Kapten Kapal menatap Ray dengan tajam, ia tidak suka dianggap tidak becus dalam memilih awak kapal. “Berapa lama kau berlayar denganku, Ray?”Ray diam, sambil melipat tangan di depan dada dengan posisi kakinya yang terbuka. Ia menunggu Kapten Kapal selesai berbicara.Kapten Kapal tersenyum melihatnya. Ia mengatakan, kalau awak kapal yang ikut pelayaran ini adalah orang lama yang sering ikut berlayar.“Kumpulkan semua awak kapal! Aku tahu, kamu yang berkuasa di kapal ini, tetapi aku tidak mau Istriku merasa takut selama pelayaran ini!” tegas Ray dengan wajah dingin.Kapten Kapal melakukan gerakan menghormat ala pelaut. Ia mengatakan, kalau dirinya akan segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Ray.Kapten Kapal mengerutkan kening, ia baru menyadari penampilan Ray dan Anna yang berantakkan.Senyum lebar tersungging di bibirnya. “Kau pria brengsek sialan yang beruntung, Ray! Melihat penampilan kalian yang berantakkan, kalian pasti baru saja bercinta.”Wajah Anna langsung saja bersemu
Anna hampir terjatuh, karena kapal yang terasa bergoyang-goyang dengan hebatnya. “Ray! Aku takut!” Anna kembali berteriak dengan nyaring.Ia berjalan keluar dari kamar mandi, sambil berpegangan pada dinding kabin. Dipejamkannya mata untuk mengusir rasa pusing dan perutnya yang terasa bergolak hendak muntah.Tiba-tiba didengarnnya pintu kabin diketuk dengan keras, seihngga Anna menjadi takut. Ia tidak tahu siapa yang berdiri di ballik pintu, karena orang itu tidak mengatakan apapun juga.Anna berjalan mendekti pintu dengan terhuyung. Sesampainya di pintu dengan suara yang dikeraskan ia berkata, “Siapa di situ?”“Bukalah pintunya, Ann! Aku kebasahan!” seru suara dari balik pintu.Anna pun bergegas membuka pintu, begitu sudah terbuka dilihatnya Ray memang dalam keadan basah kuyub. Namun, yang membuat Anna menjadi takut adalah tinggi gelombang yang mencapai tinggi kapal.Ray dapat merasakan ketakutan Anna, ia dengan cepat menutup pintu kamar. Dibimbingnya Anna berjalan menuju lemari. Diam
Tubuh Anna mengkeret mendengar amarah Ray. Dengan kedua tangan yang saling terjalin dan kepala tertunduk Anna berkata dengan suara lirih, “Maaf, Ray!”Dada Ray naik turun dengan cepat, ia menarik napas dengan suara keras. Dengan tatapan yang dingin ia berkata, “Kau selalu minta maaf!”Ray, kemudian mengajak Anna untuk keluar kabin. Begitu sudah keluar di tutupnya pintu kabin. Bersama-sama keduanya menuju geladak atas.Dan sekarang langit yang beberapa jam yang lalu gelap, berganti bersinar dengan cerahnya.Keduanya disambut oleh kapten kapal dengan senyum lebarnya.“Selamat pagi! Pasangan yang sedang berbulan madu harus menghadapi badai di tengah laut,” ucap Kapten Kapal.Ray memasang wajah dingin yang tak tersentuh. Dan sebagai seorang yang mengenal Ray sejak lama, Kapten Kapal mengetahui bagaimana sifat Ray yang sesungguhnya.“Selamat pagi, juga Kapten,” sahut Anna ramah.Anna menyunggingkan senyum manis yang memperlihatkan senyuman manis. Dengan lesung pipit menambah kecantikan ala
