Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 97"Bu, apa ini ya rumah sakit tempat Nunik di rawat?" Pak Warsiman memindai sekelilingnya, ia berharap menemukan keberadaan Bu Saropah. Ia dan istrinya saat ini sedang berada di rumah sakit tempat sang keponakan dari pihak istrinya di rawat. "Ih, Bapak ngapain nanyain keponakanmu, sih? Kita ke sini tuh untuk jenguk Andini. Gak usahlah ngurusin orang yang satu itu. Kan udah ada yang ngurus." Bu Romlah mencak-mencak. Ia tidak terima jika suaminya mengalihkan fokusnya untuk keluarga yang sudah dibencinya itu. Pak Warsiman tidak mendengarkan apa yang istrinya ucapkan. Ia memilih bungkam, karena berada di rumah sakit. Selain itu, ia tidak ingin telinganya panas sebab suara yang keluar dari mulut Bu Romlah begitu memekakkan telinganya. Setibanya di ruang rawat Andini, keponakan Bu Romlah, Pak Warsiman pura-pura berkepentingan di toilet. Padahal yang sebenarnya adalah, ia mencari tahu keberadaan Nunik di rumah sakit ini melalui resepsionis di UGD. Walaup
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 98"Haha…haha…. Anda lucu sekali! Kami sampaikan fakta, ngakunya keluarga. Giliran dimintai pertolongan, gak mau tahu. Gak usah melindungi orang yang jelas-jelas sudah berbuat zina, Pak!" Nabila menatap tajam Pak Warsiman."Sekali lagi Anda menggertak kami, justru saya yang akan melaporkan Anda dengan tuduhan melindungi pelaku pezina. Sudah banyak bukti bahwa yang kami omongkan adalah kebenaran. Silahkan tanya teman-teman Nunik, kalau tidak percaya. Toh, kami memfitnah pun tidak ada untungnya. Dan satu lagi, jangan pernah meminta dan memaksa dari kami untuk menjaga Nunik di sana. Bapak sekarang pergi dari sini, pergi!" Nabila benar-benar meradang, dadanya naik turun menyimbangi irama napas yang tidak beraturan. Pak Warsiman sudah tidak berkata-kata lagi, dia kehabisan kata-kata. Dengan wajah memerah, laki-laki itu pergi tanpa permisi. Pakdenya Nunik langsung menggeber motornya meninggalkan rumah Nabila. Tanpa memperhatikan kepergian Pak Warsiman,
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 99Sepeninggalnya Tejo, dokter masuk memeriksa kondisi terbaru Fathan. Saat ini Fathan sudah sadar."Keluarganya Saudara Fathan?" Dokter sudah selesai memeriksa Fathan. "Ya, kami, dok! Bagaimana kondisi suami saya?" Nabila mendekat, sementara Bu Saropah masih diam duduk di kursi dan menatap nanar ke arah brankar Fathan. "Sudah stabil tekanan darah dan jantungnya. Setelah ini, akan kami x-ray dan city scan, takutnya ada apa-apa di kepala. Untuk luka luar, tidak parah, biasa saja. " Setelah menyampaikan itu, dokter nampak berbisik-bisik kepada tim perawat. Tak berselang lama, para perawat dengan sigap mempersiapkan Fathan menuju ruang x-ray. "Kita ikut gak, Mbak?" Nabila membuntuti salah satu perawat seumurannya yang tertinggal di belakang. "Mbaknya tunggu di luar saja ya. Kita hanya sebentar saja. Takutnya kalau banyak orang, nanti malah menghambat prosesnya. Jika ada apa-apa, pasti kami hubungi Mbaknya. Permisi." Mendapat penolakan, Nabila pun akh
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 100Sementara itu, Pak Warsiman sudah tidak kuat menahan rasa sakit hati terhadap Nunik. Maka dari itu, Ia segera bergegas menuju parkiran begitu selesai melapor pada perawat. Sesampainya di parkiran, Pak Warsiman meluapkan amarahnya. Segala permasalahan masa lalu yang membuatnya sakit hati hingga sekarang tiba-tiba muncul kembali di kepalanya. Flashback on. Tok! Tok! Tok!"Kang, ada di rumah gak?" Petang menuju maghrib, Bapaknya Nunik menyambangi rumah Pak Warsiman."Ya, bentar! Ada apa, Lek?" Pak Warsiman memanggil Paklek kepada adik iparnya, untuk membahasakan putranya."Anu… Kang, aku pinjam dua ratus ribu ada gak, untuk tamasya SMP-nya Nunik? Panenku masih lama, Kang. Kasihan Nunik, Kang. Dia pasti malu kalau gak ikutan." Bapaknya Nunik memasang wajah memelas saat keduanya sudah duduk bersama di ruang tamu."Aduh, gimana ya? Ada sih, tapi...." "Aku mohon, Kang! Janji secepatnya aku bayar. Panennya paling tiga atau empat hari lagi, sedangkan N
