"Jal, tunggu! Aku tidak bersalah. Kalau Rindu yang pertama kali menyerang ku. Aku bisa jelaskan bahwa diriku hanya membela diri ketika wanita itu akan menyakitiku," ungkapku mencoba berlari mengejar Jali untuk menjelaskan semuanya bahwa sama sekali tidak bersalah dan aku tak ingin disalahkan."Bohong Jal! Kamu jangan percaya pada wanita itu, bukankah kamu barusan yang melihat bahwa dia dengan beraninya mencoba menyakitiku. Padahal aku sama sekali tidak berbuat apa-apa, mungkin dia ini cemburu sebab melihat kedekatan kita!" sergah Rindu.Dadaku mulai naik turun dengan emosi yang hampir naik ke ubun-ubun. Tahan, tahan. Aku mencoba menahan amarah yang saat ini telah menguasai diri ini. Ternyata Rindu tidak hanya licik bahkan dia juga sangat berbisa lebih dari ular kobra."Kalau begitu kamu lihat saja di cctv, bukankan seluruh rumah ini diawasi," saranku.Itu adalah salah hal yang tepat disaat situasi seperti ini.Jali terdiam sejenak, sembari pikirannya mulai menyetujui dengan saran yan
Kriiieeet!Sebuah daun pintu terbuka lebar tatkala diri ini akan merebahkan badan. Berhubung sekarang telah memasuki jam 8 malam, baru saja aku pun selesai shalat isya sendirian."Maaf aku mengganggu, maafkan aku juga sudah menuduhku yang tidak-tidak. Untung saja kamu menyarankan aku untuk melihat bukti, akhirnya aku sekarang percaya padamu kalau memang kamu tidak salah."Rojali nampak merasa bersalah, pria bertubuh kekar itu mengucapkan sebuah permohonan maaf, lantaran dirinya sudah terang-terangan memarahi demi membela mantan istrinya yaitu Rindu.Awalnya aku hanya ingin diam dengan mulut tak berucap sepatah katapun di ranjang yang empuk ini. Akan tetapi langkah Jali semakin mendekat menghampiriku. Dan entah apa yang ia lakukan. Pria itu mengulurkan tangan sembari mendekatkan wajahnya dengan wajahku seolah akan mencium pipiku tiba-tiba.Tadinya aku ingin pasrah dan hanya memejamkan mata melihat wajah Jali semakin mendekat dan mendekat. Dak-dik-duk!Itulah yang dirasakan jantungku t
Saat aku baru kembali dari toilet kulihat wajah suamiku, Rojali tengah tertidur pulas di atas ranjang. Kalau Jali tidur di atas ranjang, berarti giliran aku yang tidur di bawah dengan kasur tipis. Pada saat mataku menatap wajahnya, ku lihat ketampanan yang begitu sempurna, cahaya dari wajahnya tiba-tiba memancar indah. Ku akui dirinya memang tampan rupawan. Akan tetapi diri ini harus sadar diri bahwa aku hanya wanita biasa yang terlahir dari keluarga miskin. Walaupun kini sudah menikah dengan resmi akan tetapi terjadinya pernikahan ini lantaran kesepakatan Jali.'Sadar Dian sadar! Lo itu hanya istri bayaran dan bukan istri sungguhan,' batinku terus saja bergemuruh.Jujur saja melihat wajahnya yang tampan rupawan itu membuat penglihatan ku tak bisa berpaling pada pandangan yang lain. Aku tersadar bahwa melihat Jali yang tertidur pulas dengan mata yang terpejam membuat wajahnya berubah seketika meneduhkan dan juga manjakan mata yang melihat. Tapi kalau keadaan lagi tidur kalau sadar be
