Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 21.Entah apa yang terjadi pada perempuan pengantar paket dengan Ibu? Tapi yang pasti, wanita yang tidak kami ketahui asal usulnya itu menatap tajam ke arah Ibu begitu beliau muncul di ruang tamu."Mbak? Silakan duduk!" Aku mencoba menegurnya. Dia menggelengkan kepala kuat. Lalu, sebuah paket yang tidak kami ketahui untuk siapa itu segera dia diulurkan padaku."Ini untuk siapa dan dari mana, Mbak?" tanyaku setelah membolak-balikkan kotak berpita tersebut. Tidak ada nama pengirim serta penerima."Saya kurang tahu, Mbak. Mungkin bisa ditanyakan pada perempuan itu! Kalau gitu permisi!" Ditatapnya Ibu dengan mata tajamnya sebelum akhirnya perempuan itu pamit. Aku dan Mas Fathan hanya bisa saling pandang tanpa tahu apa yang terjadi. Lalu, mata kami berdua tertuju pada Ibu yang masih tertegun di tempat berdirinya."Ibu kenal? Beliau siapa?" Secara tak sengaja aku dan Mas Fathan menanyakan hal itu secara bersamaan."Ibu juga tidak tahu. Kenal juga nggak?" I
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 22Ibu berjalan ke arah kami dengan tatapan yang susah diartikan. Lalu, beliau mengambil tempat duduk di sisiku. Kulirik Mas Fathan, mengedipkan mata ke arahnya — memberi kode padanya agar melepaskan genggaman tangan kami. Namun, laki-laki di samping kananku menggelengkan kepalanya. Dengan penuh percaya diri suamiku semakin memperkuat tautan kami. Seolah pria itu sedang menegaskan bahwa kami tidak akan terpisahkan. Bahkan dia tidak peduli dengan siapa berhadapan saat ini. Ibunya.Ibu memajukan posisi duduknya agak ke depan. Lalu, kepalanya menengok ke arah Mas Fathan. Ingin memberikan ruang antara ibu dan anak tersebut, aku pun memundurkan punggung ke belakang. Kusandarkan pada sofa. Berharap tidak menjadi menghalangi kontak mata antara anak dan ibu tersebut. Kucoba melepaskan genggaman kami. Namun, lagi-lagi Mas Fathan menolaknya dengan cara mempererat tautan kami. Aku menghela napas panjang. Tidak tahu harus berbuat apa agar Mas Fathan mau lepaskan?
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 23"Sebenarnya ini rumah siapa, Mas?" Kuarahkan tatapan ini ke arah rumah tersebut. Beberapa orang kuperhatikan masuk ke dalam rumah tersebut dengan muka sedih."Ini rumah orang tuanya Nunik, Sayang. Sepertinya sakit Pak Suroso semakin parah." Mas Fathan terdiam beberapa saat. Selanjutnya ia memejamkan mata sambil menggenggam tanganku kuat.Ada apa dengan Mas Fathan? Kenapa dia seperti sedang menenangkan pikirannya sendiri."Mas ada apa?" Gatal juga bibir ini untuk tidak bertanya."De, apa pun yang terjadi tetap di sisi, Mas, ya. Entah mengapa Mas merasa akan terjadi sesuatu. Tapi, entah itu apa. Semoga ini bukan yang tidak-tidak." Mas Fathan memandangku dengan sayu. Aku terdiam. Otak ini berusaha keras mencerna apa yang dimaksud oleh suami."Janji ya, Sayang?" Laki-laki yang telah menikahiku delapan tahun silam itu memandang wajahku lekat. Tangan kekarnya pun membelai pipiku dengan lembut.Aku pun terpaku sejenak. Lalu, mengangguk setelah Mas Fathan
