Sontak saja Ray yang berjalan di depan sopirnya membalikkan badan. Ia berjalan mendekati pria muda, yang menatap dingin sopirnya. Akan tetapi, tatapan pria muda itu masih kalah dengan Ray. Ray mencekal kerah kemeja pria itu, dengan kasar ia membentaknya. “Kau pikir kau bisa bebas begitu saja, setelah menyakiti Istriku!”Derek tertawa ironi mendengar apa yang dikatakan oleh suami Anna. Tatapan dinginnya berubah menjadi tatapan mengejek. “Dan apakah Anda tidak menyakiti Anna, Tuan? Kalau ia bahagia tidak mungkin ia kabur dari Anda, bukan?”Ray kehilangan kesabarannya, yang memang tipis. Ia melayangkan pukulan ke wajah Derek, sehingga wajahnya terlempar ke samping.Derek mengusap pipinya dan bibirnya yang terasa sakit. Di jarinya ada noda darah dari luka di sudut bibirnya, yang diakibatkan oleh cincin yang dipakai suami Anna.“Mengapa Anda harus marah, ketika kebenaran dilemparkan ke wajah Anda? Apa yang telah Anda lakukan, sampai Anna menjadi terluka?” Tanya Derek, dengan senyum sinis y
Anna melirik Ray, dengan raut wajah kesal. Bisa-bisanya, ia bertanya seperti itu bukan menanyakan bagaimana kabarnya. “Mengecewakan, karena diriku gagal melakukannya, mungkin suatu hari nanti diriku pada akhirnya akan benar-benar berhasil kabur darimu!”Ia, kemudian memejamkan mata tidak mau melihat sorot kemenangan di mata Ray, karena sudah berhasil membawa dirinya kembali pulang dengan mudah. Dalam hati Anna menyesal, karena dirinya tadi tidak memberikan penolakan yang berarti kepada Ray.Ray mendesis menahan emosi mendengar apa yang dikatakan oleh Anna barusan. Ia melirik istrinya itu yang tampak memejamkan mata.Secara perlahan mata Ray turun melihat kaki Anna, ia baru teringat tadi ketika berjalan Istrinya itu tampak terpincang.“Kau membuat dirimu sendiri terluka!” ucap Ray.Anna hanya memberikan jawaban berupa gumaman tidak jelas saja. Ia juga tidak membuka matanya, karena ia memang masih mengantuk. Anna melipat tangan di depan dada untuk mengusir dingin yang melandanya.Ray me
Anna melihat netra Ray yang menyiratkan keinginan untuk membunuh. Beruntung sekarang ini Derek sudah berada di dalam penjara. “Ketika di penginapan saya mencoba untuk menghindari seseorang dan ia tanpa sengaja melayangkan tangannya, sehingga mengenai wajahku.”Ray menyipitkan mata, sambil menundukkan badannya. Dengan suara yang mendesis ia berkata, “Kau tidak usah melindungi Derek, kecuali kau masih mencintainya!”Anna dengan cepat menggelengkan kepala, yang berakibat ia menjadi pusing. Dipejamkannya mata untuk mengusir rasa pusing tersebut.Dokter yang memeriksa Anna melihatnya dengan intens. “Apakah Anda merasa pusing, Nyonya?” Tanya dokter itu.Anna menganggukkan kepala, ia membaringkan badan di atas tempat tidur. Tak dihiraukannya seruan dari Ray. Ia hanya ingin memejamkan mata saja.“Biarkan saja dia tidur, Ray!” Dokter itu memeriksa denyut nada Anna dan ternyata lemah. Begitu tensinya diperiksa, Anna juga menderita darah rendah.Dokter mengatakan kepada Ray untuk menjaga Anna,
Anna dihalangi oleh petugas keamanan, ketika ia hendak masuk ke ruangan Ray. Dengan mengumpulkan segenap kekuatan ia mencoba untuk mendorong petugas keamanan itu menyingkir dari jalannya. “Jangan halangi! Saya mau bertemu dengan suami saya!”Ray menggerutu, karena paginya kembali mendapatkan gangguan. Ia melihat ke arah pintu. Dilihatnya Anna dan petugas keamanannya saling dorong.Ray langsung bangkit dari duduknya, dengan suara keras ia berkata, “Berhenti!”Sontak saja Anna dan petugas keamanan Ray menjadi terkejut dan langsung menoleh ke arah Ray.“Biarkan Istri saya masuk!” perintah Ray kepada petugas keamanannya.Petugas keamanan Ray menjadi terkejut, dengan gugup ia menyingkir mempersilakan kepada Anna untuk masuk, sambil meminta maaf, karena tidak mengetahui bahwa ia adalah istri Ray.Begitu Anna sudah memasuki ruangannya. Ray memerintahkan kepada petugas keamanannya untuk menutup pintu.Ray berjalan mendekati Anna, lalu berhenti tepat di depannya dengan jarak yang rapat. Anna,
