Beranda / Romansa / JANGAN PERGI BUNDA / BAB 28 Keputusan pengadilan

Share

BAB 28 Keputusan pengadilan

Penulis: Malica
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Miranti membuang muka dan meminta Ricard yang menjawabnya.Ricard yang masih mengendong Desy maju sedangkan Miranti mundur dan bersembunyi di belakang tubuh Ricard.

“Kau menyesalkan telah membuang berlian dan justru yang kau pungut batu kali”, ucap Ricard sambil tersenyum sinis menatap mereka berdua.Mendengar ucapan Ricard Suharti meradang dan tidak terima dibilang batu kali namun Radit hanya diam menunduk.Dalam hati Radit mengakui kebenaran omongan Ricard,dia merasa benar benar bodoh sudah meninggalkan Miranti yang cantik kaya dan juga berpendidikan.

“Halo sayang ini anakku kan yang cantik dan gemoy”, sapa Radit sambil mencolek pipi Desy. Namun alih alih merespon justru malah Desy ketakutan dan semakin erat memeluk Ricard.

“Ayah Om itu siapa,Desy takut”,Tangan Desy merangkul erat leher Ricard dan menyembunyikan wajah di dada orang yang di anggap ayahnya itu.

“Tenang saja, Desy ngga boleh takut, ada ayah di sini”, ucap Ricard sambil membelai rambut Desy.

“Ha ha ha k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 29 Teman serumpun

    Karena tidak tahu lagi harus ke mana dia pulang akhirnya Radit memutuskan untuk pulang ke rumah istrinya, Suharti. Walaupun pasti akan menerima kemarahan dan caci maki dari istri dan bapak mertuanya, itu di rasa lebih baik dari pada dia harus menjadi gelandangan dan tidur di pinggir jalan. Radit sudah mempersiapkan mental dan juga membutakan mata dan menulikan telinga dari caci maki yang selama ini dia terima dari keluarga istrinya. “Alaah yang penting Harti cinta mati sama saya. Jadi apapun yang saya perbuat dia akan memaafkan, tinggal di rayu sedikit aja hatinya udah luluh kembali,” gumam Radit lirih Kemudian Radite mengeluarkan ponselnya dan menghubungi aplikasi taksi online, tak lama kemudian datang mobil menuju tempat di mana Radit menunggu. “Dengan bapak Radit?”., tanya pengemudi taksi. “Ya saya sendiri.” “Oh silahkan masuk pak, tujuannya ke mana?” tanya pengemudi taksi online itu lagi.Radite masuk dan menunjukkan alamat yang tertera di ponselnya.Kemudian ta

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 30 Ternyata dia bapakku

    Semenjak bertemu di toko boneka dengan Saidah dan juga tahu kalau Saidah berasal dari Brebes Jawa Tengah bu Ismi semakin dekat dengan saidah pembantu Miranti bahkan mereka tukeran nomor ponsel. Sebuah keberuntungan untuk bu Ismi, Peluang untuk mencari informasi keluarga Miranti semakin terbuka lebar melalui Saidah. “Oh ya Dah, tunggu sebentar ya aku bungkus dulu bonekanya dan sekalian saja titip sama kamu,”Kemudian bu Ismi mengikuti pelayan toko untuk membayar harga boneka yang dia beli. “Kok aneh ya, padahal bu Ismi belum pernah lihat non Desy tapi ngakunya sudah dekat dan menganggap seperti cucunya” gumam Saidah lirih.Setelah menunggu beberapa saat akhirnya mereka keluar dari toko boneka tersebut. Saidah yang sudah memilih milih boneka tidak jadi membeli namun menggantinya dengan tas bergambar barbie kesukaan Desy. “Dah sebagai ucapan terima kasih, kita makan bakso yuk, biar aku yang traktir,” ajak bu Ismi sambil mengandeng tangan Saidah. Kebetulan warung bakso ada di

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 31 Apa yang terjadi

    BAB 31 Apa yang sebenarnya terjadi? Mereka berpelukan sambil terisak, cukup lama mereka mencurahkan rasa rindu yang dua puluh tahun lebih tertahan. Rindu pada keluarga kecil mereka dulu. “Terima kasih ya Allah, Kau kabulkan doaku selama ini aku di pertemukan kembali dengan anak dan istriku,” gumam pak Syukur sambil menengadahkan tangan. Mereka kembali duduk berhadapan hanya di batasi meja besar. “ Pak ini ibu bawakan makanan kesukaaan bapak, di makan ya biar sehat, nanti kita akan coba cari pengacara untuk membantu mengungkap masalah yang bapak alami iya kan nak,” bu Ismi minta persetujuan dari anaknya. “Ini apa bu kok banyak sekali?” tanya pak Syukur sambil melongok isi kresek besar itu. “Makanan kesukaan bapak, ada orek tempe, semur jengkol kerupuk udang dan juga martabak.” “Terima kasih bu, kau masih ingat makanan kesukaan bapak, tapi untuk menyewa pengacara itu mahal biayanya kita dapat duit dari mana?” Ada rasa khawatir pada diri pak Syukur. Khawatir menjadi

