Tepat jam 7 : 30 wib akhirnya kami telah sampai dimana gedung yang sangat indah dengan hiasan bunga disertai lampu kelap kelip. Sungguh aku takjub luar biasa melihatnya."Hai bro, Lo baru sampai ya, gue udah tungguin dari tadi tau? Gimana kabar Lo, kenapa datang gak sama Rindu, Rindu juga ada disana," ucap Hadi teman semasa remaja dulu.Hadi tidak tau kalau pernikahan Rojali dan Rindu telah usai tahun lalu. Hadi bahkan baru pulang dari singapura untuk tinggal bersama ayahnya dan sekarang balik ke Indonesia tinggal bersama ibunya yang sama-sama pengusaha. Sama seperti Bu Janita janda kaya."Gue baik banget bro. Terus kapan dong Lo nyusul nikah. Kenalin ini Diandra, dia istri gue yang baru," sahut Jali mengalihkan pembicaraan dan langsung memperkenalkan kalau istrinya bukanlah wanita yang dulu.Mendengar hal itu aku ikut tersenyum, rasanya hatiku gembira, orang yang bukan siapa-siapa kini menggap aku sebagai istrinya. Itu rasanya nano banget, bahagia campur terharu."Jadi Lo sama Rindu?
Tak terasa waktu pun berlalu, jarum pendek pada jam yang menempel di dinding menunjukan pukul 01 : 00 wib, dan acara pesta ulang tahun pun telah usai, banyak orang yang berbondong untuk pulang."Diandra? Perasaan tadi dia aku suruh diam disini? Dia kemana? Apa sudah pulang duluan? Mungkin aku meninggalkannya terlalu lama hingga aku lupa kalau Dian sama sekali tidak mempunyai teman disini. Astagfirullah aku lupa."Rojali menepuk jidatnya, ia lupa bahwa meninggalkan sang istri dalam keadaan sendirian dan tidak mempunyai teman adalah perbuatan yang salah. Hingga akhirnya Dian menghilang entah kemana? "Bro apa Lo lihat wanita yang duduk disini?" tanya Jali bertanya pada pria yang berada di dekat kedalam Diandra tadi."Kalau gak salah tadi dia nyamperin temennya, cewek juga kok. Tapi anehnya cewek itu malah melempari tomat dan telur. Mungkin cewek Lo lagi ulang tahun ya," sahut lelaki itu yang umurnya sebanding dengan Jali."Maksudnya?" tanya Jali menyelidik lebih detail."Ya gitu, gue ju
"Den Hadi ternyata toilet terkunci," teriak Pak Holid.Saat mendengar itu serentak saja Jali dan juga Hadi melenggang cepat berburu menghampiri ke arah Pak Holid."Ada apa pak?" tanya Hadi."Toilet terkunci tidak bisa di buka, sepertinya ada orang di dalam," ungkap pak Hadi.Terlebih dulu sebelum di mendobrak pak Holid menggedor-gedor memastikan bahwa yang di cari ada di dalam ruangan tersebut."Apa ada orang di dalam?" seru Pak Holid.Akan tetapi setelah beberapa saat kemudian masih tidak ada jawaban, akhirnya Pak Holid pun memerintahkan Jali dan Hadi untuk mendobrak daun pintu toilet tersebut. Sebab hanya tempat ini yang sejak tadi belum dibuka dan belum sempat melihat dalamnya.Brak! Akhirnya daun pintu tersebut terbuka lebar, dan ternyata di sana ada wanita yang sejak tadi di cari Jali. "Diandra," seru Jali terlonjak kaget saat melihat istrinya terbengkalai tak berdaya. "Apa yang sebenarnya terjadi, mengapa istrimu bisa terkunci begini?" tanya Hadi dengan rasa harunya."Entahla
Drrrt!Pagi hari benda pipih milik Rojali tiba-tiba saja bergetar. Jali pun yang masih berbaring di atas ranjang segera merogoh ponsel yang berada di atas bantal. [Jal, hari ini Mama dan Papa kamu pulang, tolong siapkan makanan ya dirumah.] pesan tersebut dari Mama Janita.Tangan Jali tak sempat membalasnya, ia mengabaikan itu semua demi melangsungkan rasa kantung yang sedang dialaminya. Ia melanjutkan lagi tidurnya dengan dibalut selimut seluruh tubuhnya.Pria itu nampak malas tatkala baru saja membaca pesan dari sang Mama, sudah pasti dengan kepulangan Mamanya dan Papa tirinya masuk ke rumah ini akan mengacaukan segalanya.***"Jal Mama pulang," sapa Bu Janita disambut antusias oleh Meri dan juga Diandra, begitupun dengan Jali terpaksa pria itu harus melihat wajah Haris yang saat ini menjadi papa tirinya."Jal kok kamu malah diam saja saat kedatangan Mama dan papa kamu ini, kamu kelihatan gak semangat gitu sih," lirih Bu Janita saat melihat reaksi wajah anak tunggalnya yang tidak
