Share

Bab 42

Penulis: Layla Mumtazah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Kuakui aku tak rela melihatmu dekat dengan siapa pun walau aku telah merelakanmu."

Layla Mumtazah

***

"Bi ... tolong ambilkan handuk," pinta Abizar.

Alesha yang tengah merapikan tempat tidur, segera meraih handuk dari dalam lemari lalu mengetuk pintu kamar mandi.

Abizar segera membuka pintu memberikan celah sedikit hanya untuk mengulurkan tangannya ke luar. Alesha yang melihat hal itu hanya tersenyum sembari menggeleng.

"Lain kali, bawa handuk jika mau mandi," ucap Alesha mengingatkan.

Abizar diam tak menjawab karena saat ini ia bukannya menarik handuk dari tangan sang istri, tetapi justru menarik pergelangan tangan Alesha. Membuat perempuan cantik berhidung mancung itu terkejut seketika. Kini tubuh keduanya saling menempel begitu saja tanpa bisa terhindari.

"Apa kamu tak ingin menggosokkan punggung suamimu ini?" tanya Abizar lirih di telinga Alesha.

"Bukankah alat mandi itu bisa sampai ke punggung," jawab Alesha sambil menunjuk ke peralatan mandi di kotak.

Abizar menggeleng. "Tak ad
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Siska Akbar
kapan lanjutanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 43

    "Atas dasar apa kamu bertahta di pikiranku hingga aku kehilangan kendali akan rindu yang menguasai hati?"Abizar.***"Sha," panggil ibu Abizar pada sang menantu.Alesha yang tengah menyiram tanaman segera mendekat ke arah sang mertua yang tengah berdiri di teras."Iya, Ummi," ucapnya sambil melangkah untuk mendekat.Ummi tersenyum dan meminta istri Abizar itu untuk ikut dengannya. Alesha mengangguk dan mengikuti langkah sang mertua. Tiba di ruang tengah, ummi meraih kotak bewarna merah muda dengan pita putih lalu menyodorkan ke arah Alesha yang menatap bingung."Apa ini, Ummi?" tanyanya sambil menerima kotak cantik itu."Ummi gak tahu," jawab wanita paruh baya itu sembari tersenyum. "Abizar mengirimkan ini untukmu, ia ingin malam ini setelah shalat Isya kamu menemuinya di Restoran RR," jelas sang mertua.Alesha tersenyum mendengar ucapan sang mertua, pasalnya ia ingat benar bahwa sang suami akan mengajaknya untuk makan malam di luar."Terimakasih banyak, Ummi," ucap Alesha dengan tul

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 44

    "Bagaimana bisa aku menghentikan rasa ini, jika kamu terus menguasai isi kepala dan hatiku?"***"Aku ingin menikah lagi?""Apa?" Semua orang di meja makan memandang ke arah Abizar seketika."What?" Zahrah bahkan, melotot menatap sang kakak."Apa ada yang salah?" Abizar tersenyum sinis saat melihat ke arah Alesha yang duduk di sampingnya."Gak ada yang salah, tapi kakak udah kehilangan kewarasan," komentar Zahrah.Alesha menatap Abizar, ia merasa sikap suaminya aneh sejak tadi malam. Akan tetapi, tiba-tiba ingin menikah lagi, apa-apaan itu."Emang gak ada yang salah, dalam agama pun diperbolehkan," lanjut Abizar.Namun, kali ini Abizar harus menerima rasa sakit di kepala saat sang ibu yang tengah berdiri di belakangnya meraih sendok di meja untuk menggetok keras kepala putranya itu.Abizar segera menoleh ke belakang dan mendapati ummi tengah melotot menatapnya, sementara Alesha yang duduk di sampingnya mengusap lembut pucuk kepala sang suami."Bagiamana bisa kamu ingin melakukan polig

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 45

    "Kamu adalah hujan di tanah gersang."Layla Mumtazah***Abizar yang melihat tubuh Alesha ambruk begitu saja seketika membuatnya panik, ia segera mengangkat kepala sang istri dan meletakan di atas paha."Bi ... sadarlah, ada apa denganmu?" ucap Abizar sembari menepuk-nepuk pipi Alesha perlahan."Bi, jangan bercanda," lanjut Abizar lagi, tetapi tak ada respon dari Alesha.Dengan seketika amarah aki-laki berdada bidang itu menghilang, ia lalu mengangkat tubuh mungil Alesha dan membawanya keluar dari kamar."Ada apa, Izar?" tanya ummi saat berpapasan dengan putranya yang sedang membopong tubuh Alesha.Abizar menggeleng. "Gak tahu, Ummi. Alesha tiba-tiba saja pingsan," ucapnya sambil terus berjalan keluar dari rumah.Ummi segera memanggil Arum, mengatakan pada menantu pertamanya itu untuk tetap di rumah karena ia akan ikut dengan Abizar saat ini.Arum hanya mengangguk, walau dalam hati kecilnya, ia merasa kesal melihat wajah Abizar yang begitu khawatir pada Alesha saat ini.Ummi segera me