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 32 Siapa pembantu itu

    Acara sudah usai tamu satu demi satu meninggalkan rumah Miranti. Kini tinggal beberapa orang saja itupun teman dekat Miranti.Dari ruang tengah Saidah menyerahkan kado untuk Desy sambil memberi ucapan selamat. “Selamat ulang tahun cantik ini kado dari bi Idah dan ini ada titipan kado dari teman bi Idah.” Saidah menyerahkan kedua kado yang cukup besar kemudian di susul ucapan selamat dari Lina pengasuhnya. “Selamat ulang tahun non Desy cantik, ini kado spesial dari suster untuk non Desy.” “Terima kasih bi Idah dan juga suster, oh ya sampaikan juga terima kasih Desy buat teman bi Idah yang sudah kasih kado Desy,” ucap Desy dengan raut muka bahagia. Semula Miranti tidak menghiraukan obrolan mereka tapi mendengar teman Saidah juga ikut memberikan kado, Miranti jadi teringat omongan bu Yola dan Miranti mulai curiga kalau gosip itu ada hubunganya dengan teman bi Idah pembantunya. “Jangan jangan pembantu bu Hilda itu teman dekat bi Idah, siapa sih sebenarnya dia bikin pena

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 33 Waspada

    Melihat sikap bi Idah Miranti dan Lina saling berpandangan, Lina yang tahu maksud Miranti hanya mengangkat bahu sambil menggeleng. Wajar jika Lina tidak tahu apa yang terjadi dan siapa saja teman dekat bi Idah, karena perbedaan usia yang cukup jauh sehingga membuat Lina sungkan untuk bertanya tanya apalagi kepo pada apa yang di lakukan bi Idah di luar sana. Lina lebih sering bermain medsos atau berbagi kabar dengan teman temannya disaat senggang. “Bi, saya hanya ingin tahu siapa orang yang sudah berbaik hati memberi kado boneka barbie pada anakku,”kata Miranti dengan tatapan mengintimidasi sehingga membuat bi Idah semakin ketakutan. “Apa saya salah bu kalau berteman dengan pembantu lain di komplek ini?” tanya bi Saidah membela diri. Miranti hanya bisa tersenyum mendengar jawaban yang di berikan pembantunya itu. “Bibi tidak salah, malah saya senang bibi punya banyak teman di komplek ini asal jangan mengumbar kejelekan orang lain . Saya hanya ingin tahu siapa dia kok begitu

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 34 Menyusun rencana

    Setelah menunggu cukup lama kini hari yang di nantikan tiba. Persiapam pernikahan sudah mencapai sembilan puluh lima persen itu artnya hampir selesai semua tinggal menunggu kesiapan untuk acara . Mulai dari MC dan juga penerima tamu sudah di atur oleh pemilik Wedding organizer. Mami Yuliana dan Papi Edward yang menginap beberapa hari yang lalu nampak sudah siap dengan baju couple. Mami mengandeng Desy yang juga memakai gaun warna senada. Walaupun katanya di rayakan secara sederhana tapi karena mengundang rekan bisnis masing masing sehingga acara tetap mewah dan bernuansa glamour. Pak Edward tidak tanggung tanggung dalam menggelontorkan dana, maklum dulu Miranti menikah hanya di KUA tempat tinggal Radite.Tak lupa Miranti mengundang bu Ismi yang undangannya di berikan melalui bi Idah.Sedangkan undangan untuk bu Hilda di kirim melalui orang kepercayaan Miranti.Ternyata bu Hilda adalah pelanggan tetap butik yang di kelola Miranti. Beliau sering datang bersama teman teman arisannya sehin

