Share

BAB 22 Pantesan

Penulis: Malica
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Apa itu?”, tanya Miranti penasaran. Tapi Ricard tidak segera menjawab karena ada panggilan masuk. Dia meraih ponsel yang di letakkan di meja buat merekam tadi dan segera menjawab panggilan.

“ Ya aku segera ke sana”, jawab Ricard kemudian mematikan ponselnya.

“Besok aku jelaskan sekarang aku mau pulang, jaga diri baik baik”, pesan Ricard sebelum keluar dari apartemen. Miranti hanya mengangguk dan mengantar sampai pintu.

Laura yang melihat interaksi keduanya tersenyum simpul, dia hanya bisa berdoa semoga Ricard bisa menjaga Miranti”.

Setelah pak Ricard pergi, Miranti menutup pintu dan menguncinya kamudian mengajak Laura ke kamar.

“Lau menurutmu bagaimana?, apa yang harus aku lakukan pada wanita itu?” tanya Miranti. Laura menatap Miranti sesaat kemudian menghela napas dalam dalam.

“Kalau menurutku mendingan kamu lupakan Radit, dia bukan laki laki yang baik untukmu dan jangan buang buang waktu lagi segera urus perceraian kalian agar kau terbebas dari laki laki pecund**g.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 23 Jaminan untuk Radit

    “Pantesan apa sih Mi?, jangan bikin Miranti penasaran dong”, kata Miranti merajuk. Mami tersenyum sambil mengelus rambut anaknya. “Suatu saat kau akan merasakan sendiri nak, oh ya Laura sudah pulang?” tanya Mami mengalihkan pembicaraan. “Sudah tadi setelah sarapan”, jawab Miranti datar, pikirannya masih memikirkan ucapan Maminya. Setelah selesai make up Miranti bergegas keluar sambil menyambar tas yang berada di atas meja,Mami mengikuti dari belakang. “Kalian sudah siap?” tanya pak Edward pada kedua wanita yang disayanginya. “Sudah Pi, maaf pak Ricard kalau saya merepotkan anda, sini Desy aku yang gendong”, Miranti mengambil alih anaknya dari gendongan pak Ricard. Sementara Papi dan Mami saling berpandangan dengan senyum penuh arti. Melihat tingkah mereka layaknya suami istri membuat hati orang tua Miranti adem. Sebagai orang tua mereka berharap siapapun pendamping hidup anaknya, asal anaknya bahagia. Dan Papi melihat ketulusan pada sikap Ricard atasan anaknya itu seb

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 24 Kabar baik dari Harti

    “Apa?” kata Radit lantang, mendengar ucapan Harti Radite menelan saliva. Sebenarnya dia ingin lebas dari jerat cinta Suharti pemilik warung makan itu, tapi Radite masih membutuhkan bantuannya agar dia bisa keluar dari penjara. Sehingga dia memanfaat kan cinta Suharti agar apa yang dia rencanakan terwujud. “Apa Mas Radite ngga kangen sama saya?” ucap Harti sambil bergelayut manja. Sekilas Radite melirik pada petugas penjara, yang sedang mengawasinya. Dia merasa risih dengan tingkah Suharti. “Oh hmm iya iya, mas juga kangen makanya kamu bujuk bapak agar cepat cepat mengeluarkan mas dari penjara ini mas sudah ngga tahan di sini”, kata Radit sambil menepis rangkulan tangan Suharti. Entah mengapa walau Suharti sedang mengandung benih nya tapi rasa cinta itu belum tumbuh di hatinya. Mungkin karena semula Suharti yang menggodannya. “Mas sabar aja, pasti bapak akan mengusahakan kebebasan mas Radite”. Setelah berbincang selama dua puluh menit, Radite pamit untuk kembali ke dalam sel dan meni

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 25 Kunjungan ibu tercinta

    Dalam hati Radit bertanya tanya, siapa lagi yang datang berkunjung?”. Dengan rasa penasaran Radite mengikuti langkah petugas penjara menunju ruang tempat menerima kunjungan. Sampai di sana Radite tak percaya dengan apa yang di lihatnya, sosok wanita yang selama ini merawat dengan penuh kasih sayang berdiri di hadapannya. “Ibu…”, panggil Radite sambil berjalan mendekati bu Ismi dan memeluknya, Air matanya tak bisa lagi di tahan demikian juga dengan perempuan yang semakin tua itu. “Ibu apa kabar?” tanya Radite setelah melepaskan pelukannya. “Ibu baik baik saja, bagaimana dengan kamu nak?” tanya bu Ismi dengan berlinang air mata, tangannya mengelus pipi anak semata wayangnya.Melihat kondisi ibunya membuat Radite trenyuh, namun dia berusaha tetap tegar agar ibu tidak tambah bersedih.Radite mengenggam tangan keriput ibunya untuk memberikan semangat dan ketenangan. “Ibu ngga usah khawatir dengan keadaan Radite, Harti janji sebentar lagi akan memberikan jaminan agar Radite b