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 46

    "Bagaimana jika aku tak baik-baik saja, bagaimana jika aku begitu merindukanmu?"Layla Mumtazah***"Bukankah Allah tidak memberikan ujian di luar kemampuan hambanya," ucap Abi pagi ini saat berbicara dengan putranya itu. Abizar."Tapi aku merasa ini begitu menyesakkan, bagaimana aku bisa hidup dengan wanita yang membunuh istri dan anakku?""Lantas menurutmu, apakah Alesha bisa menjalani hidupnya saat ini setelah ingatannya kembali? Apakah menurutmu dia mampu memaafkan dirinya sendiri?"Mendengar ucapan dari sang ayah membuat Abizar terdiam. Laki-laki yang tengah duduk di lantai ruangan yang memang dipergunakan untuk shalat dan mengaji di rumah itu pun berusaha untuk menerima ketetapan takdir.Bukankah saat dulu mondok Abizar sudah mengetahui jika ada takdir yang memang bisa dan tak bisa dirubah, tetapi mengapa sekarang ia begitu sulit menerima takdir kematian sang istri. Bukankah semua itu adalah ketetapan Allah."Zar, Ummi cuma minta ikhlaskan, maafkan Alesha. Ummi percaya dia bukan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 47

    "Bagaimana bisa aku menahan rindu yang terus memberontak ingin menatap wajahmu."Layla Mumtazah***"Bercerailah dari Abizar dan menikahlah denganku," ucap Excel tulus sembari menahan pergelangan tangan Alesha.Alesha hanya diam mematung, saat ini ingatannya justru kembali pada kenangan indah selama tinggal bersama dengan Abizar.Laki-laki berkemeja putih itu tengah menatap kesal atas apa yang saat ini ia lihat, membuat dirinya tak tahan lagi untuk berdiam diri di pintu tengah. Setelah mengembuskan napas panjang ia segera melangkah ke arah Excel dan menarik tangan Alesha begitu saja."Kamu ...?" Excel terkejut.Sementara Alesha tak kalah terkejutnya melihat laki-laki yang begitu ia rindukan kini tengah berdiri di hadapannya. Matanya tak lepas untuk terus menatap wajah yang seminggu ini tak ia lihat."Beraninya kamu menyentuh istriku," ucap Abizar sambil menggeser posisi agar Alesha berada di belakang punggungnya.Excel mengehela napas sebelum menjawab perkataan Abizar. "Bukankah aku s

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 48

    "Tuhan tolong hentikan waktu untuk saat ini saja, aku ingin terus bersamanya seperti ini."Layla Mumtazah.***Pintu kamar terdengar terbuka, membuat Abizar segera menarik diri dan segera berdiri di samping Alesha. Rasa canggung dan malu kini jelas menggelayuti hati pasangan suami istri itu karena terpergok oleh mertua sendiri.Tante Mutiara kemudian menatap menantu dan putrinya itu sambil berkata, "Maaf, Mama lupa mengetuk pintu karena terbiasa masuk begitu saja ke kamar Alesha."Abizar tersenyum walau terlihat sekali jika ia tengah canggung saat ini."Mama akan siapkan makanan untuk makan malam, oke?" Wanita cantik itu segera meninggalkan kamar Alesha dan menutup pintu kamar dengan rapat.Meninggalkan pasangan yang merasa canggung saat ini, bagaimana bisa ciuman itu terjadi begitu saja dengan tiba-tiba dan justru terpergok oleh sang mertua."Maaf, aku akan ke kamar mandi," ucap Alesha karena bingung harus melakukan apa saat ini.Abizar hanya terdiam, tetapi mata tajamnya itu terus m

