Flashback On Tinn Tinn Tinn Tinn Tinn Tinn "Rey, hentikan mobilnya." Zafier mengeluarkan ponsel, melepas seatbelt dan mengedarkan pandangan, mencoba melihat di antara derasnya hujan di luar. "Shine di sekitar sini." "Aku tidak bisa melihat dengan jelas bos," Rey ikut mengedarkan pandangan. "Aku akan melacaknya. Lebih cepat menemukannya dari pada harus mencari lagi." Zaf terlihat serius menatap layar ponsel, mobil masih berada di sekitar area perkantoran dan hujan turun semakin deras. Saat Zaf menemukan titik koordinat Shine, helaan napasnya terdengar. "Halte." "Malam-malam begini?" Zaf menyimpan ponsel di saku celana, melepas jasnya menyisakan kemeja dan menggulung lengannya. "Aku akan ke sana hanya sekedar untuk mengeceknya. Sepertinya aku tahu kenapa dia ada di sana." "Halte masih satu blok di depan sana bos." "Dia akan memgamuk kalau melihatku menguntitnya. Aku hanya akan mengecek. Kau tunggu saja teleponku." "Baik bos." Rey menyerahkan payung hitam dan Zaf keluar dari mo
"Aku menyebutnya jebakan bunuh diri."Aldrick mengerutkan kening, Rey mendengarkan dengan seksama, Zaf melihat ke arah luar saat mereka berada di dalam pesawat menuju London setelah meninggalkan Napoli. Mengabaikan rasa nyeri di wajah dan beberapa bagian tubuhnya yang memar."Kau gila ya?!!" Ucap Aldrick berang. "Ini sangat beresiko dan lihat apa akibatnya."Zaf menyandar di kursi dan menghela napas, menatap Aldrick. "Itulah kenapa aku sebut ini bunuh diri karena aku sudah muak dengan orang-orang yang mencoba untuk mencari celah dan menjadikan Shine sebagai sasarannya. Sudah beberapa kali aku mendapati seseorang mengikutinya diam-diam. Yang mereka inginkan itu kehancuranku. Aku tidak bisa tinggal diam lebih lama dan terbuktikan sekarang firasatku. Mereka bergerak cepat.""Jadi, semua ini sudah kau rencanakan?" Tanya Aldrick, tidak habis pikir. "Aku sengaja mengganti ID Card Shine, memasukkan semacam kode di dalamnya untuk bisa mengakses lebih jauh ke dalam sistemku. Istilahnya semaca
"Ini—" Shine menatap tidak percaya tiga benda yang disodorkan Aldrick di depan matanya. Tanpa sadar, tangannya bergetar hebat, air matanya merebak saat mencoba mengambil seuntai kalung yang dia hapal mati. Kalung milik Abigail. Shine menangis saat menggenggam kalung itu seakan Abigail-lah yang sedang dia peluk. "Zaf mendapatkan informasi kalau Abigail ada di Italia—" Shine mengangkat pandangan dengan mulut terbuka. "Kemarin kami pergi ke sana untuk memastikannya dan memang benar kalau saudara kembarmu ada di sana dan ini buktinya." Aldrick menunjuk kalung Abigail. "Zaf tidak bisa membawamu karena itu terlalu beresiko. Saat ini Abigail sudah menjadi istri dari Mafia Italia dan berbahaya jika mendekatinya." "Mafia?" Tanya Shine tidak percaya. Aldrick mengangguk, menyandar di kursi salah satu cafe yang tidak terlalu ramai. "Zaf mengambil resiko besar datang ke sana dan yah kau bisa lihat sendiri wajah memar-memar kami ini tapi untung saja tidak sia-sia karena Zaf bisa bertemu deng
George Bush Center for Intelligence Kompleks Markas CIA, Fairfax County, Virginia, Amerika Serikat "Akhirnya kita berjumpa lagi Zafier Gaster." Zafier berbalik, membelakangi dinding kaca di dalam ruangan luas seperti apartemen di salah satu gedung yang ada di kompleks Markas CIA. Zaf mengangkat dagunya, memasukkan kedua tangannya ke saku celana dan memperhatikan laki-laki paruh baya yang baru saja duduk di sofa. "Kau kelihatan lebih tua dari terakhir kali kita bertemu, Trav." Travis, perwakilan CIA itu mendengus. "Tapi juga nampak berseri-seri." "Binggo." Travis memberikan jempolnya. "Kau datang di saat yang sangat tepat karena aku butuh pengakuan saat ini. Ketika aku mendapatkan laporan tentangmu, hal pertama yang aku lakukan adalah tersenyum lebar. Akhirnya, aku memiliki alasan kuat menahanmu di sini dan setelah itu, kurang dari dua puluh empat jam aku mengutus anak buahku menjemputmu dan sekarang kita bisa saling bertatap wajah. Aku sungguh beruntung." "Apa segitu besarnya ke
