Sontak saja Anna menjadi terkejut mendengarnya. Ia menatap Ray dengan takut. “Aku tidak cukup mengenalmu! Untuk bisa mengetahui apa-apa tentangmu, tetapi mengingat selama ini betapa kau suka menyakitiku. Aku …”Anna sengaja tidak menyelesaikan ucapannya. Ia mau Ray sendiri yang mengartikan apa yang dikatakannya.Ray menjulurkan tangan, lalu mengambil sebuah pakaian tidur, yang begitu seksi. Disodorkannya gaun tersebut ke tangan Anna dengan bagian yang memperlihatkan labelnya agar dapat dibaca Anna, kalau gaun tidur itu baru.Anna menerima gaun itu, dengan mata yang membelalak. Ia belum pernah memakai pakaian yang begitu seksi, seperti apa yang ada di tangannya. Dan ia juga harus mengakui, kalau Ray tidak merendahkan dirinya dengan membeikan pakaian bekas wanita lainnya.“Gaun tidur ini terlalu seksi untukku,” ucap Anna dengan wajah bersemu merah, karena malu.“Tidak ada alasan untuk malu!” ujar Ray dengan dingin.Anna menggigit bibir, karena ia tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan
Ray memberikan tatapan tajam menusuk ke arah kapten kapal. “Aku tidak mencintai Istriku! Dia hanya alat bagiku untuk memperoleh pewaris!” bentak Ray dengan nyaring.Terdengar suara kesiap terkejut, yang membuat Ray dan kapten kapal menolehkan kepala mereka ke arah suara tersebut.Berdiri tidak jauh dari mereka, adalah Anna dengan mata besarnya yang dipenuhi air mata. Wanita itu terlihat begitu terpukul mendengar apa yang dikatakan Ray barusan.Kapten kapallah yang tersadar dari rasa terkejutnya. Ia merasa bersalah untuk Ray dan Istrinya, karena dirinya, ia telah membuat seorang wanita yang tidak bersalah menangis.“Apakah kau akan marah kepadaku, Anna? Karena aku menyatakan kebenaran!” ucap Ray dengan dingin.Anna menggigit bibirnya, sampai terluka, agar tidak keluar isak tangis yang dengan sekuat tenaga berusaha ia tahan.Dipejamkanya mata sambil mencoba meredakan rasa sakit. setelah ia merasa dirinya tenang kembali. Anna membuka mata, dengan suara bergetar ia berkata, “Tentu saja ak
Ray merasa Anna masih hidup dan wanita itu akan hidup lama bersama dengannya. “Cepat! Bantu Istriku naik ke sekoci!” Perintah Ray kepada awak kapal yang sudah sampai ke posisinya.Perlahan tubuh Anna dinaikkan ke atas kapal sekoci dan dibaringkan di lantainya yang telah diberi alas matras.Ray menyusul naik ke atas sekoci tersebut dan ia langsung saja memberikan pertolongan napas buatan untuk Anna.“Ayolah, Ann! Buka matamu dan bernapaslah!” Perintah Ray, sambil melakukan gerakan memompa di dada Anna, setelah itu ia memberikan napas bantuan kembali.Ray hampir saja menyerah dan anak buahnya dapat melihat itu, karena setelah berulangkali memberikan napas buatan. Anna masih juga tidak membuka mata, atau memberikan tanda-tanda, kalau dirinya masih hidup.Di saat itulah, Anna perlahan membuka mata dan ia batuk-batuk, sambil memuntahkan air laut, yang sempat tertelan olehnya.Ray merasa lega melihat Anna yang sudah sadar, tetapi ia tidak mau Anna sampai mengetahuinya.Dengan dingin Ray men
Anna menatap Ray dengan tidak percaya. “Mengapa kau harus cemburu kepadanya? Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih saja!”Ray berdiri dari duduknya, lalu berjalan ke arah kursi Anna dan berhenti tepat di sampingnya. Ia, lalu mengulurkan tangan dan Anna dengan raut wajah bingung menerima uluran tangan Ray.Anna digandeng dalam genggaman jemari hangat Ray menuju awak kapal, yang tengah mengepel lantai. Keduanya, kemudian berhenti tepat di samping pria itu.Ray melepaskan genggaman tangannya pada Anna dan memberikan tatapan tajam ke arah awak kapal, yang sudah berhenti melakukan pekerjaannya.“Tuan Ray! Apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya awak kapal itu.Ray hanya diam saja, ia melirik Anna yang berdiri di sampingnya. Dan Anna yang mengerti dari sikap diam Ray, kalau dirinyalah yang harus berbicara sendiri.“Saya ingin mengucapkan terima kasih, atas apa yang kau lakukan! Maaf, sudah merepotkan kalian semua,” ucap Anna.Ia mengulurkan tangan hendak berjabat tangan dengan pria itu, tet