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 26 Pertemuan tak terduga

    Miranti berlalu meninggalkan Ricard dengan menghentakkan kakinya. Hatinya kesal pada duda dingin itu karena meragukan ucapannya. Sementara Pak Ricard masih bengong di depan gerbang sambil melihat ke jalanan. Apa mungkin sih bu Ismi berada di sini?, kayaknya mustahil deh”, gumam pak Ricard lirih tapi dia juga tidak meragukan sepenuhnya omongan Miranti.Ngga mungkin wanita beranak satu itu berbohong apalagi perihal mertuanya. Sambil matanya masih menatap ke jalanan Ricard mengambil ponsel dari dalam saku celananya dan menghubungi anak buahnya. “Halo ada tugas baru untuk kamu”. “Tugas apa itu bos?” . “Kamu cari keberadaanbu Ismi di sekitar komplek,apa itu benar itu bu Ismi atau wanita lain yang mirip dengannya, dan jika kau sudah menemukan jawabannya cepat laporkan saya”, perintah Ricard pada anak buahnya. “Baik bos!”. Sambungan telepon di matikan sepihak, kemudian Ricard memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. “Nak Ricard, ayo makan dulu nanti keburu m

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 27 Kabar mengejutkan dari Erwin

    Setelah mendengar penjelasan dari Ricard atasannya itu, Miranti mulai fokus pada pekerjaannya kembali. Diam diam Miranti mulai mengatur rencana untuk membalas perlakuan Radit mantan suaminya. Dia mau menerima lamaran dari Ricard dan setelah masa idah selesai akan melangsungkan pernikahan. Namun ada satu hal yang menjadi permintaan Miranti. “Pak, aku mau menikah dengan bapak tapi ada syaratnya”, kata Miranti saat mereka sedang ngobrol berdua. “Benarkah?, alhamdulillah”, ucap pak Ricard lantang “Ish bapak, jangan teriak gitu dong kan malu kalau di dengar karyawan yang lain”, Miranti tersipu malu. Sejujurnya dalam hati Miranti juga tumbuh rasa,semenjak pak Ricard lebih perhatian dan memperlakukan dirinya lebih lembut. Miranti yang terlalu sering kecewa atas perlakuan suaminya, juga selama ini menanggung beban hidup sendirian merasa membutuhkan sosok pendamping hidup yang bisa mengerti keadaan dia dan anaknya. Apalagi Desy sudah dekat dengan pak Ricard semenjak bayi sampai kin

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 28 Keputusan pengadilan

    Miranti membuang muka dan meminta Ricard yang menjawabnya.Ricard yang masih mengendong Desy maju sedangkan Miranti mundur dan bersembunyi di belakang tubuh Ricard. “Kau menyesalkan telah membuang berlian dan justru yang kau pungut batu kali”, ucap Ricard sambil tersenyum sinis menatap mereka berdua.Mendengar ucapan Ricard Suharti meradang dan tidak terima dibilang batu kali namun Radit hanya diam menunduk.Dalam hati Radit mengakui kebenaran omongan Ricard,dia merasa benar benar bodoh sudah meninggalkan Miranti yang cantik kaya dan juga berpendidikan. “Halo sayang ini anakku kan yang cantik dan gemoy”, sapa Radit sambil mencolek pipi Desy. Namun alih alih merespon justru malah Desy ketakutan dan semakin erat memeluk Ricard. “Ayah Om itu siapa,Desy takut”,Tangan Desy merangkul erat leher Ricard dan menyembunyikan wajah di dada orang yang di anggap ayahnya itu. “Tenang saja, Desy ngga boleh takut, ada ayah di sini”, ucap Ricard sambil membelai rambut Desy. “Ha ha ha k

