Anna melihat ke arah Ray dengan mata terbelalak tidak percaya. Ia tidak tahu apa yang membuat Ray sampai berkata seperti itu. “Apakah kau akan bersikap lebih baik kepadaku, kalau aku menuruti apa yang kau katakan?” Tanya Anna.Ray berhenti sebentar memandang Anna, setelahnya ia kembali berjalan menuju mobil mereka mengindahkan pertanyaan dari Istrinya.“Kenapa aku berharap kau akan menjawab pertanyaanku?” gerutu Anna.Ia berjalan pelan mengikuti Ray, setelah sampai ia memilih membuka pintu mobil sendiri. Mengabaikan Ray yang berdiri di samping pintu mobil yang sudah terbuka.Ray hanya diam saja tidak mengomentari apa yang dilakukan Anna. Ia masuk mobil dan duduk di samping Istrinya itu. “Kita ke hotel!” perintah Ray kepada sopirnya.Sopirnya pun melirik ke arah Ray, melalui kaca spion. “Baik, Bos!”Mobil meluncur menuju hotel yang terletak tidak terlalu jauh dari pelabuhan. Sepanjang perjalanan Anna dan Ray saling diam, seperti biasanya.“Apakah kau memiliki perhiasan?” Tanya Ray tiba
Ray menatap Anna dengan sorot mata yang dipenuhi hasrat. Ia merasakan apa yang dilihatnya ada pada diri Anna. “Kalaupun kita terjatuh kau tidak akan merasakan sakit!”Anna memasang wajah cemberut, tetapi ia tidak beranjak dari samping Ray. Dirinya merasa nyaman dalam pelukan suaminya itu. Dirinya, bahkan dengan cepat tertidur, karena merasa aman.Beberapa jam kemudian, Ray membangunkan Anna dari tidurnya, dengan memberikan ciuman kecil di tengkuk Istrinya itu. Namun, Anna tidak terbangun juga ia hanya menggeliat sebentar.Ray memberikan gigitan-gigitan kecil di telinga Anna barulah Istrinya itu terbangun.“Ray, apa yang kau lakukan?” Tanya Anna dengan suara yang parau.“Membangunkanmu!” sahut Ray.Anna pun bangkit dari berbaringnya dengan mudah, karena Ray sudah melepaskan pelukannya. Ia berjalan menuju kamar mandi, dengan punggung yang terasa panas, karena tatapan tajam Ray.Sesampainya di kamar mandi Anna berjalan menuju wastafel dan berdiri di depan cermin, yang ada di situ. Anna m
Ray melayangkan tatapan menusuk tajam ke arah Ibu baptisnya. Ia memang tidak memiliki rasa cinta kepada Anna, tetapi bukan berarti ia akan membiarkan Istrinya ini didekati wanita lain. “Apa maksudmu melakukannya? Apakah kau ingin melihatku menjadi terbakar cemburu?”Ibu baptis Ray tertawa mendengarnya. “Kau tidak akan merasa cemburu, kalau tidak memiliki hati untuk Anna!” sindir Ibu baptisnya.Ray menggertakkan gigi, Ibu baptisnya ini sedang memancing dirinya dan hampir saja, ia mengikuti permainannya. “Ini adalah pestamu, kami bisa pergi kapan saja kalau tidak suka!”Digandengnya tangan Anna menjauh dari Ibu baptisnya. Ia tidak mau Anna berada dekat terlalu lama, dengan Ibu baptisnya, karena ia tidak mengetahui apakah dirinya memiliki rencana terselubung dengan mengundang mantan istrinya.Mereka berhenti di dekat buffet yang menyajikan minuman dan makanan. Ray mengambil gelas anggur, lalu memberikannya kepada Anna dan untuk dirinya sendiri.Sayup-sayup, keduanya dapat mendengar ketik
