“Sedikit,” sahut Anna dengan kepala tertunduk.Ray menatap Anna dengan dingin, ia berkata, “Sudah berapa kali kukatakan kepadamu jangan tundukkan kepalamu!”Anna mengangkat kepala dipaksakannya untuk tidak takut, dengan tatapan tajam yang dilayangkan Ray kepadanya.Suasana tidak nyaman di antara Ray dan Anna terputus. Dengan berbunyinya bel pintu kamar mereka,Masuklah seorang wanita dengan penampilan yang anggun dan cantik. Wanita itu tampaknya mengenal Ray, karena senyumnya yang manis tersungging ke arah Ray.Di belakang wanita itu tampak seorang wanita yang usianya lebih muda beberapa tahun. Ia terlihat membawa tas make up di tangannya.“Ray Sayang! Kau membuat patah hati banyak wanita, dengan informasi mendadak yang mengatakan, kalau kau akan menikah.” Wanita itu berjalan mendekati Ray, lalu memeluknya.Ray tidak menanggapi ucapan wanita itu. Ia bahkan tidak membalas pelukan dari wanita yang sok akran dengannya.Ray menoleh ke arah Anna, sambil melayangkan tatapan mengejek. Diriny
Mendapat tantangan, seperti itu dan tatapan yang merendahkan dirinya. Membuat Anna menjadi tidak ragu untuk meneruskan pernikahannya dengan Ray. “Saya tidak akan mundur dari pernikahan ini dan Anda akan mendapatkan balasan atas apa yang Anda lakukan kepada saya suatu hari nanti!”Anna menangkat kepalanya dan membalas tatapan Ray, dari seberang ruangan yang melihat ke arahnya dengan tatapan mengejek.Ia tidak akan membiarkan Ray dan orang-orang yang membencinnya. Merasa mereka sudah berhasil membuatnya terluka, serta menyakiti hatinya.Dengan langkah yang coba dikuatkannya, agar tidak goyah, karena ia merasa semua mata sekarang terarah kepadanya dan ia tidak akan mencari tahu. Apakah mereka menatapnya dengan tatapan mengejek, atau memujinya.Dalam hatinya, Anna merasa hancur, karena semua kejadian dalam satu hari ini yang menimpa dirinya.“Kenapa wajahmu, terlihat begitu tegang,” ejek Ray. Begitu Anna sudah berada di sampingnya.Dirinya sama sekali tidak merasa perlu untuk bersikap at
Anna menatap Ray dengan sendu. Ia benar-benar lelah dan ingin beristirahat, tetapi Ray tidak mempercainya. “Kepalaku pusing!” Anna memegang kepalanya.Ray mengamti wajah Anna dengan lekat. Ia melihat, kalau Anna memang terlihat pucat, begitu juga dengan bibirnya.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun juga Ray menggandeng tangan Anna membawanya keluar dari ballroom tersebut.Anna yang lelah dan pusing, tidak ambil pusing, ketika Ray menekan angka, bukan di mana lantai kamar mereka berada. Lagipula, hotel ini adalah milik Ray sudah pasti seluruh kamar di hotel ini bisa dipakai olehnya.Pintu lift berdenting dengan nyaring, keduanya pun berjalan keluar dari lift. Jemari Anna tetap berada dalam genggaman Ray.Mereka terus berjalan melewati lobi, di mana petugas resepsionis yang berjaga langsung memberikan hormat begitu keduanya melewati.Petugas yang berjaga di depan pintu hotel dengan sigap membukakan pintu untuk keduanya. Begitu sudah berada di luar keduanya masuk mobil pribadi Ray, yang p
Sontak saja Anna menjadi terkejut mendengarnya. Ia menatap Ray dengan takut. “Aku tidak cukup mengenalmu! Untuk bisa mengetahui apa-apa tentangmu, tetapi mengingat selama ini betapa kau suka menyakitiku. Aku …”Anna sengaja tidak menyelesaikan ucapannya. Ia mau Ray sendiri yang mengartikan apa yang dikatakannya.Ray menjulurkan tangan, lalu mengambil sebuah pakaian tidur, yang begitu seksi. Disodorkannya gaun tersebut ke tangan Anna dengan bagian yang memperlihatkan labelnya agar dapat dibaca Anna, kalau gaun tidur itu baru.Anna menerima gaun itu, dengan mata yang membelalak. Ia belum pernah memakai pakaian yang begitu seksi, seperti apa yang ada di tangannya. Dan ia juga harus mengakui, kalau Ray tidak merendahkan dirinya dengan membeikan pakaian bekas wanita lainnya.“Gaun tidur ini terlalu seksi untukku,” ucap Anna dengan wajah bersemu merah, karena malu.“Tidak ada alasan untuk malu!” ujar Ray dengan dingin.Anna menggigit bibir, karena ia tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan
Ray memberikan tatapan tajam menusuk ke arah kapten kapal. “Aku tidak mencintai Istriku! Dia hanya alat bagiku untuk memperoleh pewaris!” bentak Ray dengan nyaring.Terdengar suara kesiap terkejut, yang membuat Ray dan kapten kapal menolehkan kepala mereka ke arah suara tersebut.Berdiri tidak jauh dari mereka, adalah Anna dengan mata besarnya yang dipenuhi air mata. Wanita itu terlihat begitu terpukul mendengar apa yang dikatakan Ray barusan.Kapten kapallah yang tersadar dari rasa terkejutnya. Ia merasa bersalah untuk Ray dan Istrinya, karena dirinya, ia telah membuat seorang wanita yang tidak bersalah menangis.“Apakah kau akan marah kepadaku, Anna? Karena aku menyatakan kebenaran!” ucap Ray dengan dingin.Anna menggigit bibirnya, sampai terluka, agar tidak keluar isak tangis yang dengan sekuat tenaga berusaha ia tahan.Dipejamkanya mata sambil mencoba meredakan rasa sakit. setelah ia merasa dirinya tenang kembali. Anna membuka mata, dengan suara bergetar ia berkata, “Tentu saja ak
Ray merasa Anna masih hidup dan wanita itu akan hidup lama bersama dengannya. “Cepat! Bantu Istriku naik ke sekoci!” Perintah Ray kepada awak kapal yang sudah sampai ke posisinya.Perlahan tubuh Anna dinaikkan ke atas kapal sekoci dan dibaringkan di lantainya yang telah diberi alas matras.Ray menyusul naik ke atas sekoci tersebut dan ia langsung saja memberikan pertolongan napas buatan untuk Anna.“Ayolah, Ann! Buka matamu dan bernapaslah!” Perintah Ray, sambil melakukan gerakan memompa di dada Anna, setelah itu ia memberikan napas bantuan kembali.Ray hampir saja menyerah dan anak buahnya dapat melihat itu, karena setelah berulangkali memberikan napas buatan. Anna masih juga tidak membuka mata, atau memberikan tanda-tanda, kalau dirinya masih hidup.Di saat itulah, Anna perlahan membuka mata dan ia batuk-batuk, sambil memuntahkan air laut, yang sempat tertelan olehnya.Ray merasa lega melihat Anna yang sudah sadar, tetapi ia tidak mau Anna sampai mengetahuinya.Dengan dingin Ray men
Anna menatap Ray dengan tidak percaya. “Mengapa kau harus cemburu kepadanya? Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih saja!”Ray berdiri dari duduknya, lalu berjalan ke arah kursi Anna dan berhenti tepat di sampingnya. Ia, lalu mengulurkan tangan dan Anna dengan raut wajah bingung menerima uluran tangan Ray.Anna digandeng dalam genggaman jemari hangat Ray menuju awak kapal, yang tengah mengepel lantai. Keduanya, kemudian berhenti tepat di samping pria itu.Ray melepaskan genggaman tangannya pada Anna dan memberikan tatapan tajam ke arah awak kapal, yang sudah berhenti melakukan pekerjaannya.“Tuan Ray! Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya awak kapal itu.Ray hanya diam saja, ia melirik Anna yang berdiri di sampingnya. Dan Anna yang mengerti dari sikap diam Ray, kalau dirinyalah yang harus berbicara sendiri.“Saya ingin mengucapkan terima kasih, atas apa yang kau lakukan! Maaf, sudah merepotkan kalian semua,” ucap Anna.Ia mengulurkan tangan hendak berjabat tangan dengan pria itu, tet
Anna memicingkan mata menatap Ray tidak percaya, bagaimana bisa Ray berkata, seperti itu. “Mengapa kau memintaku melepas baju di tempat umum, seperti ini yang bisa dilihat orang lain!”Ray memutar bola mata. ia tidak percaya harus menjelaskan kepada Istrinya ini apa maksud dari kata-katanya. “Aku tidak memintamu untuk melepas semua pakaianmu!”Ia harus menahan rasa jengkelnya, karena Anna tidak cepat tanggap dengan apa yang dikatakan olehnya.Ray mengacungkan tabir surya yang berada di tangannya, sambil menatap Anna dengan mata melotot, karena tidak mengerti apa yang dikatakannya.Anna menjadi tersipu malu, karena dirinya sudah salah menduga apa yang diminta oleh suaminya itu. Ia pun membalikkan badan, lalu tangannya terulur ke belakang hendak menurunkan restleting gaun yang dipakainya.Gerakan tangan Anna terhenti digantikan oleh tangan Ray. Suaminya itu menundukkan kepala berbisik di telinganya. “Aku menyukai bagian melepaskan pakaian wanita!”Bulu kuduk Anna menjadi berdiri mendeng