Sinar matahari begitu hangat menembus ke celah jendela kamar, Diandra -wanita muda cantik yang kala itu mata lentiknya masih terpejam dengan tubuh terbaring lemah di atas ranjang terbangun seketika. Huah!Di kala mulut masih menguap perlahan ia bangkit sembari menyibakkan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya. Akan tetapi apa yang terjadi, ia begitu terkejut sembari kembali menutupi tubuhnya dengan selimut yang tadi, yang sempat ia buka."Apa yang terjadi," gumamnya kaget saat melihat bahwa pagi ini tubuhnya tidak memakai baju dan tidak ada satu helai benang menutupi badannya terkecuali selimut bermotif Spiderman. "Apa jangan-jangan ini perbuatan Jali? Apa dia semalam telah melakukan sesuatu pada diriku?" Pikiran buruk mulai merasuki, "Tidaakkkkk!" teriakan Diandra menggelegar di seluruh ruangan kamar membuat semua orang yang sedang memulai aktivitas menjadi merasa heran dan penasaran dengan teriakan yang begitu kencang itu.Pada saat Jali datang terlihat istrinya sudah mengacak-n
"Jali antarkan Mama ke kantor sekarang." Wanita setengah baya itu meminta Jali untuk mengantarkannya ke kantor."Ma,biasanya juga Mama selalu minta antar suami Mama yang manja itu," tunjuk Jali pada arah Haris yang tengah duduk memakan sarapan pagi."Papa kamu sedang tidak enak badan, kamu jangan membantah begitu dong, sama sekalian kamu nanti Mama ajarkan caranya kerja bagaimana, sebab sebentar lagi kalau bukan kamu siapa lagi yang akan melanjutkan," papar Bu Janita.Setelah sarapan pagi ini telah usai, Bu Janita hendak pamit pada Dian dan juga suaminya untuk pergi segera ke kantor miliknya. Kebetulan hari ini ada meeting penting, lahasil wanita paruh baya beranak satu itu harus mempersiapkan penampilannya dan berangkat sepagi mungkin, agar tidak terlambat."Dian jagain Papa mertuamu ya, kalau ada apa-apa kamu hubungi Mama dan Jali segera, sebab hari ini sepertinya Mama butuh dampingan juga, sembari mengajarkan Jali."Tutur Bu Janita sembari nampak tergesa untuk melenggang."Iya Ma,
"Apa maksud kalian dengan semua ini?!" tiba-tiba saja Bu Janita bersama Jali datang sembari melotot.Bagi Janita hari ini adalah hari yang terburuk, rasanya seperti si sambar gledek disiang bolong. Menantu kesayangannya berselingkuh dengan suami muda yang amat dicintainya.Janita memperlihatkan sebuah gambar, yang memang mambuat Dian dan Haris tentu saja terlonjak kaget, gambar yang di perlihatkan Janita, yakni gambar saat Haris mencium Diandra tadi.Mata Dian melirik bergantian pada kediaman bude Meri, wanita berparas cantik itu yakin bahwa Foto itu pemberian dari bude Meri, pantas saja ia merasa bahwa ada sinar Blige ponsel pada saat Haris hampir saja menodainya."Ma, tadi Haris mau melukai aku makannya dia menciumi secara paksa, tadi aku sudah coba melawan akan tetapi tanganku tak bisa melawan dan memberontak," ungkapku tergopoh menjelaskan pada sang mertua.Akan tetapi sepertinya Bu Janita tak percaya sama sekali sebab ia membaca pesan dari bude Meri bahwa Diandra menggoda Haris -
"Dian, kamu kenapa Nak, kenapa harus menangis? Apa yang sedang terjadi? Kenapa kamu kesini sendiri? Suamimu mana?" Pertanyaan demi pertanyaan keluar dari mulut nenek tua yang telah keriput dimakan usia. Emak Jamila begitu kaget saat melihat keadaan sang cucu yang telah menangis tersedu-sedu. Mata lentik Dian kini berubah menjadi bengkak disertai warna merah."Mak Dian di fitnah oleh Haris dan bude Meri, mereka menuduh Dian berselingkuh, padahal aku sama sekali tidak melakukan hal keji itu, apalagi saat ini statusku istri orang. Mana berani aku melakukan itu," tak hentinya wanita muda itu menangis.Dian memeluk tubuh sang nenek, walaupun air matanya tak henti terus saja luruh. Dengan perlahan Mak Jamilah mengelus bahu Dian dengan telapak tangan begitu lembut."Kita masuk Nak, bicarakan di dalam saja, tidak enak kalau orang lain melihat kamu sedang menangis begini," sahut Mak Jamilah sembari memapah tubuh Dian yang nampak lemas itu.Mak Jamila membawa cucunya masuk kedalam rumah dan me