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 35 Terkuak

    Radite mematikan ponselnya dan berjalan menuju ruang tunggu. Dalam hati Radit tidak sabar lagi untuk bertemu dengan bapaknya. Banyak hal yang ingin dia tanyakan perihal masuknya pak Syukur ke dalam penjara.Tak lama kemudian sipir penjara membawa pak Syukur mendatangi Radit. “Apa kabar pak?” tanya Radit pada bapaknya yang terlihat lebih segar dan sumringah. “Alhamdulillah bapak sehat nak, gimana kabar kamu dan ibumu?” tanya pak Syukur pada anaknya.Kemudian duduk di hadapan Radit “Radite dan ibu sehat, tapi ibu ngga bisa ke sini karena ada keperluan yang ngga bisa di tinggal. Mungkin lain kali Radit akan ajak ibu ke sini nengokin bapak.” Jawab Radit, dia tidak ingin membuat citra ibunya jelek di mata bapaknya. “Syukurlah kita semua selalu dalam lindungan Allah. Radit menatap wajah tua di hadapannya dengan hati trenyuh. “Betapa sabarnya bapak, walau harus menanggung imbas dari perbuatan yang tidak di lakukan,”gumam Radit dalam hati. “Pak ,Radit punya rencana untuk m

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 36 Mencari pengacara

    Setelah membuat janji dengan Erwin, Radit datang ke kantor Erwin yang berada di pusat kota. Sampai di sana sudah di sambut oleh asisten Erwin. “Selamat pagi, bisa bertemu dengan pak Erwin?, saya Radit,” Sapa Radite pada wanita cantik yang duduk di kursi dekat ruangan Erwin. “Oh silahkan masuk, bapak sudah di tunggu di dalam,’ jawab wanita cantik itu. Radite melangkah masuk dan membuka pintu ruangan kerja pengacara handal itu. “Selamat siang pak Erwin!” sapa Radit pada Erwin. “Selamat siang silahkan duduk, ada yang bisa saya bantu?,” tanya Erwin. Matanya menatap tajam pada tamu di hadapannya. “Bukankah anda mantan suami Miranti?” tanya Erwin penuh selidik. “Iya saya mantan suami Miranti, tapi tujuan saya menemui anda tidak ada kaitannya dengan Miranti ataupun Ricard. Saya ingin meminta bantuan anda untuk membuka kembali kasus pembunuhan yang sudah dua puluh tahun berlalu.” “Maksud anda gimana?” tanya Erwin tidak mengerti maksud pembicaraan Radit. “Begin

Bab terbaru

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 45 Masa lalu bu Miranti

    “Iya bi, memangnya ada apa kok bi Idah kaget,” tanya suster Lina heran. “Oh ngga, sudah sana di tidurkan dulu non Desy nya nanti kita ngobrol lagi,” kata bi Idah kemudian meneruskan menyapu halaman. Suster Lina bergegas membawa Desy ke kamarnya setelah memastikan keadaan anak majikannya aman suster Lina keluar lagi menemui bi Idah. “Ada apa bi Idah bikin penasaran saja,” tanya suster Lina sambil menepuk bahu bi Idah yang sedang menyapu. Bi Idah tidak menjawab melainkan meneruskan pekerjaannya setelah selesai baru menarik tangan suster Lina menuju bangku di taman samping rumah. “Sini ada yang ingin aku sampaikan,” Suster Lina menurut saja kemudian duduk di samping bi Idah. ‘Cepetan dong bi nanti keburu Desy bangun,” gerutu suster Lina tak sabar. Bi Idah menarik napas dalam dalam kemudian baru memulai ceritanya. “Kata bu Ismi, Desy itu bukan anak pak Ricard, tapi anak dari Radit anaknya bu Ismi. Entah gimana ceritanya saya kurang tahu tapi bu Ismi ingin sekali bi

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 44 Pertanyaan mengejutkan dari Desy

    “Pertanyaan Desy sontak membuat Miranti gelagapan. Ricard juga kaget dengan apa yang ditanyakan anaknya itu.Miranti dan Ricard tidak menyangka Desy akan memberikan pertanyaan yang sangat mengejutkan. “Sayang dari mana kau tahu itu semua. Nenek Desy itu omah Yuli,” jawab Miranti berusaha untuk menyembunyikan permasalahan yang sebenarnya. Belum waktunya anak sekecil Desy tahu kemelut rumah tangga orang tuanya. “Tapi Bun, beliau ngaku neneknya Desy bahkan nunjukin fotonya sama bunda dan dede bayi, kata nenek itu Desy waktu masih bayi. Apa bener Bun Desy yang merawat nenek Ismi,” cerocos Desy. Alih alih menjawab pertanyaan anaknya Miranti langsung muntah muntah lagi.Kepalanya pusing dan napasnya tersengal sengal.Melihat keadaan istrinya Ricard panik dan langsung menghubungi dokter. “Non Desy kita keluar dulu yuk, jalan jalan ke taman, kasihan bunda muntah muntah lagi,” suster Lina menggandeng tangan mungil Desy keluar dari ruangan. Melihat keadaan bundanya Desy diam dan