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 49

    "Dulu kita begitu dekat bagaikan jari telunjuk dan tengah, tetapi sekarang kita seakan-akan bagai dua orang asing yang baru berjumpa."Layla Mumtazah.***Abizar segera merebahkan diri di samping Alesha setelah mengecup lembut kening sang istri. Laki-laki yang tengah bertelanjang dada itu lalu memeluk Alesha yang saat ini berbaring di lengan kirinya, perempuan cantik dengan rambut sedikit acak-acakan itu memejamkan mata dan tertidur begitu pulas, dipandanginya wajah sang istri, entah mengapa ia tak bisa berdusta bahwa ia benar-benar tulus mencinta Alesha.Melihat layar ponselnya menyala, membuat Abizar segera meraih alat komunikasi itu dengan tangan kanannya. Ia melihat dua pesan dari Arum. Membuat Abizar mengerenyitkan dahi, untuk apa istri kakaknya itu mengiriminya pesan di jam dua belas malam seperti saat ini.[Bagaimana bisa kamu ingin Alesha kembali dalam hidupmu lagi setelah apa yang ia lakukan? Apakah begitu mudah kamu melupakan Fatimah dan calon anakmu.][Baiklah, aku rasa kam

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 50

    "Ajarkan aku membunuh rasa ini karena aku sadar kamu telah semakin jauh melangkah."Layla Mumtazah***Subuh ini air mengguyur dengan derasnya dari langit, akhir-akhir ini memang hujan sering turun karena sudah mulai masuk musim penghujan. Alesha baru saja akan melepaskan mukena yang ia kenakan saat Abizar masuk ke kamar.Laki-laki yang saat ini mengenakan baju koko putih dan sarung batik itu tersenyum melihat sang istri yang telah selesai shalat. Abizar segera memeluk Alesha yang kini tengah berdiri membelakanginya setelah menutup pintu kamar."Jangan mulai lagi," ucap Alesha mengingatkan."Kenapa? Apakah ada larangan untuk aku tak boleh memelukmu?" jawab Abizar tepat di telinga sang istri yang masih tertutup mukena."Tidak ada, tapi pagi ini aku harus ke dapur untuk membantu Ummi," ujar Alesha sambil berusaha melepaskan diri dari pelukan sang suami.Abizar meletakkan dagunya di pundak Alesha lalu berbisik, "Cuacanya dingin sekali, apakah kamu tak ingin mencari kehangatan?"Mendengar

Bab terbaru

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 60

    "Biarkan aku membagi rasa ini, rasa yang hampir mati dan menjadi abu."Layla Mumtazah***Arum terbangun dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya, ia tak pernah bisa tertidur nyenyak saat wajah pucat Fatimah selalu datang dalam mimpinya. Berkali-kali ia berusaha menenangkan diri karena tak ingin membuat Ansyar terbangun.Perempuan cantik dengan mata indah itu bangkit dari tempat tidur, ia melangkah ke kamar mandi untuk mencuci wajah, tetapi saat ia hendak mencuci muka justru adegan kecelakaan Fatimah seakan-akan terlihat jelas di kaca seperti layar bioskop yang sedang memutar film. Lalu tiba-tiba sosok Fatimah berwajah pucat berdiri di hadapannya, memiringkan kepala dan tersenyum miring dengan tatapan kosong.Tubuh Arum seketika merosot ke lantai, ia tak mampu untuk berteriak karena merasakan sekujur tubuhnya lemas seketika. "Aku mohon berhenti menggangguku," lirihnya sambil memejamkan mata."Apakah kamu tak ingin menebus dosamu padaku, berhentilah mengganggu kehidupan Abizar."

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 59

    "Sekali memulai aku tak dapat mengakhirinya."Layla Mumtazah***"Ummi, ini jus untuk Alesha," ucap Arum sembari tersenyum. Wanita berjilbab moca itu meletakkan gelas berisi jus buah di atas meja, akan ada permainan kecil untuk Alesha saat ini. Hal itu tentu saja membuat Arum tersenyum senang."Rum, kamu tahu kan, Alesha tengah hamil saat ini, ia mulai mengalami mual jika mencium bau-bauan. Jadi untuk sementara jangan biarkan dia mencuci baju dan piring untuk menghindari mual yang lebih parah karena mencium sabun-sabun itu," ujar ummi yang tentu saja membuat Arum kesal.Saat ini seisi rumah seakan-akan berpusat pada Alesha, semua orang ingin memperhatikan dirinya sebagai ratu.Arum menatap sembari menggangguk patuh pada sang mertua. "Baik ummi, tenang saja Arum mengerti."Ummi yang telah selesai mencuci piring, menggelap tangganya yang basah lalu menyentuh pundak Arum dan tersenyum. "Semoga kamu dan Ansyar juga disegerakan memilki momongan lagi, ya."Arum mengangguk, ia terpaksa ters

