Ray merasa Anna masih hidup dan wanita itu akan hidup lama bersama dengannya. “Cepat! Bantu Istriku naik ke sekoci!” Perintah Ray kepada awak kapal yang sudah sampai ke posisinya.Perlahan tubuh Anna dinaikkan ke atas kapal sekoci dan dibaringkan di lantainya yang telah diberi alas matras.Ray menyusul naik ke atas sekoci tersebut dan ia langsung saja memberikan pertolongan napas buatan untuk Anna.“Ayolah, Ann! Buka matamu dan bernapaslah!” Perintah Ray, sambil melakukan gerakan memompa di dada Anna, setelah itu ia memberikan napas bantuan kembali.Ray hampir saja menyerah dan anak buahnya dapat melihat itu, karena setelah berulangkali memberikan napas buatan. Anna masih juga tidak membuka mata, atau memberikan tanda-tanda, kalau dirinya masih hidup.Di saat itulah, Anna perlahan membuka mata dan ia batuk-batuk, sambil memuntahkan air laut, yang sempat tertelan olehnya.Ray merasa lega melihat Anna yang sudah sadar, tetapi ia tidak mau Anna sampai mengetahuinya.Dengan dingin Ray men
Anna menatap Ray dengan tidak percaya. “Mengapa kau harus cemburu kepadanya? Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih saja!”Ray berdiri dari duduknya, lalu berjalan ke arah kursi Anna dan berhenti tepat di sampingnya. Ia, lalu mengulurkan tangan dan Anna dengan raut wajah bingung menerima uluran tangan Ray.Anna digandeng dalam genggaman jemari hangat Ray menuju awak kapal, yang tengah mengepel lantai. Keduanya, kemudian berhenti tepat di samping pria itu.Ray melepaskan genggaman tangannya pada Anna dan memberikan tatapan tajam ke arah awak kapal, yang sudah berhenti melakukan pekerjaannya.“Tuan Ray! Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya awak kapal itu.Ray hanya diam saja, ia melirik Anna yang berdiri di sampingnya. Dan Anna yang mengerti dari sikap diam Ray, kalau dirinyalah yang harus berbicara sendiri.“Saya ingin mengucapkan terima kasih, atas apa yang kau lakukan! Maaf, sudah merepotkan kalian semua,” ucap Anna.Ia mengulurkan tangan hendak berjabat tangan dengan pria itu, tet
Anna memicingkan mata menatap Ray tidak percaya, bagaimana bisa Ray berkata, seperti itu. “Mengapa kau memintaku melepas baju di tempat umum, seperti ini yang bisa dilihat orang lain!”Ray memutar bola mata. ia tidak percaya harus menjelaskan kepada Istrinya ini apa maksud dari kata-katanya. “Aku tidak memintamu untuk melepas semua pakaianmu!”Ia harus menahan rasa jengkelnya, karena Anna tidak cepat tanggap dengan apa yang dikatakan olehnya.Ray mengacungkan tabir surya yang berada di tangannya, sambil menatap Anna dengan mata melotot, karena tidak mengerti apa yang dikatakannya.Anna menjadi tersipu malu, karena dirinya sudah salah menduga apa yang diminta oleh suaminya itu. Ia pun membalikkan badan, lalu tangannya terulur ke belakang hendak menurunkan restleting gaun yang dipakainya.Gerakan tangan Anna terhenti digantikan oleh tangan Ray. Suaminya itu menundukkan kepala berbisik di telinganya. “Aku menyukai bagian melepaskan pakaian wanita!”Bulu kuduk Anna menjadi berdiri mendeng
Anna menatap tidak percaya ke arah Ray. Dengan pelan dan wajah bersemu merah, karana tatapan Ray. Ia berkata, “Kau bisa melakukannya sendiri! Tanganmu dapat menjangkaunya.”Ray melayangkan tatapan mengejek kepada Anna, dengan dingin ia berkata, “PENGECUT!”Anna memasang wajah cemberut, dengan cepat diambilnya botol tabir surya dari tangan Ray. Ia, langsung menuangkan ke dada bidang Ray, yang ditumbuhi rambut tipis.Anna menundukkan kepala menghindari tatapan tajam Ray. Ia dapat merasakan wajahnya menjadi bersemu merah, karena tatapan dari suaminya itu.‘Begini rasanya mengelus dada Ray, ketika kami bercinta aku tidak pernah berani menyentuhnya, karena merasa takut,’ batin Anna.Anna menelan ludahnya dengan sukar, ia merasakan dirinya menjadi ‘Panas’ hanya dengan menyentuh Ray.Tiba-tiba saja Ray menangkap tangan Anna, yang tanpa disengajanya bergerak hingga ke batas celana pendek yang dipakai Ray.“JANGAN! Kau tidak akan tahu akibatnya, kalau melakukan hal itu,” peringat Ray.Anna men