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 29 Teman serumpun

    Karena tidak tahu lagi harus ke mana dia pulang akhirnya Radit memutuskan untuk pulang ke rumah istrinya, Suharti. Walaupun pasti akan menerima kemarahan dan caci maki dari istri dan bapak mertuanya, itu di rasa lebih baik dari pada dia harus menjadi gelandangan dan tidur di pinggir jalan. Radit sudah mempersiapkan mental dan juga membutakan mata dan menulikan telinga dari caci maki yang selama ini dia terima dari keluarga istrinya. “Alaah yang penting Harti cinta mati sama saya. Jadi apapun yang saya perbuat dia akan memaafkan, tinggal di rayu sedikit aja hatinya udah luluh kembali,” gumam Radit lirih Kemudian Radite mengeluarkan ponselnya dan menghubungi aplikasi taksi online, tak lama kemudian datang mobil menuju tempat di mana Radit menunggu. “Dengan bapak Radit?”., tanya pengemudi taksi. “Ya saya sendiri.” “Oh silahkan masuk pak, tujuannya ke mana?” tanya pengemudi taksi online itu lagi.Radite masuk dan menunjukkan alamat yang tertera di ponselnya.Kemudian ta

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 30 Ternyata dia bapakku

    Semenjak bertemu di toko boneka dengan Saidah dan juga tahu kalau Saidah berasal dari Brebes Jawa Tengah bu Ismi semakin dekat dengan saidah pembantu Miranti bahkan mereka tukeran nomor ponsel. Sebuah keberuntungan untuk bu Ismi, Peluang untuk mencari informasi keluarga Miranti semakin terbuka lebar melalui Saidah. “Oh ya Dah, tunggu sebentar ya aku bungkus dulu bonekanya dan sekalian saja titip sama kamu,”Kemudian bu Ismi mengikuti pelayan toko untuk membayar harga boneka yang dia beli. “Kok aneh ya, padahal bu Ismi belum pernah lihat non Desy tapi ngakunya sudah dekat dan menganggap seperti cucunya” gumam Saidah lirih.Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mereka keluar dari toko boneka tersebut. Saidah yang sudah memilih milih boneka tidak jadi membeli namun menggantinya dengan tas bergambar barbie kesukaan Desy. “Dah sebagai ucapan terima kasih, kita makan bakso yuk, biar aku yang traktir,” ajak bu Ismi sambil mengandeng tangan Saidah. Kebetulan warung bakso ada di

Bab terbaru

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 45 Masa lalu bu Miranti

    “Iya bi, memangnya ada apa kok bi Idah kaget,” tanya suster Lina heran. “Oh ngga, sudah sana di tidurkan dulu non Desy nya nanti kita ngobrol lagi,” kata bi Idah kemudian meneruskan menyapu halaman. Suster Lina bergegas membawa Desy ke kamarnya setelah memastikan keadaan anak majikannya aman suster Lina keluar lagi menemui bi Idah. “Ada apa bi Idah bikin penasaran saja,” tanya suster Lina sambil menepuk bahu bi Idah yang sedang menyapu. Bi Idah tidak menjawab melainkan meneruskan pekerjaannya setelah selesai baru menarik tangan suster Lina menuju bangku di taman samping rumah. “Sini ada yang ingin aku sampaikan,” Suster Lina menurut saja kemudian duduk di samping bi Idah. ‘Cepetan dong bi nanti keburu Desy bangun,” gerutu suster Lina tak sabar. Bi Idah menarik napas dalam dalam kemudian baru memulai ceritanya. “Kata bu Ismi, Desy itu bukan anak pak Ricard, tapi anak dari Radit anaknya bu Ismi. Entah gimana ceritanya saya kurang tahu tapi bu Ismi ingin sekali bi

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 44 Pertanyaan mengejutkan dari Desy

    “Pertanyaan Desy sontak membuat Miranti gelagapan. Ricard juga kaget dengan apa yang ditanyakan anaknya itu.Miranti dan Ricard tidak menyangka Desy akan memberikan pertanyaan yang sangat mengejutkan. “Sayang dari mana kau tahu itu semua. Nenek Desy itu omah Yuli,” jawab Miranti berusaha untuk menyembunyikan permasalahan yang sebenarnya. Belum waktunya anak sekecil Desy tahu kemelut rumah tangga orang tuanya. “Tapi Bun, beliau ngaku neneknya Desy bahkan nunjukin fotonya sama bunda dan dede bayi, kata nenek itu Desy waktu masih bayi. Apa bener Bun Desy yang merawat nenek Ismi,” cerocos Desy. Alih alih menjawab pertanyaan anaknya Miranti langsung muntah muntah lagi.Kepalanya pusing dan napasnya tersengal sengal.Melihat keadaan istrinya Ricard panik dan langsung menghubungi dokter. “Non Desy kita keluar dulu yuk, jalan jalan ke taman, kasihan bunda muntah muntah lagi,” suster Lina menggandeng tangan mungil Desy keluar dari ruangan. Melihat keadaan bundanya Desy diam dan