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 43 Pak syukur bebas

    “Tentang bapakmu?” tebak bu Ismi. “Ya salah satu di antaranya, ada lagi yang ngga kalah penting dari itu bu,” jelas Radit menatap ibunya. “Apa, jangan bikin teka teki Radit, ibu lagi pusing,” Tegas bu Ismi, dirinya kecewa atas sikap Radit yang tidak bisa merayu anaknya untuk bisa lebih dekat dengannya. “Bahrudin tertangkap, dan semua harta miliknya jatuh pada saya, Radit,” ucap Radit bangga sambil membusungkan dada. “Ibu ngga percaya, bukannya kamu selalu bikin kecewa ibu?, sudahlah jangan berhalu,” Ibu beranjak dari tempat duduknya , tapi Radit menarik tangan bu Ismi untuk duduk kembali. “Apalagi ibu memanggilmu ke sini agar bisa bertemu dengan anakmu dan kalian bisa lebih dekat tapi nyatanya apa?, kau hanya diam saja,dan tak berbuat apa apa. Sudah lah Radit ibu masih banyak pekerjaan,”ucap ibu kesal. “Bu dengerin Radit dulu. Aku mau mengajak ibu menemui bapak karena hari ini bapak bebas.” “Benarkah bapak bisa bebas?, alhamdulillah akhirnya kita bis

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 42 Nenek?

    “Assalamualaikum,” salam yang diucapkan oleh bi Idah saat memasuki gerbang rumah bu Hilda. “Waalaikumsalam, eh Saidah, sama siapa?” tanya bu Ismi yang berjalan tergopoh gopoh membukakan pintu. Desy yang sedang asyik makan es cream cuek saja mendengar sapaan dari bu Ismi.Bu Ismi melihat keberadaan cucu yang di rindukannya di depan mata, beliau tidak menyangka akan di pertemukan kembali. “Desy!.. cucu nenek, apa kabar sayang?” tanya Bu Ismi berjongkok dihadapan cucunya itu. Namun Desy bukannya menyambut sapaan neneknya malah bersembunyi di belakang tubuh bi Idah. “Bi dia siapa,kenapa panggil Desy cucu?, Desy ngga kenal Desy takut bi,” rengek Desy sambil menarik tangan bi Idah minta pulang. “Sebentar kita kan baru sampai lagian Bunda juga ngga ada di rumah, nanti Desy sendirian”.Melihat tamunya ngambek bu Ismi yang tidak lain adalah nenek Desy mengajaknya duduk di sofa. “Dah ajak Desy duduk dulu,” kemudian Bu Ismi masuk ke dalam dan mengambilkan puding coklat dari

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 41 Miranti ngidam

    Waktu terus berjalan hari pun terus berganti kini sudah dua bulan sejak kepulangan Ricard dan Miranti dari bulan madu. Semua kembali ke aktivitas semula. Ricard pergi ke Mini market dan Miranti pergi ke butik setelah sekian lama di handle oleh orang kepercayaannya. Mami Yuliana juga sudah kembali ke rumahnya setelah lama menemani cucunya juga mendaftarkan cucunya sekolah.Saat ini Desy sudah sekolah di taman kanak kanan. Setiap pagi pergi ke sekolah di antar oleh pengasuhnya.Hari sudah menunjukkan pukul tujuh tapi Miranti belum juga bangun, dia masih meringkuk di bawah selimut. Ricard yang baru pulang olah raga pagi kaget karena ngga biasanya istrinya masih bermalas malasan. “Sayang, kok belum bangun, katanya mau ke butik sana mandi dulu nanti kita sarapan bareng, kasihan Desy sudah nungguin di meja makan,” kata Ricard sambil mengoyang goyangkan tubuh istrinya. “Aku lagi kurang enak badan, kelapa ku pusing dan perutku mual,” jawab Miranti kemudian menarik selimut menutupi s

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 40 Titipan Bahrudin pada Pardi