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 24"Mas kawinnya apa, Mas?" Pertanyaan Nunik membuatku ikut menatap Mas Fathan yang menghela napas berat."Aku hanya mampu memberikan kamu seratus ribu." Tanpa basa-basi Mas Fathan mengucapkan kalimat demikian. Ibu melotot ke arah anaknya. Jawaban Mas Fathan membuat sesal di wajah Nunik dan pihak keluarganya."Apa tidak bisa lebih dari pada uang seratus ribu itu, Nak Fathan?" Paman Nunik bernegosiasi. Aku ketar-ketir menanti jawaban Mas Fatha. Sebab, kemarin baru aja dia gajian. Aku yakin di dompetnya pun masih banyak lembaran merah sisa yang diberikan kepadaku.Apa aku salah kalau rasa tamak akhirnya bersarang di hati ini? Sungguh, aku tidak rela bila Mas Fathan memberikan mahar yang lebih besar kepada Nunik. Aku takut suamiku berubah pikiran. "Saya mampunya segitu, Pak. Apabila Nunik tidak ridho maaf saya mundur." Ketegasan Mas Fathan membuatku bersorak senang di dalam hati. Kekhawatiranku terhadap Mas Fathan tidak terbukti. Namun, aku harus pur
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 25POV Author"Saya terima nikah dan kawinnya Nabila Salsabila…." Suara suara Fathan tersendat saat dia menyadari salah menyebut nama. Nunik mendelik ke arah calon suaminya, ketika menyadari bukan namanya yang disebut dalam ikrar janji suci tersebut."Tenang, Nduk." Bu Saropah menggenggam tangan calon menantunya. Memberikan dukungan penuh terhadap Nunik."Mari diulang sekali lagi, Mas." Paman Nunik memperingatkan Fathan.Fathan menghela nafas panjang, sebelum akhirnya mengangguk pasrah.Paman Nunik kembali menjabat tangan Fathan. Laki-laki yang menjadi walinya Nunik kembali kembali menikahkan Fathan dengan perempuan itu. Kini saatnya Fathan yang menerima."Saya terima nikah dan kawinnya Nabila Salsabila …." Dengan sekali tarikan napas, Fathan menjawab dengan lancar. Tapi, kembali digagalkan oleh orang-orang sekitar. Nunik mendengus kesal, matanya berkaca-kaca. Dua kali ijab belum satu kali pun Fathan menyebut namanya dengan benar. Bu sarofah kembali
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 26POV Nunik"Nduk, apakah kamu benar-benar masih mencintai Fathan?" tanya Bapak sehari sebelum beliau menghembuskan nafas terakhir.Aku bergeming. Ingin aku mengucapkan kata iya, tapi lidahku kelu kata-kataku tertahan di tenggorokan. Biar bagaimanapun cinta ini masih mengakar kuat di dalam hati. Nama Mas Fathan masih kusebut di dalam doa. Wajah itu masih hadir dalam mimpi-mimpi indahku. Namun, aku tak sanggup mengatakannya. Sebab penolakan beberapa bulan kemarin membuat Bapak terus kepikiran. Hingga beliau jatuh sakit."Kalau memang kamu masih mencintai Fathan Bapak akan membuatnya menikahimu. Bapak ini melakukan sesuatu yang terbaik sebelum pergi," ucap Bapak di saat aku menyuapi beliau. Hatiku mencelos saat mendengar kata, sebelum bapak pergi. Mataku berkaca-kaca, hatiku sakit mendengarnya. Aku merasakan sesuatu hal akan terjadi. "Bapak jangan dulu pergi. Jangan tinggalkan Nunik." Tangisku pecah seketika. Aku belum siap kehilangan. Bahkan, rasa
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 27POV Author "Mas, sudah bisa dimulai?" Suara paman Nunik membuat Fathan terdiam beberapa saat. Kepalanya sedang berpikir keras. Detik berikutnya dia berkata agar."Ma— mari kita coba sekali lagi." Fathan terbata. Ada ada rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata di kalbu Fathan. Tatapan ibunya yang membuat pria tersebut tidak bisa berbuat apa-apa selain melanjutkan proses ijab qobul tersebut. Meskipun hatinya menjerit dan merutuki semua ini.Setelah mengatur napas sejenak, Fathan akhirnya terpaksa kembali melanjutkan janji sucinya terhadap Nunik. Kata sah menggema di seluruh ruang tamu kediaman orang tua Nunik.Di paling belakang, duduk Nabila dengan perasaan hancur. Gerimis membasahi pipinya yang mulus. Hatinya tersayat- sayat oleh pedagang mendengar kekasih tercinta mengucapkan ikrar janji suci pada wanita lain. Hal yang tak pernah ia ingin dengar seumur hidup. Walaupun saat ini mendengar itu karena terpaksa. Sungguh bukan kehendaknya.Hat