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 43 Pak syukur bebas

    “Tentang bapakmu?” tebak bu Ismi. “Ya salah satu di antaranya, ada lagi yang ngga kalah penting dari itu bu,” jelas Radit menatap ibunya. “Apa, jangan bikin teka teki Radit, ibu lagi pusing,” Tegas bu Ismi, dirinya kecewa atas sikap Radit yang tidak bisa merayu anaknya untuk bisa lebih dekat dengannya. “Bahrudin tertangkap, dan semua harta miliknya jatuh pada saya, Radit,” ucap Radit bangga sambil membusungkan dada. “Ibu ngga percaya, bukannya kamu selalu bikin kecewa ibu?, sudahlah jangan berhalu,” Ibu beranjak dari tempat duduknya , tapi Radit menarik tangan bu Ismi untuk duduk kembali. “Apalagi ibu memanggilmu ke sini agar bisa bertemu dengan anakmu dan kalian bisa lebih dekat tapi nyatanya apa?, kau hanya diam saja,dan tak berbuat apa apa. Sudah lah Radit ibu masih banyak pekerjaan,”ucap ibu kesal. “Bu dengerin Radit dulu. Aku mau mengajak ibu menemui bapak karena hari ini bapak bebas.” “Benarkah bapak bisa bebas?, alhamdulillah akhirnya kita bis

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 42 Nenek?

    “Assalamualaikum,” salam yang diucapkan oleh bi Idah saat memasuki gerbang rumah bu Hilda. “Waalaikumsalam, eh Saidah, sama siapa?” tanya bu Ismi yang berjalan tergopoh gopoh membukakan pintu. Desy yang sedang asyik makan es cream cuek saja mendengar sapaan dari bu Ismi.Bu Ismi melihat keberadaan cucu yang di rindukannya di depan mata, beliau tidak menyangka akan di pertemukan kembali. “Desy!.. cucu nenek, apa kabar sayang?” tanya Bu Ismi berjongkok dihadapan cucunya itu. Namun Desy bukannya menyambut sapaan neneknya malah bersembunyi di belakang tubuh bi Idah. “Bi dia siapa,kenapa panggil Desy cucu?, Desy ngga kenal Desy takut bi,” rengek Desy sambil menarik tangan bi Idah minta pulang. “Sebentar kita kan baru sampai lagian Bunda juga ngga ada di rumah, nanti Desy sendirian”.Melihat tamunya ngambek bu Ismi yang tidak lain adalah nenek Desy mengajaknya duduk di sofa. “Dah ajak Desy duduk dulu,” kemudian Bu Ismi masuk ke dalam dan mengambilkan puding coklat dari

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 41 Miranti ngidam

    Waktu terus berjalan hari pun terus berganti kini sudah dua bulan sejak kepulangan Ricard dan Miranti dari bulan madu. Semua kembali ke aktivitas semula. Ricard pergi ke Mini market dan Miranti pergi ke butik setelah sekian lama di handle oleh orang kepercayaannya. Mami Yuliana juga sudah kembali ke rumahnya setelah lama menemani cucunya juga mendaftarkan cucunya sekolah.Saat ini Desy sudah sekolah di taman kanak kanan. Setiap pagi pergi ke sekolah di antar oleh pengasuhnya.Hari sudah menunjukkan pukul tujuh tapi Miranti belum juga bangun, dia masih meringkuk di bawah selimut. Ricard yang baru pulang olah raga pagi kaget karena ngga biasanya istrinya masih bermalas malasan. “Sayang, kok belum bangun, katanya mau ke butik sana mandi dulu nanti kita sarapan bareng, kasihan Desy sudah nungguin di meja makan,” kata Ricard sambil mengoyang goyangkan tubuh istrinya. “Aku lagi kurang enak badan, kelapa ku pusing dan perutku mual,” jawab Miranti kemudian menarik selimut menutupi s

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 40 Titipan Bahrudin pada Pardi

