Jason berdehem, seperti ada sesuatu yang tersangkut di tenggorokannya. Perlahan ia memberanikan diri menatap mata Rosie dan berkata, “Michael mengundurkan diri!”
Rosie tertegun, ia tak meyakini pendengarannya barusan. Michael mengundurkan diri? Apa maksudnya? Mengapa Michael tak pernah menyinggung masalah ini sebelumnya?“Mengundurkan diri? Apa alasannya?” suara Rosie terdengar bergetar di telinga Jason.“Penyakit yang diderita adiknya semakin parah, Michael ingin menemaninya sepanjang waktu!”kata pria itu beralasan.Alasan itu tidak sepenuhnya bohong, kondisi Jonas saat ini sangat mengkhawatirkan karena tubuhnya semakin lemah dan kemoterapi tidak dapat dilakukan dengan kondisi seperti itu.“Baiklah, aku akan menghubunginya nanti. Terima kasih sudah mengabariku!”Rosie memaksakan senyum hingga terlihat sangat kaku.Jason mengeluh dalam hati, sebenarnya ia tidak suka dihadapkan pada situasi romansa sedih. Tetapi Richard dan MRosie menahan diri tidak berteriak memaki, tidak juga berlari mendatangi dan menampar Michael. Ia hanya berdiri seperti patung manekin dengan tangan terkepal di kedua sisi tubuh rampingnya.Sejenak Rosie bingung tak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya. Antara tetap menyampaikan tentang berita kehamilan atau berlalu pergi saja. Tetapi bagaimana mungkin meminta pertanggungjawaban pada pria yang sudah memiliki kekasih?Akhirnya Rosie memilih jalan kedua, ia berbalik lalu berlari meninggalkan tempat itu.Michael tertegun dengan ciuman tiba-tiba yang mendarat lembut di bibirnya, ia bahkan tak sempat bereaksi karena berusaha menganalisa apa yang sedang terjadi. Ketika lidah Samantha bergerak menyapu bibirnya, memaksa untuk masuk, di situlah Michael tersadar dan segera menjauhkan diri serta mendorong bahu Sam.“A-apa yang kamu lakukan, Sam?” Michael menatap dokter cantik di depannya tak mengerti.Tiba-tiba ekor mata Michael menangkap bayangan seseorang yang berjalan menjauh di sisi k
“Kau datang hanya untuk merusak kebahagiaanku, Richard?” Rosie menatap Richard kesal. “Mengapa tidak kau urusi saja kebahagiaanmu sendiri?”Richard mendekati Rosie namun mantan istrinya malah surut beberapa langkah menjauh.“Kau tidak mengerti siapa dia sebenarnya, Rosie!” kata Richard serius. “Dia tidak sebaik yang kau kira!”“Lalu kau sendiri apa, hah?” bentak Rosie mulai tersulut emosi. “Jangan seperti maling teriak maling!”“Aku sadar bukan suami yang baik, tetapi aku juga tak ingin kau terjerumus ke lubang yang sama!” Richard bersikukuh, menjadikan kesabaran Rosie makin menipis.“Sekian tahun menikah, kau tak pernah peduli padaku. Sekarang setelah bercerai, tiba-tiba ingin jadi malaikat penolong. Sungguh lucu!” Rosie tersenyum sinis. “Sebaiknya kita tidak usah bertemu lagi, atau aku akan menuntutmu karena perbuatan tidak menyenangkan!”Rosie menggandeng tangan Michael yang sejak tadi hanya diam mematung, mengajaknya pergi meninggalkan tempat itu.“Rosie, aku …,” Michael mencoba b
Michael duduk di samping ranjang tempat Jonas berbaring tidur, hatinya diliputi kebimbangan. Donor transplantasi sumsum tulang belakang untuk adiknya telah ditemukan, namun saat ini ia tak memiliki uang untuk membayar biaya operasi transplantasi tersebut. Richard tidak hanya mencabut bantuan dana untuk biaya pengobatan Jonas, CEO Eddison Company itu juga menuntut ganti rugi sebesar 300 ribu dollar atas biaya rumah sakit yang pernah ia keluarkan sebelumnya. Jalan satu-satunya adalah meminta pertolongan kepada ayah biologisnya, George. Tetapi apakah laki-laki yang dibencinya setengah mati itu akan menolong setelah ia tolak dengan kasar beberapa waktu lalu. Dengan tangan gemetar ia mencoba menghubungi George melalui ponselnya, tetapi baru saja mengucapkan Hallo ketika tiba-tiba dua orang pria berpakaian polisi memasuki kamar rawat inap tanpa permisi. “Anda yang bernama Michael?” tanya seorang yang bertubuh tinggi tegap. Begitu Michael mengangguk, polisi itu langsung meringkusnya. “