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 58

    "Aku milikmu atas kehendak Allah, jagalah aku seperti ibuku menjagaku sewaktu kecil."Layla Mumtazah.***Sore ini Alesha meminta izin untuk pergi ke suatu tempat, tentu saja ia tak pergi sendiri karena sang pawang tak akan membiarkan perempuan secantik bidadari itu untuk pergi sendirian."Jadi kita mau ke mana, Bi?" tanya Abizar."Nanti kamu juga akan tahu," ujar Alesha sembari menatap ke luar kaca.Kurang lebih dua puluh lima menit perjalanan dengan mobil pastinya, kini Alesha sudah sampai ketempat tujuan yang ia inginkan. Perempuan berjilbab hitam itu terduduk di tanah sembari menyentuh batu nisan sang ayah."Pa, maafkan Alesha, baru sekarang datang ke sini. Pa, sekarang Alesha sudah menikah," ucap perempuan berkulit putih itu dengan mata berkaca-kaca.Abizar menyentuh pundak Alesha, ia menoleh sembari mengangguk."Papa, Alesha rindu, saat tahu bahwa Alesha hamil, Alesha benar-benar teringat akan Papa. Alesha ingin sekali bisa bermanja-manja dengan Papa seperti saat kecil dulu, tet

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 57

    "Kebahagiaan itu akan hadir ketika keikhlasan mulai menguasai hati."Layla Mumtazah."Bi, ini ...?" Abizar menatap Alesha penuh dengan kebahagiaan juga rasa haru.Alesha mengangguk-angguk menatap mata Abizar yang mulai menitikkan butir bening."Alhamdulillah, ya, Allah, alhamdulilah," ucap syukur Abizar sembari memeluk erat tubuh Alesha."Kamu akan jadi seorang ayah dan aku akan menjadi seorang ibu," ujar Alesha sembari menangis.Laki-laki berkemeja putih polos itu lalu melepaskan pelukan dari sang istri, meletakkan kedua tangan di pundak Alesha dan berkata, "Mulai saat ini, kamu harus jaga kesehatan untuk dirimu dan calon anak kita, kamu harus menjaga makanan, vitamin, tak boleh bergadang, jangan kerja keras, semuanya harus sesuai dengan apa yang aku katakan."Alesha terdiam, ia merasa heran dengan sifat Abizar saat ini, perempuan cantik itu merasa ada sisi posesif sang suami yang tiba-tiba muncul."Akan ada janin yang tumbuh dalam rahimmu, akan ada kehadiran malaikat kecil dalam hid

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 56

    "Terkadang kita hanya mau tahu dengan egois meminta yang terbaik, tanpa mau tahu bahwa Allah telah mempersiapkan yang lebih baik dari yang kita minta."Layla Mumtazah.Alesha menelan ludahnya sendiri saat melihat Ansyar berdiri di sana sembari menatap heran, di samping laki-laki berkemeja maroon itu Nisya tengah berdiri sambil tersenyum manis melihat wajah sang ibu, Arum. Sementara Zahrah berada di belakang punggung sang kakak."Apakah saat ini sudah waktunya sarapan?" tanya Alesha tiba-tiba mencoba mencairkan suasana.Nisya mengangguk. Sementara Ansyar terlihat memicingkan mata menatap sang istri.Arum bergegas membalikkan tubuhnya dan menghadap ke arah putrinya. "Nisya, ke sini Sayang, duduklah," pinta Arum sambir menarik kursi.Tentu saja gadis kecil berjilbab merah muda itu segera menuruti apa perkataan sang ibu, Ansyar dan Zahrah pun bergegas duduk dan menunggu sarapan mereka.Abizar mau tak mau pun akhirnya memilih untuk duduk bersama, meninggalkan Alesha yang buru-buru menyeles

