Share

Bab 38

Penulis: Layla Mumtazah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Berhentilah untuk bermimpi memilikiku karena kita tak akan pernah kembali bersama. Semua telah usai terbawa arus ombak."

Layla Mumtazah.

***

Alesha yang sore ini telah bersiap-siap untuk menyambut kedatangan sang suami, begitu bingung saat tiba di ruang tamu. Semua keluarga telah berkumpul sambil memakan cemilan, tumben sekali. Hanya Abizar dan Ansyar yang belum terlihat saat ini.

"Sha, sini duduk," pinta Ummi. "Kami sedang mencicipi kue buatan Arum, katanya dia sedang mencoba resep baru."

Alesha mengangguk, ia segera duduk di samping Ummi dan ikut menikmati kue buatan sang kakak ipar.

"Bagaimana Ummi, enak gak?" tanya Arum yang berdiri sambil memegang nampan.

"Enak, Ummi suka. Enak 'kan, Sha?" tanya Ummi ke Alesha.

Alesha menoleh sambil tersenyum lalu mengangguk.

"Setelah ini akan ada hidangan lagi, tapi menunggu Abinya Nisya dan Abizar datang," ucap Arum lalu segera pergi ke dapur.

Alesha tak mengambil pusing hal itu, ia hanya ingin menyambut sang suami saat ini. Apalagi ia telah b
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 39

    "Kamu tak akan bisa mempertahankan dia yang tak ingin dipertahankan."Layla Mumtazah***Pemuda berbaju koko dan sarung coklat muda bercorak batik putih itu menarik perhatian Arum. Gadis itu jatuh cinta saat pertama kali tak sengaja bertemu dengannya di aula pesantren.Tatapan mata Arum tak pernah lepas dari pemuda itu. Ia hanya bisa tersenyum sendiri saat memperhatikannya, cinta dalam diam itu pun tanpa ia sadari tumbu semakin besar setiap harinya."Dari siapa?" tanya Arum.Fatimah menggeleng. "Dia gak sebut nama, tapi aku tahu orangnya," jawab Fatimah.Keduanya lalu duduk di tepi tempat tidur. Fatimah mulai merapikan baju-bajunya di lemari karena hari ini ia akan pulang.Arum mulai membuka surat pernyataan cinta, cinta dari seorang pemuda yang tak ia kenal, tetapi isi surat itu mampu meluluhkan hatinya."Apa isinya?" tanya Fatimah penasaran setelah selesai dengan barang-barangnya.Arum hanya diam, ia sibuk membolak-balik kertas itu, tetapi tak ada nama sang pengirim. Tentu saja hal

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 40

    "Aku berharap ini adalah rasa sakit untuk terakhir kalinya."***"Atasi mereka!" Abizar segera menaiki anak tangga ke lantai dua setelah mengatakan itu pada anak buahnya.Laki-laki berdada bidang itu tak main-main dengan ucapannya saat ini. Baginya Alesha adalah sang istri yang harus ia jaga, apalagi dari seorang Excel yang bisa melakukan apa saja.Braaak!Pintu ruang kerja itu terbuka dengan sekali tendang karena memang tak terkunci, sementara anak buah Excel yang telah babak belur itu jatuh pingsan setelah menunjukkan ruang kerja sang bos.Excel yang terkejut menatap ke arah pintu yang telah terbuka, melihat Abizar berdiri dengan gagahnya di ambang pintu sambil membawa kotak dan buket bunga. Laki-laki berhidung mancung itu kemudian melangkah mendekati meja kerja Excel.Mata Abizar seperti elang yang siap menerkam sang mangsa, laki-laki itu lalu meletakkan kotak dan buket bunga di atas meja."Apa ini?" Excel bingung, atau tepatnya pura-pura lugu."Aku rasa kamu tahu apa ini!" Dengkus

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 41

    "Takdirmu adalah dia, sementara takdirku adalah luka."Layla Mumtazah***"Aku mencintaimu," ucap Abizar lembut di telinga Alesha.Alesha tersenyum dengan begitu manis mendengar hal itu. "Aku juga mencintaimu," jawabnya lalu membenamkan wajah di dada Abizar.Kedua insan itu kini terbaring letih setelah selesai dengan aktivitas yang baru saja mereka lakukan bersama. Abizar mengecup pucuk kepala sang istri sebelum akhirnya mereka terlelap tidur.***Sinar mentari masuk ke celah-celah ventilasi udara, membuat perempuan berkulit putih itu segera meraih bantal di sampingnya untuk menutupi wajah sementara jam dinding di kamar besar itu terus berjalan, tetapi si pemilik belum juga ingin beranjak dari tempat tidur, hingga suara dering telepon membuatnya terpaksa bangun."Hallo," ucapnya malas setelah meletakkan ponsel di telinga."Ayo, kita bertemu pagi ini."Mendengar suara itu membuat perempuan berambut panjang itu segera membuka mata, ia bahkan langsung duduk di atas tempat tidur seketika.