“Kebetulan kau datang, Richard!” Michael menanggapi ejekan Richard dengan tenang, tanpa emosi. “Ada yang ingin aku selesaikan denganmu!”“Aku juga,” Richard menatap Michael dengan kebencian menyala. Ia menoleh pada Jason yang sedari tadi memperhatikan mereka berdua, “Kau yang sampaikan padanya, Jason!”Jason mendekati Richard dan berbicara dengan suara lirih, “Rosie telah membayar seluruh hutangmu pada Richard, sekarang kau tidak perlu mencemaskan masalah ini lagi!”Michael tertegun, ia tak menyangka wanita yang tak mau memaafkan kebohongannya masih sudi menolong mengatasi masalah.“Dia tak perlu melakukannya untukku, bisakah kau mengembalikan uang ini kepadanya?” Michael merobek selembar cek dan memberikan kepada Jason.“Kau mendapat uang dari mana?” Jason menatapnya heran.“Kau tak perlu tahu, aku hanya minta tolong kembalikan uang ini kepada Rosie. Aku sudah cukup menyusahkannya, tak akan kulakukan lagi!” ucap Michael, namun Jason menggeleng sembari menyerahkan lembaran cek itu kem
Dalam keheningan ruang tunggu yang hanya sesekali terputus oleh suara langkah-langkah kaki, Michael dan Abigail duduk menunggu dengan gemetar. Dinding-dinding putih rumah sakit yang seharusnya memberikan kesan bersih dan tenang, kali ini seolah suram dan menegangkan.Di balik pintu ruang operasi, anggota keluarga kesayangan, Jonas sedang berjuang antara hidup dan mati.Kata Samantha, Jonas tiba-tiba mengalami pendarahan di otak. Dokter bedah sedang melakukan operasi untuk menghentikan pendarahan dan membuat kondisi anak laki-laki itu stabil kembali.“Mich, apapun yang terjadi pada Jonas … kau harus tabah!” Abigail mengelus bahu Michael yang sedari tadi berguncang karena tangis.Dokter sudah mengatakan kepada mereka sebelum masuk ke ruang operasi untuk bersiap dengan risiko terburuk. Michael menolak menerima risiko itu, Jonas harus tetap hidup.“Mengapa Ibu bilang begitu? Bukankah sudah kukatakan Jonas akan sembuh? Aku sudah mendapatkan uang, kita pasti bisa menebus nyawanya!” sergah M
Di hari minggu yang cerah, pesta pernikahan Richard dan Sasha dengan nuansa alam terbuka sedang berlangsung. Sasha terlihat begitu bahagia, senyuman tak kunjung pupus dari bibir. Ia tampil bak seorang putri negeri dongeng, gaun pengantin mermaid yang dikenakan menyempurnakan penampilan. Pernikahan ini adalah yang ditunggu-tunggu, kini dirinya tidak akan lagi disebut pelakor atau orang ketiga. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Nyonya Eddison.Tetapi tidak demikian dengan Richard, seharian berwajah murung. Ia berusaha tersenyum di depan Sasha, namun pikirannya carut marut.Di hari istimewanya, sahabat yang selalu setia tidak bersedia datang maupun sekedar menelepon mengucapkan selamat. Richard mencoba menghubungi beberapa kali namun tak ada tanggapan. Rasa kehilangan tentu saja ada, bahkan sangat kental. Ia bukan hanya kehilangan sahabat, tetapi juga partner kerja.Selesai pemberkatan nikah, Sebastian White -ayah Rosie- menghampiri Richard. Wajahnya sangat dingin dan tidak b