Anna merasakan cekauan tangan Ray di pinggangnya terasa sakit. Suaminya itu tidak peduli, kalau apa yang dilakukannya justru menyakiti Anna. “Ray! Kau menyakitiku!”Ray hanya mengangkat alis saja, tetapi ia merenggangkan pegangannya di pinggang Anna.Anna menarik napas dengan berat, ia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya dengan Ray. Suaminya yang irit bicara dan lebih suka melakukan sesuatu. Namun, ia tidak akan menyerah untuk melakukan hal yang dirasanya bisa membuat Ray berubah.Keduanya hanya berdiri diam, sambil memandangi ketika pada akhirnya kapal berlabuh. Dan Kapten menyelesaikan urusan administrasi barulah Anna dan Ray turun dari atas kapal pesiar tersebut.Begitu menginjakkan kaki di pelabuhan sudah ada mobil yang menjemput mereka. Dan hal itu membuat Anna menjadi semakin penasaran dengan tujuan mereka. “Ray, maukah kau berbaik hati dengan mengatakan kepadaku tujuan kita?” Tanya Anna dengan suara gugup.Ray mendorong Anna pelan masuk mobil, kemudian disusul oleh diri
Ray yang sudah habis kesabarannya, tanpa banyak bunyi langsung saja melayangkan tinju ke arah rekan bisnisnya. “Kau banyak mulut!”Bugh! Berulang kali Ray melayangkan pukulan, sehingga membuat Anna yang terkejtu menjadi berteriak.Beruntung pintu lift terbuka dan kebetulan ada salah seorang petugas hotel yang melintas. Pria itu bergegas menghampiri Ray dan pria yang masin belum diketahui Anna, siapa namanya.Petugas horel tersebut memanggil petugas keamanan hotel, karena ia tidak berhasil melerai pertengkaran keduanya.Tak berapa lama, kemudian datang petugas keamanan dan pemilik hotel yang kebetulan sedang berada di tempat.“Astaga, Ray! Apa yang terjadi? Kenapa kalian sampai berkelahi?” Tanya pemilik hotel tersebut.Ray yang sudah berhenti berkelahi, berdiri dengan kaki terbuka dan melayangkan tatapan tajam. “Pria satu ini sukses memancing emosiku!”Ray menambahkan, kalau ia keluar dari hotel tersebu selama masih ada pria yang merupakan selingkuhan dari mantan istrinya.Pemilik hote
Nyes! Dada Anna terasa sakit. Ia tadinya mengira akan mendapatkan dukungan dari Ibu baptis Ray. Ternyata, ia berpihak kepada mantan istri Ray. “Saya tidak masalah, kalau bertemu kembali dengan mantan istri Ray,” timpal Anna.Ray melirik Anna dengan sinis. Ia seakan mengejek Anna yang bersikap berani bertemu dengan mantan Istrinya. “Apakah kau yakin, Anna?” ejek Ray.Anna menganggukkan kepala dengan cepat. Ia tidak mau sampai Ray melihat ada keraguan di matanya. Walaupun sebenarnya hatinya merasakan sakit, Karena dirinya tidak dianggap.“Ray! Jangan kau ganggu Istrimu yang masih muda itu! Kau seharusnya tidak mengambil Istri yang usianya terpaut jauh denganmu. Ia lebih pantas menjadi putrimu,” sindir Ibu baptis Ray.Anna memandang ngeri Ibu baptis Ray. Apa wanita itu tidak sadar, kalau ia sudah menyinggung perasaan Ray. Dan bisa saja, ia akan kena amarah dari anak baptisnya itu.Ray melayangkan tatapan tajam dan dingin kepada Ibu baptisnya. Ia tidak suka diingatkan perbedaan usianya de
Anna mengerjapkan mata mencegah air matanya turun. Ucapan Ray terasa menohok hati. “Diriku memang kesulitan untuk mengubah status dari seorang pelayan menjadi orang kaya. Seharusnya, kau tidak memilihku sebagai Istri.”Ray melayangkan tatapan tajam dengan senyum mengejek yang terbit di bibir. Ia diam mengabaikan apa yang dikatakan oleh Anna.Anna hanya bisa memendam rasa sakit dalam hati, karena ia tidak mendapatkan tanggapan dari Ray.Anna bangkit dari duduknya, tetapi baru saja berjalan Ray bertanya kepadanya. “Mau kemana, kau?”“Toilet!” sahut Anna singkat.Ia berjalan menuju toilet, dengan langkah yang pelan dan tak bersemangat. Sesampainya di toilet, Anna langsung mengunci pintunya dan menangis untuk menumpahkan rasa sedihnya.Puas menangis Anna berjalan menuju wastafel. Dapat dilihatnya pantulan wajah yang pucat juga mata yang sembab, melalui cermin. Didengarnya suara ketukan pada pintu toilet.Anna bergegas membasuh wajahnya dengan air, lalu mengeringkannya dengan tissue, kemud