"Dian, Diandra, bangun," seru Jali mengagetkan.Aku yang kala itu sedang tertidur pulas membuka mata dengan sangat tergesa, kulihat pria itu telah berada wajahnya tepat di atas wajahnya diiringi jarak yang lumayan beberapa cm. Ketika itu aku sungguh terkejut, tanganku langsung saja mendorong tubuhnya untuk menjauh dari pandangan mataku.Tadinya aku pun terkejut sebab sudah tau keberadaan Jali di atas wajahku.Bruk! Tubuh pria kekar itu seakan terjatuh sebab ulahku. Wajahnya tengah meringis kesakitan."Dian! Apaan sih Lo! Gue mau bangunin doang, Lo malah main kasar," bentak Jali.Kala itu aku hanya cengengesan merasa malu sebab kesalahanku Jali jadi korban dorongan ku hingga ia terjatuh."Sory Jal, mana gue tau kalau Lo mau bangunin gue, tadinya gue pikir Lo mau berbuat tak senonoh," sahutku sembari menggaruk kepala."Diandra, ngaco banget sih Lo. Siapa juga yang mau berbuat bejat. Baru juga jam 18 lebih 20 menit."" Emang iya baru jam segitu?" serobot ku dengan terkejut. Diri ini s
Tepat jam 7 : 30 wib akhirnya kami telah sampai dimana gedung yang sangat indah dengan hiasan bunga disertai lampu kelap kelip. Sungguh aku takjub luar biasa melihatnya."Hai bro, Lo baru sampai ya, gue udah tungguin dari tadi tau? Gimana kabar Lo, kenapa datang gak sama Rindu, Rindu juga ada disana," ucap Hadi teman semasa remaja dulu.Hadi tidak tau kalau pernikahan Rojali dan Rindu telah usai tahun lalu. Hadi bahkan baru pulang dari singapura untuk tinggal bersama ayahnya dan sekarang balik ke Indonesia tinggal bersama ibunya yang sama-sama pengusaha. Sama seperti Bu Janita janda kaya."Gue baik banget bro. Terus kapan dong Lo nyusul nikah. Kenalin ini Diandra, dia istri gue yang baru," sahut Jali mengalihkan pembicaraan dan langsung memperkenalkan kalau istrinya bukanlah wanita yang dulu.Mendengar hal itu aku ikut tersenyum, rasanya hatiku gembira, orang yang bukan siapa-siapa kini menggap aku sebagai istrinya. Itu rasanya nano banget, bahagia campur terharu."Jadi Lo sama Rindu?
Tak terasa waktu pun berlalu, jarum pendek pada jam yang menempel di dinding menunjukan pukul 01 : 00 wib, dan acara pesta ulang tahun pun telah usai, banyak orang yang berbondong untuk pulang."Diandra? Perasaan tadi dia aku suruh diam disini? Dia kemana? Apa sudah pulang duluan? Mungkin aku meninggalkannya terlalu lama hingga aku lupa kalau Dian sama sekali tidak mempunyai teman disini. Astagfirullah aku lupa."Rojali menepuk jidatnya, ia lupa bahwa meninggalkan sang istri dalam keadaan sendirian dan tidak mempunyai teman adalah perbuatan yang salah. Hingga akhirnya Dian menghilang entah kemana? "Bro apa Lo lihat wanita yang duduk disini?" tanya Jali bertanya pada pria yang berada di dekat kedalam Diandra tadi."Kalau gak salah tadi dia nyamperin temennya, cewek juga kok. Tapi anehnya cewek itu malah melempari tomat dan telur. Mungkin cewek Lo lagi ulang tahun ya," sahut lelaki itu yang umurnya sebanding dengan Jali."Maksudnya?" tanya Jali menyelidik lebih detail."Ya gitu, gue ju
"Den Hadi ternyata toilet terkunci," teriak Pak Holid.Saat mendengar itu serentak saja Jali dan juga Hadi melenggang cepat berburu menghampiri ke arah Pak Holid."Ada apa pak?" tanya Hadi."Toilet terkunci tidak bisa di buka, sepertinya ada orang di dalam," ungkap pak Hadi.Terlebih dulu sebelum di mendobrak pak Holid menggedor-gedor memastikan bahwa yang di cari ada di dalam ruangan tersebut."Apa ada orang di dalam?" seru Pak Holid.Akan tetapi setelah beberapa saat kemudian masih tidak ada jawaban, akhirnya Pak Holid pun memerintahkan Jali dan Hadi untuk mendobrak daun pintu toilet tersebut. Sebab hanya tempat ini yang sejak tadi belum dibuka dan belum sempat melihat dalamnya.Brak! Akhirnya daun pintu tersebut terbuka lebar, dan ternyata di sana ada wanita yang sejak tadi di cari Jali. "Diandra," seru Jali terlonjak kaget saat melihat istrinya terbengkalai tak berdaya. "Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa istrimu bisa terkunci begini?" tanya Hadi dengan rasa harunya."Entahla