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 101"Sadar gak, Mas? Mikirin kesalahan ibu saja bisa membuat kecelakaan, itu artinya?" Fathan kembali menghadap ke arah Nabila. Ia tertarik dengan pembahasan ini. "Aku harus menerima takdir adanya Nunik tanpa menyalahkan ibu, begitu? Belum bisa!" tebaknya yang hanya diangguki oleh Nabila. "Suamiku ternyata cerdas! Gak menyesal bersuamikan kamu, Mas!" kelakarnya sukses membuat Fathan cemberut dan itu malah menyemangati Nabila untuk kembali meledeknya. "Uluh, uluh! Suamiku bisa juga ngambeknya," ledeknya seraya menoel hidung Fathan. "Ngomong-ngomong, kemarin sore aku nelpon orang-orang teman kamu, lho. Khawatir, tahu!" lanjutnya dengan pura-pura merengut. "Cie, istriku khawatir, nih, ye! Udah, yang penting kan kita udah berduaan gini sekarang." Fathan meraih tangan Nabila lalu menciumnya. Hal ini menimbulkan pipi Nabila yang bersemu merah. "Kenapa dari dulu kita gak ngurus BPJS ya?" Fathan menerawang ke atas, ia membayangkan jumlah tagihan yang ha
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 102"Hm, minta nomornya Nunik, Bu!" Nabila tengadahkan tangannya pada Bu Saropah. Bu Saropah memang belum tahu apa maksud Nabila, tapi ia menurut saja. Sejurus kemudian, Nunik pun segera mengotak-atik HP Bu Saropah dan mengetikkan sesuatu pada HP miliknya. Tut! Tut! "Halo…." Walaupun nomor Nabila asing bagi Nunik, tapi pada deringan pertama, Nunik langsung mengangkatnya. "Nunik! Cepat kirimkan nomor Pakdemu itu, Pak Warsiman!" Klik. Sambungan telepon segera Nabila matikan sepihak, tanda tidak ingin menerima bantahan dari Nunik.Di atas ranjang pasien, Nunik yang sudah dilepas infus pun segera melaksanakan perintahkan oleh mbak madunya itu. Padahal, ia tidak tahu apa yang akan Nabila perbuat dengan nomor itu. Kendatipun Nunik tidak akur dan dekat dengan keluarganya, beruntung ia sempat menyimpan nomor Pak Warsiman. Meskipun seperti tak berfungsi. Klunting! Tak sampai satu menit, Nunik sudah mengirimkan nomor Pak Warsiman. "Tumben gak bantah tuh o
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 103Ada yang harus kita bayar di setiap hal yang kita peroleh. Dan sebaliknya, akan ada hal yang akan kita terima ketika kita memberi, sekalipun pemberi mengikhlaskan tanpa mengharapkan imbalan apapun. Karena, tidak ada yang gratis di dunia ini. Dengan menyerahkan kartu debit, Nabila justru sangat senang. Sebab, ketika akan membayarkan tagihan RS, ia sudah punya rencana di kepalanya. "Ini kartu debitnya dan nota pembayarannya, silahkan ibunya ke apotek untuk mengambil obat." Suster bagian administrasi memberikan apa yang diucapnya seraya menunjuk loket apotek. Satu jam telah berlalu, kini mereka bertiga, sudah tiba di rumah Nunik. Tepatnya berempat, karena Risma sudah diambil dari rumah Rosinah. "Nunik, langsung saja." Nabila berhenti sejenak lalu memandang sekeliling ruang tamu. "Kamu tahu habis berapa tagihan tadi?" Nunik dengan wajah sayu, menggeleng. "Gak tahu, Mbak!" Nunik menunduk, ia malu. "Nih, baca!" Nabila menyodorkan print-out hasil p
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 104Brak! "Astaghfirullah! Kamu kenapa marah-marah sih, Mas? Datang bukannya salam, malah banting pintu! Gak usah kek orang yang gak punya adab, gitu, lho!" Fathan yang masuk tanpa salam dengan membanting pintu saat pulang dari kerja membuat Nabila langsung menyemprotnya. Bu Saropah yang disamping Nabila ikut melototi lelaki satu-satunya di keluarga itu. "Gimana gak marah, aku sepanjang hari digunjingi orang-orang karena istri kedua di rumah sakit yang sama tapi gak ada yang urus sama sekali. Ini semua gara-gara ibu!" jelas Fathan dengan nada tinggi, tatapannya nyalang ke arah Bu Saropah. "Kok ibu, sih?" Bu Saropah terkejap saat dirinya merasa dituduh, ia yang duduk langsung berdiri. "Jelas gara-gara ibu! Coba saja gak maksa aku untuk nikahin Nunik, pasti kejadian ini tidak akan terjadi." Fathan yang masih berdiri ditambah dikuasai amarah, tidak bisa membendung emosi di hadapan sang ibu. Ia juga lupa bahwa segala sesuatu yang dialaminya adalah takd