Anna memicingkan mata menatap Ray tidak percaya, bagaimana bisa Ray berkata, seperti itu. “Mengapa kau memintaku melepas baju di tempat umum, seperti ini yang bisa dilihat orang lain!”Ray memutar bola mata. ia tidak percaya harus menjelaskan kepada Istrinya ini apa maksud dari kata-katanya. “Aku tidak memintamu untuk melepas semua pakaianmu!”Ia harus menahan rasa jengkelnya, karena Anna tidak cepat tanggap dengan apa yang dikatakan olehnya.Ray mengacungkan tabir surya yang berada di tangannya, sambil menatap Anna dengan mata melotot, karena tidak mengerti apa yang dikatakannya.Anna menjadi tersipu malu, karena dirinya sudah salah menduga apa yang diminta oleh suaminya itu. Ia pun membalikkan badan, lalu tangannya terulur ke belakang hendak menurunkan restleting gaun yang dipakainya.Gerakan tangan Anna terhenti digantikan oleh tangan Ray. Suaminya itu menundukkan kepala berbisik di telinganya. “Aku menyukai bagian melepaskan pakaian wanita!”Bulu kuduk Anna menjadi berdiri mendeng
Anna menatap tidak percaya ke arah Ray. Dengan pelan dan wajah bersemu merah, karana tatapan Ray. Ia berkata, “Kau bisa melakukannya sendiri! Tanganmu dapat menjangkaunya.”Ray melayangkan tatapan mengejek kepada Anna, dengan dingin ia berkata, “PENGECUT!”Anna memasang wajah cemberut, dengan cepat diambilnya botol tabir surya dari tangan Ray. Ia, langsung menuangkan ke dada bidang Ray, yang ditumbuhi rambut tipis.Anna menundukkan kepala menghindari tatapan tajam Ray. Ia dapat merasakan wajahnya menjadi bersemu merah, karena tatapan dari suaminya itu.‘Begini rasanya mengelus dada Ray, ketika kami bercinta aku tidak pernah berani menyentuhnya, karena merasa takut,’ batin Anna.Anna menelan ludahnya dengan sukar, ia merasakan dirinya menjadi ‘Panas’ hanya dengan menyentuh Ray.Tiba-tiba saja Ray menangkap tangan Anna, yang tanpa disengajanya bergerak hingga ke batas celana pendek yang dipakai Ray.“JANGAN! Kau tidak akan tahu akibatnya, kalau melakukan hal itu,” peringat Ray.Anna men
Ray melayangkan tatapan membunuh ke arah Kapten Kapal. Giginya gemeretak menahan marah. "Kau bodoh, kalau berpikir aku peduli dengan apa yang Istriku pikirkan tentangku!" bentak Ray.Anna melonjak terkejut mendengar suara Ray yang nyaring. Ia menundukkan kepala tidak berani menatap Ray dan Kapten Kapal, yang sepertinya sedang beradu kekuatan, melalui tatapan mereka.Kapten Kapal lah, yang mengalah. Ia mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Oke, aku mengaku kalah dan salah!"Ray mendengus dengan nyaring mendengarnya. Ia menatap dingin Kapten Kapten, kemudian mengalihkan tatapannya ke arah Anna yang menundukkan kepala.'Kau sudah membuat Istriku menjadi takut!" tegur Ray galak.Kapten Kapal menoleh ke arah Anna dan berkata, "Aku minta maaf, sudah membuatmu menjadi takut. Kau tidak perlu khawatir, suamimu yang pemberang ini akan melemparku keluar dari kapal.”Koki datang menghampiri meja mereka dengan membawa makanan dan minuman. Kapten Kapal pun berhenti berbicara, ia memesan makanan
Ray menggeram marah dengan wajah yang menjadi merah. Deru napasnya terdengar nyaring. Ia memejamkan mata, lalu membukanya. Dicekaunya dagu Anna dengan kasar. “Kau sudah terikat janji denganku!”Tubuh Anna bergidik takut dengan suara Ray yang dingin. Namun, ia tidak dapat menyesali apa yang dikatakannya kepada Ray.Punggung Anna terasa panas, seperti ada seseorang yang mengamatinya dengan tajam. Anna dengan cepat menoleh ke belakang untuk mencari tahu siapa yang mengawasinya.Ray dapat merasakan perubahan sikap Anna dan hal itu membuatnya menjadi heran. Akan tetapi, ia tidak akan mencari tahu, karena bukan hal yang penting baginya.Anna kembali menghadap Ray dengan mata besarnya yang menyorot takut, serta tangan yang terasa sedingin es digenggaman Ray.“Apakah kamu takut denganku, Anna?” Tanya Ray, sambil mengerutkan keningnya.Dengan cepat Anna menganggukkan kepala, kemudian menggeleng. Membuat Ray yang melihatnya menjadi tersenyum mencemooh.“Kau terlihat bingung, Anna?” ejek Ray den