Anna memundurkan langkah dengan hati yang sakit. Air matanya sudah hendak tumpah, bagaimana bisa ia mendongakkan kepala dan menatap mata dari orang-orang yang menghinanya, karena ia tidak sepercaya diri itu. ‘Di sini bukan tempatku,’ batin Anna.Tanpa terasa Anna melangkah keluar rumah, melalui pintu kaca dengan model kuno yang lebar. Ia melihat, kalau sebagian tamu undangan melanjutkan pesta di pinggir kolam renang.Anna mengedarkan pandangan mencari keberadaan Ray. Namun, ia tidak menemukannya juga. Dengan langkah yang pelan tanpa tujuan, Anna menyusuri pinggiran kolam renang tersebut.Ia tidak memperhatikan apa yang ada dilewatinya, sampai tanpa disadarinya, kalau ia telah menyenggol seseorang. Yang sangat ingin dihindarinya, karena ia tidak mau terlibat masalah dengan wanita itu.“Dasar mantan pelayan! Apa kau tidak memperhatikan langkahmu, karena menyadari bahwa tempat semacam ini bukanlah tempat untuk pelayan, sepertimu! Tempatnya di balik dapur atau membawa nampan dengan pakaia
Ray memandang Anna dengan tatapan yang tak terbaca. Ia tidak mengatakan apapun, ia meraih Anna agar berada dekat dengannya. “Kita akan pulang, tetapi nanti!”Ray menurunkan restleting gaun yang dipakai oleh Anna, sehingga jatuh ke lantai. Ketika dilihatnya Anna berusaha untuk menutupi dada, Ray dengan suara dingiin mengatakan kepada Anna, untuk tidak berpura-pura malu.Dirinya sudah sering melihat tubuh Anna tanpa pakaian, begitu juga dengan wanita lain, sehingga bukan hal yang menjadi misteri atau rahasia baginya.Anna membalikkan badan melupakan rasa malunya. Diberikannya pelototan ke arah suami dinginnya itu. “Jangan samakan diriku dengan wanita lain!”Anna mendorong dada Ray, agar menjauh darinya. Namun, satu tangan Ray dengan sigap menangkap tangan Anna. Ia langsung saja membopong badan Anna yang masih terasa dingin.Dibaringkannya Anna di atas ranjang dengan perlahan, kemudian ia berjalan menuju lemari untuk mengambilkan pakaiannya, agar bisa dikenakan Anna.“Pakailah, ini! Sebe
Ray menggeram marah mendengar tuduhan Anna. Ia memukulkan kepalan tangannya pada dinding, sehingga tangannya menjadi terluka. “Kau menyedihkan, Anna!”Pria itu, kemudian meninggalkan Anna diam terpaku di tempatnya berdiri. Ia terus berjalan keluar kamar, untuk meredakan emosinya, karena kata-kata Anna tadi.Ray berjalan menuruni tangga dengan cepat, ia tidak berpapasan dengan seorang pun. Suasana rumah Ibu baptisnya terlihat sepi, karena pesta sudah bubar sedari tadi malam dan tamu undangan pun juga sudah pulang.Begitu berada di lantai satu Ray berjalan ke arah pintu samping di mana terdapat kolam renang. Melihat pinggiran kolam renang Ray menjadi teringat dengan cincin Anna.‘Apakah ada seseorang yang menemukan cincin itu?’ gumam Ray.Ia berjalan menuju kolam renang tersebut dan langsung saja ia menyesalinya, karena dilihatnya di sana ada Claire yang sedang berenang seorang diri. Dan sepertinya terlambat bagi Ray untuk berbalik, karena wanita itu sudah menyadari kehadirannya.“Pagi,
Tubuh Anna terasa membeku ditambah kondisi fisiknya yang memang belum sehat betul. Badan Anna menjadi oleng dan ia hampir jatuh pingsan. Namun, dengan sigap Ray menangkap lengan Anna, lalu membopongnya masuk hotel.“Menyingkir kalian semua dari jalan saya!” Perintah Ray dengan dingin.Ia terus berjalan, sambil membopong Anna dengan wajah yang tak terbaca. Begitu masuk hotel ia meminta kepada petugas keamanan untuk menjauhkan wartawan darinya dan juga Istrinya.Ray membaringkan Anna di sofa yang ada di lobi hotel tersebut. Ia meminta kepada petugas hotel yang mendatanginya untuk memanggilkan dokter.Setelah petugas hotel itu pergi meninggalkannya Ray duduk di samping Anna, sambil menggenggam jemarinya dengan erat. “Bangunlah, Anna! Biar kita bisa pergi dari kota ini.”Sayangnya, Anna tidak juga bangun dari pingsannya. Ia, sepertinya lebih betah untuk memejamkan mata.Seorang pria dengan pakaian putih dan tas medis di tangannya, serta pegawai hotel yang tadi diperintahkan Ray datang men