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 28"Mas aku mau pulang," ucapku ketika Mas Fathan dan yang lainnya kembali dari pemakaman. Para pelayat sudah pada pulang. Yang tersisa di sini hanya keluarga inti dan kami tentu tambahannya. Kami sedang berkumpul di ruang tamu milik orang tua Nunik.Tak kuhiraukan Bagaimana ekspresi maduku. Tentu dia tidak suka. Bahkan bibirnya dimonyongkan, membuang muka ke arah Bu Saropah serta mengeraskan rahangnya. Dari sini Baru kusadari bahwa Nunik adalah seorang pemarah. Namun aku tak mau tahu. Sekeras apapun sikap dia, aku harus jadi pemenangnya."Nabila, kan Ibu sudah bilang Fathan tidak mungkin pulang. Biarkan dia di sini menemani istri mudanya. Ini malam pertama mereka. Tolong kamu pahami itu. Sekarang Fathan tidak hanya memiliki kamu tapi juga memiliki Nunik yang saat ini sedang butuh perhatian suaminya. Dia sedang berduka. Kamu mengalah ya." Bu Saropah yang mengambil alih jawaban.Aku tersenyum sinis mendengar ucapan ibu mertua."Mas, kamu yakin mau di
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 116Senyum sumringah tak henti-hentinya terpancar dari wajah Nabila dan Fathan, tidak seperti orang yang sakit. Mereka yang baru saja pulang dari dokter sudah tidak sabar untuk membagikan kabar bahagia itu pada Bu Saropah."Ibu, kami punya kabar bagus untuk Ibu!" ucap Fathan ketika sudah kembali ke rumah. "Apa itu, Than? Kok kalian sepertinya bahagia sekali ibu lihat." Bu Saropah penasaran, tapi tidak ingin menebaknya. "Nabila hamil, Bu!" Fathan mengatakannya tanpa berhenti tersenyum. Bu Saropah seketika tersenyum, dalam hatinya berbunga-bunga, tak kalah bahagianya dgn kedua anaknya itu. "Alhamdulillah, selamat ya, Bil!" Bu Saropah memeluk Nabila dan dibalasnya dengan erat. "Bila mau apa? Ibu buatkan sekarang." Usai mengurai pelukan itu, Bu Saropah menawarkan apa yang diinginkan Nabila. "Aku pengen umroh bersama kalian." Nabila menatap Fathan dan Bu Saropah secara bergantian. "Wah, ide bagus itu! Tapi gak bisa sekarang, nunggu usia kandungannya k
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 115"Siapa yang bercanda? Kamu pikir aku berbohong gitu? Coba lihat wajahku? Apakah ada kebohongan di sini?" Nabila menunjuk wajahnya. Fathan menatap lekat-lekat mata itu dan tidak ditemukan kebohongan sedetik pun. "Kamu beneran?" Nabila mengangguk. "Kok gak pernah cerita?" Fathan masih terus mengorek Nabila demi kepuasannya."Ya buat apa? Toh, paling juga gak percaya kek tadi itu. Sudah, sana kerja!" Nabila mendorong tubuh suaminya. Keduanya pun masuk ke dalam. Fathan melanjutkan kembali pekerjaannya yang sempat tertunda. Sedangkan Nabila akan menyidik kantor miliknya yang mulai hari ini ia akan sering-sering datangi. Fathan masuk ke dalam dengan tersenyum bahagia. Entah apa yang saat ini ada dalam pikirannya, hanya ia sendiri yang tahu. Begitu sampai di dalam, Tejo tak henti-hentinya mengintrogasi Fathan. "Beneran Mbak Nabila itu bos kita?" Tejo memangkas jarak dengan Fathan. "Ya, begitulah!" Fathan mengedikkan bahunya. "Kok kamu gak pernah
