Begitu tersadar dari rasa
Anna berjalan cepat mendekati Ray, begitu sudah dekat ia mengangkat kedua tangan hendak memukul dada bidang suaminya. “Kamu tidak punya hati, Ray!” maki Anna.Ray dengan cepat menangkap tangan Anna, lalu menghempaskannya dengan kasar. “Kamu yang sudah membuatku melakukannya!”Usai mengatakan hal itu Ray berjalan, lalu masuk mobilnya. Ia tidak peduli, ketika didengarnya suara tangis Anna.Sopir Ray menatap Anna dengan rasa tidak nyaman, karena melihat wanita itu bertengkar dengan bosnya sampai menangis.“Selamat tinggal, Nyonya Anna! Semoga Anda baik-baik saja.” sopir itu, kemudian memasuki mobil, karena ia mendengar suara tidak sabar dari tuannya.Anna hanya diam mematung tidak menyahut ucapan dari sopir Ray, yang memang tidak menunggu tanggapan darinya. Dipandanginya mobil itu perlahan menjauh sampai menghilang dari pandangan.Dirinya berjalan menuju bangku kayu yang berada di bawah pohon, lalu duduk di sana. Dirapatkannya jaket yang ia pakai, karena udara semakin dingin saja.‘Bagai
Anna menjadi terkejut mendengar suara Ray, sampai-sampai keranjang telur yang ada di tangannya terjatuh ke rumput. “R-Ray! Kenapa kamu ke sini? Bukannya kamu lebih senang bersama dengan mantan Istrimu?” Tanya Anna dengan suara tersendat.Ray memejamkan mata dengan tangan ia kepalkan di samping badan. Ia harus menahan dirinya untuk tidak mengguncang tubuh Anna, agar Istrinya itu sadar akibat kekacauan yang telah dibuatnya.Anna mengamati Ray dengan takut-takut. Ia dapat melihat suaminya itu sedang menahan amarah dan itu semua dikarenakan dirinya. Ia juga dapat melihat, kalau Ray tidak dalam kondisi baik-baik saja.“Ka-kamu terluka Ray, apa yang telah terjadi kepadamu?” Tanya Anna, dengan suara pelan.Ray mendengus mendengar pertanyaan Anna. “Apakah kamu peduli kepadaku? Ataukah itu hanya sekedar pertanyaan basa-basi saja!” sindir Ray.Anna menghela napas, ia sudah menduga, kalau Ray akan bersikap skeptis kepadanya, setelah apa yang ia lakukan. Akan tetapi, kesalahan tidak sepenuh pada
Sopir itu membalikkan badan dengan gaya malas-malasan. Dimasukkannya tangan ke saku celana. Ia menatap Ray, dengan raut wajah tidak terbaca. “Istri Anda sudah meninggalkan apartemen ini.”Mata Ray melotot, dengan langkah yang tertatih ia mendekati sopirnya itu, lalu mencengkeram kerah kemejanya. “Kenapa ia bisa pergi dan kamu tidak bisa mencegahnya? Kamu tidak becus dalam menjalankan tugas, yang saya berikan!”Ray memaki sopirnya itu, ia mengangkat tangan ke udara hendak melayangkan pukulan ke wajah sopirnya itu, tetapi dengan cepat ia mengubahnya dan memukul dinding yang ada di samping kepala sopirnya itu, sehingga tangannya menjadi terluka.Dirinya berjalan menjauh dari sopirnya itu, lalu melihat ke sekeliling kamar apartemen yang baru disadari oleh Ray, bahwa apartemen itu terkesan sederhana dan tidak mempunyai banyak perabot.“Saya sungguh menyesal, Tuan! Namun, saya tidak akan berhenti untuk mencari keberadaan Istri Anda. Saya akan mencarinya sampai dapat dan membawa kembali Nyon
Ray menjadi terkejut, ia membalikkan badan. Ditatapnya pria yang baru saja melayangkan tinju ke arah pipinya, dengan keras. Ia berdiridari duduknya. “Saya juga tidak ingin berada di sini! Sekarang saya akan pergi dan katakan kepada istrimu untuk tidak menggangguku dan Istriku!”Ray berjalan menjauh dari suami Claire, dengan tangan terkepal di sisi badan. Ia gatal hendak balas menampar suami Claire. Hanya saja pria itu beruntung, karena Ray tidak ingin berurusan dengan pria itu.Ia hanya ingin cepat pergi dari tempat ini dan mencari keberadaan istrinya. Biar saja Claire menjadi tanggung jawab dari suaminya.‘Halo, apakah kamu sudah mendapatkan informasi kemana sopir taksi itu membawa istri saya?’ Tanya Ray, melalui telepon kepada sopir, sekaligus orang kepercayaannya.‘Saya saat ini sudah berada di depan gedung apartemen istri Anda, Tuan!’ sahut sopir Ray.‘Bagus! Saya sebentar lagi akan sampai di san. Tolong, kamu kirimkan alamatnya,’ ucap Ray.Ditutupnya sambungan telepon, lalu dima