Drrrt!Pagi hari benda pipih milik Rojali tiba-tiba saja bergetar. Jali pun yang masih berbaring di atas ranjang segera merogoh ponsel yang berada di atas bantal. [Jal, hari ini Mama dan Papa kamu pulang, tolong siapkan makanan ya dirumah.] pesan tersebut dari Mama Janita.Tangan Jali tak sempat membalasnya, ia mengabaikan itu semua demi melangsungkan rasa kantung yang sedang dialaminya. Ia melanjutkan lagi tidurnya dengan dibalut selimut seluruh tubuhnya.Pria itu nampak malas tatkala baru saja membaca pesan dari sang Mama, sudah pasti dengan kepulangan Mamanya dan Papa tirinya masuk ke rumah ini akan mengacaukan segalanya.***"Jal Mama pulang," sapa Bu Janita disambut antusias oleh Meri dan juga Diandra, begitupun dengan Jali terpaksa pria itu harus melihat wajah Haris yang saat ini menjadi papa tirinya."Jal kok kamu malah diam saja saat kedatangan Mama dan papa kamu ini, kamu kelihatan gak semangat gitu sih," lirih Bu Janita saat melihat reaksi wajah anak tunggalnya yang tidak
Hati gelisah tak menentu, kemana lagi Jali harus mencari istrinya yang hingga kini belum pulang. Sedangkan setahu Jali, Dian tidak punya sahabat ataupun kerabat lagi selain emaknya sendiri, kalau ke rumah Alina mana mungkin, sudah lama mereka tidak akur disebabkan memperebutkan cinta seorang Rojali. "Dian, Dian Lo di mana?" gumam Jali sembari pikirannya terus mencari. Padahal diluar hujan amat deras ditambah suasana terang pun sebentar lagi akan menjadi gelap. Jali menunggu di teras rumah. Sesekali pria bertubuh tinggi itu melihat ponsel, dan menghubungi istrinya akan tetapi masih tidak ada jawaban."Percuma kamu menunggu wanita itu sampai kapanpun sebab dia tidak akan balik lagi kesini," kata Bu Janita yang hendak menemani Jali."Ma, apa Mama tau Dian kemana? Mana mungkin Mama tidak tau seharian ini Dian dirumah bersama Mama?" tanya Jali dengan tatapan kosong itu. "Mama tidak tau apapun Jali!" selalu itu yang terlontar dari jawaban sang Mama.Sebentar lagi adzan magrib akan berkum
Setelah kepulangan Jali dari kantor untuk menggantikan Bu Janita kerja. Lantaran Bu Janita hari ini tidak bisa masuk dikarenakan kepalanya yang terasa pening sebab terlalu memikirkan pernikahan sang anak.Jali melenggang gontai sembari matanya terus melirik ke arah ruangan kamar dan juga semua penjuru ruangan. Disisi lain dia mencari sang istri yang tak terlihat batang hidungnya sama sekali. Hatinya bertanya dimanakah istrinya. Akan tetapi pikirannya langsung menjawab positif bahwa sang istri sedang keluar atau memasak di dapur. Setelah beberapa saat rebahan di kamar, Jali pun merasa terheran. Biasanya kalau Jali baru pulang, jam segini paling istrinya ada di kamar. Akan tetapi kali ini tidak terlihat sama sekali.Dengan rasa penasaran yang memuncak pria berhidung mancung itu melenggang menuju lanttai bawah. Ia mencari di setiap penjuru ruangan dilihatnya secara saksama, namun tak ada sosok sang istri yang terlihat melainkan ada sang Mama yang sedang sibuk dengan ponsel di tangannya.