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 55

    "Aku tanpamu bagaikan dunia tanpa internet."Layla Mumtazah***Abizar segera bangkit dan duduk di hadapan Alesha. "Apa yang kamu bicarakan ini?""Mba Arum selalu mengatakan bahwa ia tak ada di tempat kejadian kecelakaan itu, tapi Kyoona melihatnya. Kyoona begitu yakin bahwa wanita yang ia lihat di dekat TKP adalah Mba Arum."Abizar tiba-tiba terdiam, ia menatap wajah Alesha. "Malam itu Fatimah mengatakan akan bertemu dengan Arum, tetapi saat itu Arum mengatakan bahwa ia tak jadi menemui Fatimah, hal itu membuatku menyusulnya dan meninggalkannya sebentar untuk membeli es krim sebelum kejadian itu terjadi.""Apakah kamu yakin bahwa Mba Arum gak jadi datang malam itu?""Entahlah, aku tak sempat berpikir apa pun, melihat tubuh Fatimah bersimbah darah di hadapanku.""Maafkan aku," lirih Alesha penuh penyesalan.Abizar segera merengkuh tubuh Alesha dan memeluknya dengan erat. "Ini bukan kesalahanmu. Lupakan saja, semua sudah takdir dari Allah."Alesha menenggelamkan wajahnya dalam dekapan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 54

    "Apa pun akan aku lakukan untukmu, walau jarum jam bergerak berbalik arah pun aku akan tetap ada untukmu."Layla Mumtazah.***Arum menatap kosong untuk sesaat saat mendengar ucapan Alesha, tetapi ia lalu berkata dengan cepat. "Mungkin kamu sudah lupa aku pernah berkata bahwa aku tak ada di sana saat kejadian itu terjadi. Apakah sekarang kamu ingin menuduhku?"Alesha tersenyum tipis melihat raut takut di wajah Arum. "Aku hanya bertanya bukan menuduh.""Apakah kamu sedang berusaha untuk mengambing hitamkan aku atas kesalahanmu?" Arum memicingkan mata pada Alesha."Aku hanya bertanya Mba, kenapa Mba berpikiran sejauh ini.""Dengar baik-baik Alesha, Fatimah itu sahabatku, satu kamar sejak di pesantren, satu rumah setelah kami menikah, jadi kamu jangan memfitnah diriku."Alesha memilih diam, melihat bahwa Arum seperti terusik dan tak suka dengan pertanyaannya, membuat istri Abizar itu semakin yakin pasti ada sesuatu tiga tahun yang lalu.***Malam tiba dengan cepat, setelah sore hujan men

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 53

    "Kamu adalah awan saat sinar matahari begitu terik."Layla Mumtazah.***Apa itu cinta?Aku rasa tak ada yang bisa menjelaskan apa itu cinta dengan baik bahkan, sekelas pujangga pun. Kecuali seseorang yang sedang jatuh cinta dan itu adalah aku."Assalammualaikum, Bi ... ada apa bidadariku?" ucap Abziar saat menerima panggilan telepon dari Alesha."Waalaikumsalam, suamiku," balas Alesha tak kalah lembut dari suara Abizar."Mendengar suara istriku ini membuatku ingin buru-buru pulang," ucap Abizar sambil menatap layar laptopnya."Mau ngapain?""Mau bikin adonan kue bolu sama kamu, Bi," ujar Abizar membuat Alesha tersipu malu.Sekertaris Abizar yang masih berdiri di sampingnya saat ini hanya bisa menahan senyum mendengar perkataan sang bos. Ia tak menyangka saja bahwa sang bos masih harus masuk ke dapur untuk membantu sang istri memasak dan membuat kue."Kenapa kamu masih di sini, aku akan panggil lagi nanti setelah semuanya selesai aku tanda tangani," kata Abizar membuat pria itu mengan

  • JATAH SEBELUM PERNIKAHANMU   Bab 52

    "Hentikan debaran ini yang membuatku merasa sesak karena tak bisa memiliki dirimu."Layla Mumtazah.***Arum yang hari ini mengenakan gamis dusty pink dengan garis hitam di kedua sisi lengannya dipadukan dengan jilbab hitam menutupi dada membuatnya nampak begitu anggun, sama seperti saat Kyoona melihatnya tiga tahun yang lalu."Bawa semuanya," titah Arum yang dibarengi dengan anggukan kepala Alesha.Di ruang tamu itu Kyoona masih berdiri menatap wanita yang kini berada di hadapannya setelah Alesha masuk untuk meletakkan kantong-kantong plastik di dapur."Tunggu," ucap Kyoona saat Arum melewatinya begitu saja.Perempuan berjilbab hitam itu menghentikan langkah kakinya dan menoleh, ia mengerutkan kening saat melihat Kyoona, mata Arum melihat dari ujung kepala hingga ke kaki sahabat Alesha itu."Iya, ada apa?" tanya Arum sambil menatap Kyoona."Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Kyoona yang membuat Arum menaikan kedua pundaknya."Aku rasa kita tak pernah bertemu karena aku baru

DMCA.com Protection Status