Tangan Ray yang hendak menutup pintu mobil terhenti. Ditatapnya dengan tajam pelayan di rumahnya, yang sudah berani berteriak mencegahnya. Ray, kemudian menutup pintu mobil, dengan dingin ia berkata kepada sopirnya, “Jalan!”Sopirnya terkejut mendengar perintah dari Ray, karena ia mengira, kalau Bosnya itu lebih memilih untuk kembali menemani istrinya. Namun, ternyata dugaannya salah.Dengan cepat ia menguasai dirinya kembali. “Baik, Juragan,” sahutnya.‘Mobil pun meluncur menjauh meninggalkan rumah tersebut. Mobil melewati jalanan yang sepi, di mana kiri kanannya ditumbuhi pepohonan dan berganti dengan padang ilalang yang luas, sebelum akhirnya mencapai jalanan yang ramai.Sesampainya di pelabuhan, Ray berkata kepada sopirnya. “Awasi, Istriku dan laporkan setiap yang terjadi kepadanya.”Sopir itu menjadi terkejut dengan tugas yang diberikan Ray kepadanya, tetapi ia dengan cepat dapat menguasai dirinya. “Baik, Tuan!”Ray turun dari mobil berjalan menuju kapal besar milik perusahaanny
Ray yang berada di ujung sambungan telepon berseru memanggil nama Istrinya. ‘Anna! Apa yang terjadi? Siapa yang masuk kamarmu? Apa yang dilakukan orang itu?’ Tanya Ray tidak sabar.Sayangnya hanya suara dengung yang berasal dari ponsel Anna saja. Sementara Anna sendiri tidak memberikan jawaban kepada Ray.Makanan yang sudah ada di atas meja Ray terlupakan. Ia langsung menghubungi orang kepercayaannya.‘Halo, apakah kamu sudah sampai di salon tempat Istri saya berada?’ Tanya Ray, begitu sambungan telepon terhubung.‘Saya sedang dalam perjalanan, Tuan! Saya berusaha secepat mungkin untuk sampai di tempat Istri Anda berada,’ sahut orang kepercayaan Ray.‘Cepatlah!’ perintah Ray.Ray menutup sambungan telepon, ia berjalan keluar dari ruang kerjanya dengan terburu-buru. Sorot mata dan wajahnya yang penuh dengan amarah membuat staf hotel urung menyapanya. Mereka menghindari untuk berbicara dengan bos nya itu, daripada kena marah.Sesampainya di luar sopir Ray sudah siap membukakan pintu. Ia
Anna yang sedari tadi terus-menerus untuk masuk kamar tidak dapat lagi menahan emosinya. “Mengapa tidak kamu dan pria itu, kalian semua memerintahkan kepadaku untuk masuk kamar? Apa kalian pikir saya akan aman di sana? Bagaimana, kalau pria itu menyusup masuk kamar, sementara kalian berdua tidak ada?”Ray menggaruk kepalanya yang mendadak terasa gatal. Ia ingin bersikap tegas kepada Istrinya itu, tetapi ia juga harus jujur, kalau Anna pastinya merasa tidak yakin dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi.“Turunlah kamu ke bawah! Dan lakukan apa yang tadi saya perintahkan,” tegas Ray kepada sopirnya.Sopir itu menganggukkan kepala, sambil memberikan sikap hormat kepada Ray. Ia berjalan meninggalkan Ray dan Istrinya yang tetap berada di tempat mereka berdiri.Ray merangkul pundak Anna, lalu membimbingnya untuk masuk kamar mereka. “Sekarang kita nikmati saja sarapan ini selagi masih panas.” ajak Ray ketika dilihatnya, kalau di atas meja sudah tersaji makanan dan minuman.Mau tidak mau An