"Saya beri kamu 2 pilihan, kamu mau pergi dari rumah ini secara diam-diam tanpa sepengetahuan jali atau kamu mau bercerai dengan anak saya? Sebab saya tidak rela anak saya harus bersanding denganmu."Wanita setengah baya itu memberikan dua pilihan yang membuat nafas Diandra sesak. Awalnya Dian sangat enggan dan menolak untuk membuka mulut lantas pilihan tersebut sangat susah untuk dipilih. Bu Janita melangkah mengelilingi kediaman menantunya yang saat ini masih berdiri, mematung dengan pikiran yang melayang jauh entah kemana. "Cepat bicara?! Kesabaran saya sudah habis, saya benar-benar marah dan benci sama kamu Dian, andai saya tau kalau kamu itu wanita miskin yang memang matre mungkin saya tidak akan pernah mau menjodohkan kamu. Nyatanya saya hanya di bohongi oleh wajah polos yang kamu miliki!"Begitu geram Bu Janita memaksa Dian untuk memilih salah satu pilihan yang membuat Dian tidak sanggup untuk memilih. Dian terdiam mematung dengan deraian air mata yang terus saja berlinang mem
"Tadinya aku menikahi Dian atas di dasari karena paksaan Mama dan juga aku ingin membuat Haris cemburu, tapi nyatanya malah aku yang mulai menyukai Dian Ma, aku mohon jangan biarkan aku berpisah dengannya lagi Ma," ungkap Jali. Akan tetapi Bu Janita sangat kecewa dengan kedua pasangan itu terutama pada sang menantu yang tega membohonginya dan mau dibayar oleh Jali. Seharusnya Dian tidak harus melakukan itu demi sebuah uang."Tapi Mama sudah terlanjur kecewa sama kamu dan istri kamu! Jangan-jangan sekarang juga kamu membohongi Mama lagi kalau kamu mempunyai perasaan pada Dian. Pokoknya Mama tidak mau percaya dengan kamu Jali. Dan Mama tidak suka melihat Dian, terserah kamu, kalau kamu tidak mau pergi dari sini kamu ceraikan istri kamu yang murahan itu! Mama sangat eneg lihatnya. Masih banyak perempuan di luar sana yang lebih istimewa dan mempunyai harga diri," sahut Bu Janita dengan emosi yang meluap. Ia begitu kecewa saat tau bahwa pernikahan sang anak adalah pernikahan bayaran. Bah
"Sayang aku mau ke kamar duluan ya kalau kamu mau disini dulu."Jali melenggang ke lantas 2 menaiki tangga untuk menyimpan tas besar yang saat ini Dian bawa. Kali ini Dian membawa beberapa foto dan juga barang kesayangannya yang sempat ia simpan di rumah Emak.Padahal wanita muda berbulu mata lentik itu masih merasakan betah dirumah masa kecilnya dulu. Akan tetapi Jali memaksanya untuk pulang ikut bersamanya.Aku terpaku di ruangan utama, kaki Dian rasanya pegal sekali walaupun Dian baru saja menaiki mobil saat datang kesini."Berani juga ya kamu datang lagi kesini! Gak tau malah banget! Sudah menjadi pengganggu suami mertuanya, eh malah balik lagi. Kalau aku sih malas banget! Malu banget! Mau ditaruh dimana muka yang cantik ini, Dasar pengganggu suami orang. Eh bukan suami orang lebih tepatnya suami mertua sendiri! Menanti macam apa?!" Ledekan pedas itu sudah sering Dian dengan, dan suara yang meledek Dian pun tak lain adalah wanita yang pernah mewarnai kehidupan suaminya."Eh Rindu
"Jangan sebut istriku murahan Ma. Dian kamu yakin 'kan tidak bermaksud menggoda Haris? Sekarang kamu katakan di hadapan kami semua kalau kamu tidak bersalah," titah Jali sembari memandang sang istri penuh rasa bersalah sebab sebelumnya ia septa tak percaya."Iya, aku sama sekali tak mencintai siapapun terkecuali suamiku sendiri," ungkap Dian.Wanita muda cantik terkejut tatkala sang suami kini mulai mempercayainya, dengan senang hati Dian memeluk Jali di hadapan semua anggota keluarganya membuat Emak Jamilah seketika terharu melihat adegan sepasang sejoli yang tak ingin dipisahkan itu.Dian pun tak menyangka kalau akhirnya dia bisa lagi memeluk tubuh sang suami dengan erat setelah permasalahan yang hampir saja membuat dirinya dan Jali berpisah untuk selamanya.Mak Jamilah tersenyum penuh kebahagiaan yang tiada Tara, ia ikut senang dengan kehadiran Jali yang datang disaat waktu begitu tepat."Sayang pokoknya aku gak mau tau, Jali dan Dian harus bercerai, mereka tidak boleh disatukan, s