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 42

    "Kuakui aku tak rela melihatmu dekat dengan siapa pun walau aku telah merelakanmu."Layla Mumtazah***"Bi ... tolong ambilkan handuk," pinta Abizar.Alesha yang tengah merapikan tempat tidur, segera meraih handuk dari dalam lemari lalu mengetuk pintu kamar mandi.Abizar segera membuka pintu memberikan celah sedikit hanya untuk mengulurkan tangannya ke luar. Alesha yang melihat hal itu hanya tersenyum sembari menggeleng."Lain kali, bawa handuk jika mau mandi," ucap Alesha mengingatkan.Abizar diam tak menjawab karena saat ini ia bukannya menarik handuk dari tangan sang istri, tetapi justru menarik pergelangan tangan Alesha. Membuat perempuan cantik berhidung mancung itu terkejut seketika. Kini tubuh keduanya saling menempel begitu saja tanpa bisa terhindari."Apa kamu tak ingin menggosokkan punggung suamimu ini?" tanya Abizar lirih di telinga Alesha."Bukankah alat mandi itu bisa sampai ke punggung," jawab Alesha sambil menunjuk ke peralatan mandi di kotak.Abizar menggeleng. "Tak ad

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 43

    "Atas dasar apa kamu bertahta di pikiranku hingga aku kehilangan kendali akan rindu yang menguasai hati?"Abizar.***"Sha," panggil ibu Abizar pada sang menantu.Alesha yang tengah menyiram tanaman segera mendekat ke arah sang mertua yang tengah berdiri di teras."Iya, Ummi," ucapnya sambil melangkah untuk mendekat.Ummi tersenyum dan meminta istri Abizar itu untuk ikut dengannya. Alesha mengangguk dan mengikuti langkah sang mertua. Tiba di ruang tengah, ummi meraih kotak bewarna merah muda dengan pita putih lalu menyodorkan ke arah Alesha yang menatap bingung."Apa ini, Ummi?" tanyanya sambil menerima kotak cantik itu."Ummi gak tahu," jawab wanita paruh baya itu sembari tersenyum. "Abizar mengirimkan ini untukmu, ia ingin malam ini setelah shalat Isya kamu menemuinya di Restoran RR," jelas sang mertua.Alesha tersenyum mendengar ucapan sang mertua, pasalnya ia ingat benar bahwa sang suami akan mengajaknya untuk makan malam di luar."Terimakasih banyak, Ummi," ucap Alesha dengan tul

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 44

    "Bagaimana bisa aku menghentikan rasa ini, jika kamu terus menguasai isi kepala dan hatiku?"***"Aku ingin menikah lagi?""Apa?" Semua orang di meja makan memandang ke arah Abizar seketika."What?" Zahrah bahkan, melotot menatap sang kakak."Apa ada yang salah?" Abizar tersenyum sinis saat melihat ke arah Alesha yang duduk di sampingnya."Gak ada yang salah, tapi kakak udah kehilangan kewarasan," komentar Zahrah.Alesha menatap Abizar, ia merasa sikap suaminya aneh sejak tadi malam. Akan tetapi, tiba-tiba ingin menikah lagi, apa-apaan itu."Emang gak ada yang salah, dalam agama pun diperbolehkan," lanjut Abizar.Namun, kali ini Abizar harus menerima rasa sakit di kepala saat sang ibu yang tengah berdiri di belakangnya meraih sendok di meja untuk menggetok keras kepala putranya itu.Abizar segera menoleh ke belakang dan mendapati ummi tengah melotot menatapnya, sementara Alesha yang duduk di sampingnya mengusap lembut pucuk kepala sang suami."Bagiamana bisa kamu ingin melakukan polig