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 114"Sakit gak?" Fathan memegangi jari Risma dan mengeluarkan serpihan kaca yang menancap. "Mas?" Nabila yang mendengar Risma berteriak langsung memutar badan. Ia terpaku dengan apa yang dilihatnya. "Benarkah ini?" batin Nabila tidak percaya. ****Satu bulan lebih telah berlalu, acara empat puluhan hari kematian Nunik pun sudah terlaksana. Selama itu, Nabila dan Fathan semakin sayang pada Risma. Terlihat dari tubuhnya yang semakin gemuk dan wajah yang ceria. Bahkan, kini Risma sudah bisa membedakan warna dan menghitung karena Nabila begitu telaten mengajarinya. Agar lebih tepat lagi, rencananya bulan depan pada ajaran baru, Nabila memasukkan Risma di SLB terdekat.Apa yang Risma rasakan saat ini adalah takdir dari Allah. Melalui Nabila yang sadar bahwa Risma butuh orang tua. Juga karena surat wasiat yang ditulis Nunik sebelum meninggal untuk Nabila. Wasiat itu ditemukan oleh Bu Saropah ketika berkemas saat hendak pindah dari rumah Nunik waktu it
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 113"Apa maksudmu membawa Risma di rumah ini? Apakah tidak tempat lain lagi, hah? Apa-apa itu dibicarakan terlebih dahulu, jangan main ambil keputusan sendiri! Gak menghargai suami banget! Mentang-mentang yang sertifikat rumah atas namamu." Fathan marah karena Nabila tidak membicarakan hal ini padanya. "Kamu kenapa, sih, Mas! Risma tuh anakmu, lho! Kok gak ada rasa sayang-sayangnya sama sekali, sih! Aku aja yang bukan siapa-siapanya dia aja kasihan kok. Lagian, Risma siapa yang mau mengurusnya? Orang lain? Apa itu gak salah, hah! Sedangkan bapaknya saja masih hidup. Aneh! Aku gak habis pikir deh sama kamu, Mas!" Nabila yang hendak menyuap makanan di mulutnya pun urung. Ia sudah tidak selera karena omongan suaminya itu. Lalu, ruang makan pun menjadi hening. Fathan lamat-lamat memikirkan ucapan istrinya itu dengan tanpa emosi, sedangkan Nabila mogok bicara. *****Pada pagi harinya, setelah membujuk Fathan sedemikian cara, Nabila dan Fathan bersiap-sia
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 112Dua hari telah berlalu, acara tahlilan dan mengirim doa untuk Nunik masih berlangsung. Pagi ini, Nabila berencana menghubungi suaminya Farah—teman semasa kuliah—yang berprofesi sebagai notaris . Tujuannya adalah membalikkan nama sertifikat tanah dari milik Bapak Nunik menjadi namanya sesuai perjanjian yang dibuatnya bersama Nunik saat menanggung biaya rumah sakit. Karena jumlah uang yang dikeluarkan Nabila sudah setara harga tanah itu pada umumnya. Bukan terkesan serakah akan harta atau penilaian sejenisnya, Nabila melakukan hal itu di saat kuburan Nunik basah adalah agar keluarga Nunik tidak merecoki urusannya itu. Dan ia juga tidak ingin terlihat masalah dalam urusan rebutan harta di keluarga Nunik. "Assalamu'alaikum, Farah!" Nabila sangat antusias saat obrolan itu sudah terhubung. "Wa'alaikumussalaam, Bila! Kamu gimana kabarnya? Kok gak pernah nelepon aku, sih? Somse, deh!" Farah di sana berpura-pura menggerutu. "Haha, bisa aja kamu. Kabark
Izinkan Suamimu Menikah Lagi Bab 111"Mas, aku gak bisa ikut masuk, ya? Temenku dirawat di sini juga, lagian di ICU gak boleh lebih dari satu orang." Nabila minta izin saat keduanya tiba di depan ICU. Terpaksa, Fathan pun masuk ke dalam ICU sendirian. Setelah memakai perlengkapan sebagai penjenguk di dalam ICU , ia mendekati Nunik yang kebetulan melek tanpa ventilator. "Mas…," sapa Nunik lirih. Fathan yang tidak benar-benar memaafkan Nunik pun hanya diam tidak menanggapi sapaan itu. Beruntung, Bu Saropah dan Nabila tidak berada di ICU, sehingga ia tidak perlu berpura-pura. Nunik bahagia dengan kedatangan Fathan. Satu detik, dua detik hingga bermenit-menit lamanya, Nunik menunggu Fathan menjawab sapaannya. Namun, tak kunjung dijawabnya. Rasa bahagia itu hilang berganti sedih juga kecewa. "Kamu senang bisa menipu semua orang?" Pertanyaan datar Fathan dengan tanpa meliriknya sedikitpun membuat Nunik yang sedari tadi terabaikan hatinya menjadi perih seketika. "Pertanyaan macam apa