Lima tahun berlalu, di kota Seattle. Seorang bocah laki-laki kecil sedang berlarian keluar dari gedung sekolah, rambut ikalnya bergoyang tertiup angin. “Ronald!” langkah si kecil terhenti ketika seorang guru pria memanggilnya dari belakang. “Ya, Pak Tim?” Ronald kecil memutar tubuh menghadap gurunya yang bernama Timothy. “Kau melupakan kotak makan siangmu di bangkumu lagi!” Tim menggoyang-goyangkan tempat makan Ronald seraya menghampiri. “Terima kasih, Pak!” Ronald tersenyum saat menerima kotak makan bergambar 'lilo and stitch' kembali. Tim membantu memasukkan kotak tersebut ke dalam ransel yang disandang si kecil. Tim mengangkat dagu ke depan, melambai ke arah seorang wanita cantik yang menunggu Ronald di dalam mobil hatchbacknya. Ia menggandeng tangan Ronald berjalan ke arah mobil. “Hi, Mommy!” Ronald menyapa wanita itu. “Hi, Sayang!” Wanita itu tersenyum lebar, dengan sabar menunggu Tim membuka pintu mobil dan pria kecilnya memanjat masuk ke dalam mobil mereka. “Bagaimana
Keputusan Rosie pulang kembali ke New York setelah lima tahun semata-mata karena ingin mengunjungi ayahnya yang sakit-sakitan. Hubungan mereka sudah sangat buruk sebelum akhirnya ia memilih pergi waktu itu. Kini saatnya memaafkan sekaligus memperkenalkan Ronald kepada kakeknya. Berdiri berhadapan di lobi sebuah hotel milik Sebastian yang tersisa, Rosie merasa canggung. Ayahnya seperti orang asing, dengan rambut berwarna perak, tubuh ringkih dan tongkat yang ia gunakan untuk membantunya tetap tegak berdiri. Apa yang telah Sebastian alami selama lima tahun ini sepertinya sangat berat untuk ia lalui sendirian. “Apakah dia … cucuku?” suara serak Sebastian menyadarkan Rosie. Wanita itu mengangguk lalu membungkuk menatap mata putranya. “Ronald, dia adalah kakekmu!” Rosie menunjuk Sebastian. Anak laki-laki berusia empat tahunan itu menoleh ke arah kakeknya, mata hijaunya berkilat. Setelah mendapat izin dari Rosie, Ronald berlari ke arah Sebastian. Sebastian tak bisa berjongkok untuk m
Dalam keheningan ruangan yang hanya terisi suara gemerisik gaun satin, Rosie berdiri bagai patung lilin, indah namun bagai tanpa nyawa. Cahaya lampu di atas kepala menyorot lembut menciptakan kilauan pada renda dan kain satin yang membalut tubuh rampingnya.Tiba-tiba pintu terayun terbuka, terdengar suara langkah kaki berbalut sepatu high heels memasuki ruangan lalu disusul suara wanita yang terperangah sekaligus terpesona.“Wow, cantik sekali!” pekik Selena memandang sepupunya dari atas ke bawah berulang kali seolah tak pernah puas mengagumi. Tetapi kemudian wajah bahagianya berubah manyun menyadari ekspresi Rosie yang kaku tanpa keceriaan di dalamnya.“Kau ini kenapa? Ini hari pernikahanmu, harusnya bahagia bukan cemberut seperti nenek-nenek tua!” omel Selena, “Tariklah ke atas bibirmu itu!”Rosie berusaha menarik bibirnya ke atas seperti saran Selena, menciptakan senyuman miring yang tak sedap dipandang.“Jelek sekali, ingat … Ini momen terbaikmu!” keluh Selena, diraihnya tangan Ro
Keputusan menikah Michael dan Rosie mendapatkan sambutan yang positif dari banyak pihak, terutama Sebastian. Pria tua itu sangat lega karena putrinya bersedia menikah dengan pengusaha kaya raya. Ia lega bukan hanya karena bisnis Keluarga White akan membaik, tetapi juga anak dan cucunya akan memiliki sebuah keluarga utuh.Rosie sendiri berusaha untuk berpura-pura bahagia di depan Sebastian, ia tak ingin ayahnya berduka yang akan mempengaruhi kesehatan pria yang sudah tak muda lagi itu. Namun sesungguhnya jauh di dalam hati, Rosie mengalami pergumulan batin. Antara dendam, kebencian, dan cinta. Ia membenci Michael dengan sepenuh hati, ingin membalas dendam atas kebohongan yang pernah ditorehkan pria itu kepadanya. Tetapi wanita itu juga takut akan jatuh cinta lagi pada ayah kandung Ronald, karena jujur ia belum bisa melupakan Michael. Namun Rosie merasa sedikit lega karena Michael bersikap acuh tak acuh padanya semenjak kesepakatan mereka untuk menikah. Pria itu hanya datang ke aparte