Anna memejamkan mata, sebelum ia memutuskan untuk mengikuti perintah nakal dari suaminya. “Kamu membuatku bersikap liar, Ray!”Ray memasangkan bathrobe ke badan Anna, lalu memegang pundak Istrinya dengan lembut. “Ini belum liar, seperti apa yang kuinginkan!”Anna berjalan mendahului Ray keluar kamar mandi, sambil berkata, “Saya tidak akan mau memenuhi fantasimu untuk bersikap liar!”Dalam tiga langkah panjang Ray sudah berhasil mensejajari langkah Anna. Ia mengatakan kepada Istrinya itu, kalau dirinya tidak akan memaksa, tetapi Anna sendirilah yang akan melakukannya.Anna memutar bola mata, ia tahu pasti suaminya akan menggunakan pesona maskulinnya. Yang dengan mudah akan membuat Anna bersedia melakukan apa saja untuk menyenangkan suaminya itu.Keduanya, kemudian berganti pakaian bersih. Setelahnya, Anna dan Ray berjalan keluar kamar menuju ruang makan.“Ray! Saya merasa, kalau ada yang mengintip kita.” Anna berhenti berjalan, ia melihat ke arah jendela kaca. Ia tadi merasa melihat ad
Ray menjadi gusar mendengar apa yang dikatakan oleh Anna. Wajahya menjadi merah, dengan tatapan yang menyorot marah. “Kenapa menjadi pengecut, Anna? Kenapa kau suka sekali melarikan diri dari masalah?”Anna memaksakan diri untuk tetap menatap mata Ray, walaupun dalam hati ia merasa ciut melihat tatapan Ray. Kedua tangannya berkeringat dingin, tetapi ia harus menguatkan dirinya. “Saya buk annya ingin melarikan diri dari pesta itu. Hanya saja saya tidak yakin akan bisa menjadi seorang wanita yang anggun.”“Kamu terlalu memikirkan apa yang belum terjadi! Berhentilah untuk berpikir, seperti itu,” tegas Ray.Anna memejamkan mata, ia tampak berusaha untuk menenangkan dirinya, agar tidak berteriak kepada Ray, karena suaminya itu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Satu hal yang berbeda dengan dirinya.Ia menjauhkan dirinya dari Ray berdiri di depan cermin besar. Dilihatnya pantulan dirinya, dengan mata yang sembab, karena terlalu banyak menangis. Dilepasnya ikat rambut, sehingga rambutn
Anna mengambil pisau dari atas meja dapur, lalu ia genggam dengan erat. Jantungnya berdebar kencang, saat didengarnya suara langkah kaki dari arah luar rumah. ‘Ya, Tuhan! Siapa yang berada di luar dan tadi ia sudah masuk ke rumah ini? Diriku memang ceroboh, karena lupa mengunci pintu. Bagaimana, kalau itu adalah Derek dan ia mencoba untuk mencelakai diriku lagi?’ batin Anna.Tangan Anna terulur hendak menutup pintu dapur, ketika dilihatnya sebuah bayangan panjang. Lutut Anna terasa lemas, tetapi ia tetap memaksakan kakinya untuk tetap berdiri. Dengan tangan yang bergetar ia tetap memegang pisau berharap dapat dijadikan sebagai senjata untuk membela dirinya.“Anna! Apa yang kau lakukan berdiri di situ dengan pisau yang ada di tanganmu? Kau tidak mencoba untuk bunuh diri, bukan?” Tanya Ray dengan santainya.Mata Anna melotot tidak percaya, begitu melihat siapa yang berdiri di depannya. Pisau yang ia pegang jatuh ke lantai sampai menimbulkan bunyi yang nyaring.Begitu tersadar dari rasa
Anna berjalan cepat mendekati Ray, begitu sudah dekat ia mengangkat kedua tangan hendak memukul dada bidang suaminya. “Kamu tidak punya hati, Ray!” maki Anna.Ray dengan cepat menangkap tangan Anna, lalu menghempaskannya dengan kasar. “Kamu yang sudah membuatku melakukannya!”Usai mengatakan hal itu Ray berjalan, lalu masuk mobilnya. Ia tidak peduli, ketika didengarnya suara tangis Anna.Sopir Ray menatap Anna dengan rasa tidak nyaman, karena melihat wanita itu bertengkar dengan bosnya sampai menangis.“Selamat tinggal, Nyonya Anna! Semoga Anda baik-baik saja.” sopir itu, kemudian memasuki mobil, karena ia mendengar suara tidak sabar dari tuannya.Anna hanya diam mematung tidak menyahut ucapan dari sopir Ray, yang memang tidak menunggu tanggapan darinya. Dipandanginya mobil itu perlahan menjauh sampai menghilang dari pandangan.Dirinya berjalan menuju bangku kayu yang berada di bawah pohon, lalu duduk di sana. Dirapatkannya jaket yang ia pakai, karena udara semakin dingin saja.‘Bagai