Ray melayangkan tatapan membunuh ke arah Kapten Kapal. Giginya gemeretak menahan marah. "Kau bodoh, kalau berpikir aku peduli dengan apa yang Istriku pikirkan tentangku!" bentak Ray.Anna melonjak terkejut mendengar suara Ray yang nyaring. Ia menundukkan kepala tidak berani menatap Ray dan Kapten Kapal, yang sepertinya sedang beradu kekuatan, melalui tatapan mereka.Kapten Kapal lah, yang mengalah. Ia mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Oke, aku mengaku kalah dan salah!"Ray mendengus dengan nyaring mendengarnya. Ia menatap dingin Kapten Kapten, kemudian mengalihkan tatapannya ke arah Anna yang menundukkan kepala.'Kau sudah membuat Istriku menjadi takut!" tegur Ray galak.Kapten Kapal menoleh ke arah Anna dan berkata, "Aku minta maaf, sudah membuatmu menjadi takut. Kau tidak perlu khawatir, suamimu yang pemberang ini akan melemparku keluar dari kapal.”Koki datang menghampiri meja mereka dengan membawa makanan dan minuman. Kapten Kapal pun berhenti berbicara, ia memesan makanan
Ray menggeram marah dengan wajah yang menjadi merah. Deru napasnya terdengar nyaring. Ia memejamkan mata, lalu membukanya. Dicekaunya dagu Anna dengan kasar. “Kau sudah terikat janji denganku!”Tubuh Anna bergidik takut dengan suara Ray yang dingin. Namun, ia tidak dapat menyesali apa yang dikatakannya kepada Ray.Punggung Anna terasa panas, seperti ada seseorang yang mengamatinya dengan tajam. Anna dengan cepat menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa yang mengawasinya.Ray dapat merasakan perubahan sikap Anna dan hal itu membuatnya menjadi heran. Akan tetapi, ia tidak akan mencari tahu, karena bukan hal yang penting baginya.Anna kembali menghadap Ray dengan mata besarnya yang menyorot takut, serta tangan yang terasa sedingin es digenggaman Ray.“Apakah kamu takut denganku, Anna?” Tanya Ray, sambil mengerutkan keningnya.Dengan cepat Anna menganggukkan kepala, kemudian menggeleng. Membuat Ray yang melihatnya menjadi tersenyum mencemooh.“Kau terlihat bingung, Anna?” ejek Ray den
Kapten Kapal menatap Ray dengan tajam, ia tidak suka dianggap tidak becus dalam memilih awak kapal. “Berapa lama kau berlayar denganku, Ray?”Ray diam, sambil melipat tangan di depan dada dengan posisi kakinya yang terbuka. Ia menunggu Kapten Kapal selesai berbicara.Kapten Kapal tersenyum melihatnya. Ia mengatakan, kalau awak kapal yang ikut pelayaran ini adalah orang lama yang sering ikut berlayar.“Kumpulkan semua awak kapal! Aku tahu, kamu yang berkuasa di kapal ini, tetapi aku tidak mau Istriku merasa takut selama pelayaran ini!” tegas Ray dengan wajah dingin.Kapten Kapal melakukan gerakan menghormat ala pelaut. Ia mengatakan, kalau dirinya akan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Ray.Kapten Kapal mengerutkan kening, ia baru menyadari penampilan Ray dan Anna yang berantakkan.Senyum lebar tersungging di bibirnya. “Kau pria brengsek sialan yang beruntung, Ray! Melihat penampilan kalian yang berantakkan, kalian pasti baru saja bercinta.”Wajah Anna langsung saja bersemu
Anna hampir terjatuh, karena kapal yang terasa bergoyang-goyang dengan hebatnya. “Ray! Aku takut!” Anna kembali berteriak dengan nyaring.Ia berjalan keluar dari kamar mandi, sambil berpegangan pada dinding kabin. Dipejamkannya mata untuk mengusir rasa pusing dan perutnya yang terasa bergolak hendak muntah.Tiba-tiba didengarnnya pintu kabin diketuk dengan keras, seihngga Anna menjadi takut. Ia tidak tahu siapa yang berdiri di ballik pintu, karena orang itu tidak mengatakan apapun juga.Anna berjalan mendekti pintu dengan terhuyung. Sesampainya di pintu dengan suara yang dikeraskan ia berkata, “Siapa di situ?”“Bukalah pintunya, Ann! Aku kebasahan!” seru suara dari balik pintu.Anna pun bergegas membuka pintu, begitu sudah terbuka dilihatnya Ray memang dalam keadan basah kuyub. Namun, yang membuat Anna menjadi takut adalah tinggi gelombang yang mencapai tinggi kapal.Ray dapat merasakan ketakutan Anna, ia dengan cepat menutup pintu kamar. Dibimbingnya Anna berjalan menuju lemari. Diam