“Aku ada ide!” Tiba-tiba Selena menjentikkan jari, bibirnya menyunggingkan senyuman lebar. “Ide apa, Lena?” Rosie menjadi penasaran, ia harus akui Selena memiliki ratusan ide, meskipun kebanyakan dari idenya terbilang ekstrim.“Bagaimana kalau kau turuti saja persyaratan yang diminta Michael pada ayahmu?” usul Selena, dan sebelum sepupu berambut pirang itu memprotes, ia menempelkan telunjuknya ke bibir Rosie.“Coba pikirkan, bila kau setuju menikah dengan Michael. Pertama, hotel yang didirikan Sebastian akan terselamatkan dan kau bisa mengembangkannya menjadi hotel yang maju. Kedua, Ronald memiliki seorang ayah seperti yang selama ini selalu diimpikan. Ketiga, Sebastian memiliki semangat hidupnya kembali!” papar Selena, mata coklatnya berbinar penuh semangat.“Aku membenci laki-laki itu, Lena!” sergah Rosie cepat. “Aku tidak mau jatuh kedua kali padanya, sakit sekali rasanya.” “Kalau kau memang membencinya, mengapa takut jatuh cinta?” tantang Selena memprovokasi. “Lakukan balas dend
Sebastian menatap Rosie dalam-dalam, ada guratan kecewa di matanya. “Hanya ini jalan satu-satunya untuk menyelamatkan hotel ibumu, Rosie!” suara Sebastian terdengar serak. “Tidak ada seorangpun yang sudi mengeluarkan uang untuk usaha kita ini, hanya dia yang mau menolong!” “Michael bukan menolong, Ayah!” sergah Rosie marah, “Dia menginginkan timbal balik, dan aku tak akan memberikan diriku padanya!” “Ayah mohon kau mau mempertimbangkannya, demi masa depanmu dan Ronald!” pinta Sebastian, suaranya nyaris memelas. “Tidak ada yang perlu dipertimbangkan, Ayah!” tegas Rosie, mata birunya berkilat-kilat. “Aku sudah tidak mau Ayah jadikan alat pembayaran untuk mencapai kesuksesan. Dulu Ayah sudah menjualku pada keluarga Eddison untuk penyatuan dua perusahaan besar, sekarang menjualku pada Bridgewood? Aku bukan pelacur!” Napas Rosie memburu dilanda emosi yang sangat hebat. Ia ingin menangis dan meraung namun sadar saat ini harus tegar dan kuat. Aku tak akan membiarkan siapapun menyakiti h
Sebastian menatap punggung kursi direktur di depannya dengan rasa penasaran yang tinggi. Pria tua ini tak mengerti dan sedikit tersinggung mengapa George Jr. tidak menyambut dan menampakkan diri di depannya.Apakah benar dugaan Rosie, pebisnis macam George Bridgewood mustahil bersedia bekerja sama dengan keluarga White yang berada di ambang kebangkrutan?“Hal penting apakah yang ingin Anda bicarakan dengan saya, Tuan George Junior?” Sebastian memberanikan diri bertanya seraya membenarkan posisi duduk yang terasa tak nyaman. Ia bersiap untuk menerima kemungkinan terburuk , karena sudah beberapa kali mengalaminya. Ya, penghinaan kerap pria tua itu terima saat menawarkan kerja sama karena dianggap datang hanya untuk meminjam uang. Bila hari ini ia menerima penghinaan itu lagi, baginya semua telah berakhir.“Saya ingin menyuntikkan dana untuk merenovasi kembali hotel Anda dan membantu pemasaran agar hotel tersebut bangkit kembali dan jaya seperti dulu.”“Benarkah Anda mau melakukan itu?”