    Pardi menatap Radit tak berkedip, dengan pandangan menyelidik membuat Radit merasa risih. “Benar pak, saya menikah dengan Suharti anak satu satunya pak Bahrudin, karena dia sedang hamil jadi Suharti tidak ikit ke sini,” jawab Radit meyakinkan Pardi. “Begini pak, pak Bahrudin memberikan kunci cadangan pada saya karena setiap hari saya yang di tugaskan untuk merawat dan membersihkan villa ini. Apalagi pak Bahrudin jarang sekali ke sini. “Saat ini bapak ada masih ada di villa kan, bisa antar saya ke dalam villa menemui bapak?,”tanya Radit. Pardi geleng geleng kepala sabil kebingungan. “Lho bukannya bapak dari kemarin berada di villa itu?” tanya Radit dengan dahi mengernyit. “Bapak sudah pergi dengan dua orang anggota polisi yang menangkapnya kemarin,sebelum bapak pergi bapak menitipkan amplop coklat berukuran besar dan tebal.” “Isinya apa pak, dan mana amplop itu?,” berondong Radit penasaran. “Kalau isinya saya tidak tahu, tapi sebentar saya ambilkam amplopn

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 39 Rahasia yang terpendam

    “Harti, ada apa dia menelpon?” gumam Radit sambil berjalan keluar dari ruang ATM, kemudian menggeser tombol hijau untuk menerima telpon. “Halo dek, ada apa ?” tanya Radit pura pura tidak tahu padahal dia sudah menduga kalau istrinya menanyakan keberadaannya. “Kamu di mana mas, udah sampai?” jawab Harti dengan nada cemas. “Aku belum sampai di kota Tegal, mobil yang ku pakai tiba tiba mogok padahal baru saja aku isi bahan bakar full,” ucap Radit mencari alasan. “Gawat mas, bapak ke tangkap polisi .” kata Harti panik. “Kok bisa lha wong saya saja belum ketemu bapak,ini saya sedang ke Tegal setelah memperbaiki mobil di bengkel,”ujar Radit lagi. “Terus gimana ini, apa mas Radit balik lagi aja lagian percuma kalau di teruskan ke Tegal bapak sudah di bawa ke Jakarta.” Kata Harti nada putus asa. “Ngga dek, mas lanjutkan ke Tegal ke villa, kamu jangan percaya berita itu dulu siapa tahu hoax,sebelum mas tahu kenyataannya di villa,” jawab Radit kemudian mematikan sam

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 38 Tertangkapnya Bahrudin

    Bapak… ,” Suharti tidak melanjutkan ucapannya dia ragu untuk menyebut di mana keberadaan bapaknya padahal dia tahu persis di mana bapaknya bersembunyi. “Dek, kenapa ragu dan bingung, kalau dek Harti mengatakan di mana keberadaan bapak siapa tahu mas bisa membantu melindungi bapak dari kejaran polisi,” ucap Radit sambil mengelus rambut panjang istrinya. Sejenak Harti menatap suaminya meminta kepastian. “Iya apa kamu ngga percaya sama suamimu sendiri?” ucap Radit untuk meyakinkan istrinya. Padahal dalam hati dia bersorak gembira karena tanpa bersusah payah mencari keberadaan Bahrudin mertuanya ,Suharti sudah menunjukkan persembunyiannya dan Radit tinggal lapor polisi. “Bapak ada di vila di Guci,” jawab Harti tanpa rasa curiga sedikitpun mengatakan yang sejujurnya dia berharap suaminya bisa menolong menyelamatkan bapaknya dari kejaran polisi. “Hah di villa, alamatnya?, biar aku kesana besok.,” Radit menyakinkan kembali pada istrinya. “Villa ASRI mas, itu Vila mili

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 37 Penyelidikan polisi

    “Halo apa?...” Radit panik dan langsung berganti baju kemudian mengambil kunci mobil kembali. “Mas mau kemana, katanya mau makan?” tanya Suharti bingung melihat suaminya panik setelah menerima telpon. “Mas makannya nanti saja ada hal urgent yang harus di tangani, Mas pergi dulu ya,” Radit bergegas keluar kemudian membuka mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat. “Ada apa sebenarnya suamiku itu, telepon dari siapa ya?” gumam Suharti penasaran.Setelah menerima telepon dari kepolisian bahwa pak syukur keracunan makanan, Radit langsung meluncur menuju Rumah sakit . Sampai di sana banyak polisi yang berjaga jaga. “Selamat siang pak, bagaimana keadaan bapak saya?” tanya Radite pada polisi yang berjaga. “Bapak anda selamat dan sudah melewati masa kritisnya, sekarang sedang beristirahat dengan penjagaan yang ketat.” Kata polisi yang berjaga di depan pintu. “ Oh ya pak Radit, dari hasil penyelidikan ada orang yang sengaja menitipkan makanan pada pak Syukur dan set

DMCA.com Protection Status