Anna melihat ke arah Ray dengan mata terbelalak tidak percaya. Ia tidak tahu apa yang membuat Ray sampai berkata seperti itu. “Apakah kau akan bersikap lebih baik kepadaku, kalau aku menuruti apa yang kau katakan?” Tanya Anna.Ray berhenti sebentar memandang Anna, setelahnya ia kembali berjalan menuju mobil mereka mengindahkan pertanyaan dari Istrinya.“Kenapa aku berharap kau akan menjawab pertanyaanku?” gerutu Anna.Ia berjalan pelan mengikuti Ray, setelah sampai ia memilih membuka pintu mobil sendiri. Mengabaikan Ray yang berdiri di samping pintu mobil yang sudah terbuka.Ray hanya diam saja tidak mengomentari apa yang dilakukan Anna. Ia masuk mobil dan duduk di samping Istrinya itu. “Kita ke hotel!” perintah Ray kepada sopirnya.Sopirnya pun melirik ke arah Ray, melalui kaca spion. “Baik, Bos!”Mobil meluncur menuju hotel yang terletak tidak terlalu jauh dari pelabuhan. Sepanjang perjalanan Anna dan Ray saling diam, seperti biasanya.“Apakah kau memiliki perhiasan?” Tanya Ray tiba
Ray yang berada di ujung sambungan telepon berseru memanggil nama Istrinya. ‘Anna! Apa yang terjadi? Siapa yang masuk kamarmu? Apa yang dilakukan orang itu?’ Tanya Ray tidak sabar.Sayangnya hanya suara dengung yang berasal dari ponsel Anna saja. Sementara Anna sendiri tidak memberikan jawaban kepada Ray.Makanan yang sudah ada di atas meja Ray terlupakan. Ia langsung menghubungi orang kepercayaannya.‘Halo, apakah kamu sudah sampai di salon tempat Istri saya berada?’ Tanya Ray, begitu sambungan telepon terhubung.‘Saya sedang dalam perjalanan, Tuan! Saya berusaha secepat mungkin untuk sampai di tempat Istri Anda berada,’ sahut orang kepercayaan Ray.‘Cepatlah!’ perintah Ray.Ray menutup sambungan telepon, ia berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan terburu-buru. Sorot mata dan wajahnya yang penuh dengan amarah membuat staf hotel urung menyapanya. Mereka menghindari untuk berbicara dengan bos nya itu, daripada kena marah.Sesampainya di luar sopir Ray sudah siap membukakan pintu. Ia
Anna yang sedari tadi terus-menerus untuk masuk kamar tidak dapat lagi menahan emosinya. “Mengapa tidak kamu dan pria itu, kalian semua memerintahkan kepadaku untuk masuk kamar? Apa kalian pikir saya akan aman di sana? Bagaimana, kalau pria itu menyusup masuk kamar, sementara kalian berdua tidak ada?”Ray menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Ia ingin bersikap tegas kepada Istrinya itu, tetapi ia juga harus jujur, kalau Anna pastinya merasa tidak yakin dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Turunlah kamu ke bawah! Dan lakukan apa yang tadi saya perintahkan,” tegas Ray kepada sopirnya.Sopir itu menganggukkan kepala, sambil memberikan sikap hormat kepada Ray. Ia berjalan meninggalkan Ray dan Istrinya yang tetap berada di tempat mereka berdiri.Ray merangkul pundak Anna, lalu membimbingnya untuk masuk kamar mereka. “Sekarang kita nikmati saja sarapan ini selagi masih panas.” ajak Ray ketika dilihatnya, kalau di atas meja sudah tersaji makanan dan minuman.Mau tidak mau An
