Ray menyunggingkan senyum sinis ke arah Anna. Ia berdiri rapat dengan Istrinya itu sampai embusan napasnya mengenai wajah Anna. “Kau tidak terlambat, diriku hanya melupakan satu hal.”Anna mengerutkan kening mendengar apa yang dikatakan oleh Ray. Ia tidak mengerti apa maksud dari ucapan suaminya itu.Ray menyentuh hidung Anna pelan dan berbisik di telinganya. “Apakah kau tidak dapat menduganya, Anna?”Anna menggelengkan kepala, karena ia memang sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ray. Walaupun dari arah tatapan suaminya yang tertuju tepat ke dadanya membuat jantung Anna berdebar kencang.Anna menelan ludah dengan sukar, entah kenapa ia masih saja merasa gugup dengan tatapan tajam Ray. Padahal, ia seharusnya sudah terbiasa.“Jangan tatap diriku, seolah kau ingin menelanku, Ray!” peringat Anna.Ray tertawa kecil, ia menyentuhkan keningnya dengan kening Anna, sambil satu tangannya meraih pinggang Anna mendekat, sehingga tidak ada jarak di antara mereka berdua.Embusan napas
Sontak saja Anna menjadi terkejut menatap tidak percaya dengan apa yang berada di tangan Ray. Tangannya bergetar hebat sampai-sampai piring yang ia pegang jatuh dan mengenai kakinya. “Dari mana kau mendapatkan cincin itu?” Tanya Anna, dengan suara bergetar takut.Ray tersenyum miring, sambil berjalan mendekat ke arah Anna. Dicekaunya dengan kasar dagu Istrinya itu, sampai Anna meringis merasa sakit.Anna memegang tangan Ray mencoba untuk menyingkirkan dari dagunya. Namun, Ray bergeming. Membuat Anna menjadi semakin takut, karena Ray sama sekali tidak memperlihatkan rasa peduli kepadanya.“Kenapa diam saja, Anna? Apa tidak ada yang ingin kau katakan?” Tanya Ray dengan suara mendesis menahan emosi.Anna menelan ludah dengan sukar diberanikannya diri untuk menatap tepat netra Ray. Ditelannya ludah dengan sukar, karena mendadak ia merasa sukar untuk menelan ludahnya.“A-apakah kau ingat beberapa bulan yang lalu pernah tidur dengan seorang wanita muda di hotel? Memang pada saat itu kau sed
Badan Anna bergetar hebat, dengan jantung yang berdegup kencang dan rasanya hendak copot. Anna merendahkan badan untuk mengambil kunci yang terjatuh, ia harus masuk kamarnya lebih dahulu, sebelum mantan kekasihnya semakin dekat. “Kenapa kau berada di sini” Tanya Anna, sambil tangannya memasukkan kunci ke lubangnya.Anna merasa senang, ketika mendengar bunyi klik, yang merupakan pertanda, kalau pintu sudah bisa di buka. Dibalikkannya badan untuk menghadap Derek, dengan pungggung yang bersandar pada pintu.Dapat dirasakannya pintu terbuka, sementara Derek sendiri beberapa langkah lagi mendekat ke arahnya.Senyum smirk, dengan tatapan mata yang terlihat menyorot sinis ke arah Anna, membuat Anna merasa terintimidasi.“Apakah kau diusir dari rumah mewahmu, Anna?” Tanya Derek.Anna menelan ludah dengan sukar, ia melirik ke arah pintu yang sudah terbuka sedikit. Dengan cepat ia masuk kamar, tetapi baru saja ia berhasil menutup pintu, pintu tersebut didorong dari luar.Menggunakan punggungny
Anna bersiap dengan gagang pancuran air di tangannya, ketika ia mendengar suara pintu kamar mandi, yang akan didorong paksa. ‘Ya, Tuhan! Tolong selamatkan dirku,’ batin Anna.Setelah berulang kali didorong dari luar pintu kamar mandi itu pun, akhirnya terbuka, sehingga Anna menjadi terkejut, sekalipun dirinya sudah siap.Derek tersenyum smirk ke arah Anna, memperlihatkan barisan giginya yang putih dan rapi. “Kau memilih tempat persembunyian yang salah, Anna! Sekarang kau akan menjadi milikku.”Anna mengangkat gagang shower yang ada di tangannya dan ia arahkan kepada Derek. “Jangan coba mendekat!”Derek tertawa mengejek, ia tidak menghiraukan ancaman Anna. Dirinya terus berjalan mendekati Anna berada.Anna berjalan mundur, sambil melirik ke arah belakang. Satu tangannya yang tidak memegang gagang shower memutar keran, dengan suhu air panas. Ia menyemprotkannya ke wajah Derek dan badannya.“Sialan kau, Anna!” bentak Dereka.Ia merasa kesakitan, sehingga menjadi lengah dan langsung diman