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 45

    "Kamu adalah hujan di tanah gersang."Layla Mumtazah***Abizar yang melihat tubuh Alesha ambruk begitu saja seketika membuatnya panik, ia segera mengangkat kepala sang istri dan meletakan di atas paha."Bi ... sadarlah, ada apa denganmu?" ucap Abizar sembari menepuk-nepuk pipi Alesha perlahan."Bi, jangan bercanda," lanjut Abizar lagi, tetapi tak ada respon dari Alesha.Dengan seketika amarah aki-laki berdada bidang itu menghilang, ia lalu mengangkat tubuh mungil Alesha dan membawanya keluar dari kamar."Ada apa, Izar?" tanya ummi saat berpapasan dengan putranya yang sedang membopong tubuh Alesha.Abizar menggeleng. "Gak tahu, Ummi. Alesha tiba-tiba saja pingsan," ucapnya sambil terus berjalan keluar dari rumah.Ummi segera memanggil Arum, mengatakan pada menantu pertamanya itu untuk tetap di rumah karena ia akan ikut dengan Abizar saat ini.Arum hanya mengangguk, walau dalam hati kecilnya, ia merasa kesal melihat wajah Abizar yang begitu khawatir pada Alesha saat ini.Ummi segera me

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 46

    "Bagaimana jika aku tak baik-baik saja, bagaimana jika aku begitu merindukanmu?"Layla Mumtazah***"Bukankah Allah tidak memberikan ujian di luar kemampuan hambanya," ucap Abi pagi ini saat berbicara dengan putranya itu. Abizar."Tapi aku merasa ini begitu menyesakkan, bagaimana aku bisa hidup dengan wanita yang membunuh istri dan anakku?""Lantas menurutmu, apakah Alesha bisa menjalani hidupnya saat ini setelah ingatannya kembali? Apakah menurutmu dia mampu memaafkan dirinya sendiri?"Mendengar ucapan dari sang ayah membuat Abizar terdiam. Laki-laki yang tengah duduk di lantai ruangan yang memang dipergunakan untuk shalat dan mengaji di rumah itu pun berusaha untuk menerima ketetapan takdir.Bukankah saat dulu mondok Abizar sudah mengetahui jika ada takdir yang memang bisa dan tak bisa dirubah, tetapi mengapa sekarang ia begitu sulit menerima takdir kematian sang istri. Bukankah semua itu adalah ketetapan Allah."Zar, Ummi cuma minta ikhlaskan, maafkan Alesha. Ummi percaya dia bukan

Bab terbaru

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 60

    "Biarkan aku membagi rasa ini, rasa yang hampir mati dan menjadi abu."Layla Mumtazah***Arum terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, ia tak pernah bisa tertidur nyenyak saat wajah pucat Fatimah selalu datang dalam mimpinya. Berkali-kali ia berusaha menenangkan diri karena tak ingin membuat Ansyar terbangun.Perempuan cantik dengan mata indah itu bangkit dari tempat tidur, ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah, tetapi saat ia hendak mencuci muka justru adegan kecelakaan Fatimah seakan-akan terlihat jelas di kaca seperti layar bioskop yang sedang memutar film. Lalu tiba-tiba sosok Fatimah berwajah pucat berdiri di hadapannya, memiringkan kepala dan tersenyum miring dengan tatapan kosong.Tubuh Arum seketika merosot ke lantai, ia tak mampu untuk berteriak karena merasakan sekujur tubuhnya lemas seketika. "Aku mohon berhenti menggangguku," lirihnya sambil memejamkan mata."Apakah kamu tak ingin menebus dosamu padaku, berhentilah mengganggu kehidupan Abizar."

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 59

    "Sekali memulai aku tak dapat mengakhirinya."Layla Mumtazah***"Ummi, ini jus untuk Alesha," ucap Arum sembari tersenyum. Wanita berjilbab moca itu meletakkan gelas berisi jus buah di atas meja, akan ada permainan kecil untuk Alesha saat ini. Hal itu tentu saja membuat Arum tersenyum senang."Rum, kamu tahu kan, Alesha tengah hamil saat ini, ia mulai mengalami mual jika mencium bau-bauan. Jadi untuk sementara jangan biarkan dia mencuci baju dan piring untuk menghindari mual yang lebih parah karena mencium sabun-sabun itu," ujar ummi yang tentu saja membuat Arum kesal.Saat ini seisi rumah seakan-akan berpusat pada Alesha, semua orang ingin memperhatikan dirinya sebagai ratu.Arum menatap sembari menggangguk patuh pada sang mertua. "Baik ummi, tenang saja Arum mengerti."Ummi yang telah selesai mencuci piring, menggelap tangganya yang basah lalu menyentuh pundak Arum dan tersenyum. "Semoga kamu dan Ansyar juga disegerakan memilki momongan lagi, ya."Arum mengangguk, ia terpaksa ters