“Rosie, tunggu!” Michael berusaha mengejar Rosie yang berjalan tergesa menuju mobilnya yang terparkir tak jauh dari supermarket sambil menggandeng Ronald .“Rosie, jangan abaikan aku!” Michael berhasil menangkap lengan Rosie dari belakang, namun wanita berambut pirang itu menyentakkannya dengan marah.“Jauhi aku dan anakku!” desis Rosie dengan nada mengancam. Michael menoleh pada Ronald yang bersembunyi di belakang kaki jenjang wanita itu, seolah kaki-kaki itu dapat membuatnya tak terlihat.“Apakah dia anakku?” bisik Michael, matanya berkaca-kaca. Ia tak ingin menangis, tetapi melihat sosok kecil yang merupakan copy dirinya sungguh pemandangan yang mengharukan.“Ronald, masuk ke mobil cepat!” perintah Rosie pada putranya. Ronald berlari masuk ke dalam mobil dengan patuh.“Aku harap tidak perlu melihatmu lagi, karena kalau sampai kau berani mendekati kami, aku akan memanggil polisi!” ancam Rosie lagi.“Kau tega memisahkan aku dari anak kita!” Suara Michael terdengar kecewa. “Seharusny
Keputusan Rosie pulang kembali ke New York setelah lima tahun semata-mata karena ingin mengunjungi ayahnya yang sakit-sakitan. Hubungan mereka sudah sangat buruk sebelum akhirnya ia memilih pergi waktu itu. Kini saatnya memaafkan sekaligus memperkenalkan Ronald kepada kakeknya. Berdiri berhadapan di lobi sebuah hotel milik Sebastian yang tersisa, Rosie merasa canggung. Ayahnya seperti orang asing, dengan rambut berwarna perak, tubuh ringkih dan tongkat yang ia gunakan untuk membantunya tetap tegak berdiri. Apa yang telah Sebastian alami selama lima tahun ini sepertinya sangat berat untuk ia lalui sendirian. “Apakah dia … cucuku?” suara serak Sebastian menyadarkan Rosie. Wanita itu mengangguk lalu membungkuk menatap mata putranya. “Ronald, dia adalah kakekmu!” Rosie menunjuk Sebastian. Anak laki-laki berusia empat tahunan itu menoleh ke arah kakeknya, mata hijaunya berkilat. Setelah mendapat izin dari Rosie, Ronald berlari ke arah Sebastian. Sebastian tak bisa berjongkok untuk m
Lima tahun berlalu, di kota Seattle. Seorang bocah laki-laki kecil sedang berlarian keluar dari gedung sekolah, rambut ikalnya bergoyang tertiup angin. “Ronald!” langkah si kecil terhenti ketika seorang guru pria memanggilnya dari belakang. “Ya, Pak Tim?” Ronald kecil memutar tubuh menghadap gurunya yang bernama Timothy. “Kau melupakan kotak makan siangmu di bangkumu lagi!” Tim menggoyang-goyangkan tempat makan Ronald seraya menghampiri. “Terima kasih, Pak!” Ronald tersenyum saat menerima kotak makan bergambar 'lilo and stitch' kembali. Tim membantu memasukkan kotak tersebut ke dalam ransel yang disandang si kecil. Tim mengangkat dagu ke depan, melambai ke arah seorang wanita cantik yang menunggu Ronald di dalam mobil hatchbacknya. Ia menggandeng tangan Ronald berjalan ke arah mobil. “Hi, Mommy!” Ronald menyapa wanita itu. “Hi, Sayang!” Wanita itu tersenyum lebar, dengan sabar menunggu Tim membuka pintu mobil dan pria kecilnya memanjat masuk ke dalam mobil mereka. “Bagaimana
Di hari minggu yang cerah, pesta pernikahan Richard dan Sasha dengan nuansa alam terbuka sedang berlangsung. Sasha terlihat begitu bahagia, senyuman tak kunjung pupus dari bibir. Ia tampil bak seorang putri negeri dongeng, gaun pengantin mermaid yang dikenakan menyempurnakan penampilan. Pernikahan ini adalah yang ditunggu-tunggu, kini dirinya tidak akan lagi disebut pelakor atau orang ketiga. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Nyonya Eddison.Tetapi tidak demikian dengan Richard, seharian berwajah murung. Ia berusaha tersenyum di depan Sasha, namun pikirannya carut marut.Di hari istimewanya, sahabat yang selalu setia tidak bersedia datang maupun sekedar menelepon mengucapkan selamat. Richard mencoba menghubungi beberapa kali namun tak ada tanggapan. Rasa kehilangan tentu saja ada, bahkan sangat kental. Ia bukan hanya kehilangan sahabat, tetapi juga partner kerja.Selesai pemberkatan nikah, Sebastian White -ayah Rosie- menghampiri Richard. Wajahnya sangat dingin dan tidak b