Pagi ini langit amatlah mendung ditemani rintikan hujan membasahi genting dan juga halaman semuanya nampak basah. Dian yang kala itu sedang termenung, berharap hadirnya kedatangan seseorang, tapi mungkin semuanya hanya bayangan semata. Mata mungkin suaminya datang kesini."Dian ayo makan," titah Mak Jamilah tatkala sang cucu malah tak bergeming sama sekali. Mak Jamilah pun mengambil tindakan dengan mengambilkan nasi pada piring kosong milik Dian. "Mak, gak usah repot-repot, Dian sedang malas makan, nanti saja makannya ya," sahut Dian sembari menolak sepiring nasi putih yang disodorkan Mak Jamilah."Dian kamu kemana?" seru Mak Jamilah pada sang cucu yang tiba-tiba saja gegas bangkit meninggalkan meja makan.Mak Jamilah pun nampak bingun dengan keadaan semua ini. Dian kembali duduk di ruang utama sembari matanya terus saja memandangi air hujan yang semakin siang semakin deras. Percikan kerinduan mulai terasa, nyatanya jauh dari sang suami membuatnya sangat terpuruk. Padahal baru saj
"Dian, kamu kenapa Nak, kenapa harus menangis? Apa yang sedang terjadi? Kenapa kamu kesini sendiri? Suamimu mana?" Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut nenek tua yang telah keriput dimakan usia. Emak Jamila begitu kaget saat melihat keadaan sang cucu yang telah menangis tersedu-sedu. Mata lentik Dian kini berubah menjadi bengkak disertai warna merah."Mak Dian di fitnah oleh Haris dan bude Meri, mereka menuduh Dian berselingkuh, padahal aku sama sekali tidak melakukan hal keji itu, apalagi saat ini statusku istri orang. Mana berani aku melakukan itu," tak hentinya wanita muda itu menangis.Dian memeluk tubuh sang nenek, walaupun air matanya tak henti terus saja luruh. Dengan perlahan Mak Jamilah mengelus bahu Dian dengan telapak tangan begitu lembut."Kita masuk Nak, bicarakan di dalam saja, tidak enak kalau orang lain melihat kamu sedang menangis begini," sahut Mak Jamilah sembari memapah tubuh Dian yang nampak lemas itu.Mak Jamila membawa cucunya masuk kedalam rumah dan me
"Apa maksud kalian dengan semua ini?!" tiba-tiba saja Bu Janita bersama Jali datang sembari melotot.Bagi Janita hari ini adalah hari yang terburuk, rasanya seperti si sambar gledek disiang bolong. Menantu kesayangannya berselingkuh dengan suami muda yang amat dicintainya.Janita memperlihatkan sebuah gambar, yang memang mambuat Dian dan Haris tentu saja terlonjak kaget, gambar yang di perlihatkan Janita, yakni gambar saat Haris mencium Diandra tadi.Mata Dian melirik bergantian pada kediaman bude Meri, wanita berparas cantik itu yakin bahwa Foto itu pemberian dari bude Meri, pantas saja ia merasa bahwa ada sinar Blige ponsel pada saat Haris hampir saja menodainya."Ma, tadi Haris mau melukai aku makannya dia menciumi secara paksa, tadi aku sudah coba melawan akan tetapi tanganku tak bisa melawan dan memberontak," ungkapku tergopoh menjelaskan pada sang mertua.Akan tetapi sepertinya Bu Janita tak percaya sama sekali sebab ia membaca pesan dari bude Meri bahwa Diandra menggoda Haris -