Anna memejamkan mata, sebelum ia memutuskan untuk mengikuti perintah nakal dari suaminya. “Kamu membuatku bersikap liar, Ray!”Ray memasangkan bathrobe ke badan Anna, lalu memegang pundak Istrinya dengan lembut. “Ini belum liar, seperti apa yang kuinginkan!”Anna berjalan mendahului Ray keluar kamar mandi, sambil berkata, “Saya tidak akan mau memenuhi fantasimu untuk bersikap liar!”Dalam tiga langkah panjang Ray sudah berhasil mensejajari langkah Anna. Ia mengatakan kepada Istrinya itu, kalau dirinya tidak akan memaksa, tetapi Anna sendirilah yang akan melakukannya.Anna memutar bola mata, ia tahu pasti suaminya akan menggunakan pesona maskulinnya. Yang dengan mudah akan membuat Anna bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya itu.Keduanya, kemudian berganti pakaian bersih. Setelahnya, Anna dan Ray berjalan keluar kamar menuju ruang makan.“Ray! Saya merasa, kalau ada yang mengintip kita.” Anna berhenti berjalan, ia melihat ke arah jendela kaca. Ia tadi merasa melihat ad
Ray menjadi gusar mendengar apa yang dikatakan oleh Anna. Wajahya menjadi merah, dengan tatapan yang menyorot marah. “Kenapa menjadi pengecut, Anna? Kenapa kau suka sekali melarikan diri dari masalah?”Anna memaksakan diri untuk tetap menatap mata Ray, walaupun dalam hati ia merasa ciut melihat tatapan Ray. Kedua tangannya berkeringat dingin, tetapi ia harus menguatkan dirinya. “Saya buk annya ingin melarikan diri dari pesta itu. Hanya saja saya tidak yakin akan bisa menjadi seorang wanita yang anggun.”“Kamu terlalu memikirkan apa yang belum terjadi! Berhentilah untuk berpikir, seperti itu,” tegas Ray.Anna memejamkan mata, ia tampak berusaha untuk menenangkan dirinya, agar tidak berteriak kepada Ray, karena suaminya itu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Satu hal yang berbeda dengan dirinya.Ia menjauhkan dirinya dari Ray berdiri di depan cermin besar. Dilihatnya pantulan dirinya, dengan mata yang sembab, karena terlalu banyak menangis. Dilepasnya ikat rambut, sehingga rambutn
Anna mengambil pisau dari atas meja dapur, lalu ia genggam dengan erat. Jantungnya berdebar kencang, saat didengarnya suara langkah kaki dari arah luar rumah. ‘Ya, Tuhan! Siapa yang berada di luar dan tadi ia sudah masuk ke rumah ini? Diriku memang ceroboh, karena lupa mengunci pintu. Bagaimana, kalau itu adalah Derek dan ia mencoba untuk mencelakai diriku lagi?’ batin Anna.Tangan Anna terulur hendak menutup pintu dapur, ketika dilihatnya sebuah bayangan panjang. Lutut Anna terasa lemas, tetapi ia tetap memaksakan kakinya untuk tetap berdiri. Dengan tangan yang bergetar ia tetap memegang pisau berharap dapat dijadikan sebagai senjata untuk membela dirinya.“Anna! Apa yang kau lakukan berdiri di situ dengan pisau yang ada di tanganmu? Kau tidak mencoba untuk bunuh diri, bukan?” Tanya Ray dengan santainya.Mata Anna melotot tidak percaya, begitu melihat siapa yang berdiri di depannya. Pisau yang ia pegang jatuh ke lantai sampai menimbulkan bunyi yang nyaring.Begitu tersadar dari rasa
Anna berjalan cepat mendekati Ray, begitu sudah dekat ia mengangkat kedua tangan hendak memukul dada bidang suaminya. “Kamu tidak punya hati, Ray!” maki Anna.Ray dengan cepat menangkap tangan Anna, lalu menghempaskannya dengan kasar. “Kamu yang sudah membuatku melakukannya!”Usai mengatakan hal itu Ray berjalan, lalu masuk mobilnya. Ia tidak peduli, ketika didengarnya suara tangis Anna.Sopir Ray menatap Anna dengan rasa tidak nyaman, karena melihat wanita itu bertengkar dengan bosnya sampai menangis.“Selamat tinggal, Nyonya Anna! Semoga Anda baik-baik saja.” sopir itu, kemudian memasuki mobil, karena ia mendengar suara tidak sabar dari tuannya.Anna hanya diam mematung tidak menyahut ucapan dari sopir Ray, yang memang tidak menunggu tanggapan darinya. Dipandanginya mobil itu perlahan menjauh sampai menghilang dari pandangan.Dirinya berjalan menuju bangku kayu yang berada di bawah pohon, lalu duduk di sana. Dirapatkannya jaket yang ia pakai, karena udara semakin dingin saja.‘Bagai