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 58

    "Aku milikmu atas kehendak Allah, jagalah aku seperti ibuku menjagaku sewaktu kecil."Layla Mumtazah.***Sore ini Alesha meminta izin untuk pergi ke suatu tempat, tentu saja ia tak pergi sendiri karena sang pawang tak akan membiarkan perempuan secantik bidadari itu untuk pergi sendirian."Jadi kita mau ke mana, Bi?" tanya Abizar."Nanti kamu juga akan tahu," ujar Alesha sembari menatap ke luar kaca.Kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan dengan mobil pastinya, kini Alesha sudah sampai ketempat tujuan yang ia inginkan. Perempuan berjilbab hitam itu terduduk di tanah sembari menyentuh batu nisan sang ayah."Pa, maafkan Alesha, baru sekarang datang ke sini. Pa, sekarang Alesha sudah menikah," ucap perempuan berkulit putih itu dengan mata berkaca-kaca.Abizar menyentuh pundak Alesha, ia menoleh sembari mengangguk."Papa, Alesha rindu, saat tahu bahwa Alesha hamil, Alesha benar-benar teringat akan Papa. Alesha ingin sekali bisa bermanja-manja dengan Papa seperti saat kecil dulu, tet

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 57

    "Kebahagiaan itu akan hadir ketika keikhlasan mulai menguasai hati."Layla Mumtazah."Bi, ini ...?" Abizar menatap Alesha penuh dengan kebahagiaan juga rasa haru.Alesha mengangguk-angguk menatap mata Abizar yang mulai menitikkan butir bening."Alhamdulillah, ya, Allah, alhamdulilah," ucap syukur Abizar sembari memeluk erat tubuh Alesha."Kamu akan jadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu," ujar Alesha sembari menangis.Laki-laki berkemeja putih polos itu lalu melepaskan pelukan dari sang istri, meletakkan kedua tangan di pundak Alesha dan berkata, "Mulai saat ini, kamu harus jaga kesehatan untuk dirimu dan calon anak kita, kamu harus menjaga makanan, vitamin, tak boleh bergadang, jangan kerja keras, semuanya harus sesuai dengan apa yang aku katakan."Alesha terdiam, ia merasa heran dengan sifat Abizar saat ini, perempuan cantik itu merasa ada sisi posesif sang suami yang tiba-tiba muncul."Akan ada janin yang tumbuh dalam rahimmu, akan ada kehadiran malaikat kecil dalam hid

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 56

    "Terkadang kita hanya mau tahu dengan egois meminta yang terbaik, tanpa mau tahu bahwa Allah telah mempersiapkan yang lebih baik dari yang kita minta."Layla Mumtazah.Alesha menelan ludahnya sendiri saat melihat Ansyar berdiri di sana sembari menatap heran, di samping laki-laki berkemeja maroon itu Nisya tengah berdiri sambil tersenyum manis melihat wajah sang ibu, Arum. Sementara Zahrah berada di belakang punggung sang kakak."Apakah saat ini sudah waktunya sarapan?" tanya Alesha tiba-tiba mencoba mencairkan suasana.Nisya mengangguk. Sementara Ansyar terlihat memicingkan mata menatap sang istri.Arum bergegas membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah putrinya. "Nisya, ke sini Sayang, duduklah," pinta Arum sambir menarik kursi.Tentu saja gadis kecil berjilbab merah muda itu segera menuruti apa perkataan sang ibu, Ansyar dan Zahrah pun bergegas duduk dan menunggu sarapan mereka.Abizar mau tak mau pun akhirnya memilih untuk duduk bersama, meninggalkan Alesha yang buru-buru menyeles