Ray terdiam mendengar apa yang dikatakan oleh Anna. “Kau juga membuatku merasa bergairah.”Ray menegakkan badan, kalau tidak bisa-bisa ia membopong Anna masuk ke kamar yang ada di ruang kerjanya. Hanya saja ia mengingat, kalau Anna masih lemah kondisinya, setelah ia mencoba kabur darinya.Ia berjalan menuju jendela ruang kerja berdiri tepat di depannya, sambil memandang keluar dengan tangan berada dalam saku celana.Anna merapikan kancing bagian depan gaun yang dipakainya. Ia tidak menyadari sama sekali, kalau Ray melepas dua buah kancing kemejanya.Dipejamkannya mata, sambil mengatur napas yang terdengar memburu di telinganya. Dan itu semua, karena apa yang sudah dibangkitkan Ray dalam dirinya. Namun, walau tubuhnya menginginkan Ray, ia tidak dapat menyangkal, kalau rasa sakit itu masih ada.‘Apa Ray hanya berpura-pura saja mengatakan ia menyayangiku hanya agar diriku menjadi luluh dan berhenti berusaha pergi dari hidupnya?’ batin Anna.“Sepertinya permintaanku untuk bekerja di sini
Sekretaris Ray yang sebelumnya mencoba merayu Ray menjadi terkejut mendengar kata istri. Ia memandangi Anna, yang penampiilannya di mata sekretaris itu, seperti tikus yang kecebur got. “Tentu saja, Tuan! Saya akan melakukannya.”Ray berjalan kembali menuju ruangannya, sambil menggenggam jemari Anna. Ia tidak menyadari perubahan ekspresi wajah Anna, setelah melihat tatapan dari sekretarisnya.Anna memandangi gaun yang ia pakai, gaun itu memang gaun pilihannya sendiri, dengan harga yang ia beli sesuai kemampuan dan ia sengaja memakainya untuk menunjukkan pemberontakkan dirinya kepada Ray.Ia tidak menduga akan mendapat reaksi tidak menyenangkan dari wanita yang Ray panggil sebagai sekretaris. Melihat dari cara berpakaian wanita itu, yang terlihat anggun dan mahal. Anna menjadi tidak percaya diri bersanding dengan Ray.Ia merasa dirinya begitu kecil dan rendah di mata wanita itu. Pikirannya yang melamun membuat ia tidak menyadari, kalau mereka sudah masuk ruang kerja Ray.“Kita mandi ber
Anna menatap Ray dengan dingin, ia sudah tahu, kalau suaminya itu seorang play boy, tetapi tetap saja mendengar pengakuan langsungnya terasa menyakitkan. “Apakah, setelah kita menikah kau juga masih tidur dengannya?” Tanya Anna, dengan suara tercekat.Ray mengamati wajah Anna dengan lekat, ia dapat melihat kesedihan membayang di mata dan wajahnya. Dirinya yang pada awalnya hendak bersikap acuh, dengan tidak memberikan jawaban dari pertanyaan Anna jdi merasa iba kepadanya.Ia beranjak dari tempatnya berdiri menghampiri Anna. Ia memperlihatkan jarinya yang memakai cincin kawin. “Semenjak menikah diriku tidak pernah lagi menyentuh wanita lain.”“Bagaimana dengan mantan istrimu? Mengapa ia selalu saja mengusik rumah tangga kita? Apakah kau suatu hari nanti berpikir untuk kembali bersama dengannya?” Tanya Anna, merasa mendapatkan angin untuk menanyakan hal itu.Ray menarik napas dalam-dalam ternyata Anna masih saja mempertanyakan persoalan tentang Claire. Ia sudah tidak ingin membahas soal
Anna mengerjapkan matanya yang mengembun, ia tidak menyangka, kalau Ray memperhatikan dirinya. “Saya hanya memikirkan asyiknya bermain salju.”Ray melayangkan tatapan menyelidik kepada Anna, ia merasa ada yang disembunyikan oleh Anna dan ia tidak mau mengatakan kepadanya. “Kau sudah tidak sabar untuk bermain salju, apakah itu permintaan dari bayi yang sedang kau kandung?” Tanya Ray.Secara otomatis tangan Anna terulur untuk menyentuh perutnya, begitu mendengar apa yang dikatakan oleh Ray. “Sepertinya memang begitu.”Ray menghela napasnya, ia mengatakan kepada Anna, karena tidak mau bayi yang ada dalam perut Anna terus merengek untuk bermain salju. Ia akan membawa Anna sekarang juga untuk bermain.Keduanya bangkit dari duduk mereka berjalan menuju halaman rumah, yang sudah tertutup oleh salju.Anna mulai mengumpulkan butiran salju untuk ia bentuk menjadi boneka, Sementara Ray hanya diam saja, ia merasa usianya yang sudah lebih dari 40 tahun tidak pantas bermain boneka salju.“Ayolah, R