    Pardi menatap Radit tak berkedip, dengan pandangan menyelidik membuat Radit merasa risih. “Benar pak, saya menikah dengan Suharti anak satu satunya pak Bahrudin, karena dia sedang hamil jadi Suharti tidak ikit ke sini,” jawab Radit meyakinkan Pardi. “Begini pak, pak Bahrudin memberikan kunci cadangan pada saya karena setiap hari saya yang di tugaskan untuk merawat dan membersihkan villa ini. Apalagi pak Bahrudin jarang sekali ke sini. “Saat ini bapak ada masih ada di villa kan, bisa antar saya ke dalam villa menemui bapak?,”tanya Radit. Pardi geleng geleng kepala sabil kebingungan. “Lho bukannya bapak dari kemarin berada di villa itu?” tanya Radit dengan dahi mengernyit. “Bapak sudah pergi dengan dua orang anggota polisi yang menangkapnya kemarin,sebelum bapak pergi bapak menitipkan amplop coklat berukuran besar dan tebal.” “Isinya apa pak, dan mana amplop itu?,” berondong Radit penasaran. “Kalau isinya saya tidak tahu, tapi sebentar saya ambilkam amplopn

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 39 Rahasia yang terpendam

    “Harti, ada apa dia menelpon?” gumam Radit sambil berjalan keluar dari ruang ATM, kemudian menggeser tombol hijau untuk menerima telpon. “Halo dek, ada apa ?” tanya Radit pura pura tidak tahu padahal dia sudah menduga kalau istrinya menanyakan keberadaannya. “Kamu di mana mas, udah sampai?” jawab Harti dengan nada cemas. “Aku belum sampai di kota Tegal, mobil yang ku pakai tiba tiba mogok padahal baru saja aku isi bahan bakar full,” ucap Radit mencari alasan. “Gawat mas, bapak ke tangkap polisi .” kata Harti panik. “Kok bisa lha wong saya saja belum ketemu bapak,ini saya sedang ke Tegal setelah memperbaiki mobil di bengkel,”ujar Radit lagi. “Terus gimana ini, apa mas Radit balik lagi aja lagian percuma kalau di teruskan ke Tegal bapak sudah di bawa ke Jakarta.” Kata Harti nada putus asa. “Ngga dek, mas lanjutkan ke Tegal ke villa, kamu jangan percaya berita itu dulu siapa tahu hoax,sebelum mas tahu kenyataannya di villa,” jawab Radit kemudian mematikan sam

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 38 Tertangkapnya Bahrudin

    Bapak… ,” Suharti tidak melanjutkan ucapannya dia ragu untuk menyebut di mana keberadaan bapaknya padahal dia tahu persis di mana bapaknya bersembunyi. “Dek, kenapa ragu dan bingung, kalau dek Harti mengatakan di mana keberadaan bapak siapa tahu mas bisa membantu melindungi bapak dari kejaran polisi,” ucap Radit sambil mengelus rambut panjang istrinya. Sejenak Harti menatap suaminya meminta kepastian. “Iya apa kamu ngga percaya sama suamimu sendiri?” ucap Radit untuk meyakinkan istrinya. Padahal dalam hati dia bersorak gembira karena tanpa bersusah payah mencari keberadaan Bahrudin mertuanya ,Suharti sudah menunjukkan persembunyiannya dan Radit tinggal lapor polisi. “Bapak ada di vila di Guci,” jawab Harti tanpa rasa curiga sedikitpun mengatakan yang sejujurnya dia berharap suaminya bisa menolong menyelamatkan bapaknya dari kejaran polisi. “Hah di villa, alamatnya?, biar aku kesana besok.,” Radit menyakinkan kembali pada istrinya. “Villa ASRI mas, itu Vila mili

  • JANGAN PERGI BUNDA   BAB 37 Penyelidikan polisi

    “Halo apa?...” Radit panik dan langsung berganti baju kemudian mengambil kunci mobil kembali. “Mas mau kemana, katanya mau makan?” tanya Suharti bingung melihat suaminya panik setelah menerima telpon. “Mas makannya nanti saja ada hal urgent yang harus di tangani, Mas pergi dulu ya,” Radit bergegas keluar kemudian membuka mobil dan melajukan mobilnya dengan cepat. “Ada apa sebenarnya suamiku itu, telepon dari siapa ya?” gumam Suharti penasaran.Setelah menerima telepon dari kepolisian bahwa pak syukur keracunan makanan, Radit langsung meluncur menuju Rumah sakit . Sampai di sana banyak polisi yang berjaga jaga. “Selamat siang pak, bagaimana keadaan bapak saya?” tanya Radite pada polisi yang berjaga. “Bapak anda selamat dan sudah melewati masa kritisnya, sekarang sedang beristirahat dengan penjagaan yang ketat.” Kata polisi yang berjaga di depan pintu. “ Oh ya pak Radit, dari hasil penyelidikan ada orang yang sengaja menitipkan makanan pada pak Syukur dan set

DMCA.com Protection Status