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 55

    "Aku tanpamu bagaikan dunia tanpa internet."Layla Mumtazah***Abizar segera bangkit dan duduk di hadapan Alesha. "Apa yang kamu bicarakan ini?""Mba Arum selalu mengatakan bahwa ia tak ada di tempat kejadian kecelakaan itu, tapi Kyoona melihatnya. Kyoona begitu yakin bahwa wanita yang ia lihat di dekat TKP adalah Mba Arum."Abizar tiba-tiba terdiam, ia menatap wajah Alesha. "Malam itu Fatimah mengatakan akan bertemu dengan Arum, tetapi saat itu Arum mengatakan bahwa ia tak jadi menemui Fatimah, hal itu membuatku menyusulnya dan meninggalkannya sebentar untuk membeli es krim sebelum kejadian itu terjadi.""Apakah kamu yakin bahwa Mba Arum gak jadi datang malam itu?""Entahlah, aku tak sempat berpikir apa pun, melihat tubuh Fatimah bersimbah darah di hadapanku.""Maafkan aku," lirih Alesha penuh penyesalan.Abizar segera merengkuh tubuh Alesha dan memeluknya dengan erat. "Ini bukan kesalahanmu. Lupakan saja, semua sudah takdir dari Allah."Alesha menenggelamkan wajahnya dalam dekapan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 54

    "Apa pun akan aku lakukan untukmu, walau jarum jam bergerak berbalik arah pun aku akan tetap ada untukmu."Layla Mumtazah.***Arum menatap kosong untuk sesaat saat mendengar ucapan Alesha, tetapi ia lalu berkata dengan cepat. "Mungkin kamu sudah lupa aku pernah berkata bahwa aku tak ada di sana saat kejadian itu terjadi. Apakah sekarang kamu ingin menuduhku?"Alesha tersenyum tipis melihat raut takut di wajah Arum. "Aku hanya bertanya bukan menuduh.""Apakah kamu sedang berusaha untuk mengambing hitamkan aku atas kesalahanmu?" Arum memicingkan mata pada Alesha."Aku hanya bertanya Mba, kenapa Mba berpikiran sejauh ini.""Dengar baik-baik Alesha, Fatimah itu sahabatku, satu kamar sejak di pesantren, satu rumah setelah kami menikah, jadi kamu jangan memfitnah diriku."Alesha memilih diam, melihat bahwa Arum seperti terusik dan tak suka dengan pertanyaannya, membuat istri Abizar itu semakin yakin pasti ada sesuatu tiga tahun yang lalu.***Malam tiba dengan cepat, setelah sore hujan men

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 53

    "Kamu adalah awan saat sinar matahari begitu terik."Layla Mumtazah.***Apa itu cinta?Aku rasa tak ada yang bisa menjelaskan apa itu cinta dengan baik bahkan, sekelas pujangga pun. Kecuali seseorang yang sedang jatuh cinta dan itu adalah aku."Assalammualaikum, Bi ... ada apa bidadariku?" ucap Abziar saat menerima panggilan telepon dari Alesha."Waalaikumsalam, suamiku," balas Alesha tak kalah lembut dari suara Abizar."Mendengar suara istriku ini membuatku ingin buru-buru pulang," ucap Abizar sambil menatap layar laptopnya."Mau ngapain?""Mau bikin adonan kue bolu sama kamu, Bi," ujar Abizar membuat Alesha tersipu malu.Sekertaris Abizar yang masih berdiri di sampingnya saat ini hanya bisa menahan senyum mendengar perkataan sang bos. Ia tak menyangka saja bahwa sang bos masih harus masuk ke dapur untuk membantu sang istri memasak dan membuat kue."Kenapa kamu masih di sini, aku akan panggil lagi nanti setelah semuanya selesai aku tanda tangani," kata Abizar membuat pria itu mengan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 52

    "Hentikan debaran ini yang membuatku merasa sesak karena tak bisa memiliki dirimu."Layla Mumtazah.***Arum yang hari ini mengenakan gamis dusty pink dengan garis hitam di kedua sisi lengannya dipadukan dengan jilbab hitam menutupi dada membuatnya nampak begitu anggun, sama seperti saat Kyoona melihatnya tiga tahun yang lalu."Bawa semuanya," titah Arum yang dibarengi dengan anggukan kepala Alesha.Di ruang tamu itu Kyoona masih berdiri menatap wanita yang kini berada di hadapannya setelah Alesha masuk untuk meletakkan kantong-kantong plastik di dapur."Tunggu," ucap Kyoona saat Arum melewatinya begitu saja.Perempuan berjilbab hitam itu menghentikan langkah kakinya dan menoleh, ia mengerutkan kening saat melihat Kyoona, mata Arum melihat dari ujung kepala hingga ke kaki sahabat Alesha itu."Iya, ada apa?" tanya Arum sambil menatap Kyoona."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Kyoona yang membuat Arum menaikan kedua pundaknya."Aku rasa kita tak pernah bertemu karena aku baru

DMCA.com Protection Status