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 110Drrt! Drrtt! "Mas Fathan telepon, Bu!" Nabila keluar dari ICU dengan membawa tas selempangnya. "Assalamu'alaikum, ya gimana, Mas?" Nabila sudah berada di lobby menuju UGD. "Wa'alaikumussalam. Kamu di mana? Kenapa rumah gelap gulita begini?" Nabila menepuk jidatnya, saking menyelami perasaan iba yang tiba-tiba hadir terhadap Nunik, ia lupa bahwa waktu sudah sore. "Maaf, mas! Satu jam lagi aku sampai di rumah." Nabila segera mematikan teleponnya agar bisa dipakai untuk memesan taksi online. Ia tidak mempedulikan Fathan yang sudah pasti emosi sebab tidak ada izin keluar rumah, terbukti dari suara Fathan terdengar penuh amarah. Sambil menunggu taksi, Nabila mengabari Bu Saropah melalui pesan. Bahwa, ia akan pulang karena sudah ditelepon Fathan. Waktu berlalu cepat, adzan maghrib berkumandang tepat saat Nabila sampai di rumah. "Assalam…." "Dari mana kamu?" Belum sempat menyelesaikan salamnya, Fathan sudah membentak Nabila tepat saat pintu itu se
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 109Walaupun sempat terjadi masalah kecil, Bu Saropah berhati-hati agar tidak terulang kembali. Beruntung, dagangannya cepat habis. Dengan begitu, ia dimiliki waktu senggang untuk menjenguk Nunik. Tak ingin berlama-lama, ia langsung membereskan dan membersihkan bekas dagangnya. Selesai, ia langsung beranjak menuju rumah Nunik. Sebenarnya masih bisa dibilang dekat jika hanya berjalan kaki, tapi ia memilih menaiki ojek agar lebih cepat. Tak butuh lama, Bu Saropah sudah sampai di rumah Nunik. Segera saja, ia mengetuk pintu. "Apa dia tidur, ya?" Setelah beberapa kali salam dan mengetuk pintu, Nunik tidak segera membukakan pintunya. "Jangan-jangan…." Bu Saropah segera berlari dengan begitu paniknya ke belakang rumah dan masuk lewat pintu dapur sebab pintu depan dikunci. Beruntung, pintu belakang tidak terkunci. "Assalamu'alaikum, Nunik! Ima!" Bu Saropah tergesa-gesa masuk, ia memindai semua ruangan, berharap menemukan mereka.Bu Saropah cara mengecek d
Izinkan Suamimu Menikah LagiBab 108Nabila yang tidak ingin moodnya rusak, segera menurunkan egonya dengan tidak menanggapi omongan Fathan. Terlebih lagi, Fathan sudah meninggalkan dirinya sendirian. Lebih tepatnya kabur. Akan tetapi…."Bukan hasil dari perselingkuhanmu, kan?" Fathan yang sudah berlalu, kini kembali di hadapan Nabila. Membuat Nabila melototkan matanya, detik kemudian ia murka. "Apa-apaan kamu, Mas?! Aku tidak seperti itu, ya! Jangan seperti ibu yang main tuduh-tuduh, bisa gak? Aku tidak sebejat itu, apalagi untuk membiayai orang yang kubenci, ngerti!" Brak! Nabila menggebrak meja sebelum meninggalkan Fathan. Ia yang benar-benar tersinggung, sama sekali tidak merasakan panas dan sakit di tangannya akibat gebrakan itu. Bukan hanya karena pertanyaan itu ia menjadi tersinggung, tapi juga merasa tidak dihargai padahal sudah mau membiayai Nunik yang notabenenya adalah musuhnya.Malam itu dua insan manusia saling berdiam diri, Fathan dan Nabila hingga pagi menjelang. Ke