2 Tahun kemudian,Jakarta, IndonesiaShine memejamkan mata, mencoba meredakan gemuruh jantungnya yang menderu, digenggamnya erat buket bunga cantik yang menyebarkan aroma semerbak dan berdoa sesaat lalu menghembuskan napas panjang seraya membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah wajahnya sendiri yang sudah dipoles cantik rupawan. Manik matanya berbinar di balik Veil brokat seputih gading dengan hiasan bunga di tepiannya lalu memperhatikan penampilannya secara keseluruhan.Gaun putih two piece berbahan sutera dengan atasan off shoulders dan rok yang mengembang dibagian bawahnya. Perpaduan kuat antara klasik dan juga modern yang dihiasi detail ukiran rumit penuh bunga di setiap sisinya. Tiara di kepala melengkapi penampilannya yang sempurna dalam balutan gaun pengantin yang terasa nyaman dia kenakan."Shine, Ayo."Shine menoleh, memperhatikan penampilan Andrew yang gagah seperti biasanya tapi ekspresinya nampak aneh. "Kenapa wajahmu kesal begitu?"Andrew menyodorkan lengannya yan
Hidupnya berubah 180 derajat sejak hari itu.Beberapa minggu, dia lebih banyak diam menghayati rasa penyesalannya tapi setelah bertemu dengan Azalea dan bekerja untuknya, memperhatikan kehidupan wanita cantik itu yang begitu sempurna karena memiliki seorang suami yang saat pertama kali bertemu dulu membuatnya hampir kena serangan jantung. Seorang drummer band Internasional yang sangat tampan, muda dan rupawan. Shine memang jarang menonton tayangan televisi tapi dia tahu dengan jelas siapa Valen Ackerman.Shine seperti mendapatkan pencerahan sampai akhirnya dia mengambil keputusan untuk merubah hidupnya dan bertransformasi dari seorang Shine Aurora yang bukan siapa-siapa menjadi seorang Shine Aurora yang dikenal sebagai seorang model, brand Ambasador produk kecantikan juga perhiasan. Semua itu tidak lepas dari bantuan Azalea yang seperti sengaja didatangkan Tuhan untuk membantunya bangkit dan survive. Itulah kenapa, Azalea seperti panutan baginya. Wanita yang mau berbagi ilmu yang dimi
Markas CIA, Fairfax County, Virginia , Amerika "Kami berhasil menangkap buronan besar yang selama tujuh tahun ini menjadi incaran CIA karena tindak kejahatannya sebagai penjual senjata tajam ilegal dan pembunuh berdarah dingin di wilayah Amerika dan Eropa. Bakat menghindarnya yang ahli membuat kami membutuhkan waktu lama untuk menangkapnya tapi berkat kerja keras tim, semua pengorbanan itu terbayar saat akhirnya kami berhasil memenjarakannya di tempat berkeamanan tinggi. Saya selaku ketua operasi misi ini, Travis Acgory, bahagia bisa mengumumkan berita ini—" Seseorang mematikan suara televisi layar datar, membiarkan saja gambarnya bergerak-gerak di sana. "Dia terlihat bahagia sekali," decak seorang wanita. "Laki-laki tua yang ambisius. Akhirnya misi yang membuatnya seperti lelaki gila berhasil dia selesaikan dengan kemenangan meskipun yah, dia hanya membutuhkan semua pengakuan dan ucapan selamat itu." "Biarkan saja dia menikmati apa yang dia inginkan selama ini." Zafier memasukka
Zafier berdiri di bawah sinar matahari yang menyinari Malibu saat sore dari balkon beach house pribadinya. Mata biru pucat dibalik kacamata hitamnya memandang lurus ke arah pantai. Selama seminggu ini dia berdiam diri di sana hanya untuk menenangkan diri sebelum nantinya kembali mengurus banyak hal yang dulu ditinggalkannya. Hal pertama yang dia tanyakan pada Rey adalah kabar sunshine-nya dan lega saat mengetahui dia baik-baik saja dan bahagia menjalani kehidupan tanpanya. Zaf berusaha menahan diri untuk tidak langsung terbang ke Indonesia, berdiri di depan rumah Shine dan akan langsung memeluknya saat bertemu. Zaf benar-benar berupaya keras agar tidak melakukannya. Selama dua tahun, dia hanya berada di dalam sana. Tidak ada yang bisa dia lakukan bahkan bertukar kabar dengan Rey. Hanya orang tuanya yang datang berkunjung meski hanya Maminya. Bisa melihat dunia di belahan bumi lain tapi tidak bisa melakukan apapun untuk menyalurkan rindunya pada Shine. Zaf benar-benar frustasi. Berj