Anna menjadi terkejut mendengar suara Ray, sampai-sampai keranjang telur yang ada di tangannya terjatuh ke rumput. “R-Ray! Kenapa kamu ke sini? Bukannya kamu lebih senang bersama dengan mantan Istrimu?” Tanya Anna dengan suara tersendat.Ray memejamkan mata dengan tangan ia kepalkan di samping badan. Ia harus menahan dirinya untuk tidak mengguncang tubuh Anna, agar Istrinya itu sadar akibat kekacauan yang telah dibuatnya.Anna mengamati Ray dengan takut-takut. Ia dapat melihat suaminya itu sedang menahan amarah dan itu semua dikarenakan dirinya. Ia juga dapat melihat, kalau Ray tidak dalam kondisi baik-baik saja.“Ka-kamu terluka Ray, apa yang telah terjadi kepadamu?” Tanya Anna, dengan suara pelan.Ray mendengus mendengar pertanyaan Anna. “Apakah kamu peduli kepadaku? Ataukah itu hanya sekedar pertanyaan basa-basi saja!” sindir Ray.Anna menghela napas, ia sudah menduga, kalau Ray akan bersikap skeptis kepadanya, setelah apa yang ia lakukan. Akan tetapi, kesalahan tidak sepenuh pada
Sopir itu membalikkan badan dengan gaya malas-malasan. Dimasukkannya tangan ke saku celana. Ia menatap Ray, dengan raut wajah tidak terbaca. “Istri Anda sudah meninggalkan apartemen ini.”Mata Ray melotot, dengan langkah yang tertatih ia mendekati sopirnya itu, lalu mencengkeram kerah kemejanya. “Kenapa ia bisa pergi dan kamu tidak bisa mencegahnya? Kamu tidak becus dalam menjalankan tugas, yang saya berikan!”Ray memaki sopirnya itu, ia mengangkat tangan ke udara hendak melayangkan pukulan ke wajah sopirnya itu, tetapi dengan cepat ia mengubahnya dan memukul dinding yang ada di samping kepala sopirnya itu, sehingga tangannya menjadi terluka.Dirinya berjalan menjauh dari sopirnya itu, lalu melihat ke sekeliling kamar apartemen yang baru disadari oleh Ray, bahwa apartemen itu terkesan sederhana dan tidak mempunyai banyak perabot.“Saya sungguh menyesal, Tuan! Namun, saya tidak akan berhenti untuk mencari keberadaan Istri Anda. Saya akan mencarinya sampai dapat dan membawa kembali Nyon
Ray menjadi terkejut, ia membalikkan badan. Ditatapnya pria yang baru saja melayangkan tinju ke arah pipinya, dengan keras. Ia berdiridari duduknya. “Saya juga tidak ingin berada di sini! Sekarang saya akan pergi dan katakan kepada istrimu untuk tidak menggangguku dan Istriku!”Ray berjalan menjauh dari suami Claire, dengan tangan terkepal di sisi badan. Ia gatal hendak balas menampar suami Claire. Hanya saja pria itu beruntung, karena Ray tidak ingin berurusan dengan pria itu.Ia hanya ingin cepat pergi dari tempat ini dan mencari keberadaan istrinya. Biar saja Claire menjadi tanggung jawab dari suaminya.‘Halo, apakah kamu sudah mendapatkan informasi kemana sopir taksi itu membawa istri saya?’ Tanya Ray, melalui telepon kepada sopir, sekaligus orang kepercayaannya.‘Saya saat ini sudah berada di depan gedung apartemen istri Anda, Tuan!’ sahut sopir Ray.‘Bagus! Saya sebentar lagi akan sampai di san. Tolong, kamu kirimkan alamatnya,’ ucap Ray.Ditutupnya sambungan telepon, lalu dima