Sontak saja Ray yang berjalan di depan sopirnya membalikkan badan. Ia berjalan mendekati pria muda, yang menatap dingin sopirnya. Akan tetapi, tatapan pria muda itu masih kalah dengan Ray. Ray mencekal kerah kemeja pria itu, dengan kasar ia membentaknya. “Kau pikir kau bisa bebas begitu saja, setelah menyakiti Istriku!”Derek tertawa ironi mendengar apa yang dikatakan oleh suami Anna. Tatapan dinginnya berubah menjadi tatapan mengejek. “Dan apakah Anda tidak menyakiti Anna, Tuan? Kalau ia bahagia tidak mungkin ia kabur dari Anda, bukan?”Ray kehilangan kesabarannya, yang memang tipis. Ia melayangkan pukulan ke wajah Derek, sehingga wajahnya terlempar ke samping.Derek mengusap pipinya dan bibirnya yang terasa sakit. Di jarinya ada noda darah dari luka di sudut bibirnya, yang diakibatkan oleh cincin yang dipakai suami Anna.“Mengapa Anda harus marah, ketika kebenaran dilemparkan ke wajah Anda? Apa yang telah Anda lakukan, sampai Anna menjadi terluka?” Tanya Derek, dengan senyum sinis y
Anna melirik Ray, dengan raut wajah kesal. Bisa-bisanya, ia bertanya seperti itu bukan menanyakan bagaimana kabarnya. “Mengecewakan, karena diriku gagal melakukannya, mungkin suatu hari nanti diriku pada akhirnya akan benar-benar berhasil kabur darimu!”Ia, kemudian memejamkan mata tidak mau melihat sorot kemenangan di mata Ray, karena sudah berhasil membawa dirinya kembali pulang dengan mudah. Dalam hati Anna menyesal, karena dirinya tadi tidak memberikan penolakan yang berarti kepada Ray.Ray mendesis menahan emosi mendengar apa yang dikatakan oleh Anna barusan. Ia melirik istrinya itu yang tampak memejamkan mata.Secara perlahan mata Ray turun melihat kaki Anna, ia baru teringat tadi ketika berjalan Istrinya itu tampak terpincang.“Kau membuat dirimu sendiri terluka!” ucap Ray.Anna hanya memberikan jawaban berupa gumaman tidak jelas saja. Ia juga tidak membuka matanya, karena ia memang masih mengantuk. Anna melipat tangan di depan dada untuk mengusir dingin yang melandanya.Ray me
Anna melihat netra Ray yang menyiratkan keinginan untuk membunuh. Beruntung sekarang ini Derek sudah berada di dalam penjara. “Ketika di penginapan saya mencoba untuk menghindari seseorang dan ia tanpa sengaja melayangkan tangannya, sehingga mengenai wajahku.”Ray menyipitkan mata, sambil menundukkan badannya. Dengan suara yang mendesis ia berkata, “Kau tidak usah melindungi Derek, kecuali kau masih mencintainya!”Anna dengan cepat menggelengkan kepala, yang berakibat ia menjadi pusing. Dipejamkannya mata untuk mengusir rasa pusing tersebut.Dokter yang memeriksa Anna melihatnya dengan intens. “Apakah Anda merasa pusing, Nyonya?” Tanya dokter itu.Anna menganggukkan kepala, ia membaringkan badan di atas tempat tidur. Tak dihiraukannya seruan dari Ray. Ia hanya ingin memejamkan mata saja.“Biarkan saja dia tidur, Ray!” Dokter itu memeriksa denyut nada Anna dan ternyata lemah. Begitu tensinya diperiksa, Anna juga menderita darah rendah.Dokter mengatakan kepada Ray untuk menjaga Anna,
Anna dihalangi oleh petugas keamanan, ketika ia hendak masuk ke ruangan Ray. Dengan mengumpulkan segenap kekuatan ia mencoba untuk mendorong petugas keamanan itu menyingkir dari jalannya. “Jangan halangi! Saya mau bertemu dengan suami saya!”Ray menggerutu, karena paginya kembali mendapatkan gangguan. Ia melihat ke arah pintu. Dilihatnya Anna dan petugas keamanannya saling dorong.Ray langsung bangkit dari duduknya, dengan suara keras ia berkata, “Berhenti!”Sontak saja Anna dan petugas keamanan Ray menjadi terkejut dan langsung menoleh ke arah Ray.“Biarkan Istri saya masuk!” perintah Ray kepada petugas keamanannya.Petugas keamanan Ray menjadi terkejut, dengan gugup ia menyingkir mempersilakan kepada Anna untuk masuk, sambil meminta maaf, karena tidak mengetahui bahwa ia adalah istri Ray.Begitu Anna sudah memasuki ruangannya. Ray memerintahkan kepada petugas keamanannya untuk menutup pintu.Ray berjalan mendekati Anna, lalu berhenti tepat di depannya dengan jarak yang rapat. Anna,