Anna menjadi terkejut mendengar suara Ray, sampai-sampai keranjang telur yang ada di tangannya terjatuh ke rumput. “R-Ray! Kenapa kamu ke sini? Bukannya kamu lebih senang bersama dengan mantan Istrimu?” Tanya Anna dengan suara tersendat.Ray memejamkan mata dengan tangan ia kepalkan di samping badan. Ia harus menahan dirinya untuk tidak mengguncang tubuh Anna, agar Istrinya itu sadar akibat kekacauan yang telah dibuatnya.Anna mengamati Ray dengan takut-takut. Ia dapat melihat suaminya itu sedang menahan amarah dan itu semua dikarenakan dirinya. Ia juga dapat melihat, kalau Ray tidak dalam kondisi baik-baik saja.“Ka-kamu terluka Ray, apa yang telah terjadi kepadamu?” Tanya Anna, dengan suara pelan.Ray mendengus mendengar pertanyaan Anna. “Apakah kamu peduli kepadaku? Ataukah itu hanya sekedar pertanyaan basa-basi saja!” sindir Ray.Anna menghela napas, ia sudah menduga, kalau Ray akan bersikap skeptis kepadanya, setelah apa yang ia lakukan. Akan tetapi, kesalahan tidak sepenuh pada
Sopir itu membalikkan badan dengan gaya malas-malasan. Dimasukkannya tangan ke saku celana. Ia menatap Ray, dengan raut wajah tidak terbaca. “Istri Anda sudah meninggalkan apartemen ini.”Mata Ray melotot, dengan langkah yang tertatih ia mendekati sopirnya itu, lalu mencengkeram kerah kemejanya. “Kenapa ia bisa pergi dan kamu tidak bisa mencegahnya? Kamu tidak becus dalam menjalankan tugas, yang saya berikan!”Ray memaki sopirnya itu, ia mengangkat tangan ke udara hendak melayangkan pukulan ke wajah sopirnya itu, tetapi dengan cepat ia mengubahnya dan memukul dinding yang ada di samping kepala sopirnya itu, sehingga tangannya menjadi terluka.Dirinya berjalan menjauh dari sopirnya itu, lalu melihat ke sekeliling kamar apartemen yang baru disadari oleh Ray, bahwa apartemen itu terkesan sederhana dan tidak mempunyai banyak perabot.“Saya sungguh menyesal, Tuan! Namun, saya tidak akan berhenti untuk mencari keberadaan Istri Anda. Saya akan mencarinya sampai dapat dan membawa kembali Nyon
Ray menjadi terkejut, ia membalikkan badan. Ditatapnya pria yang baru saja melayangkan tinju ke arah pipinya, dengan keras. Ia berdiridari duduknya. “Saya juga tidak ingin berada di sini! Sekarang saya akan pergi dan katakan kepada istrimu untuk tidak menggangguku dan Istriku!”Ray berjalan menjauh dari suami Claire, dengan tangan terkepal di sisi badan. Ia gatal hendak balas menampar suami Claire. Hanya saja pria itu beruntung, karena Ray tidak ingin berurusan dengan pria itu.Ia hanya ingin cepat pergi dari tempat ini dan mencari keberadaan istrinya. Biar saja Claire menjadi tanggung jawab dari suaminya.‘Halo, apakah kamu sudah mendapatkan informasi kemana sopir taksi itu membawa istri saya?’ Tanya Ray, melalui telepon kepada sopir, sekaligus orang kepercayaannya.‘Saya saat ini sudah berada di depan gedung apartemen istri Anda, Tuan!’ sahut sopir Ray.‘Bagus! Saya sebentar lagi akan sampai di san. Tolong, kamu kirimkan alamatnya,’ ucap Ray.Ditutupnya sambungan telepon, lalu dima